Anda di halaman 1dari 20

KOTA KREATIF DESAIN DALAM MEDIA KOMUNIKASI

(Strategi Penggunaan Media Komunikasi Pemerintah Kota Bandung dalam


Rangka Mensosialisasikan Bandung sebagai Kota Kreatif Desain)

Imanda Kartika Sari


Sri Herwindya Baskara Wijaya

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
This study aimed to determine about how the goverment of Bandung using
media of communication on sosializing Bandung as a creative city design. In
addition, this study also discussed the urgency of Bandung as a creative city of
design, creative programs established by the government and found the supporting
factors and obstacles in the mediated of communication. Based on the results of this
research is that the urgency of Bandung as a city of design is to raise the happiness
index of Bandung city and boost tourism. Programs that are set in the form of local
initiatives and initiatives involving other cities. The government of Bandung used
communication strategies that; get to know the audience, compose the message, set
the method, selection and media selection and monitoring and evaluation.
Supporting factor is there’s the command from mayor of Bandung, Ridwan Kamil
that all goverment employee in Bandung must have social media; human resources
technology literacy; and the advantages of communication technology used. And
the obstace factor are some people who are not familiar with communications
technology; there are still people who are skeptical and from internal side is admin
of social media goverment uploads the information in the wrong time.
Keywords: qualitative descriptive, creative city, the city of design, communication
strategy

Pendahuluan
Kota kreatif adalah “kota yang menciptaan lingkungan yang mendukung
orang untuk memikirkan, merencanakan, dan bertindak dengan imajinasi dalam
memanfaatkan kesempatan dan masalah kota, mengubah kesempatan menjadi
pemecahan”. Menurut Landry, yang penting adalah keberadaan “piranti keras”
(infrastruktur) dan “piranti lunak” (tenaga kerja yang dinamis, fleksibel dan

1
memiliki kemampuan tinggi)1. Ide kota kreatif dipilih karena dapat membangun
indentitas lokal sehingga mampu memberikan kontribusi dalam bidang ekonomi,
serta berbasis dari sumber daya yang dapat diperbaharui, yakni kreativitas manusia
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalamnya.
Konsep kota kreatif telah banyak diterapkan berbagai kota di dunia. Kota
kreatif terhubung dalam jaringan-jaringan kota kreatif yang dinaungi oleh
UNESCO. Jaringan kota kreatf (creative network) dibentuk pada tahun 2004
dengan nama UCCN (UNESCO Creative City Network). UCCN ini merupakan
wadah bagi berbagai kota kreatif dan mendorong kemitraan pembangunan. Tercatat
sebanyak 116 anggota dari 54 negara tergabung dalam jejaring kota kreatif
UNESCO ini2. UNESCO mengelompokkan kota kreatif berdasarkan tema-tema
tertentu sesuai dengan lokalitas suatu kota, diantaranya adalah kota literatur,
sinema, musik, kerajinan dan kesenian rakyat, desain, seni media, dan kuliner.
Di Indonesia, predika kota kreatif versi UNESCO didapatkan oleh Kota
Pekalongan pada 1 Desember 2014 dalam kategori Craft and Folks Art atau
Kerajinan dan Kesenian Rakyat melalui kerajinan batiknya. Pada tahun 2014, Kota
Pekalongan merupakan kota pertama dan satu-satunya bahkan di Asia Tenggara
yang berhasil masuk dalam jejaring kota kreatif dunia.
Tidak hanya Kota Pekalongan saja yang berjuang untuk bisa mendapatkan
predikat kota kreatif versi UNESCO ini, sejak tahun 2012 Kota Bandung telah
melakukannya. Setelah tiga tahun berjuang akhirnya pada 11 Desember 2015, Kota
Bandung mendapatkan predikat kota desain versi UNESCO. Desain dalam
pengertian yang dimaksud adalah “bangunan proses kreatif” dalam memunculkan
warna dan karya-karya baru, berpijak dengan alas dan bahan yang sudah ada3.
Kota ini dianggap memiliki beragam potensi yang mengarah pada kreatif
desain baik dari segi desain interior, eksterior, desain kreatif yang mengacu pada
usaha ekonomi kreatif dan sebagainya. Pusat kreativitas Kota Bandung berasal dari

1
http://ayorek.org/2013/08/kota-kreatif-sejarah-singkat-dan-
tantangannya/#sthash.Il5jt2PX.CqpLeZgv.dpbs diakses pada 11 April 2016, pukul 21.22 WIB.
2
http://en.unesco.org/creative-cities/home diakses pada 14 Agustus 2016, pukul 00.45 WIB
3
http://edisicetak.joglosemar.co/node/115812 diakses pada 13 April 2016, pukul 00.55 WIB

2
masyarakatnya dimana berbagai komunitas kreatifnya sangat aktif untuk
membangun kepedulian pada pengaplikasian usaha ekonomi kreatif.
Dibalik penghargaan yang membanggakan tersebut, masih banyak
permasalahan yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Kota Bandung.
Permasalahan tersebut baik secara persepektif lingkungan maupun sisi
kemasyarakatan. Adapun berbagai permasalahan Kota Bandung diantaranya:
1. Tingginya angka pengangguran di Kota Bandung. Menurut Dinas
Ketenagakerjaan Kota Bandung mencatat terdapat 107.565 warga Kota
Bandung tidak memiliki pekerjaan. Angka ini naik jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang berjumlah 95 ribu warga Kota Bandung4.
2. Kurangnya ruang terbuka hijau di Bandung. Idealnya, kota seperti Bandung
harus memiliki ruang terbuka hijau mencapai 30% dari total luas wilayah.
Dengan luas wilayah mencapai 17.000 hektar maka ruang terbuka hijau di
kota Bandung harusnya sekitar 6000 hektar. Namun kenyataannya kota
Bandung hanya memiliki ruang terbuka hijau seluas 1.700 hektar. Luas ini
hanya mencapai angka 8,76% dari total luas wilayah kota5.
3. Tata ruang yang tidak terkendali. Infrastruktur di Bandung sangat minim
pada tahun 2005 tercatat jalan di Bandung hanya 2,32% dari luas Kota
Bandung sehingga menyebabkan kemacetan6.
Salah satu solusi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung ialah
dengan melakukan perencanaan kota yang dapat mendorong suatu kota agar lebih
atraktif, serta mengubah kelemahan menjadi tantangan dan mengoptimalisasikan
potensi dalam kota. Melalui predikat kota desain akan banyak aspek yang tersentuh
dalam pembangunan di Kota Bandung. Hal inilah yang ingin disampaikan bahwa
melalui predikat ini Pemkot Bandung akan berupaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat kota Bandung. Masyarakat harus diberikan pengertian dan pemahaman
tentang kota desain itu sendiri dan apa keuntungan yang didapat melalui predikat

4
http://bandungekspres.co.id/2016/angka-pengangguran-kota-bandung-meningkat/ diakses pada 14
Oktober 2016, pukul 01.47 WIB
5
http://travel.kompas.com/read/2014/02/04/1803414/Kunjungan.Wisman.Terus.Meningkat diakses
pada 12 April 2016, pukul 08.22 WIB
6
http://www.slideshare.net/joihot/dokumen-rtrw-kota-bandung-tahun-2011-2031 diakses pada 15
Agustur 2016, pukul 01.24 WIB.

3
ini hingga sejauh mana kota kreatif desain ini dapat memberikan kehidupan yang
lebih baik. Maka dari itu untuk memberitahukan secara luas dibutuhkanlah sebuah
sosialisasi.

Rumusan Masalah
Penelitian ini berusahan menggambarkan tentang:
1. Apa urgensi Kota Bandung sebagai kota kreatif desain?
2. Program kreatif apa saja yang ditetapkan Pemerintah Kota Bandung sebagai
upaya mempertahankan predikat Kota Bandung sebagai kota krearif desain?
3. Bagaimana strategi penggunaan media komunikasi Pemerintah Kota
Bandung dalam rangka mensosialisasikan Kota Bandung sebagai kota
kreatif desain?
4. Faktor apa saja yang mendukung strategi komunikasi penggunaan media
komunikasi Pemerintah Kota Bandung dalam rangka mensosialisasikan
Kota Bandung sebagai kota kreatif desain?
5. Faktor apa saja yang menghambat strategi komunikasi penggunaan media
komunikasi Pemerintah Kota Bandung dalam rangka mensosialisasikan
Kota Bandung sebagai Kota Kreatif Desain?

Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Hovland, Laswell mengemukakan bahwa cara yang baik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:
Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau
Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan
Pengaruh Bagaimana?. Definisi diatas menjelaskan bahwa, komunikasi
merupakan proses penyampaian simbol-simbol balk verbal maupun
nonverbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator
akan mendapat respon dari komunikan selama keduannya memiliki
manna yang sama terhadap pesan yang disampaikan Jika disimpulkan
maka komunikasi adalah suatu proses, pembentukan, penyampaian,
penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam seseorang dan

4
atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu sebagaimana
diharapkan oleh komunikator7.
Menurut Effendy, dalam rumusan Laswell mengenai “efek apa yang
diharapkan”, secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab.
Pertanyaan tersebut diantaranya:
- When (kapan dilaksanakannya?)
- How (bagaimana melaksanakannya?)
- Why (mengapa melaksanakan demikian?)
Tambahan pertanyaan tersebut sangat penting karena pendekatan
(approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi bisa
berjenis-jenis, yakni:
- Information (informasi)
- Persuasion (persuasi)
- Instruction (instruksi)

2. Media Komunikasi
Media sebagai suatu sarana atau alat yang digunakan komunikator atau
sumber untuk menyampaikan atau menyebarkan pesan agar dapat sampai pada
komunikan. Media adalah “saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator ke komunikan”.
Proses komunikasi bermedia inilah dianggap sebagai proses komunikasi
secara sekunder. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan
media yang dapat diklarifikasikan sebagai media massa (mass media) dan
media nirmassa atau media no massa (non-massa media). Media massa
misalnya surat kabar, radio siaran, radio televisi, dan film yang diputar di
gebung bioskop memiliki ciri-ciri tertentu, antara ciri masif atau massal
yakni tertuju pada sejumlah orang yang relatif amat banyak. Sedangkan
media nirmassa atau media non massa, umpannya surat, telepon, telegram,
poster, spanduk, papan pengumuman, buletin, folder, majalah organisasi,
radio amatir atau radio CB (citizen band), televisi sekitar (closed circuit
televisio), dan film.8.

7
Deddy, Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. 2010. Bandung: Remadja Rosdakarya, hlm
68.
8
Onong Uchjana, Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. 2003. Bandung: Remaja
Rosdakarya, hlm 18.

5
3. Teknologi Komunikasi
Teknologi adalah “a design for instrumental action that reduces the
uncentainty in cause-effect relationship involve in achieving a desired outcome”.
Teknologi komunikasi diartikan sebagai perlengkapan hardware, struktur
organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana individu-individu mengumpulkan,
memproses, dan tukar menukar informasi dengan individu-individu lain9. Salah
satu teknologi komunikasi generasi terbaru yang banyak digunakan adalah
smartphone. Secara umum smartphone adalah sebuah ponsel multifungsi yang
dilengkapi dengan kemampuan untuk mengakses internet. Smartphone, handphone,
tablet PC, laptop, komuputer dan sebagainya merupakan perangkat elektronika
yang dibentuk secara portable dan mobile dengan adanya microchip10.

4. Strategi Komunikasi
Hallahan mendefinisikan strategi komunikasi sebagai ‘alat’ yang sengaja
digunakan oleh organisasi untuk mencapai misi dan tujuannya. Sehingga sifatnya
informatif, persuasif, dirskusif serta berupa komunikasi relasional bila digunakan
dalam konteks pencapaian misi organisasasi. Allan Hancock dalam Eddie C.Y. Kuo
(1996) mengungkapkan bahwa perencanaan komunikasi, dan sedapat mungkin
diinterpretasikan dalam tiga unsur, yaitu (1) kebijakan pembangunan dan publik,
(2) sistem infrastruktur komunikasi dan (3) teknologi.
Arifin dalam Marhaeni Fajar mengungkapkan bahwa rumusan rancangan
strategi terdiri dari11:
1. Mengenal Khalayak
Komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan
khalayak, terutama pesan, metode dan media dengan memahami pola pikir
(frame of reference) dan lapangan pengalaman (field of experince)
khalayak secara tepat dan seksama.

9
Agoeng, Noegroho. Teknologi Komunikasi. 2010. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm 3.
10
Jack, Febrian dan Farida Andayani. 2002. Kamus Komputer dan Istilah Teknologi Komunikasi.
Bandung: Informatika. Hlm 142.
11
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm 184-
213.

6
2. Menyusun pesan
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah
mampu membangkitkan perhatian untuk selanjutnya menggerakkan
seseorang atau banyak orang melakukan suatu kegiatan (action) sesuai
tujuan yang dirumuskan.
3. Menetapkan metode
Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan bentuk pesan, keadaan
khalayak, fasilitas dan biaya. Metode komunikasi yang efektif menurut
Arifin:
a. Redundancy (repetition)
Mempengaruhi khalayak dengan cara mengulang-ulang pesan kepada
khalayak
b. Canalizing
Komunikator menyediakan saluran- saluran tertentu untuk menguasai
motif-motif tertentu yang ada pada khalayak dengan memahami dan
meneliti pengaruh kelompok terhadap individu dan masyarakat.
c. Informatif
Suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak
dengan cara (metode) memberikan penerangan. Penerangan
(information) berarti pesan-pesan yang dilontarkan itu berisi tentang
fakta-fakta dan pendapat-pendapat yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
d. Persuasif
Suatu cara untuk mempengaruhi komunikan dengan tidak diberi
kesempatan untuk banyak berpikir kritis, bahkan kalau perlu khalayak
itu dapat terpengaruh secara tidak sadar (suggestive). Sehubungan
dengan proses komunikasi persuasif itu, berikut ini adalah teknik-
teknik yang dapat dipilih12:
- Teknik asosiasi
Penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya
pada suatu obyek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian
khalayak.
- Teknik integrasi
Kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara
komunikatif dengan komunikan.
- Teknik ganjaran
Kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara
mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau yang
menjanjikan harapan.

12
Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Hlm 27.

7
- Teknik tataan
Upaya menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa, sehingga
enak didengar atau dibaca serta termotivasikan untuk
melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan tersebut.
- Teknik red-herring
Seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam
perdebatan dengan mengelakkan argumentasi lemah untuk
kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang
dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh untuk menyerang
lawan.
e. Educative Method (Metode Pendidikan)
Mendidik berarti memberikan ide kepada khalayak, apa adanya dari
segi kebenarannya, dengan sengaja, teratur dan berencana, dengan
tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.
f. Cursive method
Mepengaruhi khalayak dengan cara memaksa. Metode kursif ini
biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan- peraturan,
perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi untuk pelaksanaannya
yang lebih lancar.
4. Seleksi dan penggunaan media
Sebelum suatu pesan disampaikan, perlu dipertimbangkan tentang
penggunaan media atau saluran yang paling efektif. Di dalam ilmu
komunikasi, dikenal komunikasi langsung (face to face), media
massa dan media nirmassa.

5. Kota Kreatif Bidang Desain


UNESCO menetapkan bagi kota-kota yang ingin menjadi bagian dari
Creative City Network (Jaringan Kota Kreatif), maka harus memenuhi kriteria
yang sesuai dengan tema masing-masing kota kreatif. Beberapa kriteria kota
desain antara lain:
1. Adanya satu atau banyak industri desain yang sudah mapan
2. Lansekap budaya dipenuhi oleh desain dan lingkungan terbangun seperti
arsitektur, perencanaan kota, ruang publik, monumen, transportasi,
signage dan sistem informasi.
3. Adanya sekolah desain dan pusat penelitian desain
4. Adanya kelompok-kelompok penelitian, bagi perancang dan pencipta,
dengan kegiatan yang berkesinambungan, pada tingkat lokal atau

8
nasional.
5. Mempunyai pengalaman dalam penyelenggaraan pekan raya, acara dan
pameran yang didedikasikan untuk desain.
6. Adanya kesempatan bagi perancang lokal dan perencana kota untuk
pemanfaatan bahan- bahan kandungan lokal.
7. Terdapat industri kreatif berbasis desain seperti arsitektur fashion dan
tekstil, perhiasan dan aksesoris, desain grafis, dan lain-lain.

Metodologi
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif karena menggambarkan bagaimana strategi penggunaan media
komunikasi pemerintah kota Bandung dalam rangka mensosialisasikan Bandung
sebagai kota desain. Sumber utama menggunakan 11 narasumber yang terdiri dari
8 orang perwakilan Pemkot Bandung dan 3 orang perwakilan warga Bandung yang
didapatkan melalui wawancara. Data pendukung lainnya diperoleh dari dokumen,
artikel, literatur, jurnal serta situs internet yang berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif menggunakan teori Miles dan Huberman yang lazim disebut interactive
model13. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1) Reduksi
data (data reduction), 2) Penyajian data (data display), 3) Penarikan serta pengujian
kesimpulan (drawing and cerifying conclusions). Penulis juga menggunakan teknik
trigulasi validitas data atau disebut trigulasi sumber, yaitu teknik yang mengarahkan
peneliti agar di dalam menggumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam
sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau atau sejenis, akan lebih
mantap kebenarannya apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda14.

13
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. 2007. Yogyakarta: Lkis, hlm 104.
14
Sutopo. Metologi Penelitian Kualitatif. 2002. Surakarta: UNS Press, hlm 78,

9
Sajian dan Analisis Data
A. Urgensi Bandung sebagai Kota Desain
1. Meningkatkan Indeks Kebahagiaan Masyarakat Kota Bandung
Data Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menyebutkan pada tahun
2013 sebanyak 600 ribu warga Bandung dinyatakan stres. Beberapa faktor
yang menyebabkan warga Bandung ini stress ialah faktor ekonomi dan kota
semakin semrawut15. Melalui mimpi mewujudkan kota yang ramah dan kelak
membahagiakan masyarakatnya, Ridwan Kamil menyusun sejumlah hal
formal yang dilakukan bersama Pemerintah Kota Bandung. Salah satu program
tersebut ialah dengan memperbanyak ruang publik sebagai ruang interaksi.
Keinginannya untuk memperbanyak ruang publik ini diimplementasikan
melalui berbagai taman tematik yang sengaja dibuat dengan konsep dan desain
yang berbeda dan khas. Berbagai taman tematik yang dibangun dan terus
diperlihara merupakan salah satu aspek pendukung dalam kota desain dunia.
Inilah titik poin dimana kota desain dapat meningkatkan indeks kebahagiaan
masyarakat kota Bandung dan sebaliknya. Melalui langkah-langkah diatas,
maka menurut hasil penelitian departemen Statistika Unpad menyampaikan
bahwa Indeks Kebahagiaan (Happiness Index) standar BPS warga kota
Bandung naik dari 68,23 di tahun 2014 menjadi 70,76 di akhir tahun 2015. Jika
menggunakan skor Amerika Serikat skornya menjadi 7416.

2. Mendongkrak Pariwisata Kota Bandung


Bandung sebagai kota desain dunia dianggap mampu untuk
meningkatkan kepariwisataan di Kota Bandung. Ada kolerasi antara kreatifitas
di kota Bandung dengan meningkatkan jumlah wisatawan. Pelaku ekonomi
kreatif dalam berbagai bidang baik kuliner hingga kesenian ini tidak pernah
kehabisan ide untuk berinovasi membuat desain produk yang menarik.

15
Andrian, Salam Wiyono. 2013. Ridwan Kamil: Sebanyak 600 ribu warga Bandung Stress.
http://www.merdeka.com/peristiwa/ridwan-kamil-sebanyak-600-ribu-warga-bandung-stres.html.
29 Agustus 2016, pukul 18.39 WIB.
16
Arif, Budianto. 2015. Indeks Kebahagiaan Warga Bandung di Atas 70%. http://www.koran-
sindo.com/news.php?r=6&n=74&date=2015-12-31. 29 Agustus 2016, pukul 00.09 WIB.

10
Beragam kreatif kuliner bisa dijumpai di berbagai sudut kota, kreatif fashion
yang tersebar melalui distro, factory outlet dan lainnya, berkembangnya seni
dan pusat pendidikan serta kreativitas kota Bandung menjadi beberapa alasan
dalam mendongkraknya pengembangan pariwisata kota ini.

B. Program Kreatif yang Ditetapkan Pemerintah Kota Bandung


Kota kreatif desain tidaklah semata mengenai bentuk fisiknya saja, namun
di dalamnya harus ada sinergi aktif dari berbagai pihak yang terlibat. UNESCO
sendiri meminta kepada kota dan negara yang masuk jejaring kota kreatif untuk
mengedepankan hal-hal seperti; adanya kolaborasi antara berbagai unsur seperti
pemerintah, komunitas, profesional (desainer), dan akademisi. Hal tersebut dapat
diwujudkan melalui:
- Program/inisiatif local, yakni dengan mendirikan Bandung Creative Centre
(BCC) dan meluncurkan program IURAN (Inovasi Urang Bandung)
- Program/inisiatif melibatkan kota lain (nasional dan internasional), yakni
denganmengembangkan ruang publik di kota Bandung, menyelenggarakan
event lokal dan nasional, dan menyelenggarakan Little Bandung Festival
(internasional).

C. Aktivitas Penggunaan Media Komunikasi oleh Pemerintah Kota Bandung


dalam Rangka Mensosialisasikan Bandung sebagai Kota Kreatif Desain
a. Proses Penggunaan Media Komunikasi oleh Pemerintah Kota
Bandung dalam Rangka Mensosialisasikan Bandung sebagai Kota
Kreatif Desain
Pemkot Bandung melakukan langkah-langkah seperti apa yang ada
dalam tinjauan pustaka Bab 1 yang menjadi pokok penyusunan strategi
komunikasi. Kemudian penulis mengaplikasikannya dengan teori Laswell
dimana teori yang paling memadai untuk membahas trategi komunikasi
ialah teori yang dikemukakan oleh Harold Laswell.

11
Tabel 3.3. Aplikasi Teori Laswell dalam Strategi Komunikasi
Strategi Komunikasi Teori Laswell
Menjawab:
Mengenal Khalayak
Who dan To Whom
Menjawab:
Says What
Menyusun Pesan
Membahas:
How, Why, dan When
Membahas:
Menetapkan Metode
Information dan Persuasion
Menjawab:
Seleksi dan Penggunaan Media
In which channel
Menjawab:
Monitoring dan Evaluasi
b.
With what effect
Sumber: Olahan Penulis

a) Mengenal Khalayak
Berdasarkan hasil penelitian, komunikator dalam sosialisasi
ini merupakan Pemeritah Kota Bandung yang terdiri dari berbagai
bidang dan dinas diantaranya Humas Pemkot Bandung, Bidang
Promosi Disbudpar Kota Bandung hingga Walikota Bandung, Ridwan
Kamil. Alasannya adalah karena pemerintah memiliki posisi dan
kewenangan yang tinggi dalam pembangunan di wilayahnya terlebih
lagi penyebar informasi merupakan peran dari humas baik dalam
lembaga maupun perusahaan. Siapakah komunikator dalam
sosialisasi ini menjawab pertanyaan who dalam teori Laswell.
Sasaran khalayak atau komunikan yang dipilih oleh
Pemerintah Kota Bandung dalam melakukan sosialisasi tersebut
tentunya adalah masyarakat itu sendiri. Selain itu pemerintah juga
menginginkan tidak hanya masyarakat saja yang mengetahui Bandung
sebagai kota desain, tetapi juga wisatawan baik domestik maupun
asing. Pemerintah kota Bandung menaruh perhatian khusus kepada
anak muda sebagai sasaran mereka, hal tersebut dikarenakan 60%
warga kota Bandung berusia dibawah 40 tahun.

12
b) Menyusun Pesan
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan
tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian sesuai dengan A-A
Produre atau Form Attention To Action Procedure, yakni
membangkitkan perhatian (attention) untuk selanjutnya menggerakan
seseorang atau banyak orang melakukan suatu kegiatan (action)
sesuai tujuan yang dirumuskan melalui cara:
1) Pesan direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
pesan itu dapat menarik perhatian. Foto dan video disiapkan
untuk memberikan tampilan menarik di media massa, sedangkan
media nirmassa dengan cara mencetak booklet, brosur dan
pamflet dengan berbagai bahasa sesuai dengan negara tujuan.
2) Pesan menggunakan tanda-tanda yang dirasakan pada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga
kedua pengertian bertemu. Caranya ialah dengan memberikan
contoh nyata dalam proses sosialisasi agar masyarakat mudah
memahami.
3) Menggunakan pesan yang dapat membangkitkan kebutuhan
pribadi pada sasaran dan menyarankan cara-cara kebutuhan itu
dan menyarankan suatu jalan untuk memperoleh suatu kebutuhan
yang layak bagi situasi kelompok. Salah satu caranya dengan
memberikan tata cara mendaftar Bandung Little Bandung
Festivale bagi para insan kreatif di kota Bandung.

c) Menetapkan Metode
Pemerintah Kota Bandung menggunakan beberapa metode
penyampaian pesan dalam rangka mensosialisasikan Bandung sebagai
kota desain yakni metode redundancy (repetition), informatif dan
persuasif.

13
1) Redudancy (Repetition)
Pemkot Bandung mengulang pesan tersebut dengan cara
menyebarkan pesan yang sama melalui berbagai media seperti
twiiter instagram. Khalayak cenderung berkonsentrasi pada
pesan yang diulang-ulang.
2) Informatif
Walikota Bandung, Ridwan Kamil sering memposting pesan
informasi melalui akun Instagram terkait program kota desain
dengan menggunakan tagar #BandungKotaDesain. Sedangkan
melalui media nirmassa, pesan informatif berupa penjelasan
berbagai festival di kota Bandung melalui booklet.
3) Persuasif
Pemkot Bandung menggunakan teknik persuasif untuk
mengajak warga berkolaborasi dengan pemerintah dengan
menggunakan teknik:
- Teknik intergrasi dengan memanfaatkan kepiawaian
walikota Bandung, Ridwan Kamil dalam menggunakan
bahasa yang friendly dan nyeleneh.
- Teknik ganjaran dengan mengimingkan bahwa kehidupan
akan lebih sejahtera jika ikut/berpartisipasi dengan
program yang Pemkot siapkan.
- Teknik tataan berfokus pada media nirmassa dengan
menata desain, foto dan bahasa yang menarik bagi para
wisatawan.

d) Seleksi dan Penggunaan Media


Pemerintah Kota Bandung melakukan strategi komunikasi
dalam mensosialisasikan kota kreatif desain melalui dua jenis media,
yakni media massa dan media nirmassa. Media massa yang digunakan
yakni media cetak berupa koran dan majalah, media elektronik berupa
televisi, media online berupa media sosial (Twitter, Youtube,

14
Instagram dan Facebook) dan portal online. Sedangkan media
nirmassa yang digunakan berupa leaflet, booklet, spanduk, dan baliho.
Namun, berdasarkan hasil penelitian bahwa media sosial merupakan
media yang paling banyak digunakan. Salah satu jenisnya ialah media
sosial. Pertimbangan ahwa media sosial dinilai lebih efektif daripada
koran atau media lainnya karena target khalayaknya generasi muda.

e) Monitoring dan Evaluasi


Monitoring yang dilakukan Pemkot Bandung berupa
pengamatan kepada sasaran khalayak melalui komentar atau laporan
warga Bandung dari berbagai media sosial dan portal online.
Sedangkan evaluasi yang dilakukan untuk menyelasaikan masalah
ialah melalui sosialisasi secara kontinu dan program ‘Mapay Lembur’
(blusukan) dimana Pemkot Bandung turun langsung untuk menemui
warga secara tatap muka.

c. Teknologi Media Komunikasi oleh Pemerintah Kota Bandung dalam


Rangka Mensosialisasikan Bandung sebagai Kota Kreatif Desain
Berbagai teknologi komunikasi digunakan Pemkot berdasarkan
dengan fungsi dan karakteristik masing-masing teknologi.
1) Media Online
a) Instagram. Media ini lebih menonjolkan visual yang berupa foto
dan video sehingga lebih menarik bagi khalayak sehingga
dianggap lebih ‘hidup’.
b) Twitter. Tampilannya minimalis sehingga memudahkan
pengguna sehingga dalam berkomunikasi menjadi lebih cepat.
memiliki teknologi pencarian yang bisa disaring berdasarkan
jangka waktu, akun Twitter, kata atau kalimat bahkan foto.
c) Facebook. Fitur yang disajikan lengkap, mulai dari chat dengan
sesama teman yang sedang online, foto, video hingga berbagi
informasi lainnya melalui share berita online.

15
d) Youtube. Media untuk mengunggah, menonton dan berbagi klip
video secara gratis. Media ini memberikan kelebihan mencari
informasi tanpa harus membaca artikel.
2) Media Elektronik
Televisi memiliki bersifat audivisual dimana tak hanya dilihat,
namun televisi juga bisa di dengar sekaligus. Sehingga ketika
seseorang sedang tidak menatap televisi, namun mereka tetap
mendengarkan informasinya. Karena sifatnya tersebut maka tidak
heran apabila penonton televisi di Bandung digunakan oleh kelompok
usia tua.
3) Portal Online dan Cetak
Strategi dalam media online meupun cetak yakni melalui
strategi advertorial, peliputan dan press release. Advertorial yakni
iklan pada sebuah media sebagai bentuk strategi untuk mentralkan
pemberitaan negatif dari berbagai media. Peliputan yaitu pemberitaan
yang dilakukan oleh berbagai media tanpa ada intervensi dari Pemkot,
sedangkan press realease digunakan untuk mengumumkan berbagai
program kreatif yang akan diluncurkan Pemkot.
4) Majalah
Pemkot Bandung menggunakan media majalah untuk
mensosialisasikan Bandung kota desain kepada masyarakat di luar
negeri melalui majalah MONOCLE. Bertajuk ‘Better By Design’
majalah ini meliput tentang tempat-tempat yang dianggap memiliki
nilai sejarah dan arsitektur yang tinggi di Kota Bandung.
5) Media Nirmassa
Salah satu alasan masih digunakannya media nirmassa sebagai
media sosialisasi sekaligus promosi dikarenakan segmentasinya yang
menjangkau kelompok tertentu yakni wisatawan yang akan datang ke
Bandung dalam bentuk booklet ‘Loveable Bandung’, Taman Tematik
Destinasi Wisata Kota Bandung, Kalender Event, Bandung Tourism
Map, spanduk dan baliho.

16
D. Faktor Pendukung Penggunaan Media Komunikasi Pemerintah Kota
Bandung dalam Rangka Mensosialisasikan Bandung sebagai Kota Kreatif
Desain
a) Kebijakan Walikota Bandung Ridwan Kamil
Kebijakan tersebut mewajibkan para PNS di Kota Bandung dan
jajaran dinas untuk menggunakan media sosial guna mempersingkat jalur
birokrasi antar pemerintah. Selain itu sebagai media komunikasi untuk
meningkatkan antara masyarakat dengan pemerintah melalui sosialisasi
Bandung sebagai kota kreatif desain ini.
b) Sumber Daya Manusia di Kota Bandung Melek Teknologi
Data survei tahun 2012, penetrasi penggunaan internet di Kota
Bandung mencapai 22,1%. Itu artinya dari 2,5 juta warga kota Bandung,
579 orang diantaranya adalah pengguna aktif internet. Oleh karena itu
peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelompok usia muda yang terkoneksi
dengan internet ini adalah para sumber daya manusia yang melek
teknologi. Sumber daya manusia lainnya berasal dari pihak Pemerintah
Kota Bandung sendiri. Perluasan dari kebijakan Walikota Bandung,
Ridwan Kamil membuat jajaran PNS di Kepemerintahan Kota Bandung
‘dipaksa’ untuk melek teknologi.
c) Teknologi Komunikasi yang Digunakan Pemerintah Kota Bandung
Setiap masing-masing teknologi khususnya media sosial
memiliki data pengguna yang tinggi sehingga memberikan peluang kepada
warga kota Bandung untuk mendapatkan informasi terkait sosialisasi ini
ketika sedang mengakses media tersebut. Misalnya Twitter (tahun 2012,
setengah miliar pengguna), Facebook (2013, 1,19 miliar pengguna) dan
Instagram (2015, 22 juta pengguna).

17
E. Faktor Penghambar Penggunaan Media Komunikasi Pemerintah Kota
Bandung dalam Rangka Mensosialisasikan Bandung sebagai Kota
Kreatif Desain
a) Masih Ada Warga Bandung Belum Melek Teknologi
Sebanyak 40% warga kota Bandung ini dihuni oleh kelompok usia
lanjut. Dalam observasi peneliti, kelompok ini biasanya tidak
mengendepankan teknologi karena semasa mudanya mereka tidak terbiasa
dengan hal tersebut. Oleh karenanya ketika hidup di jaman yang serba
digital ini mereka cenderung lambat untuk menggunanakannya.
b) Masih Ada Warga Bandung yang Skeptis
Masih terdapat kelompok masyarakat yang skeptis dan acuh
dengan adanya pembangunan di kota Bandung. Kelompok usia ini
biasanya dihuni oleh kelompok usia lanjut atau usia muda yang sedang
‘stres’ dengan pekerjaan. Mereka biasanya cenderung berpikiran bahwa
kota desain tidaklah penting bagi mereka, yang terpenting adalah hadirnya
lapangan pekerjaan yang sangat mereka butuhkan atau harga sembako
yang murah dan bisa dijangkau oleh mereka.
c) Waktu Memposting Informasi di Media Sosial Kurang Tepat
Tidak semua masyarakat Bandung secara 24 jam aktif
menggunakan media sosial. Secara tidak sadar, terbentuklah jam-jam
prime time dimana pengguna media sosial paling banyak aktif
menggunakannya. dalam temuan penelitian mereka tidak menggunakan
strategi ‘prime time’ dalam menyebarkan informasi. Pemkot Bandung
akan menyebarkan informasi atau sosialisasi sesuai dengan waktu sengang
adminnya atau berjarak paling maksimal 1 jam setelah acara. Sehingga
banyak warga yang ketinggalan informasi karena membuka media
sosialnya tidak tepat dengan waktu admin Pemkot Bandung memposting
informasi.

18
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyajian dan analisis data terdapat dua urgensi Bandung
sebagai kota desain yakni secara internal dan eksternal. Secara internal kehadiran
predikat kota desain ini dapat meningkatkan indeks kebahagiaan masyarakat kota
Bandung melalui fasilitas dan program kreatif yang dibuat oleh Pemkot Bandung.
Secara eksternal ialah untuk mendongkrak pariwisata kota Bandung melalui
hadirnya berbagai destinasi wisata baru. Sebagai komitmen untuk menjaga dan
mengembangkan kota desain, Kota Bandung menetapkan dua program kreatif
yakni inisiatif lokal (Bandung Creative Centre dan program IURAN), dan
program/inisiatif yang melibatkan kota lain (ruang publik, event dan Little Bandung
Festivale). Pemkot Bandung melakukan strategi komunikasi dengan lima hal yang
termasuk dalam inti penyusunan strategi komunikasi yakni mengenal khalayak,
menyusun pesan, menetapkan metode, seleksi dan pengguaan media, dan
monitoring dan evaluasi. Keberhasilan dtrategi ini didorong oleh beberapa faktor
seperti kebijakan Ridwan Kamil mewajibkan seluruh SKPD menggunakan media
sosial, sebagian warga Bandung yang melek teknologi dan kelebihan dari teknologi
itu sendiri. Sedangkan faktor penghambatnya berasal dari masih terdapat warga
kota Bandung yang belum melek teknologi (diduduki kelompok usia lanjut), masih
banyak yang skeptis terhadap predikat kota desain ini dan sisi internalnya adanya
perbedaan waktu mengunggah informasi di media internet yang tidak sesuai dengan
waktu online warga kota Bandung. Faktor penghambat ini termasuk dalam
hambatan komunikasi secara sosiologis dan psikologis.

Saran
Melalui penelitian ini, diharapkan Pemkot Bandung dapat meminimalisasi
bahasa yang formal dikarenakan sebagian besar komposisi masyarakat kota
Bandung dihuni oleh kelompok usia muda. Sehingga ada baiknya menggunakan
bahasa yang lebih sederhana dan mudah dimengerti. Kemudian, sebaiknya proses
sosialisasi Bandung sebagai kota desain tidak hanya dilakukan kepada masyarakat
kota Bandung saja, tetapi juga kepada jajaran PNS di Kota Bandung. Sebab dalam

19
melakukan penelitian, peneliti kerap menjumpai PNS yang tidak tahu akan adanya
predikat Bandung sebagai kota desain versi UNESCO ini.

Daftar Pustaka
Andrian, Salam Wiyono. (2013). Ridwan Kamil: Sebanyak 600 ribu warga
Bandung Stress. http://www.merdeka.com/peristiwa/ridwan-kamil-
sebanyak-600-ribu-warga-bandung-stres.html. 29 Agustus 2016, pukul
18.39 WIB.
Arif, Budianto. (2015). Indeks Kebahagiaan Warga Bandung di Atas 70%.
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=6&n=74&date=2015-12-31. 29
Agustus 2016, pukul 00.09 WIB
Asdhiana, I Made. (2014). Kunjungan Wisman Terus Meningkat.
http://travel.kompas.com/read/2014/02/04/1803414/Kunjungan.Wisman.T
erus.Meningkat/. 12 April 2016, pukul 08.22 WIB.
Azali, Kathleen. (2013). Kota Kreatif: Sejarah dan Tantangannya.
http://ayorek.org/2013/08/kota-kreatif-sejarah-singkat-dan-
tantangannya/#sthash.Il5jt2PX.CqpLeZgv.dpbs. 11 April 2016, pukul 21.22
WIB.
Effendy, Onong Uchjana. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remadja
Karya.
____________________. (2006). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Jack, Febrian dan Farida Andayani. (2002). Kamis Komputer dan Istilah Teknologi
Komunikasi. Bandung: Informatika.
Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Noegroho, Agoeng. (2010). Teknologi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis.
Setiawan, Aris. (2016). Kota Kreatif Desain http://edisicetak.joglosemar.co/node/
115812. 13 April 2016, pukul 00.55 WIB
UNESCO. (2015). Creative Cities. http://en.unesco.org/creative-cities/home. 14
Agustus 2016, pukul 00.45 WIB.

20

Anda mungkin juga menyukai