Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan proses pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki


daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil pelaksanaan pembangunan
ini tercermin dalam berbagai aspek seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja,
lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan. Indikator keberhasilan
pembangunan daerah adalah semakin meningkatnya daya saing daerah serta makin
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia. Sebagai salah satu fungsi pembangunan
daerah, perencanaan memiliki peran vital dalam memastikan keberhasilan kinerja
pembangunan daerah. Secara terminologi, perencanaan pembangunan daerah dimaknai
sebagai suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai
unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber
daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu
pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan baik
dalam skala nasional maupun daerah.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional (SPPN) telah mengamanatkan secara lugas penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan RencanaPembangunan Tahunan atau Rencana
Kerja Pemerintah (RKP). Amanat undang-undang tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan fungsi dari evaluasi dalam suatu pembangungan
2. Mengetahui keberhasilan suatu pembangunan melalui evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Evaluasi Keberhasilan Pembangunan

Pelaksanaan pembangunan nasional yang baik ditentukan oleh peran dan strategi
pembangunan yang dilakukan secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya.

Besarnya skala dan cakupan pembangunan nasional membutuhkan sinergi, integrasi dan
koordinasi antar pemangku kepentingan, terutama pemerintah pusat dan daerah dalam rangka
mencapai sasaran pembangunan nasional. Adanya pendekatan perencanaan berbasis Tematik,
Holistik, Integratif, dan Spasial (THIS) juga menguatkan prinsip bahwa kontribusi
pembangunan daerah sangat penting dalam pencapaian sasaran pembangunan nasional.

Evaluasi Pembangunan merupakan kegiatan evaluasi untuk menilai pencapaian sasaran


pembangunan nasional di daerah serta menganalisis permasalahan dan faktor keberhasilan
dalam proses pelaksanaan pembangunan sehingga menjadi lesson learned bagi perbaikan
kebijakan pembangunan daerah pada tahap berikutnya (Bapennas, 2023).

Tujuan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, antara lain:

1. Untuk menjamin terlaksananya kebijakan, program dan proyek sesuai dengan target
dan rencana yang telah ditetapkan (on Track – on Schedulle) (M)
2. Agar ada umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek, untuk diteruskan
dilanjutkan dengan perbaikan atau dihentikan (M/E)
3. Untuk membantu pemangku kepentingan belajar lebih banyak mengenai kebijakan,
program dan proyek (E)
4. Agar kebijakan, program dan proyek mampu mempertanggungjawabkan penggunaan
dana publik (akuntabilitas) (E)
5. Monitoring merupakan kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana,
mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul
untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.Hasil akhirnya adalah Pelaporan.
6. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang cepat
dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan. Hasil akhirnya berupa Tindakan/Keputusan.
Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan,
atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian yang seobyektif dan sesistematik mungkin
terhadap sebuah intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah
diselesaikan. Evaluasi menurut PP 39/2006, adalah Rangkaian kegiatan membandingkan
realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan
standar yang telah ditetapkan. Masukan untuk perencanaan yang akan datang.

Menurut PP 39/2006, disebutkan bahwa Monitoring merupakan kegiatan rutin, sedang


berjalan dan internal, dipergunakan untuk mengumpulkan informasi terhadap keluaran, hasil
dan indikator yang akan dipergunakan untuk Mengevaluasi kinerja program. Evaluasi
dilakukan secara periodik dan berkala, menganalisis data yang telah diperoleh dari
Monitoring untuk memberikan penilaian atas pelaksanaan rencana, dan sebagai umpan balik
periodik kepada pemangku kepentingan utama.

Periodisasi Pelaksanaan Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, melalui tahapan


sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan (ex ante). Tahapan dilakukan sebelum ditetapkannya rencana


pembangunan, tahapan ini untuk melihat rasionalitas pilihan, target dan kesuaian antar
dokumen perencanaan.
2. Tahap Pelaksanaan (on going). Tahapan dilakukan saat pelaksanaan Kegiatan,
tahapan ini untuk menjamin kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
3. Tahap Pasca Pelaksanaan (ex post). Tahapan dilaksanakan setelah pelaksanaan
rencana berakhir. Bertujuan untuk menilai pencapaian (keluaran/ hasil/ dampak)
program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan, serta
untuk menilai efisiensi, efektivitas dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat
dari suatu program.

Evaluator adalah pihak (perseorangan/kelompok) yang melakukan evaluasi pelaksanaan


suatu kegiatan. Jenis evaluator yaitu:

1. Evaluator Internal : biasanya mengetahui lebih banyak mengenai Sejarah, organisasi,


budaya, problem, keberhasilan dan mungkin berada terlalu dekat (dengan yang
dievaluasi)
2. Evaluator Eksternal : Punya kredibilitas yang lebih tinggi dan keahlian yang lebih
spesifik, dan tidak terikat dengan keputusan-keputusan administratif dan keuangan
(bersambung ke slide selanjutnya)
3. Evaluator Independen: terbebas dari pengaruh apapun, tidak Fokus dan Politis.
4. Evaluator Partisipatif : sebuah langkah lebih radikal keluar dari model evaluasi
mandiri, wakil dari pemangku kepentingan (termasuk penerima manfaat) bekerjasama
merancang, melaksanakan dan menerjemahkan sebuah evaluasi, evaluator eksternal
bertindak sebagai fasilitator dan instruktur, tidak ada Sub-ordinasi (Atasan –
Bawahan), evaluator eksternal lebih fokus pada membuat penilaian.

Yang dilakukan oleh Evaluator antara lain: merencanakan evaluasi, melaksanakan atau
menjalankan evaluasi (atau mempekerjakan staf untuk melaksanakan evaluasi), berkonsultasi
dan berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan (Tidak ada sub-ordinasi),
mengidentifikasi standar efektifitas, mencari, mengumpulkan, menganalisa,
menginterpretasikan dan melaporkan data serta temuan, memberikan rekomendasi,
mengelola anggaran evaluasi dan mengembangkan teori perubahan/Evaluasi.

Evaluasi berdasar SPPN Pasal 29 UU No 25/2004 Tentang SPPN: Pimpinan


Kementerian/ Lembaga melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan
Kementerian/ Lembaga periode sebelumnya dan Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah
melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan Satuan Kerja Perangkat
Daerah periode sebelumnya. Adapun proses Evaluasi Pasal 29 UU No 25/2004 Tentang
SPPN: Menteri/ Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan
hasil evaluasi pimpinan Kementerian/ Lembaga dan evaluasi Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Manfaat Evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan Nasional/ Daerah
untuk periode berikutnya (Rasidi, 2011).

B. Evaluasi Keberhasilan Pembangunan Jalan Tol

Sejalan terhadap kemajuan yang ada di sektor ekonomi, kebutuhan konsumen dalam
sektor barang dan jasa juga ikut tumbuh dan berkembang sehingga dibutuhkan infrastruktur
yang memadai untuk mengakomodasi perpindahan dari suatu tempat dan tempat lainnya.
Ketersediaan infrastruktur transportasi jalan tol yang sudah ada ternyata hampir melebihi
kapasitas jumlah kendaraan per hari yang direncanakan. Infrastruktur jalan berperan yang
dominan pada sistem transportasi nasional, jalan mengangkut 70% dari total angkutan barang
serta 82% dari total angkutan penumpang (World bank, 2012). Jalan umum yang masih jadi
bagian dari sistem jaringan jalan serta menjadi jalan nasional dan yang menggunakannya
wajib membayar disebut dengan jalan tol (Peraturan Menteri PUPR No.10 tahun 2018).
Berdasarkan pernyataan tersebut, bisa ditarik kesimpulan jika proyek konstruksi khususnya
pada bidang jalan tol merupakan sebuah proyek konstruksi yang sangat diharapkan
keberhasilannya. Terlebih lagi dimasa sekarang ini, dunia sedang dihadapkan pada
permasalahan kesehatan yaitu pandemi COVID-19 yang telah membatasi ruang gerak
manusia sebagai bentuk pencegahan meluasnya wabah tersebut. Hal ini membuat adanya
faktor baru yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pada pembangunan proyek konstruksi
jalan tol.

Berdasarkan PPNo.15 Tahun 2005 mengenaijalantol, pengertianjalan tol yaitu jalan


umum yang menjadi bagian sistem jaringan jalan serta menjadi jalan nasional yang
penggunaannya diharuskan membayar. Tol adalah sejumlah uang yang dikeluarkan pada
pemakaian jalan tol. Tarif tol tidak sama dipengaruhi berdasarkan jenis kendaraan yang
ketentuannya sudah ditentukan sesuai keputusan presiden.

Hampir semua proyek konstruksi akan sering berhadapan terhadap barometer penting
pada pengerjaan proyek yang dapat disebut menjadi target proyek konstruksi. Hal ini
menjadikan kesuksesan sebuah proyek bisa dinilai dengan melihat hasil akhir penyelesaian
proyek, apakah proyek tersebut dapat mencapai waktu, biaya, dan mutu sesuai dengan apa
yang telah dirancang pada perencanaan proyek sebelumnya. Adapun menurut Pontan &
Christianto, 2019, kesuksesan sebuah proyek yaitu bila proyek dapat diselenggarakan
berdasarkan jadwal serta pedoman proyek yakni waktu, tepat mutu, dan tepat biaya, zero
accident, zero waste, kepuasan semua pihak, dan lain-lain.

Menurut (Nur Oktafia, 2017) dalam Purbaya, 2020, keberhasilan suatu pembangunan
proyek dapat didefinisikan menjadi dua faktor (Tomi Adenugroho, 2021), antara lain:

 Faktor primer: Proyek diselesaikan dengan tepat waktu, biaya yang kompetitif, serta
kualitas mutu sesuai dengan yang diharapkan.
 Faktor sekunder :Pemilik menerima proyek dengan baik dan memperkenankan
namanya dipakai sebagai referensi.
Berdasarkan dari hasil perhitungan index mean pada semua faktor diperoleh bahwa faktor
dominan yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan proyek konstruksi jalan tol
merupakan variabel dengan peringkat satu sampai lima dengan uraian sebagai berikut :

1. Kedisiplinan Tenaga Kerja, Kedsiplinan tenaga kerja menjadi peringkat pertama


dikarenakan kedisiplinan merupakan tolak ukur utama apakah para pekerja
mempunyai ketepatan untuk melakukan pekerjaan sesuai jadwal yang ditentukan dan
juga tingkat ketaatan yang tinggi dalam mematuhi aturan yang berlaku.
2. Kualitas Peralatan Yang Baik Kualitas, peralatan yang menjadi peringkat kedua
dikarenakan dengan kondisi peralatan yang baik maka pekerjaan yang dilakukan tidak
mengalami hambatan sehingga waktu yang digunakan dalam bekerja dapat optimal.
3. Produktivitas Peralatan Saat Kerja Produktivitas peralatan saat kerja menjadi
peringkat ketiga dikarenakan dengan penggunaan peralatan secara optimal sesuai
dengan kapasitas dari masing-masing peralatan, membuat pekerjaan dapat
terselesaikan sesuai dengan target yang sudah ditentukan selaras dengan kualitas
peralatan yang baik.
4. Ketersediaan Tenaga Kerja, Ketersediaan tenaga kerja menjadi peringkat keempat,
karena tersedianya tenaga kerja yang cukup membuat waktu kerja dapat sesuai
dengan rencana yang sudah ditetapkan.
5. Ketersediaan Peralatan Sesuai dengan Kebutuhan kerja, Ketersediaan peralatan sesuai
dengan kebutuhan kerja menjadi peringkat kelima dikarenakan dengan tersedianya
peralatan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dilapangan menjadikan waktu
pengerjaan menjadi efektif serta efisien yang dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dalam pekerjaan. Variabel-variabel yang terdapat didalam faktor
peralatan mendominasi pada lima peringkat teratas dalam mempengaruhi keberhasilan
pembangunan proyek konstruksi jalan tol yaitu kualitas peralatan yang baik (B3),
produktivitas peralatan saat kerja (B2), dan ketersediaan peralatan sesuai dengan
kebutuhan kerja (B1) karena faktor tersebut saling berkaitansatu dengan yang lainya
dalam mendukung proses pekerjaan pada pembangunan proyek konstruksi jalan tol.

Hal ini sama dengan pendapat (Putri et al., 2020) yang menyatakan bahwa kualitas
dan keadaan alat merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi keberhasilan
proyek konstruksi. Selain itu, wawancara yang dilakukan oleh (Putri et al., 2020) kepada
pelaksana dilapangan bahwa salah satu penyebab terhambatnya pekerjaan dilapangan karena
kurangnya peralatan yang tersedia.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tersedianya peralatan yang memadai dilapangan
dapat mencegah pekerjaan konstruksi terhambat sehingga dapat meningkatkan keberhasilan
dalam pembangunan proyek konstruksi khususnya pada proyek konstruksi jalan tol. Variabel
terbaru yang terdapat di faktor pandemic covid-19 yaitu melakukan vaksinasi kepada seluruh
pekerja yang terlibat didalam proyek dan memberikan suplemen atau vitamin yang berfungsi
untuk memperkuat imunitas tubuh tidak menjadi faktor dominan yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pembangunan proyek konstruksi jalan tol karena melakukan vaksinasi
serta memberikan suplemen atau vitamin berpengaruh agar pekerja tidak mudah terkena
covid-19. Namun, sebuah proyek pembangunan harus tetap berjalan sesuaijadwal dengan
adanya pandemi covid-19 maupun tidak adanya pandemi covid-19. Selain itu, jika suatu
perusahaan harus memberikan suplemen atau vitamin kepada seluruh pekerja yang terlibat
dalam proyek pembangunan konstruksi jalan tol secara rutin akan mengakibatkan
pengeluaran anggaran menjadi sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena dalam penyusunan
anggaran dalam pembangunan proyek tidak mempertimbangkan untuk memberikan suplemen
dan vitamin sebagai bentuk pencegahan covid-19.

.
KESIMPULAN

Evaluasi Pembangunan merupakan kegiatan evaluasi untuk menilai pencapaian


sasaran pembangunan nasional di daerah serta menganalisis permasalahan dan faktor
keberhasilan dalam proses pelaksanaan pembangunan sehingga menjadi lesson learned bagi
perbaikan kebijakan pembangunan daerah pada tahap berikutnya. Dan pada pembangunan
jalan tol ada beberapa fakto yang mentukan keberhasilan pembangunan yaitu: Kedisiplinan
Tenaga Kerja, Kualitas Peralatan Yang Baik Kualitas, Produktivitas Peralatan Saat Kerja
Produktivitas peralatan saat kerja, Ketersediaan Tenaga Kerja, Ketersediaan Peralatan Sesuai
dengan Kebutuhan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Bapennas, K. P. (2023). Kementrian PPN/ Bapennas. Retrieved oktober 17, 2023, from
https://peppd.bappenas.go.id/media/kegiatan/evaluasi

Rasidi, D. (2011, agustus 9). institusi pertahanan dalam negeri. Retrieved oktober 2023,
from institusi pertahanan dalam negeri: http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-
perencanaan/kajian-perencanaan/monitoringdanevaluasiperencanaanpembangunan

Tomi Adenugroho, D. P. (2021). IDENTIFIKASI FAKTOR DOMINAN YANG. Prosiding


Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi
Berkelanjutan,, 5-7.

Anda mungkin juga menyukai