KOTA BANDUNG
DISUSUN OLEH :
KELAS A
salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Collaborative Governance
adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak selama
penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
setulus-tulusnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang sealu memberikan kasih sayang, doa, nasehat,
serta atas kesabarannya yang luar biasa. Penulis sangat mencintainya dan
2. Bapak Aswin Palls S. Sos., M.AP selaku Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Teman teman satu kelompok penulis yang telah bekerja sama mengerjakan dan
4. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan sedikit atau banyak andil dan doa kepada penulis dalam
ii
Akhir kata penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, penulis
masih melakukan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat dijadikan referensi demi pengembangan ke arah yang lebih baik. Kebenaran
datangnya dari Allah dan kesalahan datangnya dari diri penulis. Semoga Allah
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 6
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 6
2.2 Kajian Pustaka ........................................................................................ 7
2.2.1 Konsep Administrasi .................................................................... 7
2.2.3 Konsep Organisasi ........................................................................ 9
2.2.4 Konsep Collaborative Governance ............................................ 11
2.3 Kerangka Berpikir................................................................................ 16
2.4 Proposisi............................................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 18
3.1 Metode Penelitian ................................................................................. 18
3.2 Lokasi Penelitian................................................................................... 19
3.3 Sumber Data ......................................................................................... 19
3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 21
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 21
4.1.1 Gambaran Umum Kota Bandung ................................................ 21
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Gedebage .................................... 23
4.1.3 Gambaran Umum Tentang Co Working Space ........................... 24
4.2 Proses Collaborative Governance dalam program Co Working Space 28
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 39
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 39
5.2 Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42
LAMPIRAN ......................................................................................................... 44
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2015, Indonesia menjadi salah satu negara yang berkembang pesat di bidang
menjadi kekuatan ekonomi yang untuk masa depan mengingat sumber daya
badan non kementrian Indonesia yang berfokus pada kegiatan Ekonomi Kreatif
922,59 miliar rupiah atau sebesar 7,44 % terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) nasional bersumber dari sektor ekonomi kreatif. Namun hasil tersebut
diharapkan mencapai sekitar 5,21 % tetapi baru tercapai 4,95% serta capaian
1
Ekonomi Kreatif Nasional tahun 2018-2025 dengan harapan terwujudnya
Daerah.
Sejak saat itu, banyak muncul start-up kreatif dan penggiat komunitas-
kreatif dan pembangunan kota yang cukup pesat menjadikan banyak kota-
Barat, yaitu Kota Bandung. Kota Bandung telah dikenal sebagai Kota Kreatif
sektor produksi seperti kuliner, destinasi wisata, musik, fashion, dll yang
memiliki value added amat tinggi sehingga mampu berdaya saing di pasar lokal
maupun mancanegara. Status Kota Bandung yang dikenal Kota Kreatif juga
dipertegas dengan dinobatkanya Kota Bandung pada tahun 2015 oleh UNESCO
sebagai anggota UNESCO Creative Cities Network dengan predikat kota kedua
2
Berangkat dari hal tersebut Pemerintah Kota Bandung menciptakan
dan pemetaan badan usaha ekonomi kreatif di Kota Bandung yang diluncurkan
seluruh pelaku ekonomi kreatif di tujuh belas subsektor industri kreatif Kota
bagi segala pihak yang terlibat, baik investor, pemangku kepentingan, maupun
yang telah disampaikan pada saat kampanye kepada seluruh masyarakat. Salah
satu janji dari kepala daerah terpilih adalah Pengembangan Pusat Pemberdayaan
3
Ekonomi dan Kreativitas Masyarakat (Co Working Space atau Ruang Kerja
lintas sektor antara pemerintah sebagai sektor publik, dunia usaha sebagai
tubuh sektor publik dalam bentuk kerja sama antar lembaga lintas sektor dalam
Kecamatan Gedebage Kota Bandung serta faktor apa saja yang mempengaruhi
program.
4
1.3 Tujuan Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tata kelola kolaboratif, itu hadir sebagai forum untuk saling interaksi antara
tercapai.
6
aktor dan otoritas mereka dan bahkan rintangan dan bahkan aktor dalam
membangun kolaborasi.
Wahyudi, 2014).
proses kerjasama antar dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang
7
Menurut Luther Gulick dalam Syafiie, Tandjung, dan Modeong
adalah suatu daya upaya manusia yang kooperatif yang mempunyai tingkat
administrasi adalah suatu proses yang umum ada pada setiap usaha
8
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil
adalah hasil kesepakatan bersama yang ingin dicapai secara bersama pula.
atau perhimpunan yang terdiri dari dua orang atau lebih punya komitmen
pemimpin dan anggota yang dipimpin atau bawahan (Beach and Reinhartz,
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
9
Menurut Zulkifli (2009:34-35) konsep organisasi adalah sebagai
organisasi.
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama secara
bawahan.
kepemimpinan.
orang – orang yang bekerjasama untuk mencapai tijuan tertentu. Tujuan ini
bersifat umum, artinya suatu tujuan yang semua orang didalamnya sepakat
manajerial. Dalam hubungan ini, hakiki organisasi dapat ditinjau dari dua
10
sudut pandang. Pertama, organisasi dipandang sebagai wadah, tempat di
governance.
11
Agranoff dan McGuire dalam uraian Chang (2009:76-77)
horisontal antara partisipan multi sektoral, karena tuntutan dari klien sering
stakeholders yang terdiri dari pemerintah dan bukan pemerintah tetapi juga
sektor baik sector privat maupun swasta, masyarakat dan komunitas sipil
dan terbangun atas sinergi peran stakeholder dan penyusunan rencana yang
sertakan stakeholders seperti aktor swastsa atau privat dan aktor pemerintah
12
untuk membuat atau mengimplementasikan kebijakan publik atau
orang- orang secara konstruktif pada batas- batas lembaga publik, tingkat
13
Selanjutnya menurut Ansell and Gash (2007:228) menjelaskan
lain:
awal yang sangat penting dalam sebuah kolaborasi tanpa adanya dialog
kolaborasi.
14
3. Commitment to The Process (komitmen terhadap proses)
tahapan yang jelas, adil dan transparan dari masing-masing aktor yang
terlibat.
15
2.3 Kerangka Berpikir
teori dan indikator – indikator yang relevan yang akan dipakai dalam
16
Collaborative Governance dalam menjalankan program
Co Working Space yang dilakukan oleh Disbudpar,
Pemerintah Kecamatan, Akademisi, Pihak Swasta, Media, dan
Masyarakat
2.4 Proposisi
Berdasarkan uraian konsep dan teori yang telah peneliti uraikan pada
yang dicapai).
17
BAB III
METODE PENELITIAN
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
(Moleong, 2007:6).
18
3.2 Lokasi Penelitian
kebetulan lokasi tempat tinggal peneliti ada di daerah tersebut, sehingga dapat
Sumber data dalam penelitian ini dijaring dari sumber data primer dan
1. Data Primer, adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring
berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji hal ini
1. Observasi
19
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Pelayanan Publik.
20
BAB IV
antara 107o 36’ Bujur Timur dan 6o 55’ Lintang Selatan. Lokasi Kota
Bandung yaitu:
Kabupaten Bandung.
21
Kota Bandung memiliki luas wilayah sebesar 167,31 km2 atau
kurang lebih sebesar 16.729,50 Ha. Menurut Perda Kota Bandung Nomor
berikut.
22
No. Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
9. Buah Batu 7,93
10. Rancasari 7,33
11. Gedebage 9,58
12. Cibiru 6,32
13. Panyileukan 5,1
14. Ujung Berung 6,4
15. Cinambo 3,68
16. Arcamanik 5,87
17. Antapani 3,79
18. Mandalajati 6,67
19. Kiaracondong 6,12
20. Batununggal 5,03
21. Sumur Bandung 3,4
22. Andir 3,71
23. Cicendo 6,86
24. Bandung Wetan 3,39
25. Cibeunying Kidul 5,25
26. Cibeunying Kaler 4,5
27. Coblong 7,35
28. Sukajadi 4,3
29. Sukasari 6,27
30. Cidadap 6,11
Jumlah 167,31
23
Gedebage menjadi kecamatan terluas di Kota Bandung. Jumlah penduduk
datar atau berombak sebesar 85% dari total keseluruhan wilayah. Ditinjau
persegi atau 43,5 persen dari total luas Kecamatan Gedebage. Secara
parkir air.
24
warga. Co Working Space dibangun dengan konsep social business hub
sektor.
Working Space.
positif.
25
Pengurus Co Working Space diharapkan terdiri dari individu-
individu yang memiliki integritas yang baik, yang memiliki motivasi dasar
Working Space terdiri dari Pengawas yang diisi oleh Camat wilayah
26
Dalam perjalanannya, pengurus Co Working Space di tiap
kecamatan akan bergerak sebagai satu kesatuan tim. Oleh karenanya perlu
dalam perjalanannya. Secara umum, fase dinamika yang ada pada proses
pembentukan sebuah tim bisa digambarkan dalam: forming > storming >
disepakati.
27
4.2 Proses Collaborative Governance dalam Program Co Working Space di
Pada bab ini penulis ingin menjabarkan analisis dari hasil penelitian
Dengan mengacu pada model Ansell & Gash (2008: 549-550), penelitian ini
28
Proses kolaboratif ini merupakan variable yang penting, dimana
proses kolaboratif diawali dengan dialog tatap muka yang berkaitan dengan
kepercayaan yang baik, setelah melakukan dialog tatap muka dengan baik
(2007) diawali dari proses dialog tatap muka antar stakeholder. Proses ini
pemangku kepentingan.
29
akurat. Keterlibatan dalam dialog tatap muka bertujuan untuk membahas
materi kerjasama tujuan, konsep serta beberapa hal lainnya yang berkaitan
usaha.
2022 ini. Untuk pertemuan tersebut biasanya dilakukan sebulan sekali baik
itu dengan cara berkumpul langsung dengan para aktor terkait atau pun
30
dilakukan dengan daring via zoom jika memang para anggota tiak bisa
kolaborasi, antar institusi perlu membuat hubungan yang kuat dan saling
percaya diantara para peserta. Hal ini didasari oleh adanya visi bersama
melakukan partisipasi.
31
Berikut hasil wawancara penulis dengan ketua Co Working Space
memiliki kesatuan dan selalu kompak agar program CWS ini dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pemerintah juga turut serta untuk
bisa ikut berpartisipasi untuk ikut dalam program pelatihan yang diadakan.
32
Kemudian mereka juga memiliki grup untuk berdiskusi terkait
program CWS ini yang dimana apabila ada permasalahan, disukusi atau
info bisa langsung ditanyakan ke grup yang ada. Grup tersebut juga
pemerintah pun ikut dalam grup tersebut. Hal tersebut juga dapat menjadi
kepentingan untuk menyatukan visi dan misi yang sama dalam hal ini
aktor lemah, baik pada tingkat atas maupun bawah, maka dapat dipandang
Collaborative Governance.
33
“Peran pemerintah kecamatan yaitu Bapak camat bersama seksi
Ekbang sangat membantu sekali dalam hal sarana, ruangan untuk
pelatihan, ruang untuk CWS nya sendiri sebagai tempat
berkumpul. Pemerintah juga membantu untuk pemberian materi
yang dilakukan oleh TLE terkait program dari modul - modul,
papan nama yang dibikinkan. Kemudian untuk masyarakat yang
terdapat di dalam program ini adalah kebanyakan para pelaku
ekonomi kreatif. CWS ini istilahnya sebagai tempat berkumpul
atau ruang bekerjasama. Respon yang diberikan masyarakat juga
bagus dan positif. Untuk anggota CWS sendiri tidak semuanya
pelaku UMKM ada pelaku lain dari 17 subsektor, dan anak muda.”
(Hasil wawancara Ketua CWS Kecamatan Gedebage 26 Desember
2022)
kepada para pelaku ekraf agar mereka semua bisa paham dan mengerti.
34
intensitas pertemuan, komunikasi dan kepercayaan yang tumbuh dari
masing-masing stakeholder.
ini setelah program CWS sudah habis, mereka tidak lepas tangan. Mereka
masih terus membantu para pelaku usaha yang terkait. Salah satu faktornya
35
pengurus juga sudah cukup matang karena sudah hampir 2 tahun program
tujuan yang jelas. Menurut Glasbergen dan Dressen dalam Ansell dan
tujuan yang jelas dari kolaborasi tersebut. Ansell and Gash (2007)
terkait dengan persamaan visi, misi bersama, tujuan yang jelas dan arah
Kecamatan Gedebage :
36
digital.” (Hasil wawancara Ketua CWS Kecamatan Gedebage 26
Desember 2022)
Working Space
lepas dari peran pada proses face to face dialogue yang dilaksanakan oleh
para stakeholders. Dengan dialog tatap muka yang berjalan dengan baik
perbedaan persepsi.
37
e. Intermediate outcomes (Hasil Sementara)
program Co Working Space ini belum semua para pelaku usaha atau
beberapa dari mereka yang belum berhasil dan masih terus berusaha dan
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pendamping, dan pelaku usaha ekonomi kreatif sudah dikatakan optimal. Hal
1. Face To Face Dialogue (Dialog Tatap Muka) mengenai hal tersebut dalam
kompak agar program CWS ini dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
39
terutama para pendamping, pengurus dan pemerintah memiliki perannya
Space ini belum semua para pelaku usaha atau anggota di dalamnya mampu
untuk mempunyai produk yang baik. Ada beberapa dari mereka yang
belum berhasil dan masih terus berusaha dan belajar dalam pelatihan dan
pendampingan agar produk yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi dan
5.2 Saran
menghasilkan output
40
Saran lainnya adalah mungkin lebih ditingkatkan lagi untuk sosialisasi,
Gedebage ini. Karena mungkin untuk saat ini masih sedikit masyarakat yang
Maka dari itu baik itu pemerintah, akademisi, privat sektor harus bisa lebih
mensosialisasikan kembali agar program ini dapat dikenal oleh banyak orang.
sebagai upaya pungutan suara untuk menentukan waktu yang pas agar semua
pelaku usaha bisa berkumpul langsung. Dengan adanya sistem seperti itu dapat
dilihat siapa saja peserta yang bisa atau tidak, dan dapat diambil waktu yang
41
DAFTAR PUSTAKA
Ansell dan Gash. 2007. Collaborative Governance in Theory and Practice, Journal
Arifin, S., & Utami, D. (2018). Collaborative Governance Dalam Program Rintisan
Desa Inklusif Di Desa Sendangadi Kecamatan Mlati. E-Juarnal Fisip UNY,
7(3), 315–332.
Imanto, Y., Sungkari, H., & Prijotomo, J. (n.d.). A Creative Industry Innovation
Ecosystem and Architecture as Infrastructure to Develop Creative Cities.
Indradi, Sjamsiar Sjamsudin. 2016. Dasar – Dasar Dan Teori Administrasi Publik.
Malang: Inatrans Pulishing
Jeffrey, C. R., Utomo, H. S., & Irawan, B. (2021). Kontribusi Ruangku Co Working
Space Dalam Mengembangkan Sektor Ekonomi Kreatif Bagi Para Pemuda
Di Kota Samarinda. Jurnal Administrative …, 9(2), 1–13.
Mindarti, Lely Indah. 2016. Aneka Pendekatan dan Teori Dasar Administrasi
Publik. Universitas Brawijaya Press.
42
Mufiz, A. (2016). Pengantar ilmu administrasi negara. Jakarta: Graha Ilmu, 63.
Pratama, I. D., Salahudin, & Roziqin, A. (2021). Tata Kelola Kolaboratif Ruang
Terbuka Hijau: Sebuah Kajian Pustaka Terstruktur (Systematic Literature
Review). Jurnal Komunikasi Pembangunan,
Revida, Erika., dkk. 2020. Teori Administrasi Publik. Yayasan Kita Menulis
43
LAMPIRAN
44
45
46
47
48