Anda di halaman 1dari 10

ARSITEKTURA Vol 16, No.

1, 2018; halaman 97-106


Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan
ISSN:1693-3680 (PRINT) E- ISSN:2580-2976 (ONLINE)
https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura
DOI: http://dx.doi.org/10.20961/arst.v16i1.20216

CO-WORKING SPACE AS A CREATIVE-COLLABORATIVE SPACE OF COMMUNITY


CENTRE IN PURWOKERTO

RUANG CO-WORKING UNTUK KOLABORASI KREATIF PADA PUSAT KOMUNITAS


KREATIF DI PURWOKERTO

Leny Indah Sari1*, Ofita Purwani2, Leny Pramesti3


Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta1
lenyindah@student.uns.ac.id*
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta2
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta3

Abstract
This paper concerns about Designing Community Centre in Purwokerto as Creative-Collaborative
space by using co-working space. Co-working space is one way to induce creative ideas, because it
makes it possible for people to share and learn together with other people from different
background. This space also anables people to connect and collaborate to create ideas.
As Purwokerto is one of the cities in Indonesia whose concern about developing its creative
communities, this city has a potential to be the locus for the Community Centre. This article will
then focus on the designing of the Community Centre by using co-working space for inducing
creative and collaborative activities in Purwokerto. Some key aspects of co-working space to be
applied in the design are the services, spatial layout and ambience of space.

Keywords: co-working, collaboration, the elements of space, ambience of space.

1. PENDAHULUAN 7000 start-up dan lebih dari 2000 diantaranya


merupakan warga negara Indonesia
Sejak munculnya Program Masyarakat
(rappler.com).
Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, Indonesia
Kemunculan start-up kreatif dan penggiat
menjadi salah satu negara yang berkembang
komuntias kreatif di Indonesia yang terus
pesat di bidang ekonomi. Ekonomi Kreatif di
bertambah menjadikan beberapa kota besar di
Indonesia berkontribusi 7.38 persen dari total
Indonesia menyediakan sarana yang dapat
ekonomi nasional Indonesia (Bekraf, 2017).
digunakan untuk berkolaborasi bagi para start-
Ekonomi Kreatif adalah salah satu sektor yang
up kreatif dan komunitas penggiat kreatif.
diharapkan dapat menjadi kekuatan ekonomi
Berkembangnya komunitas kreatif dan
yang untuk masa depan mengingat sumber
pembangunan kota yang cukup pesat
daya alam yang semakin menurun. Badan
menjadikan banyak kota-kota besar maupun
Ekonomi Kreatif (Bekraf) merupakan badan
berkembang yang ada di Indonesia
non kementrian Indonesia yang berfokus pada
menciptakan sarana dalam mengembangkan
kegiatan Ekonomi Kreatif di Indonesia. Bekraf
kreativitas dan inovasi pemudanya. Salah
memiliki enam belas subsektor yang bertujuan
satunya adalah kota yang terus melakukan
untuk mengembangkan industri kreatif di
perkembangannya yaitu Purwokerto.
Indonesia (Bekraf, 2017).
Beberapa acara kreatif telah diselenggarakan
Sejak saat itu, banyak muncul start-up kreatif
oleh pihak pemerintah Purwokerto. Salah
dan penggiat komunitas-komunitas kreatif
satunya adalah ‘Festival Krenova Banyumas
sebagai fenomena baru dalam berbisnis pada
Keren!’ yang merupakan kegiatan kolaborasi
jaman sekarang. ASEAN memiliki lebih dari
Arsitektura, Vol. 16, No.1, April 2018: 97-106

Pemerintah Daerah yang dimotori oleh (67,7%), dan kewirausahaan sosial (64,5%).
BAPPEDA Kabupaten Banyumas dengan Sasaran pengguna co-working space
banyak komunitas dan sektor swasta. Program diantaranya start-up digital, pekerja lepas,
festival tersebut merupakan sebuah acara yang komunitas, mahasiswa, wirausahawan, dan
diselenggarakan dalam mengoptimalkan pelaku industri kreatif (recap.id, 2017).
partisipasi dan kerjasama stakeholders dan Secara fisik, co-working merupakan sarana
masyarakat dalam proses Perencanaan yang menyediakan beragam wawasan tentang
Pembangunan (Laporan Kinerja Instansi bagaimana menyatukan kualitas hubungan
Pemerintah Bappeda Kabupaten Banyumas sosial dengan kegiatan bekerja (Garrett et al.,
Tahun 2016). 2014).
Purwokerto menjadi salah satu kota yang Faktor spasial menjadi hal yang penting dalam
diperhitungkan dalam mengembangkan mewujudkan kualitas lingkungan pada Ruang
kreativitas dan inovasi para pemudanya. Para co-working. Faktor-faktor tersebut di
start-up kreatif dan penggiat komunitas kreatif antaranya adalah keterbukaan, meminimalisasi
di Purwokerto ini membutuhkan sarana yang aturan dalam suatu area dan teritorial yang
dapat mendukung kegiatan kreativitasnya. mempengaruhi interaksi sosial dan kolaborasi
Adanya Pusat Komunitas Kreatif di (Soediono, 2015).
Purwokerto merupakan sarana yang Kolaborasi menjadi potensi yang sangat
diharapkan dapat mendukung kegiatan dan penting dalam mewadahi interaksi sosial yang
pengembangan kreativitas masyarakat secara tidak disengaja merupakan pertemuan
Purwokerto. Salah satu yang menjadi bagian antara orang-orang yang bertalenta dan kreatif,
dari fasilitas yang disediakan oleh sarana ini kemudian saling berbagi pengetahuan pada
adalah ruang co-working. Adanya ruang co- satu ruang (Spinuzzi, 2012). Keterbukaan
working merupakan sarana yang dapat dalam berbagi pengetahuan dan menerima
menciptakan kegiatan kolaborasi kreatif oleh perbedaan latar belakang dari setiap pengguna
para start-up kreatif maupun komunitas di dalamnya mempengaruhi tata letak dan
penggiat kreatif di Purwokerto. suasana pada ruang co-working.
Co-working merupakan sebuah tipologi area Arsitektur dapat mewujudkan kualitas
kerja yang dapat mengubah cara seseorang lingkungan pada area co-working yang dapat
dalam bekerja. Co-working dapat terjadi menciptakakan kegiatan interaktif dan
apabila di dalamnya terdapat lingkungan dan kolaboratif antar pekerja yang memiliki
jaringan yang saling terikat antar pengguna perbedaan latar belakang (Paper, 2016).
menjadi sebuah komunitas (Merkel, 2015). Desain arsitektur secara inklusif menjadi
Para start-up kreatif dan penggiat komunitas penyusun tumbuhnya lingkungan sosial
kreatif biasanya merupakan seseorang atau tersebut (sense of community) pada suatu
kelompok yang bekerja secara mandiri dan ruang co-working. Sifat ruang, pencahayaan,
bekerja secara nomaden (remote workers). warna dan material merupakan elemen
Semakin bertambahnya pekerja mandiri, maka pembentuk ruang (Wicaksono & Tisnawati,
semakin banyak dan berkembang sarana yang 2014) yang paling terlihat secara visual yang
dibutuhkan untuk mewadahi kegiatan para dapat menciptakan atmosfir dan suasana pada
pekerja mandiri tersebut. ruang (Paper, 2016).
Ruang co-working merupakan sarana yang
dapat mewadahi kegiatan para pekerja mandiri 2. METODE
tersebut di mana para pekerja dapat Metode yang digunakan dalam menciptakan
mengerjakan pekerjaannya secara mandiri kegiatan interaktif dan kolaboratif serta
tetapi paralel dalam satu tempat bersama menciptakan atmosfir dan suasana ruang
dengan pekerja lainnya yang memiliki secara visual pada ruang co-working sebagai
perbedaan latar belakang (Garrett, Arbor, & bagian dari Pusat Komunitas Kreatif di
Spreitzer, 2014). Purwokerto adalah sebagai berikut.
Sebuah survey yang di lakukan oleh Co-
working Indonesia bekerjasama dengan Lab
Kinetic, terdapat empat fokus utama antara lain
komunitas (74,2%), teknologi (67,7%), bisnis

98
Leny Indah, Ofita Purwani, Leny Pramesti, Co-Working Space as...

Pemilihan Tapak
Pemilihan tapak dilakukan berdasarkan
intensitas masyarakat dalam melakukan
kegiatan kreatif di Purwokerto. Pelaku
kegiatan-kegiatan kreatif sebagian besar
merupakan pemuda yang masih memiliki
produktivitas yang tinggi dan keingintahuan
yang besar dalam berwawasan. Sarana
pendidikan, taman kota (area publik) dan kedai
kopi menjadi titik kumpul pelaku kegiatan
kreatif. Penentuan tapak terpilih dilakukan
dengan melakukan pemetaan dengan
memertimbangkan sarana-sarana tersebut.
Selain itu, aksesibilitas juga menjadi hal yang
Bagan 1. Metode Desain akan dipertimbangkan untuk kemudahan
pencapaian.
Pada bagan di atas, Pusat Komunitas dan
Ruang co-working merupakan objek yang Zona Kegiatan
menjadi fokus. Berikut merupakan metode Zona Kegiatan sangat dipengaruhi oleh
desain ruang co-working. pengguna dalam menggunakan fasilitas
1. Menentukan Pertimbangan Desain maupun pelayanan yang sesuai dengan
Menentukan pertimbangan desain dalam kegiatan yang dilakukan. Zona kegiatan juga
menciptakan ruang co-working sebagai dipengaruhi oleh tata letak ruang sesuai
bagian dari Pusat Komunitas merupakan dengan kegitan yang bersifat aktif (ruang
langkah pertama yang dilakukan untuk gerak) maupun pasif (ruang diam).
menentukan fokus dan batasan yang akan (Wicaksono & Tisnawati, 2014)
digunakan pada desain. Menentukan
Pertimbangan desain berlandaskan studi Kenyamanan Ruang
observasi ruang co-working dan studi Kenyamanan ruang co-working sangat
literatur tentang kenyamanan ruang pada dipengaruhi oleh fasilitas maupun pelayanan
ruang co-working. yang ada didalamnya dan terciptanya tata letak
2. Menentukan Konsep ruang serta suasana ruang dalam. (Marcelina,
Menentukan Konsep merupakan Ardana, Yong, & Siwalankerto, 2016).
penerapan pada Pusat Komunitas dan Aspek-aspek pencipta kenyamanan ruang yang
ruang co-working yang menjadi bagiannya telah dijelaskan tersebut dijabarkan melalui
yang dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil observasi maupun studi literartur sebagai
yang telah dilakukan sebelumnya. berikut.
3. Desain a. Fasilitas dan Pelayanan
Desain merupakan hasil dari penerapan Ruang co-working bukan hanya sekedar
konsep yang telah dilakukan. Konsep yang konsep ruang, namun layanan dan fasilitas
tersebut diterapkan pada tiga elemen dasar tetap menjadi salah satu yang perlu dicermati.
penciptaan ruang yaitu Dinding, Lantai, Penerapan layanan pada beberapa ruang co-
dan Plafon. working menggunakan sistem sewa ruang
dengan memberikan tambahan fasilitas yang
mendukung aktivitas para pekerja mandiri,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN komunitas maupun para perusahaan rintisan
PERTIMBANGAN DESAIN (start-up).
Mengenali dan mempelajari pelayanan
Terdapat beberapa konsep yang pada ruang co-working dilakukan dengn
mempertimbangkan kegiatan dan pelayanan melakukan observasi pada beberapa ruang
dalam menciptakan kegiatan co-working
co-working yang ada di Indonesia. Berikut
sebagai bagian dari Pusat Komunitas di
Purwokerto diantaranya:

99
Arsitektura, Vol. 16, No.1, April 2018: 97-106

merupakan hasil observasi yang dilakukan


pada 4 co-working di Indonesia.

Tabel 1. Palayanan Ruang Co-working


Ruang Co- Pelayanan yang disediakan
working
Co & Co - Keanggotaan / Membership (
Space Common, Team, Resident.)
(Bandung) - Lepas / Passes ( Weekly Pass,
Daily Pass, 6 Hours Pass, 3
Hours Pass)
Impala - Daily, Weekly, Half Month,
Space Full Month.
(Semarang)
Hubud - Event
(Bali) - Casual (30 jam per bulan)
- In and Out (50 jam per bulan)
- Pro (100 jam per bulan)
- Unlimited (unlimited)
- Night Owl (jam 6 petang – 8
pagi)
- Day Pass (24 jam per bulan)
Coworkinc - Individu (Walk-in, Day Pass, 3
(Jakarta) Days Pass, 10 Days Pass, Half
Moth, Full Month.
- Kelompok (Meeting Room) Gambar 1. Jenis Generik Ruang Kerja
(Sumber: (Marcelina et al., 2016)
b. Tata Letak Ruang
Aktivitas atau kegiatan merupakan hal yang c. Suasana Ruang
mempengaruhi adanya sifat ruang. Terdapat Setiap ruang, penting untuk memiliki
dua jenis sifat ruang yaitu (Wicaksono & keseimbangan yang baik dari masing-
Tisnawati, 2014). masing elemen pembentuk ruang.
1) Ruang Gerak Harmonisasi dan keseimbangan dapat
Ruang gerak merupakan sifat ruang yang dicapai dengan menerapkan gabungan
memiliki kegiatan yang dinamis. beberapa elemen dasar (Hidjaz & Interior,
Pergerakan kegiatan sangat mempengaruhi n.d.).
sirkulasi yang dibutuhkan Elemen dasar yang akan digunakan dalam
2) Ruang diam. menciptakan ruang co-working merupakan
Ruang diam merupakan sifat ruang yang elemen dasar yang dapat ditangkap secara
memiliki kegiatan yang statis. Kegiatan kasat mata oleh pengguna. Penggabungan
tersebut tidak memiliki banyak pergerakan beberapa elemen dasar tersebut antara lain:
sehingga sirkulasi yang dibutuhkan 1) Pencahayaan
merupakan sirkulasi yang secukupnya. Cahaya mempengaruhi penataan ruang
Penciptaaan tata letak (layout) ruang dalam hal menentukan atmosfir ruang,
dalam bekerja, menyesuaikan dengan mempengaruhi suasana hati pengguna, dan
kegiatan yang sesuai. Terdapat sembilan mendukung fungsi ruang. Terdapat
jenis generik ruang kerja sebagai berikut. beberapa jenis pencahayaan sebagai
(Marcelina et al., 2016) berikut.
a) General Lighting: sistem penyinaran
yang menjadi sumber penerangan
utama. Pencahayaan secara tak
langsung akan menghasilkan cahaya
yang merata tanpa membuat silau dan
memiliki suasana yang lebih hangat.

100
Leny Indah, Ofita Purwani, Leny Pramesti, Co-Working Space as...

Tabel 2. Kesan yang ditimbulkan oleh


Material
Material Kesan yang ditimbulakan
Kayu Hangat, Lunak, Alamiah,
Menyegarkan.
Batu Bata Praktis, luas, sejuk,
sederhana.
Semen Dekoratif
b) Task Lighting: sistem pencahayaan Batu Alam Alami, sederhana,
yang difokuskan pada suatu tempat informal.
dengan tujuan membantu kegiatan Marmer Mewah, kuat, formal,
tertentu. Digunakan pada ruang kerja agung.
yang dilengkapi lampu meja untuk Beton Formal, keras, kaku,
kokoh.
membaca agar mata tidak jenuh saat
Baja Keras, kokoh, kasar.
membaca. Metal Ringan, dingin.
c) Accent Lighting: untuk memfokuskan Kaca Ringan, dingin, dinamis.
suatu benda agar dapat lebih terlihat. Plastik Ringan, dinamis, informal.
Accent Lighting menggunakan spotlight Bambu Sederhana, ringan, alamiah,
sebab dapat menghasilkan cahaya yang kuat.
kuat dan menghasilkan fokus pada Sumber: Komunikasi et al., 2014
sebuah objek yang dituju.
2) Warna KONSEP
Semua warna dapat menimbulkan efek Pusat Komunitas Kreatif berada di kawasan
psikologis tertentu terhadap orang yang yang terdapat banyak kegiatan-kegiatan kreatif
melihatnya. Setip warna dapat menimblkan di sekitarnya sesuai dengan pertimbangan yang
kesan yang berbeda-beda pada sebuah telah dilakukan sebelumnya. Tapak terpilih
ruang. Menurut buku Color Harmony oleh untuk Pusat Komunitas Kreatif di Purwokerto
Hideaki Chijiwa, setiap warna memiliki terdapat di kawasan sepanjang Jalan Jendral
karakteristik yang dapat digolongkan Soedirman Purwokerto yang merupakan Jalan
menjadi enam golongan (Komunikasi, Dan, Arteri Primer Kota. Kawasan tersebut terdapat
Kerja, & Bott, 2014) yaitu, beberapa titik kumpul kegiatan kreatif seperti
a) Warna hangat yaitu warna-warna yang Alun-Alun Purwokerto, Pusat Perbelanjaan,
terletak antara merah dan kuning, yaitu kedai kopi di sepanjang jalan dan beberapa
merah, kuning, coklat dan jingga. sekolah yang letaknya berdekatan dengan
b) Warna sejuk yaitu warna yang terletak Jalan Jendral Soedirman.
antara hijau dan ungu melalui biru.
c) Warna tegas yaitu warna biru, merah,
kuning, hitam dan putih.
d) Warna tua/berat yaitu warna-warna tua
yang mendekati warna hitam.
e) Warna muda/ringan yaitu warna-warna
yang mendekati warna putih.
f) Warna tenggelam yaitu warna yang
diberi campuran kelabu.
3) Material
Setiap bahan atau material memiliki sifat
dan karakter yang berbeda-beda dan secara
langsung akan mempengaruhi persepsi
seseorang (Komunikasi et al., 2014). Kesan
yang ditimbulkan oleh setiap bahan atau
material akan dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Jangkauan Tapak Terpilih dengan Titik
Kumpul Kegiatan Kreatif

101
Arsitektura, Vol. 16, No.1, April 2018: 97-106

Kondisi tapak terpilih merupakan tapak bekas Penciptaan konsep ruang pada dari Pusat
penggunaan Stasiun Timur Purwokerto. Tapak Komunitas Kreatif di Purwokerto didasarkan
tersebut merupakan tanah kosong yang pada pelayanan yang ditawarkan sesuai sifat
disewakan untuk ruko pada bagian tepi tapak ruang. Penerapan sifat ruang ini kemudian
yang menghadap Jalan Raya Jendral menentukan zona dan program peruangan
Soedirman. Tapak tersebut berbatasan dengan berdasarkan studi literasi dengan menerapkan
kawasan perkantoran, ruko, dan permukiman batasan-batasan yang sesuai.
warga. Berikut merupakan kondisi sekitar Pusat Komunitas Kreatif di Purwokerto
tapak terpilih. merupakan sebuah sarana yang dapat
digunakan oleh masyarakat secara umum dan
penggiat kreatif setempat. Pusat Komunitas
Kreatif di Purwokerto terbagi menjadi dua
lantai. Lantai satu merupakan zona kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat secara umum
dan terdapat beberapa fasilitas yang
mendukung adanya kegiatan kreatif di
Purwokerto. Lantai dua merupakan ruang yang
yang disedikan untuk bertukar pikiran dengan
sesama start-up kreatif atau penggiat kreatif.
Secara khusus, lantai dua merupakan ruang co-
working yang disediakan untuk pengguna yang
menggunakan sesuai pelayanan yang telah di
sediakan. Penentuan zona pada setiap lantai
dipengaruhi oleh jenis pengguna, kegiatan dan
pelayanan yang disediakan.
Gambar 3. Kondisi Sekitar Tapak Berikut merupakan zona kegiatan yang di
sediakan ruang co-working pada Pusat
Kondisi tapak terpilih merupakan tapak bekas Komunitas di Purwokerto.
penggunaan Stasiun Timur Purwokerto. Tapak Keterangan:
tersebut merupakan tanah kosong yang
disewakan untuk ruko pada bagian tepi tapak
yang menghadap Jalan Raya Jendral
Soedirman. Tapak tersebut berbatasan dengan
kawasan perkantoran, ruko, dan permukiman
warga. Berikut merupakan kondisi sekitar
tapak terpilih.
Entrance masuk tapak melalui Jalan Jendral
Soedirman dan keluar melalui Jalan Kolonel
Sugiono.
Tapak terpilih dan penentuan entrance pada
pada tapak digunakan sebagai pertimbangan
dalam mementukan zona pada Pusat
Komunitas.
Gambar 4. Zona Kegiatan Lantai 1

102
Leny Indah, Ofita Purwani, Leny Pramesti, Co-Working Space as...

Bagan 4. Konsep Suasana Ruang

Keterangan:
DESAIN
Tema
Konsep perancangan berdasarkan tata letak
ruang dan suasana ruang yang telah
ditentukan, maka tema perancangan
mengusung Workable & Warm sebagai tagline
nya. Workable untuk menciptakan suasana
yang produktif, berani, namun tetap santai dan
Gambar 4. Zona Kegiatan Lantai 2 fleksibel. Warm untuk menciptakan suasana
kehangatan dalam melakukan kegiatan
Pelayanan yang diterapkan pada perancangan
interaksi dan kolaborasi yang ada pada ruang
ruang co-working pada Pusat Komunitas
co-working.
Kreatif di Purwokerto adalah penerapan sistem
Desain
sewa untuk individu maupun kelompok. Untuk
Desain memepertimbangkan konsep maupun
individu diterapkan sistem sewa dengan
tema yang telah ditentukan. Konsep dan tema
konsep walk-in (penggunaan fasilitas dengan
tersebut menciptakan transformasi desain
durasi maksimal 2 jam) dan konsep
antara lain sirkulasi ruang, material pembentuk
independent (penggunaan fasilitas dengan
dinding, lantai dan plafon serta furnitur yang
durasi maksimal 6 jam). Sementara untuk
digunakan pada fasilitas yang disediakan oleh
pelayanan kelompok diterapkan sistem sewa
ruang co-working.
dengan konsep kelompok 6 orang dan
Sirkulasi
kelompok 8 orang.
Pola sirkulasi pada ruang menggunakan pola
Penentuan pelayanan tersebut pada akhirnya
sirkulasi linear kemudian menyebar. Sirkulasi
menentukan fasilitas yang didapat serta tata
ini dapat digambarkan antara lain sebagai
letak ruang yang sesuai dengan kegiatan yang
berikut.
dilakukan sesuai dengan pelayanan yang
tersedia. Berikut merupakan pengelompokan
pelayanan dan fasilitas dengan tata letak dan
suasana ruang.

Bagan 2. Konsep Fasilitas dan Pelayanan

Gambar 5. Pola Sirkulasi

Bagan 3. Konsep Tata Letak Ruang

103
Arsitektura, Vol. 16, No.1, April 2018: 97-106

Pencahayaan ruang informal sehingga pengguna tidak


Konsep pencahayaan yang telah di jabarkan terlalu kaku dalam menggunakan fasilitas
sebelumnya mengidentifikasikan peletakkan yang ada di dalamnya.
jenis lampu yang digunakan pada setiap ruang c) Warna Lantai
yang ada pada ruang co-working. Berikut Warna lantai merupakan warna yang
merupakan gambaran titik lampu pada ruang bersifat hangat agar pengguna dapat
co-working. merasa lebih akrab dengan ruangan yang
digunakan. Selain itu, lantai dengan sifat
yang hangat dapat mempengaruhi
keakraban pengguna dalam berkolaborasi.
Material
a) Lantai
Material dasar pada ruang co-working
merupakan beton ekspos yang telah
dilakukan finishing. Pada area fokus dan
area sharing menggunakan lantai parquet
kayu sehingga beton ekspos merupakan
material lantai untuk sirkulasi. Sementara
Keterangan: untuk material kantor pengelola
menggunakan bahan keramik.

Gambar 6. Titik Lampu


Pencahayaan pada ruang-ruang co-working
sebagian besar menggunakan lampu dengan
jenis down lighting. Sementara penggunaan
jenis lampu general lighting digunakan pada
ruang-ruang dengan tingkat fokus yang tinggi
seperti ruang pertemuan dan ruang-ruang kerja
pengelola. Selain itu, general lighting juga
digunakan untuk penerangan sirkulasi. Keterangan:
Warna
Warna yang digunakan pada ruang-ruang co-
working menyesuaikan tema yang telah
ditentukan berdasarkan pertimbangan warna Gambar 7. Mterial Lantai
yang telah dijabarkan sebelumnya.
a) Warna Dinding b) Plafon
Warna dinding merupakan warna yang Plafon pada ruang co-working
menyegarkan. Pada dinding, perpaduan menggunakan plafon tripleks pada ruang
warna yang kontras juga dapat sharing dan ruang pertemuan. Sementara
mempengaruhi persepsi seseorang untuk untuk ruang-ruang fokus bekerja
produktif dalam melakukan sesuatu. menggunakan plafon waffle dengan
Perpaduan warna gelap terang akan material kayu.
membantu produktivitas kegiatan
pengguna.
b) Warna Plafon
Warna plafon yang digunakan merupakan
warna gelap dengan perpaduan warna
hangat. Hal ini akan menciptakan persepsi
bahwa ruang yang digunakan merupakan
104
Leny Indah, Ofita Purwani, Leny Pramesti, Co-Working Space as...

Gambar 10. Dinding Area Kerja Kelompok


Kelipatan 3

Gambar 8. Material Plafon

c) Dinding
Material dinding yang digunakan pada
area co-working merupakan material yang
sebagian besar merupakan partisi karena
sebagian besar ruang merupakan ruang Gambar 11. Dinding Area Kerja Kelompok
dengan tata letak open plan. Material Kelipatan 4
partisi yang digunakan diantanya dinding
kaca, dinding kisi-kisi kayu dan partisi Perspektif
tripleks dengan finishing. Penggunaan Hasil dari desain pada setiap elemen ruang dan
dinding kaca digunakan pada ruang-ruang perabot interior yang ditata sesuai dengan
yang memiliki tingkat fokus sedang, kebutuhan, menghasilkan perspektif ruang
sementara untuk tingkat fokus yang tinggi sebagai berikut.
menggunkan patisi triplek dengan
finishing. Penggunaan dinding kisi-kisi
kayu digunakan pada area fokus sedang
dan area sharing. Ketiga material tersebut
juga dikombinasikan pada satu ruang.
Pada area sharing, terdapat beberapa ruang
yang tidak menggunakan dinding sebagai
area diskusi yang terkspos.

Gambar 12. Perspektif Area Kerja Kelompok


Kelipatan 3

Gambar 13. Perspektif Area Kerja Kelompok


Kelipatan 4
Gambar 9. Dinding Area Kerja Individu

105
Arsitektura, Vol. 16, No.1, April 2018: 97-106

gelap dan terang. Penggunaan material kayu


ekspos menjadikan suasana interaksi sosial
yang hangat.

REFERENSI
Bekraf. (2017). Data Statistik dan Hasil Survei
Ekonomi Kreatif. Kerjasama Badan
Ekonomi Kreatif Dan Badan Pusat
Statistik.
Gambar 14. Perspektif Area Kerja Individu Garrett, L. E., Arbor, A., & Spreitzer, G. M.
(2014). 10.5465/ambpp.2014.139.
Hidjaz, T. (2011). Interaksi Perilaku dan
4. KESIMPULAN
Suasana Ruang di Perkantoran Kasus di 2
Terbentuknya Badan Ekonomi Kreatif di lokasi Kantor Pusat PT . Telkom ,
Indonesia merupakan sebuah deklarasi bahwa Bandung. Jurnal Iternas Rekarupa, 1(1),
kreativitas merupakan hal yang berpengaruh 13–27.
dalam perkembangan ekonomi negara pada era Hidjaz, T., & Interior, P. D. (n.d.).
milenial saat ini. Adanaya sarana co-working Terbentuknya Citra Dalam, 51–65.
sebagai bagian dari Pusat Komunitas di Marcelina, A., Ardana, I. G. N., Yong, S. De,
Purwokerto merupakan suatu dukungan dalam & Siwalankerto, J. (2016). Perancangan
mengembangkan kegiatan kreatif masyarakat Interior Co-Working Space di Surabaya,
Indonesia. Area co-working memberikan 4(2), 781–789.
kesempatan bagi setiap orang yang ingin Paper, C. (2016). Urban Co-working Space :
mengembangkan produktivitas dan kreativitas Creative Tourism in Digital Nomads
tanpa harus memiliki kantor. Perspective Urban Co-working Space :
Kolaborasi dan saling bertukar pengetahuan Creative Tourism in Digital, (August).
merupakan kegiatan yang terjadi pada ruang Soediono, B. (2015). Building Community
co-working dan tidak terjadi pada sebuah Through Co-working: a Case Study of
kantor formal. Bertemu dengan rekan baru Spatial Factors Affecting Member
dengan latar belakang yang berbeda Satisfaction With Coworkspaces and
menjadikan seseorang dapat memiliki Collaborative Activity a. Journal of
hubungan baru dan bahkan menciptakan karya Chemical Information and Modeling,
baru. (August), 160.
Pengembangan sarana-sarana kreatif di https://doi.org/10.1017/CBO9781107415
Indonesia menjadi hal yang diperhitungkan 324.004
saat ini. Purwokerto sebagai kota berkembang, Spinuzzi, C. (2012). Working Alone Together:
tidak luput dari sasaran pembangunan sarana- Co-working as Emergent Collaborative
sarana kreatif. Kegiatan maupun kompetisi Activity. Journal of Business and
kreatif telah diupayakan oleh pemerintah Technical Communication, 26(4), 399–
daerah. Ini membuktikan, perkembangan 441.
kreativitas masyarakat perlu ditampung dan https://doi.org/10.1177/10506519124440
dikembangkan. 70
Pelayanan, tata letak dan suasana ruang adalah Wicaksono, A. A., & Tisnawati, E. (2014).
faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan Teori Interior. Retrieved November 1,
yang dilakukan oleh para penggiat kreatif. 2017, from
Dengan konsep ruang open plan office, https://books.google.co.id/books?id=03r
pengguna dapat dengan mudah berinteraksi QBgAAQBAJ&pg=PA28&dq=sanitasi+
dan bertukar pikiran dengan lebih banyak adalah&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=on
pengguna dari berbaga latar belakang. epage&q=sanitasi adalah&f=false
Mengusung tema workable and warm,
menciptakan sebuah ruangan yang berani dan
optimis dengan menggunakan warna-warna

106

Anda mungkin juga menyukai