Disusun oleh :
Syahierdian Wirdamawika Ramadhanny
105020309111001
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVESITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak,
oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis, antara lain :
1. Bpk. Prof. Dr. Candra Fajri A.,M.Sc selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya Malang.
2. Bpk Akie Rusaktiva Rustam,SE., MSA., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis,
sehingga penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Bpk. Nurkholis, SE.,MBus.,Ak.,Ph.D selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
4. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang,
terimakasih atas ilmu serta bimbingannya yang telah diberikan kepada
penulis.
5. Segenap Staff dan Administrasi Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya Malang.
6. Keluarga tercinta Ayah, Mama, Dinar dan Dian atas segala doa dan
dukungan tanpa henti.
7. Fanny atas segala perhatian, masukan, motivasi dan doa yang diberikan
kepada penulis selama ini.
8. Seluruh teman-teman Jurusan Akuntansi SAP Angkatan 2010 atas segala
perhatian, masukan, motivasi dan doa.
9. Kepada seluruh pihak yang telah mendukung proses penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Yang pada akhirnya tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini kecuali
Allah SWT, demikian pula penyusunan penulisan skripsi ini yang masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon kritik dan saran dari berbagai pihak
guna menyempurnakan penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta
mahasiswa pada khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAKSI
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 4
1.3.2 Manfaat Penelitian ……………………………………………… 4
1.4 Sistematika Penelitian …………………………………………………... 5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Corporate Social Responsibility ………………………………………… 7
2.1.1 Praktek CSR di Indonesia ………………………………………. 9
2.1.2 Komponen Dasar Corporate Social Responsibility …………….. 11
2.1.3 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR) ……….. 15
2.1.4 Tujuan Organisasi Atau Perusahaan Melaksanakan CSR ………. 18
2.2 Global Reporting Initiative (GRI) sebagai Pedoman
Pelaporan Pengungkapan CSR…………………….................................. 19
2.3 Konsep Biaya Lingkungan dan Tujuan Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan..................……………… 22
2.4 Dasar Hukum dan Peraturan
Corperate Social Responsibility (CSR) …………………........................ 25
2.6 Penelitian Terdahulu ……………………………………………………. 26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………….. 28
3.2 Jenis dan Sumber Data ………………………………………………….. 29
3.3 Metode Pengumpulan Data ……………………………………………… 29
3.4 Lokasi Penelitian ………………………………………………………… 30
3.5 Metode Analisis Data...………………………………………………….. 30
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah PT. Nestle ………………………………………………. 32
4.1.2 Sejarah Nestle di Indonesia ……………………………………… 33
4.1.3 Visi dan Misi PT. Nestle Indonesia ……………………………... 36
4.1.4 Motto, Nilai, danTujuan PT. Nestle …………………………….. 38
4.1.5 Lokasi dan Pemasaran PT. Nestle di Indonesia …………………. 39
4.1.6 Struktur Organisasi Perusahaan …………………………………. 41
4.2 Laporan Creating Shared Value (CSV)
PT. Nestle Indonesia …………………..…………………………………. 42
4.3 Implementasi CSV dari segi Ekonomi, Sosial
dan Lingkungan ………………………………………………………….. 49
4.3.1 Ekonomi ………………………………………………………… 49
4.3.2 Sosial ……………………………………………………………. 52
4.3.3 Lingkungan ……………………………………………………… 55
4.4 Proses alokasi dana untuk program Creating Shared Value …………… 58
4.5 Dasar penentuan dana untuk alokasi program CSV sesuai
peraturan dan hukum yang berlaku ......................................................... 60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 62
5.2 Keterbatasan Penelitian …………………………………………………. 64
5.3 Saran …………………………………………………………………… 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu tentang CSR ……………………………….. 32
Tabel 4.1 Sejarah singkat PT. Nestle di Indonesia ………………………… 41
Tabel 4.2 Manfaat CSV pada setiap rantai bisnis perusahaan …………….. 49
Tabel 4.4 Pengungkapan Strategi danProfil Perusahaan pada
laporan Creating Shared Value (CSV) ………………………….. 52
Tabel 4.5 Jumlah Item Sustainability Reporting Performance Indicator
yang dilaksanakan PT. Nestle Indonesia ………………………… 53
Tabel 4.6 Rata-rata pengungkapan indikator CSR
PT. Nestle Indonesia ……………………………………………...54
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Gambar 4.1 Piramida Creating Shared Value ………………………………… 50
LAMPIRAN
Oleh :
Syahierdian Wirdamawika Ramadhanny
105020309111001
By :
Syahierdian Wirdamawika Ramadhanny
105020309111001
By :
Syahierdian Wirdamawika Ramadhanny
105020309111001
PENDAHULUAN
negatif. Aspek positif tersebut meliputi perusahaan menyediakan barang dan jasa
yang diperlukan oleh masyarakat, serta menciptakan lapangan kerja baru. Namun,
di sisi lain tidak jarang masyarakat mendapat dampak buruk dari aktivitas bisnis
perusahaan. Banyak kasus ketidakpuasan publik yang bermunculan, baik yang
hal yang dipertimbangkan dan tidak jarang atau bahkan sering diabaikan. Hal
memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien dengan mengabaikan efek
yang ditimbulkannya.
Perusahaan diminta untuk bertanggung jawab atas penggunaan sumber daya yang
Atas masalah sosial yang ditimbulkannya, maka sudah selayaknya entitas bisnis
memadai, jelas, dan akurat. Transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya
Pada intinya CSR merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk ikut serta dalam
globalisasi saat ini, dimana aktivitas mereka tidak dapat dipisahkan dari
informasi yang tidak hanya berguna bagi aspek finansial, tetapi juga bagi usaha-
mereka dalam berbagai bentuk sesuai dengan jenis entitas bisnis mereka. Sesuai
aktivitas perusahaan yang tidak dapat dari lingkungan dan masyarakat maka
4. Apakah proses alokasi dana CSV telah sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Indonesia?
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan kali ini adalah untuk:
Bagi Penulis:
Bagi Perusahaan:
pengembangan masyarakat.
BAB I Pendahuluan
penelitian.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang akan
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
LANDASAN TEORI
untuk secara suka rela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial
sosial secara lebih sederhana dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan
sipil dan jaringan di tingkat global. Keprihatinan utama yang sering disuarakan
cara yang tidak fair dan tidak etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat
tentang program Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Mewajibkan CSR merupakan salah
pemerataan ekonomi.
partisipasi masyarakat, baik sebagai obyek maupun sebagai subyek program CSR.
Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh
dalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling
merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampak
positif maupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi,
adalah baik.
tanggung jawab sosial di Indonesia dapat digolongkan dalam tiga bentuk (Dewi
Ayuningtyas,2012), yaitu:
1. Public Relations
2. Strategi Defensif
Sedangkan model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-
coorporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari
maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana
korporasi. Artinya, kebijakan CSR tidak selalu dijamin selaras dengan visi dan
misi korporasi. Jika pimpinan perusahaan memiliki kesadaran moral yang tinggi,
kepuasan pemegang saham (produktivitas tinggi, profit besar, nilai saham tinggi)
serta pencapaian prestasi pribadi, maka kebijakan CSR hanya sekedar basa-basi
semata.
1. Profit
produksi limbah.
3. People
Ketiga komponen inilah yang saat ini kerap dijadikan dasar perencanaan
responsibility yang kemudian dikenal sebagai triple bottom line. Triple bottom
line merupakan sinergi dari tiga elemen yang merupakan komponen dasar dari
2. Program lingkungan
3. Program ekonomi
(Rahendrawan, 2006:63)
b. Mempersiapkan perangkat alat ukut kinerja dan alat ukur status dari
responsibility.
b. Memanage perubahan dan inovasi-inovasi yang dibutuhkan.
b. Mengimplementasikan program.
4. Evaluasi
evaluasi.
5. Pelaporan
d. Laporan verifikasi.
2.1.3 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Darwin (2006) ruang lingkup CSR terdiri dari lima pokok, yaitu:
HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan
bersangkutan.
dipabrik sendiri, dan di kantor pusat mulai dari soal sistem penggajian,
di bawah umur.
dampak lingkungan atas produk atau jasa mulai dari pengadaan bahan
setempat.
5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan. Apa saja yang dilakukan
oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari
1. Lingkungan
3. Energi
perusahaan.
Pada area ini, tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan efek
meliputi:
a. Praktik perekrutan.
b. Praktik pelatihan.
d. Kesehatan pekerja.
6. Keterlibatan Masyarakat
dan kemasan.
2.1.4 Tujuan Organisasi Atau Perusahaan Melaksanakan CSR
terbaik bagi pemegang saham dengan cara memenuhi tanggung jawab ekonomi,
tambah sebagai prasyarat untuk dapat berkembang. Laba merupakan pondasi yang
yang baik dan benar, adil dan berimbang. Perusahaan harus menghindari praktek
dimana muncul argumen bahwa labalah yang harus dipentingkan. Tetapi kegiatan
mencari keuntungan atau laba hendaknya dikaitkan atau tidak terlepas dengan
Pengungkapan CSR
Pedoman yang paling banyak dijadikan acuan dalam pelaporan CSR saat
ini adalah Global Reporting Initiative (GRI). GRI didirikan di New York pada
tahun 1997 dan saat ini berpusat di Amsterdam. GRI di bentuk untuk
ketelitian, batas waktu, dan dapat diverifikasi dari informasi yang dilaporkan.
Tujuan GRI adalah membuat pedoman bagi perusahaan sebagai dasar pelaporan
dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial dari kegiatan bisnis mereka (Global
Reporting Initiative,2005).
(comparability)
prinsip perilaku, standar kinerja atau sebuah sistem manajemen. Misi GRI adalah
konsistensi dan kegunaan yang lebih tinggi. Maksud dari Guidelines secara
Pelanggan
Pemasok
Karyawan
Penyedia modal
Sektor publik
Nilai tambah
a. Material
b. Pengolahan material
d. Energi
e. Air
f. Keanekaragaman hayati
h. Pemasok
j. Compliance
k. Transportasi
l. Keseluruhan
Ketenaga kerjaan
Non-diskriminasi
Kebebasan berserikat dan perundingan bersama
Pekerja anak
Praktek kedisiplinan
Praktek-praktek pengamanan
c. Kemasyarakatan:
Masyarakat
Penutupan operasional
Kontribusi politis
Periklanan
penggunaan bahan dan barang tersebut dapat pula dianggap sebagai biaya
b. Biaya Lingkungan
biaya penyusutan air, biaya untuk daur ulang, biaya untuk membayar
pada biaya overhead, bukan pada akun tertentu, dan hal seperti ini tidak dapat
harga yang harus ditetapkan oleh perusahaan atas barang atau jasa secara akurat
(Suhartono, 2006).
lingkungan. Akuntansi yang lebih rinci atas biaya pengelolaan lingkungan hidup
lingkungan perusahaan.
3. Pengungkapan
4. Laporan keuangannya
mengukur biaya dan manfaat sosial sebagai akibat dari kegiatan perusahaan dan
pelaporan prestasi perusahaan, dimana biaya dan manfaat tidak selalu dapat
baik dan lebih transparan dalam laporan keuangan. Selain itu juga akan
menimbulkan kesan positif dari stakeholder, yang dapat menaikkan citra positif di
perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program
bab III yaitu Penetapan dan Penggunaan Dana Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan pasal 8 ayat 1(a) dan 2(a) : ”penyisihan laba
Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan, Penetapannya pada bab III yaitu penetapan dan
penggunaan dana pasal 9 ayat (1) a dan (2) a : “penyisihan laba setelah pajak
masyarakat dan lingkungan agar mampu di respon positif oleh para konsumen.
pada perusahaan:
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu tentang CSR
dan menganalisa dari aspek-aspek pokok dan inti, lebih memperkuat lagi tentang
dan lebih memperkuat dasar-dasar dari laporan perusahaan yang ada pada
penelitian tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
terperinci mengenai fenomena sosial tertentu. Pada penelitian deskriptif, data yang
dianalisis tidak untuk menolak dan menerima hipotesis melainkan hasil analisis
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan, dalam
dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Kualitatif yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
dokumentasi. Data dokumentasi adalah jenis data penelitian yang antara lain
berupa faktur, jurnal, surat-surat, hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan
program. Data dokumentasi apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siap
yang terlibat dalam suatu kejadian. Dalam penelitian ini data dokumenter yang
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian
1. Teks lengkap, yang terdapat dalam buku, artikel, jurnal dan data online dari
internet.
opini mereka.
3. Observasi langsung sebagai sumber bukti lainnya. Hal ini akan memperkaya
Pasuruan Jawa Timur. Penelitian ini hanya berpusat di salah satu dari tiga pabrik
yang dimiliki oleh PT. Nestle Indonesia, akan tetapi mencakupi semua aspek
pertanggungjawaban sosial yang dimiliki oleh PT. Nestle Indonesia, mulai dari
Kejayan.
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
sebagai berikut:
Project Enginer.
lingkungan.
lebih dari 10 juta produk makanan pasaran setiap tahunnya. “Good Food, Good
Henry Nestle, yaitu seorang ahli gizi berkebangsaan Jerman. Hal yang melatar
belakangi Henry Nestle adalah banyaknya bayi yang meninggal dunia sebelum
usia mereka mencapai satu tahun, hal ini dikarenakan para ibu tidak dapat
menyusui bayinya sendiri. Terlebih lagi saat teman Henry Nestle menghampiri
bayi itu kerumahnya dan memberikan makanan berupa paduan roti, susu, dan
gula. Kondisi bayi tersebut berangsur baik dan pulih dari hari ke hari. Penemuan
makanan penambah gizi yang berhasil menekan angka kematian bayi. Sejak saat
itu Nestle menjadi perusahaan produsen makanan yang mendapat kepercayaan
dalam bahasa Jerman Swiss berarti sarang burung kecil (little nest), menjadi logo
Henry Nestle bukan saja melahirkan makanan bayi yang bermutu, namun
juga menjadi orang Swiss pertama yang membangun industri modern yang
berpikir akan pentingnya citra merek dan perusahaan. Melalui dua simbol anak
burung dalam sarang bersama induknya dengan penuh kasih sayang memberi
makanan kepada anaknya, citra Nestle langsung dikenal sebagai perusahaan yang
menghasilkan makanan bermutu penuh gizi. Simbol ini kemudian diubah pada
tahun 1868 dan langsung diterapkan di berbagai materi iklan dan publikasi.
Sampai sekarang logo ini tetap digunakan dalam nuansa modern sesuai dengan
kemajuan zaman.
Pada tahun 1910 susu “Tjap Nona” masuk ke pasaran Indonesia melalui
distributor yang ada di Singapura. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1965
mendorong Nestle dan para mitranya untuk membuka usaha di Indonesia. Pada
tanggal 29 Maret 1971, Nestle S.A yang berpusat di Vervey, Swiss bersama mitra
Waru, Jawa Timur. Pabrik ini didirikan pada tahun 1972 dan mulai beroperasi
Indonesia dalam membina petani sapi perah. Hal ini mendorong PT. Food
Kejayan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1988
serta diresmikan oleh Presiden RI (pada saat itu) Soeharto, pada Juni 1988.
Indonesia juga memproduksi mixes coffee dalam berbagai aroma. Pada tahun 1997
Nescafé mulai memasuki pasaran Rusia dalam kemasan jar dan dua tahun
pada tahun 2001 sebagian proses pengemasan untuk produk 3in1 diserahkan ke
Nestlé Indonesia.
anak perusahaan Nestle mengambil alih PT Multi Rasa Agung, yang memiliki
“Foxs”. Pada tahun 1990 diresmikan pabrik baru di Cikupa, Tangerang. Pada
Selain pabrik Waru, Kejayan, Cikupa dan Panjang, Nestle Indonesia juga
memiliki sebuah pabrik di Telaga yang memproduksi mie instan. Sejak tahun
Asean Indonesia berubah menjadi PT Nestle Indonesia, yang kedua pada akhir
Sakti, kemudian berubah menjadi PT Nestle Indonesia dan pabrik Telaga ditutup.
Ketiga, pada akhir tahun 2001 PT Nestle Beverages Indonesia dan PT Nestle
Waktu Perkembangan
Abad 19 Produk Nestle Milkmaid dikenal sebagai “Tjap Nona”
29 Maret 1971 Berdirinya PT. Food Specialities Indonesia
1972 Berdirinya Pabrik Waru, Jawa Timur
1973 Pabrik Waru mulai beroperasi dengan menghasilkan produk susu.
Berdirinya PT. Indofood Jaya Raya yang kemudian diganti dengan nama
12 April 1978
menjadi PT. Nestle Beverages Indonesia
Berdirinya Pabrik Panjang, Lampung yang menghasilkan produk-produk
1979
kopi.
1988 Berdirinya Pabrik Kejayan, Jawa Timur yang menghasilkan produk-
produk susu bubuk.
1990 Berdirinya Pabrik Cikupa, Tangerang yang menghasilkan produk-
produk confectionery.
1993 Perubahan nama PT. Food Specialities menjadi PT. Nestle Indonesia.
1995 Pengakuisisian PT. Supmi Sakti yang memproduksi mie instant dengan
pabrik yang berlokasi di Telaga.
1998 PT. Sumber Pangan Segar dan PT. Rola Perdana ditunjuk sebagai
distributor utama PT. Nestle Indonesia. Selanjutnya kedua perusahaan
ini bergabung dan berganti dengan nama PT. Nestle Distribution
Indonesia yang merupakan distributor tunggal.
2001 Penggabungan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam grup PT.
Nestle Indonesia menjadi satu badan hukum PT. Nestle Indonesia.
2002 Pengintegrasian Pabrik Waru dengan Pabrik Kejayan.
2005 Pembentukan joint venture dengan PT. Indofood Sukses Makmur, TBK
dengan nama perusahaan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia.
Sangatlah penting bagi suatu organisasi untuk memiliki suatu visi dan misi
yang sangat penting sebagai ciri khas dari identitas dan jati diri dari sebuah
through its people and products for its reliability, caring, quality and
honesty)
konsumen.
setiap kategori
Lingkungan.
pangan
kualitas
pencemaran lingkungan)
(Unggul).
4.1.4 Motto, Nilai, dan Tujuan PT. Nestle
visi dan motto tersebut bisa dijadikan suatu pedoman agar organisasinya bisa terus
berkembang, untuk itulah PT. Nestle Indonesia memiliki motto, nilai-nilai dan
a. Motto PT.Nestle
1. Passion
2. Menghormati
3. Integritas
4. Gigih
5. Unggul
Tujuan dari PT. Nestle adalah untuk menjadi perusahaan terdepan dalam
bersama.
Pusat PT. Indonesia Wisma Nestle, 5ft floor Arkadia Office Park Jl. T.B
pabrik ini memproduksi susu berdasarkan bahan baku asli dari penduduk
atau peternak Jawa Timur. Diawali dengan penerimaan sekitar 180 ton
perhari, kini penerimaan susu segar rata-rata 500 ton perhari. Pabrik
dan 40 km dari Kota Malang, hal ini sangat memudahkan akses bagi para
produksinya.
ini beroperasi dalam kapasitas dua kali lipat lebih besar dibanding
oleh Pabrik kejayan adalah susu bubuk DANCOW dengan segala macam
variasi rasanya, dan susu kental manis CARNATION, BEAR BRAND dan
MILKMAID.
pabrik yang berdiri pada tahun 1978 ini khusus memproduksi kopi instant
15710, pabrik yang berdiri pada tahun 1983 ini merupakan pabrik ketiga
yang didirikan oleh PT. Nestle, pabrik ini khusus memproduksi permen
produk-produk Nestle agar bisa sampai ketangan konsumen secara efisien, adapun
suara penuh dalam rapat anggota, sehingga pemegang saham atau anggota turut
bagian, yaitu struktur organisasi di kantor pusat dan struktur organisasi di setiap
Supply Chain, Divisi Sumber Daya Manusia, Divisi Legal and Corporate Affairs,
Divisi Penjualan, Divisi Infant Nutrition, Divisi Dairy Products, Divisi Coffee
ekonomi selama perusahaan itu beroperasi. Manfaat dari Creating Shared Value
bagi PT. Nestle Indonesia dan masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut.
bisnis utama perusahaan. Program utama atau kegiatan bisnis dan tujuan PT.
Nestle Indonesia adalah untuk menjadi perusahaan terkemuka dalam bidang gizi,
kesehatan dan keafiatan, maka telah diidentifikasi tiga bidang dalam CSV yaitu
bidang Gizi, Air dan Pembangunan Pedesaan. Keberlanjutan PT. Nestle yang
Laporan CSV adalah laporan yang dibuat oleh PT. Nestle Indonesia dalam
kurun waktu 2 tahun sekali, dan di dalam penelitian ini merupakan laporan kedua
yang telah diterbitkan oleh PT. Nestle. Laporan CSV yang pertama terbit di bulan
Agustus tahun 2009, sedangkan laporan yang diteliti kali ini adalah laporan kedua
Dalam laporan CSV ini tidak terdapat perubahan yang signifikan dari
laporan yang dibuat sebelumnya. Dalam pembuatan laporan ini PT. Nestle juga
analisa yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh PT. Nestle Indonesia.
maka dari itu PT. Nestle bekerja sama dengan Foundation Strategy Group (FSG).
Hasil yang didapat dari tinjauan tersebut adalah bagaimana PT. Nestle
rantai usaha, konteks pertumbuhan, manfaat untuk Nestle dan manfaat untuk
Masyarakat. Rantai usaha pada PT. Nestle, secara sederhana dapat diringkas
menjadi tiga komponen besar, yaitu Agriculture and sourcing, Manufacturing and
mengacu pada pelaporan Global Reporting Initiative (GRI) versi 3 atau biasa
disebut GRI G3 yang dalam laporannya memfokuskan diri pada aspek gizi, air
dan pembangunan pedesaan sesuai dengan bisnis PT. Nestle. Kerangka laporan
PT. Nestle juga disesuaikan dengan GRI G3, akan tetapi ada beberapa point-point
yang tidak dimasukkan oleh tim CSR PT. Nestle. Komparasi bentuk GRI yang
diaplikasikan oleh PT. Nestle pada laporan CSRnya bisa dilihat pada Tabel 4.3
Pada tabel 4.3, profil perusahaan yang diungkap kan pada laporan
strategi dan analisa, profil organisasi, parameter laporan, tata kelola, komitmen
pelaporan GRI G3. Berikut ini adalah tabel mengenai pengungkapan profil
Standart Disclosures :
Diungkapkan di CSV Tidak diungkapkan
Strategy & Profile
perusahaan pada laporan Creating Shared Value sebanyak 40 poin dari 42 poin
yang ditetapkan oleh standart pelaporan tanggung jawab perusahaan pada GRI
G3. Pada strategi, analisa dan profil organisasi PT. Nestle Indonesia telah
poin 3.7 tentang “Negara batasan tertentu pada ruang lingkup atau pada batasan-
batasan tertentu”
pengawasan organisasi"
Tabel 4.3 juga menunjukkan program-program yang dilaporkan oleh PT.
Nestle Indonesia yang ada pada laporan CSV dan sesuai dengan GRI G3 yang
Indonesia pada laporan Creating Shared Value (CSV) seperti yang kita ketahui
dan Sosial.
harus mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh GRI, dan di dalam standart
tersebut ada item-item yang harus dilaporkan oleh setiap perusahaan, total item
yang harus dilaporkan oleh perusahaan dalam hal ini ada 79. Akan tetapi pada
kenyataannya PT. Nestle tidak melaporkan semua item yang telah ditetapkan oleh
GRI tersebut. Berikut ini adalah jumlah dari indikator kinerja GRI G3 yang
Indikator
Jumlah Inti Tambahan Total
Kinerja
9 Topik
Ekonomi 2 0 2
7 inti, 2 tambahan
30 Topik
Lingkungan 5 2 7
17 inti, 13 tambahan
40 Topik
Sosial 17 5 22
25 inti, 15 tambahan
Total 31
Melalui tabel di atas kita dapat mengetahui apa saja topik yang
sosial. Bisa di lihat bahwa PT. Nestle Indonesia menuliskan 31 topik. Dari 31
topik tersebut memang telah menyangkut tiga indikator penting utama yaitu
Ekonomi, Lingkungan dan Sosial, akan tetapi hanya 39,24% yang telah dicapai
dari 79 item yang menurut penulis kurang maksimal sebagai perusahaan swasta
Lingkungan dan Sosial sesuai dengan GRI G3 bisa dibilang kurang karena hanya
melaporkan 31 dari 79 indikator standart GRI G3. Hal ini tentu saja sangat jauh
dari standart GRI karena diwajibkan bahwa 79 indikator tersebut harus ada dalam
pertanggungjawaban PT. Nestle Indonesia baik topik inti maupun topik tambahan.
9 Topik
Ekonomi 28.57% 0.00%
7 inti, 2 tambahan
30 Topik
Lingkungan 29.41% 15.38%
17 inti, 13 tambahan
40 Topik
Sosial 68% 33.34%
24 inti, 15 tambahan
indikator performa yang diungkapkan oleh PT. Nestle Indonesia pada laporan
Creating Shared Value (CSV) maka dapat ditentukan GRI Reports Application
Level yang sesuai dengan GRI Guidelines. Di dalam GRI Guidelines terdapat
Application Level yang ada pada GRI Guidelines, PT. Nestle Indonesia telah
melaporkan semua poin-poin penting pada profil perusahaan yang ditetapkan oleh
GRI G3, hanya 3.7 dan 4.1 yang tidak dilaporkan. Sedangkan untuk indikator
performa dari 79 indikator pada GRI G3, dan pada setiap indikator dan pelaporan
dari profil perusahaan PT. Nestle Indonesia pada laporan CSV telah disertai
diperoleh diatas maka penulis dapat menilai bahwa laporan keberlanjutan PT.
Value yang dibuat oleh PT. Nestle Indonesia hanya berkonsentrasi pada program
Gizi, Air atau lingkungan yang berkelanjutan dan Pembangunan Pedesaan. Pada
laporan CSV ini PT. Nestle Indonesia menjelaskan tentang program-program dan
program-program yang dilakukan oleh PT. Nestle Indonesia dari 3 aspek, yaitu
4.3.1 Ekonomi
wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Dari segi ekonomi PT. Nestle Indonesia
sangat memperhatikan aspek penting yang satu ini, hal tersebut bisa dilihat dari
dari segi ekonomi baik untuk perusahaan maupun masyarakat sekitar dan mitra
mempengaruhi aspek ekonomi baik pada PT. Nestle Indonesia maupun mitra
1. Program yang dibentuk oleh PT. Nestle Indonesia dengan koperasi susu
yang ada masih sangat tradisional, tidak memiliki alat pendingin tersebut,
hal ini sangat penting agar susu yang disetorkan ke pabrik masih steril
tentu saja koperasi menjadi lebih maju karena tingkat efisiensi pengelolaan
susu segar setiap harinya semakin efektif dan tidak ada susu segar yang
agar dapat menambah jumlah sapinya. Program ini PT. Nestle Indonesia
biogas ini para peternak sapi tidak perlu untuk mengeluarkan dana lagi
untuk membeli minyak tanah maupun gas elpiji untuk keperluan memasak
sehari-hari, karena dengan adanya unit biogas ini peternak sapi hanya
perlu mengolah kotoran sapi untuk kemudian diubah menjadi gas dengan
produksi.
ke koperasi susu meningkat, harga susu per liter mereka juga dibeli dengan
peternak.
Untuk program biogas PT. Nestle Indonesia bekerja sama dengan HIVOS,
yaitu Lembaga Sosial Masyarakat dari Belanda yang mendukung program biogas
perekonomian para peternak susu dan koperasi mitra bisnis Nestle, para peternak
susu bisa mendaftarkan diri untuk mendapat pinjaman modal tanpa bunga untuk
mendirikan unit biogas bagi setiap anggotanya melalui koperasi mitra bisnis PT.
Nestle Indonesia. Melalui biogas ini para peternak cukup memerlukan kotoran
4.3.2 Sosial
Kegiatan bisnis yang dilakukan oleh PT. Nestle Indonesia tidak luput dari
program dan kegiatan PT. Nestle dari segi sosial. Program-program yang
dilakukan oleh PT. Nestle dari segmen sosial ini mengarah kepada para mitra
bisnis perusahaan, kemudian dari segi pengendalian mutu produk PT. Nestle
Kegiatan sosial ini juga bertujuan untuk pengendalian mutu produk untuk
Berikut ini adalah analisis aspek sosial yang ada pada laporan Creating
rantai pasokan dari pertama kali susu segar disetorkan, melalui proses
perusahaan.
memerah sapi dengan baik dan benar, susu harus dimasukkan dalam
untuk mendapatkan kualitas rasa yang tepat dan baik. Pengenalan teknik
Memberikan pelatihan serta kepada guru dan kepala sekolah. PT. Nestle
sekolah, PT. Nestle Indonesia juga melakukan hal yang sama kepada
orang tua untuk lebih mengetahui tentang perkembangan fisik dan mental
anak, dengan bekerja sama dengan psikolog spesialis anak dan spesialis
gizi medik.
Pertanian Bogor.
raga, kali ini perusahaan ini melakukannya pada bidang bulu tangkis
Kegiatan ini juga menjadi ajang pencarian bakat dan prestasi generasi
muda, dengan dukungan dari Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia,
Sebagian besar kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT. Nestle Indonesia
pengobatan dan kegiatan pengenalan teknik kepada mitra bisnis dan masyarakat.
dengan beberapa instansi atau organisasi baik dari pemerintah maupun swasta.
imunisasi anak dan pemeriksaan kandungan ibu, PT. Nestle bekerja sama dengan
dokter ahli kandungan dan gizi medik. Berikut ini adalah beberapa instansi baik
Posyandu
bisnisnya pasti akan sangat dekat dengan masalah lingkungan. Terutama bagi PT.
perhatian adalah masalah limbah perusahaan, baik itu limbah cair, limbah padat
Pada laporan Creating Shared Value, kegiatan yang dilakukan oleh PT.
sekitar dibahas dengan tema Air dan lingkungan yang berkelanjutan. Berikut ini
peralatan. Kemudian air hasil dari pemisahan susu segar juga bisa
2. PT. Nestle Indonesia juga telah mengganti sumber energi utama sebagai
minyak bumi, yaitu Heavy Fuel oil (HFO) dan Light Fuel Oil (LFO) atau
atau pembangkit listrik dan uap gabungan yang menggunakan bahan bakar
Treatment Plant (WWTP) yang telah sesuai dengan standar nasional dan
internasional. Fasilitas ini memproses air limbah menjadi air bersih dengan
khususnya pada pulau Sumatra, pada Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rahman di Lampung.
5. Program Air Bersih dan Sanitasi dengan bekerja sama dengan Palang
Creating Shared Value dilaporakan melalui tiga pokok penting, yaitu Gizi, Air
yaitu Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Pada laporan CSV ini program Gizi, Air
dan Pembangunan Pedesaan sudah terdapat ketiga aspek tersebut pada masing-
masing program.
sebagai bentuk promosi agar dapat meningkatkan hasil penjualan produknya. Dari
aspek sosial tentu saja dengan dilakukannya pendekatan kepada masyarakat dan
Pada program Air, PT. Nestle Indonesia juga telah menyangkut aspek
pengolahan limbah hasil produksi perusahaan, penggunaan air secara baik dan
benar. Dari aspek sosial bisa dilihat pada bagaimana perusahaan mengalirkan air
bersih hasil proses dari fasilitas pengelolaan air limbah kepada masyarakat sekitar
dan para peternak susu, hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat perekonomian
mereka menjadi lebih baik dan memberikan dampak baik bagi perusahaan. Dari
aspek sosial telah dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada para peternak
susu tentang bagaimana mengolah susu dan ternaknya secara baik dan benar,
kemudian memberikan bantuan langsung kepada para peternak susu yang telah
mendapatkan unit biogas kepada para peternak susu melalui koperasi, para
peternak tidak akan kesusahan untuk membuang limbah atau kotoran sapi,
peternak bisa mengolahnya menjadi biogas untuk kebutuhan memasak dan rumah
tangga sehari-hari, dengan ini lingkungan akan terjaga dengan baik dan
Untuk anggaran dana yang dikeluarkan oleh PT. Nestle Indonesia pada
Indonesia membuat rencana anggaran kerja yang akan dilakukan. Sebelumnya PT.
ke bagian direksi dan keuangan untuk dibahas dalam rencana kerja dan anggaran
dana perusahaan dan para pemegang saham perusahaan yang berada di PT. Nestle
Indonesia. Setelah jumlah anggaran telah disetujui, maka dana akan cair dan
Tidak semua jumlah anggaran yang telah diberikan sesuai dengan nominal
yang diminta oleh tiap-tiap departemen, PT. Nestle Indonesia juga menyeleksi
apakah anggaran tahun kemarin ada kelebihan atau justru kekurangan. Usai
kontrol agar tidak terjadi penyimpangan di lapangan. Setiap satu bulan, triwulan
dan per semester sekali tiap departemen melaporkan ke kantor pusat atas
Creating Shared Value. Tidak hanya itu saja, PT. Nestle Indonesia khususnya
departemen procurement dan tim CSR juga selalu mengadakan rapat koordinasi
setiap triwulan sekali untuk membahas kegiatan CSV dan juga melakukan survey
Sehingga pada akhir tahun nanti, evaluasi kegiatan CSR yang telah dilaksanakan
dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan target perusahaan.
Alokasi dana PT. Nestle Indonesia untuk program CSV ini diambil 1%
dari laba bersih perusahaan yang kemudian dimasukkan ke dalam anggaran dasar
dasar perusahaan tersebut diambil dari tahun buku sebelumnya untuk kegiatan
tahun berikutnya. Apabila ada sisa anggaran akan disimpan dan kelebihan
anggaran tersebut akan dibahas pada rapat dewan direksi untuk program CSV
tahun berikutnya.
tahunan tersebut dibuat berdasarkan atas rencana kerja perusahaan selama setahun
ke depan, serta atas permintaan dari masyarakat sekitar. Setelah rencana anggran
dilaporakan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan. Dari laporan tersebut
Indonesia
penentuan program CSRnya. Begitu juga dengan PT. Nestle Indonesia juga
no. 40/ 2007 dengan mencalonkan kandidat Dewan Direksi untuk kemudian
serta mengacu pada Akta Pendirian Perusahaan PT. Nestle Indonesia. Dalam hal
ini, para pemegang saham mencalonkan kandidat untuk mengisi posisi Dewan
dalam Pasal 93 UU PT no.40/ 2007. Pada RUPS, mekanisme yang digunakan juga
Alokasi dana untuk program tanggung jawab sosial atau Creating Shared
Value pada tahun 2011 adalah sebesar 1% yang diambil dari laba bersih tahun
buku 2010. Dana tersebut kemudian digunakan sebagai proses alokasi dana pada
Creating Shared Value pada PT. Nestle Indonesia telah sesuai dan mengacu pada
keputusan dari Menteri BUMN dalam Peraturan Menteri Negara BUMN no.Per-
perusahaan untuk program CSR. Maka dari itu, menurut peneliti PT. Nestle
sebesar 1% telah sesuai dengan peraturan yang berlaku karena pemerintah hanya
PENUTUP
10.1 Kesimpulan
bahas pada penelitian tentang analisis pada PT. Nestle Indonesia ini. Pertama
adalah bentuk dari laporan Creating Shared Value PT. Nestle Indonesia dibuat
Guidlines. Pada laporan CSV ini profil perusahaan berupa pengungkapan profil
pedoman GRI G3. Laporan Creating Shared Value yang disusun oleh PT. Nestle
memang mengikuti standart yang dikeluarkan oleh GRI, akan tetapi tidak semua
berdasarkan Application Level Criteria dalam GRI Application Level yang ada
pada GRI Guidelines hal tersebut menjadikan PT. Nestle Indonesia hanya
dan Sosial dalam pelaksanaan CSV pada PT. Nestle Indonesia dapat kita lihat
pada program-program CSV yang telah dilakukan oleh PT. Nestle Indonesia.
Sebagian besar program yang dijelaskan menyangkut bagian dari indikator
Lingkungan dan Sosial. Hal tersebut dapat kita lihat dari banyaknya program yang
pedesaan, pelatihan kepada peternak sapi, pengubahan sumber energi baru dan
tersebut mempunyai struktur penerapan yang baik karena PT. Nestle mempunyai
dan kebijakan perusahaan yang dipakai sebagai penetapan sarana utama dalam
Permasalahan yang ketiga proses alokasi dana yang dikeluarkan oleh PT.
RUPS. Setelah anggaran selesai dibuat diajukan ke bagian direksi dan keuangan
untuk mendapatkan persetujuan. Setelah jumlah anggaran disetujui dana akan cair
dan dibagian ke tiap-tiap departemen. PT. Nestle dan tim CSR juga melakukan
anggaran dasar perusahaan tersebut diambil dari tahun buku sebelumnya untuk
kegiatan tahun berikutnya. Apabila ada sisa anggaran akan disimpan dan
kelebihan anggaran tersebut akan dibahas pada rapat dewan direksi untuk program
Terakhir adalah dasar penentuan dana untuk program CSV ini dikeluarkan
oleh perusahaan sebesar 1% yang diambilkan dari laba bersih perusahaan tahun
untuk menjalankan CSV ini dilakukan sesuai dengan UU PT no. 40/ 2007 dan
Akta Pendirian Perusahaan yakni pada Pasal 93 UU PT no.40/ 2007. Pada RUPS,
Anggaran Dasar Perusahaan. Alokasi dana tersebut juga telah sesuai dengan
peraturan yang di buat oleh negara dan telah mematuhi peraturan menteri negara
BUMN no.Per-05/MBU/2007
pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik
lagi. Keterbatasan tersebut adalah tidak adanya laporan keuangan yang lebih
perusahaan dan seberapa besar biaya CSR yang dibagikan ke tiap-tiap departemen
10.3 Saran
perhitungan biaya CSR dan bisa menjelaskan berasal dari mana saja biaya-
Tabel 4.3 Komparasi bentuk GRI yang diaplikasikan oleh PT. Nestle pada