Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL SEMINAR

Diajukan sebagai salah satu syarat penyusunan Seminar Tugas Akhir pada Program Studi
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Proposal Judul :

1. JIMBARAN CREATIVE HUB


2. HUNIAN CO-LIVING DI SANUR
3. SANUR PET SHELTER

Disusun Oleh :

Siti Rahma Nurhanifa

1805521013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

BALI

2021
PROPOSAL SEMINAR TUGAS AKHIR

Jimbaran Creative Hub

Diajukan Oleh :

Siti Rahma Nurhanifa

1805521013

1.1.Latar Belakang

Ekonomi kreatif adalah salah satu sektor yang diyakini dapat menjadi kekuatan baru
ekonomi nasional pada masa mendatang. Ekonomi kreatif menjadi tumpuan masa depan
perekonomian Indonesia yang berpusat pada keunggulan sumber daya manusia dengan
pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat manusia. Jumlah penduduk di Indonesia
yang mencapai 250 juta jiwa menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
yang kaya akan sumber daya manusia. Seiring dengan kondisi sumber daya alam yang
jumlahnya semakin menurun, ekonomi kreatif merupakan salah satu bidang yang
memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal pengembangannya yang dimana hal
tersebut berbeda dengan sektor lain yang banyak bergantung pada eksploitasi sumber daya
alam.
Perkembangan ekonomi kreatif termasuk dalam industri kreatif yang merupakan
sebuah bidang industri dengan pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta pemanfaatan
bakat individu dalam pembentukan lapangan pekerjaan dengan cara menghasilkan serta
memberdayakan kreasi dari tiap daya cipta individu tersebut (Kemendag, 2007:10). Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf) telah menetapkan industri kreatif yang terbagi menjadi 16
subsektor antara lain aplikasi dan pengembang game, arsitektur, desain interior, desain
komunikasi visual, desain produk, fashion, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner,
musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta televisi dan radio (Badan
Ekonomi Kreatif Indonesia, 2017). Pada masa ini pengembangan ekonomi dengan industri
kreatif merupakan salah satu upaya dalam pengembangan maupun perluasan pembangunan
ekonomi khususnya di Indonesia. Dalam hal tersebut terdapat landasan serta pemikiran
untuk menjadikan masyarakat Indonesia untuk memiliki daya kreativitas serta kualitas
hidup yang tinggi dan juga sejahtera. Pelaku industri kreatif pada masa ini banyak
didominasi oleh kaum milenial dengan usaha bisnis atau industrinya yang tergolong masih
non-formal, tetapi kreativitas kaum milenial diyakini lebih berpotensi dan menguntungkan.
Bali merupakan salah satu provinsi yang dimana terdapat beragam kekayaan seni dan
budaya, hal tersebut menjadikan Bali sebagai salah satu tempat yang berpotensi dalam
pengembangan sektor industri kreatif serta pariwisata. Masa pandemi yang tidak kunjung
usai ini menyebabkan banyak orang yang dirumahkan dari pekerjaan dan memutuskan
untuk memulai usaha demi berlangsungnya hidup serta menyebabkan penurunan
produktivitas ataupun konsumsi produk kreatif yang dinilai berdampak negatif pada 98%
pekerja industri kreatif. Oleh karna itu, Pemerintah Provinsi Bali sangat mendukung
dengan adanya langkah-langkah untuk pemulihan perekonomian di Indonesia khususnya
di Pulau Bali. Pada masa ini banyak masyarakat kreatif yang merasa keterbatasan fasilitas
seperti kurangnya wadah untuk melakukan kegiatan kreatif selain itu juga masyarakat
masih kurang dalam hal menyebarkan atau mempromosikan produk yang dihasilkan ke
konsumen.
Perancangan Creative Hub merupakan salah satu upaya dalam hal pemulihan
perekonomian di Indonesia khususnya di Pulau Bali. Creative hub ini dapat mewadahi serta
memberikan fasilitas dan mengintegrasikan keseluruhan subsektor industri kreatif yang ada
di Pulau Bali agar nantinya masyarakat kreatif dapat menghasilkan produk-produk kreatif
dan pada tempat ini masyarakat kreatif dapat mengumpulkan pasar untuk terciptanya
sinergisme antara pelaku kreatif dengan konsumen. Perancangan Creative Hub ini
memerlukan tampilan bangunan yang menarik sebagai salah satu daya tarik masyarakat
serta salah satu strategi dalam hal pemasaran dan juga memerlukan fasilitas-fasilitas sesuai
dengan kebutuhan masyarakat kreatif (user) seperti Co-working space, makerspace, dan
juga marketplace.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang tersebut, didapat beberapa rumusan masalah
yang akan dibahas pada isi makalah ini yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang bangunan creative hub yang mampu mewadahi kebutuhan
aktivitas civitas didalamnya?
2. Apa saja kebutuhan ruang dan fasilitas pendukung yang tersedia didalamnya?
1.3.Tujuan
1. Sebagai salah satu upaya dalam peningkatan perekonomian.
2. Untuk menghasilkan ruang yang dapat membawa penggunanya untuk lebih efektif
dalam bekerja ataupun berkreasi serta beraktivitas lainnya.
3. Untuk dapat mewadahi masyarakat kreatif dalam melakukan kegiatan kreatif serta
mengembangkan industry kreatif khususnya di Jimbaran Bali.

1.4.Sasaran
Sasaran penulis dengan judul Jimbaran Creative Hub ini adalah merencanakan sebuah
lingkungan pemusatan kreativitas bagi masyarakat kreatif dengan fasilitas yang mampu
mewadahi kegiatan kreatif didalamnya dengan baik serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan
dan kriteria desain berdasarkan aspek-aspek dalam perencanaan dan perancangan suatu
bangunan.

1.5.Pemahaman Terhadap Proyek


Creative hub atau pusat kreatif dapat diartikan sebagai pokok pangkal atau yang
menjadi tumpuan dalam hal-hal yang memiliki daya cipta. Definisi creative hub atau pusat
kreatif sebagai sebuah pokok pangkal dalam hal-hal yang berdaya cipta tidak hanya
mencakup segi fisik saja, melainkan juga dari segi jaringan komunitas kreatif yang terbentuk
dari pelaku-pelaku kreatif serta aktivitas yang dilakukan. Dari segi fisik, creative hub
menyediakan tempat dengan ruang-ruang untuk bekerja bagi masyarakat kreatif sekaligus
menjadi sumber bisnis industri kreatif. Secara fisik, creative hub hanya mencakup satu
tempat sesuai esensinya sebagai sebuah pusat. Namu aktivitas didalamnya menyatukan
bakat, keterampilan dan disiplin masyarakat kreatif dalam suatu komunitas kreatif lokal.
Creative hub membentuk suatu jaringan yang menggerakkan pertumbuhan industri
kreatif dalam level lokal, yang kemudian berlanjut ke level regional. Creative hub menjadi
ruang dinamis yang menyediakan lapangan pekerjaan lebih, memperluas layanan
pendidikan, kesempatan networking dan pengembangan bisnis, serta menciptakan inovasi
dengan lebih intensif dalam industri kreatif. Creative hub ini menjadi suatu cara baru untuk
mengorganisasi inovasi dan pengembangan industri kreatif dalam rangka peningkatan
perekonomian.

.
1.6.Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam proses perancangan Hunian Co-living di
Sanur ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer merupakan data asli atau pertama yang dimana data ini didapatkan
melalui narasumber atau responden yang terkait. Metode dalam mencari data
primer dibagi menjadi dua yaitu :
a. Observasi
Observasi merupakan tahapan pengumpulan data melalui pengamatan
dan pengukuran langsung di lapangan. Objek yang diamati yakni objek
terkait dengan objek yang akan kita rancang.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
antar interviewer dan narasumber dimana narasumber merupakan pihak-
pihak terkait dalam proses perencanaan dan perancangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang berasal dari pihak lain yang kemudian
digunakan untuk mempertimbangkan proses proses perancangan Hunian Co-living
di Sanur nantinya. Data sekunder diperoleh dari :
a. Studi Literatur
Merupakan sebuah teknik pengumpulan data sekunder melalui sumber-
sumber berupa buku, jurnal, media cetak, maupun melalui internet.
b. Studi Kasus dan Studi Komparasi
Studi ini dilakukan dengan mengambil objek-objek yang sejenis yang
akan dikomparasi sehingga didapatkan pemahaman dalam perancangan
yang dapat membantu proses desain.
c. Studi Lapangan
Studi ini dilakukan melalui pengamatan terhadap tapak sehingga pada
saat perencanaan dan perancangan dapat langsung melihat kelemahan dan
keunggulan tapak yang akan dibangun.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, R., & Halim, M. PUSAT KREATIVITAS DI PASAR BARU. Jurnal Sains, Teknologi,
Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 1(2), 1287-1302.
Harahap, L. F. (2020). Perancangan Pusat Kreativitas “Medan Creative Center” di Kota Medan
dengan Pendekatan Green Architecture.
kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Creative-Hub-Sebagai-Simpul-
Pelaku-Ekonomi-Kreatif
Sari, A. P., Pelu, M. F. A., Dewi, I. K., Ismail, M., Siregar, R. T., Mistriani, N., ... & Sudarmanto,
E. (2020). Ekonomi Kreatif. Yayasan Kita Menulis.
PROPOSAL SEMINAR TUGAS AKHIR

Hunian Co-Living di Sanur

Diajukan Oleh :

Siti Rahma Nurhanifa

1805521013

1.1.Latar Belakang
Kota Denpasar merupakan salah satu pusat dari segala aktivitas perekonomian di pulau
Bali. Hal tersebut tentu menjadi suatu faktor penarik bagi penduduk dari luar wilayah kota
Denpasar ataupun dari luar pulau Bali untuk menetap atau ber migrasi ke kota Denpasar.
Tetapi dengan banyaknya penduduk yang ber migrasi ke kota Denpasar menyebabkan
penumpukan penduduk, hal ini ditinjau dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali pada
tahun 2020, menunjukan tingkat kepadatan penduduk tertinggi berada di kota Denpasar
yaitu 7.283 jiwa per km². Bertambahnya jumlah penduduk di kota Denpasar tentunya
menyebabkan kebutuhan masyarakat akan terus bertambah sedangkan kondisi lahan
perkotaan yang terbatas. Kondisi tersebut pasti akan menimbulkan sebuah permasalahan
baru.
Sebagai salah satu stragtegi untuk tetap memenuhi akan hunian dengan kondisi lahan
perkotaan yang terbatas, konsep hunian co-living dapat diterapkan di pulau Bali khusus nya
di kota Denpasar. Co-living diyakini menjadi suatu solusi krisis perumahan pada perkotaan
sebagai alternatif jarak jauh. Hunian ini merupakan suatu hunian yang mendukung
kehidupan dengan gaya dinamis dan penuh kolaborasi yang didalamnya terdapat fasilitas-
fasilitas pendukung sebagai pemenuhan kebutuhan civitas yang tinggal ataupun tidak.
Hunian ini sedikit berbeda dengan konsep hunian apartmen, karena pada hunian apartmen
merupakan suatu hunian privat yang dimana civitas didalamnya lebih tergolong
individualis. Sedangkan pada konsep hunian co-living ini dengan adanya fasilitas-fasilitas
pendukung didalamnya kurang lebih menuntut civitas untuk melakukan aktivitas secara
bersama sehingga didalam hunian ini akan membentuk suatu kehidupan sosial. Hunian ini
menawarkan fasilitas berupa co-working space yang dimana sangat cocok untuk diterapkan
pada masa pandemi sebagaimana yang kita ketahui masa pandemi ini menuntut orang untuk
lebih banyak melakukan aktivitas didalam rumah, tentunya dengan protokol kesehatan
yang nantinya juga akan diterapkan pada hunian dan fasilitas yang terdapat didalamnya.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang tersebut, didapat beberapa rumusan masalah
yang akan dibahas pada isi makalah ini yakni sebagai berikut :
3. Bagaimana merancang bangunan hunian co-living yang mampu mewadahi
kebutuhan aktivitas civitas didalamnya?
4. Apa saja kebutuhan ruang dan fasilitas pendukung yang tersedia didalamnya?

1.3.Tujuan
1. Sebagai salah satu solusi dari keterbatasan lahan perkotaan dengan jumlah
penduduk yang meningkat.
2. Untuk menciptakan hunian dengan fasilitas yang lengkap dan mampu mewadahi
aktivitas civitas didalamnya.
3. Menyediakan hunian dengan lifestyle yang berbeda dan memiliki kehidupan sosial
didalamnya.

1.4.Sasaran
Sasaran yang akan dicapai adalah program dasar perencanaan dan konsep dasar
perancangan dalam Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang
mengacu pada judul pembahasan, yakni hunain co-living di Sanur yang disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan serta kriteria desain berdasarkan aspek-aspek panduan perencanaa dan
perancangan.

1.5.Pemahaman Terhadap Proyek


Co-living sendiri merupakan suatu model hunian rumah yang dimana tiap individu nya
memiliki ruang pribadi masing-masing tetapi juga memilki akses ke berbagai fasilitas
umum yang tersedia didalamnya seperti ruang makan bersama, gym, game room, co-
working space, taman, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan dari user didalamnya. Salah
satu aspek pembeda utama dari co-living adalah hunian ini memfasilitasi interaksi sosial
dan mendukung pengembangan komunitas aktif di mana individu terlibat dengan tetangga
mereka secara teratur. Hunian co-living saat ini sebenarnya merupakan salah satu konsep
hunian yang sedang trend di luar negeri seperti KoHub di Thailand, WeLive di New York,
tetapi di Indonesia konsep hunian ini masih belum banyak keberadaannya. Dengan adanya
fasilitas co-working space didalamnya maka selain pelajar, hunian ini juga dapat ditujukan
sebagai tempat tinggal para pengusaha atau founder startup karena disini para penghuni
dapat bekerja sama ataupun berkolaborasi dengan penghuni lainnya.

1.6.Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam proses perancangan Hunian Co-living di
Sanur ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
3. Data Primer
Data primer merupakan data asli atau pertama yang dimana data ini didapatkan
melalui narasumber atau responden yang terkait. Metode dalam mencari data
primer dibagi menjadi dua yaitu :
a. Observasi
Observasi merupakan tahapan pengumpulan data melalui pengamatan
dan pengukuran langsung di lapangan. Objek yang diamati yakni objek
terkait dengan objek yang akan kita rancang.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
antar interviewer dan narasumber dimana narasumber merupakan pihak-
pihak terkait dalam proses perencanaan dan perancangan.
4. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang berasal dari pihak lain yang kemudian
digunakan untuk mempertimbangkan proses proses perancangan Hunian Co-living
di Sanur nantinya. Data sekunder diperoleh dari :
a. Studi Literatur
Merupakan sebuah teknik pengumpulan data sekunder melalui sumber-
sumber berupa buku, jurnal, media cetak, maupun melalui internet.
b. Studi Kasus dan Studi Komparasi
Studi ini dilakukan dengan mengambil objek-objek yang sejenis yang
akan dikomparasi sehingga didapatkan pemahaman dalam perancangan
yang dapat membantu proses desain.
c. Studi Lapangan
Studi ini dilakukan melalui pengamatan terhadap tapak sehingga pada
saat perencanaan dan perancangan dapat langsung melihat kelemahan dan
keunggulan tapak yang akan dibangun.
DAFTAR PUSTAKA

Corfe, S. (2019). Co-living: A solution to the Housing crisis. The Social Market Foundation.
Mathisen, B. M., Kofod-Petersen, A., & Olalde, I. (2012). Co-Living social community for elderly.
In 12th International Conference on Innovative Internet Community Services (I2CS 2012). Gesellschaft
für Informatik eV.
Purwanto, F. A. (2019). TA: PERANCANGAN “KOLLEKTIV SPACE APARTMENT” DI KAWASAN
CILEUNYI DENGANPENERAPAN KONSEP RUANG KOLEKTIF (Doctoral dissertation, INSTITUT
TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG).
sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM_1536553662Bab_2_
Profile_Kab_Kota.pdf
PROPOSAL SEMINAR TUGAS AKHIR

Sanur Pet Shelter

Diajukan Oleh :

Siti Rahma Nurhanifa

1805521013

1.1.Latar Belakang

Memelihara hewan seperti kucing ataupun anjing merupakan salah satu hobi yang saat
ini marak berada di kalangan masyarakat, hobi tersebut juga dipercaya mampu untuk
menghilangkan rasa stress maupun kesepian (Pinints,2016). Mulai dari kalangan anak
kecil, remaja, hingga orang tua memiliki hobi memelihara hewan.

Menurut data hasil survey pada world Society for Protection of Animal (WSPA) di
Indonesia, pada tahun 2012 menunjukkan jumlah populasi hewan peliharaan dengan jenis
kucing sebesar 15 juta dan populasi dengan jenis anjing sebesar 8 juta, yang dimana
perkembangan dari populasi kucing bertambah sebesar 60% (peringkat 2 dari 58 negara)
dan pada populasi anjing meningkat sebesar 22% (peringkat 9 dari 58 negara) (Baston,
2012). Data hasil survey tersebut disimpulkan bahwa perkembangan minat masyarakat
dalam memelihara hewan di Indonesia cukup bertumbuh pesat. Perkembangan yang ada
ini memunculkan komunitas serta Yayasan yang bergerak pada pemeliharaan hewan di
Indonesia seperti diantara lain, Indonesian Cat Association (CIA) dalam tingkatan nasional
hingga komunitas local seperti Bali Cat Lovers di Bali. Munculnya berbagai komunitas
tersebut juga merupakan suatu latar belakang dalam dibangunnya pet care, pet shelter,
ataupun rumah sakit khusus hewan dalam keberlangsungan hidup para hewan.

Tidak sedikit dari orang-orang yang memiliki hobi memelihara hewan tersebut juga
kemungkinan dapat mentelatarkan hewan peliharaannya dan pada akhirnya hidup hewan
tersebut menjadi cukup terancam dan menjadi hewan liar. Selain itu populasi hewan liar
juga meningkat dikarenakan banyak pemilik hewan yang tidak melakukan sterilisasi hewan
peliharaannya sehingga ketika hewan tersebut main keluar terdapat suatu perkembang-
biakkan yang terjadi dan membentuk populasi baru di jalanan.
Saat ini di Pulau Bali, masih jarang adanya tempat dengan fasilitas khusus untuk
merawat, menjaga serta mengobati hewan peliharaan ataupun hewan liar. Pet Shelter
merupakan sebuah tempat yang dapat dirancang untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada mengenai hewan peliharaan ataupun hewan liar. Tempat ini juga
dapat menjadi tempat tinggal yang layak bagi para hewan terlantar ataupun hewan yang
kehilangan pemiliknya sehingga ditempat ini hewan tersebut dapat dirawat dengan baik
dan benar hingga nanti dapat kembali di adopsi oleh pemilik yang baru. Bermain atau hanya
sekedar bertemu dengan hewan juga diyakini dapat menjadi terapy healing bagi sebagian
orang. Maka pada pet shelter yang akan dirancang ini juga akan ditambahkan fasilitas
seperti pet café yang nantinya sangat berguna bagi orang yang saat ini merasakan stress
akibat dari dampak pandemi.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang tersebut, didapat beberapa rumusan masalah
yang akan dibahas pada isi makalah ini yakni sebagai berikut :
5. Bagaimana merancang bangunan pet shelter sesuai dengan kebutuhan civitas serta
para hewan yang terdapat didalamnya?
6. Apa saja kebutuhan ruang dan fasilitas pendukung yang tersedia didalamnya?

1.3.Tujuan
1. Mengatasi permasalahan jumlah hewan yang terlantar dijalanan
2. Sebagai wadah untuk merawat serta bermain para hewan peliharaan ataupun hewan
terlantar.
3. Sebagai tempat terapy healing bagi masyarakat yang merasakan stress akibat dari
dampak pandemi.

1.4.Sasaran
Sasaran penulis dengan judul Sanur Pet Shelter ini adalah merencanakan sebuah tempat
untuk menciptakan lingkungan bagi para hewan yang terlantar ataupun hewan peliharaan
dalam rangka perawatan, tempat tinggal, serta tempat bermain dengan baik serta sesuai
dengan tuntutan kebutuhan dan kriteria desain berdasarkan aspek-aspek dalam perencanaan
dan perancangan suatu bangunan.
1.5.Pemahaman Terhadap Proyek
Pet Shelter merupakan suatu fasilitas tempat tinggal hewan gelandangan/tunawisma,
biasanya ras-ras anjing atau kucing. Hewan dijaga di tempat perlindungan sampai ada yang
mengaku sebagai pemilik, diadopsi, ditempatkan pada organisasi yang lain. Pet Shelter
yang akan dirancang ini tidak hanya ditujukan untuk hewan terlantar saja tetapi juga untuk
penitipan hewan peliharaan. Pada tempat ini juga akan ditambahkan fasilitas seperti cat
café yang nantinya tempat tersebut juga dapat menjadi suatu tempat terapy healing bagi
orang yang merasa stress akibat dampak pandemi. Terdapat juga tempat terbuka hijau
sebagai taman bermain para hewan.

1.6.Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam proses perancangan Hunian Co-living di
Sanur ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
5. Data Primer
Data primer merupakan data asli atau pertama yang dimana data ini didapatkan
melalui narasumber atau responden yang terkait. Metode dalam mencari data
primer dibagi menjadi dua yaitu :
a. Observasi
Observasi merupakan tahapan pengumpulan data melalui pengamatan
dan pengukuran langsung di lapangan. Objek yang diamati yakni objek
terkait dengan objek yang akan kita rancang.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
antar interviewer dan narasumber dimana narasumber merupakan pihak-
pihak terkait dalam proses perencanaan dan perancangan.
6. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang berasal dari pihak lain yang kemudian
digunakan untuk mempertimbangkan proses proses perancangan Hunian Co-living
di Sanur nantinya. Data sekunder diperoleh dari :
a. Studi Literatur
Merupakan sebuah teknik pengumpulan data sekunder melalui sumber-
sumber berupa buku, jurnal, media cetak, maupun melalui internet.
b. Studi Kasus dan Studi Komparasi
Studi ini dilakukan dengan mengambil objek-objek yang sejenis yang
akan dikomparasi sehingga didapatkan pemahaman dalam perancangan
yang dapat membantu proses desain.
c. Studi Lapangan
Studi ini dilakukan melalui pengamatan terhadap tapak sehingga pada
saat perencanaan dan perancangan dapat langsung melihat kelemahan dan
keunggulan tapak yang akan dibangun.
DAFTAR PUSTAKA
Riandra, G. (2018). Perancangan Pusat Kesehatan, Penampungan Dan Perlengkapan Untuk
Anjing dan Kucing di Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Podomoro University).
Sumunarjati, B. (2020). Perancangan Interior Animal Shelter Di Bandung (Doctoral
dissertation, Univesitas Komputer Indonesia).
Syahrani, M. A., Suryandari, P., & Endangsih, T. (2021). PERANCANGAN PUSAT
PENAMPUNGAN HEWAN TERLANTAR MELALUI PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS DI
JAKARTA TIMUR. MAESTRO, 4(1), 43-51.

Anda mungkin juga menyukai