Anda di halaman 1dari 12

Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research

Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44


e-ISSN: 2962-8350
Journal Homepage: https://alisyraq.pabki.org/index.php/alihtiram/

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL SEBAGAI SOLUSI


PENGEMBANGAN KONSEP SMART CITY MENUJU ERA
SOCIETY 5.0: SEBUAH KAJIAN LITERATUR

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP AS A SOLUTION FOR THE


DEVELOPMENT OF THE SMART CITY CONCEPT IN THE
SOCIETY ERA: A LITERATURE REVIEW

Rayhand Putra Ardinata1*, Hayatul Khairul Rahmat2, Frans Serano Andres1,


W Waryono1
1
Program Studi Manajemen Perhotelan, Fakultas Pariwisata dan Perhotelan,
Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia
2
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia
*E-mail: rayhandputra60@gmail.com

Abstract
The emergence of the concept of the era of society 5.0 which is a development of the era of
the industrial revolution 4.0 which puts people forward as a source of innovation and
cannot be separated from technology makes human problems in urban areas easier to
solve, one of which is the concept of a smart city. To realize a smart city requires an
innovative and transformative leader. Therefore, this paper aims to examine
transformational leadership as a solution for developing the smart city concept in the era
of society 5.0. The writing method used is a literature study. The findings of this study
are transformational leadership or known as smart integrated leadership is one solution
to realize the smart city concept in the era of society 5.0 because this leadership model is
able to bring change to the era of society 5.0 by prioritizing three important aspects,
namely smart people, smart governance and smart infrastructure, technology and
environment.

Keywords: The Society Era; Transformational Leadership; Smart City.

Abstrak
Munculnya konsep era society 5.0 yang merupakan perkembangan dari era
revolusi industri 4.0 yang mengedepankan manusia sebagai sumber inovasi dan
tidak terlepas dari teknologi membuat permasalahan manusia di perkotaan
menjadi lebih mudah untuk diselesaikan, salah satunya dengan konsep kota
cerdas. Untuk mewujudkan kota cerdas dibutuhkan sorang pemimpin yang
inovatif dan transformatif. Oleh karena itu, penulisan ini bertujuan untuk
mengkaji kepemimpinan transformasional sebagai solusi pengembangan

33
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

konsep smart city di era society 5.0. Adapun metode penulisan yang digunakan
adalah studi literatur. Temuan dari penelitian ini adalah kepemimpinan
transformasional atau dikenal dengan smart integrated leadership menjadi salah
satu solusi guna mewujudkan konsep smart city di era society 5.0 dikarenakan
model kepemimpinan ini mampu membawa perubahan menuju era society 5.0
tersebut dengan mendepankan tiga aspek penting yaitu smart people, smart
governance, smart infrastructure, technology and environment.

Kata Kunci: Era Society; Kepemimpinan Transformasional; Smart City.

Pendahuluan
Belakangan ini, muncul istilah baru yang merupakan visi pemerintahan
Jepang, yakni Society 5.0 merupakan sebuah ide yang menjelaskan revolusi
kehidupan masyarakat dengan adanya perkembangan revolusi industri 4.0. Konsep
yang ingin dibawakan ini adalah bagaimana adanya revolusi pada masyarakat yang
memanfaatkan teknologi dengan juga mempertimbangkan aspek manusia dan
humaniora (Al Faruqi, 2019). Di era society 5.0 menghadirkan drone yang
memungkinkan masyarakat tidak lagi antri dan menunggu penyampaian barang
lebih lama. Dengan dukungan robot, internet of thing (IoT), dan juga kecerdasan
buatan (artificial intelligence). Pendeknya, society 5.0 memberi harapan akan
kecepatan, kemudahan, kenyamanan, dan sekaligus nilai tambah yang signifikan
dalam memenuhi kebutuhan, baik dalam dunia industri maupun bagi kehidupan
masyarakat pada umumnya.
Namun, pertumbuhan penduduk yang cepat di wilayah perkotaan
menimbulkan banyak permasalahan yang sifatnya khas untuk perkotaan, seperti
menurunnya kualitas pelayanan publik, berkurangnya ketersediaan lahan untuk
pemukiman, tingkat kemacetan yang tinggi di jalan raya, kesulitan dalam
mendapatkan lahan untuk parkir, bertambah besarnya tingkat konsumsi energi,
penumpukan jumlah sampah, peningkatan angka kriminalitas, serta masalah-
masalah sosial lainnya. Masalah-masalah tersebut diprediksi akan bertambah terus
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Jika penyelesaiannya masih
menggunakan cara yang konvensional, maka masalah-masalah tersebut tidak dapat
diselesaikan dengan cepat dan tepat (Kustanto & Rahman, 2020).

34
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

Untuk menyelesaikan masalah tersebut dan agar terwujudnya cita-cita kota


yang aman dan nyaman untuk penduduknya, diperlukan solusi cerdas dan tegas agar
penyelesaian masalah dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan masalah itu sendiri. Caranya adalah dengan penerapan dan kolaborasi
dengan ekosistem kota yang berada dalam suatu konsep smart city. Dalam konsep
solusi smart city ini, instansi pemerintah, dunia industri, para akademisi, maupun
masyarakat mesti ikut terlibat dalam menjadikan kota agar menjadi lebih baik
(Prayoga & Ramadhan, 2020; Purnomo, Meyliana, & Prabowo, 2016). Konsep smart
city merupakan pengembangan dan pengelolaan kota dengan memanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi guna mengetahui (sensing), memahami
(understanding), dan mengendalikan (controlling) berbagai sumber daya yang ada di
dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada
warganya serta mendukung pengembangan yang berkelanjutan (Rahman &
Widianto, 2020). Hal ini merupakan perwujudan menuju era society 5.0.
Saat ini, menurut Mahesa et al. (2019) terdapat 100 kota di Indonesia yang
berkembang menuju kota cerdas berkelanjutan yang ditampilkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. 100 Kota Cerdas Berkelanjutan di Indonesia


Berdasarkan Data (Mahesa et al., 2019)

Untuk mewujudkan konsep smart city tersebut dibutuhkan seorang pemimpin


yang transformasional dan inovatif, maka sangat penting sebuah model
kepemimpinan yang cocok bagi seorang pemimpin. Dalam penulisan ini, penulis

35
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

menggunakan model kepemimpinan transformasional guna mewujudkan konsep


smart city. Hal ini sesuai dengan penelitian Ratnamiasih & Warenih (2014) yang
menyebutkan kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh yang positif
terhadap kinerja pegawai pada Bappeda Kota Bandung. Selain itu, Purnawati et al.
(2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa kepemimpinan transformasional
memberikan pengaruh positif pada komitmen dan kinerja pegawai pada Dinas
Perhubungan Kota Denpasar.
Melihat beberapa penelitian terdahulu tersebut, peneliti akan membahas
mengenai kepemimpinan transformasional sebagai solusi pengembangan konsep
smart city di era society 5.0.

Metode Penelitian
Metode penulisan ini adalah studi kepustakaan. Metode ini mengumpulkan
informasi atau data melalui buku, bahan penelitian, seminar, jurnal atau artikel yang
relevan dengan isu yang sedang dikaji (Alawiyah, Rahmat, & Pernanda, 2020;
Hakim, Banjarnahor, Purwanto, Rahmat, & Widana, 2020; Ma’rufah, Rahmat, &
Widana, 2020; Rahmat, Madjid, & Pernanda, 2020; Utama, Prewito, Pratikno,
Kurniadi, & Rahmat, 2020; Widha, Rahmat, & Basri, 2021).

Hasil dan Pembahasan


Mengulas Konsep Smart City Menuju Era Society 5.0
Cohen & Zarowin (2010) menjelaskan bahwa konsep kota smart city
diidentifikasikan pada 6 (enam) dimensi utama yaitu smart government (pemerintahan
cerdas), smart economy (ekonomi cerdas), smart society (kehidupan sosial cerdas), smart
mobility (mobilitas cerdas), smart environment (lingkungan cerdas), dan quality of live
(hidup berkualitas). Dari enam dimensi, dalam penerapannya setiap kota dapat
memfokuskan diri pada salah satu dimensi tergantung dari karakteristik dan urgensi
permasalahan kota. Adapun konsep tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

36
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

Gambar 2. Konsep Smart City Menurut Cohen (2010)

Nijkamp et al. (dalam Endang Puji Astutik & Gunartin, 2019) tentang definisi
kota cerdas (smart city) adalah kota yang mampu menggunakan sumber daya
manusia, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan
pelabuhan ekonomi berkelanjutan, dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan
manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi
masyarakat. Selain itu, Akhmad & Nuzir (dalam Pramesti, Kasiwi, & Purnomo,
2020) menjelaskan konsep smart city merujuk kepada tiga dimensi yaitu dimensi
teknologi, dimensi sumber daya manusia, dan dimensi institusional.
Sedangkan Supangkat et al. (dalam Ningrum, Nugroho, & Rizal, 2021)
menjelaskan bahwa smart city merupakan pengembangan dan pengelolaan kota
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengetahui,
memahami dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada dengan lebih efektif
dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat serta mendukung
pembangunan yang berkelanjutan. Di lain sisi, Kusuma (2020) menjelaskan bahwa
smart city merupakan suatu bentuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
dalam mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dapat diartikan juga
bahwa smart city merupakan salah satu pelaksanaan inovasi pelayanan publik di
bidang teknologi, dimana di dalamnya terdapat pengembangan e-government dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen tata
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

37
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

Berkaitan dengan era society 5.0, diketahui manusia adalah sumber inovasi,
dimana tidak hanya terbatas untuk dunia industri dan manufaktur, tetapi juga
memecahkan masalah sosial dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual
(Hotimah, Ulyawati, & Siti Raihan, 2020; Nastiti & Abdu, 2020). Adapun ide dasar
dari konsep era society 5.0 ini yaitu diharapkan produk kecerdasan buatan (artificial
intelligence) akan mentransformasikan big data dari transaksi internet pada segala
bidang kehidupan menjadi suatu kearifan yang baru yaitu menciptakan harapan
untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka peluang-peluang baru
bagi kemanusiaan (Ghani, 2019). Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa era society
adalah pengembangan dari era revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi
mendegradasi peranan manusia itu sendiri sehingga di era society 5.0 menjadikan
manusia akan menjadi pusatnya (human centered) dengan tetap berbasis teknologi
(technology based).
Untuk itu, dalam mewujudkan konsep smart city di era society 5.0 tentunya
dibutuhkan beberapa hal, diantaranya: (1) keterpaduan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi di sektor pemerintahan; (2) kolaborasi antar berbagai stake
holder yang dikenal dengan strategi pentahelix; (3) pengembangan keterampilan dan
leadership sumber daya manusia yang terlibat; dan (4) integrasi sistem transportasi
dan industri.

Kepemimpinan Transformasional sebagai Sebuah Solusi Pengembangan Konsep


Smart City di Era Society 5.0: Sebuah Studi Analitis
Era society 5.0 menjadi suatu konsep tatanan kehidupan yang baru di
masyarakat. Melalui konsep era society 5.0 diharapkan kehidupan masyarakat akan
lebih nyaman dan berkelanjutan. Hal yang menjadi prinsip dasar dalam era society
5.0 adalah keseimbangan dalam perkembangan bisnis dan ekonomi dengan
lingkungan sosial. Dengan teknologi pada era society 5.0, masalah yang tercipta pada
revolusi industri 4.0 (seperti berkurangnya sosialisasi antar masyarakat, lapangan
pekerjaan, dan dampak industrialisasi lainnya) akan berkurang dan terintegrasi
dengan baik (Al Faruqi, 2019). Pemanfaatan teknologi tidak hanya sebagai alat

38
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun juga harus dapat
memasyurkan antar umat.
Melihat era society 5.0 yang merupakan perkembangan era revolusi industri
4.0 yang dikenali dengan era degradasi peranan manusia menjadi era manusia
sebagai sumber inovasi dan akan menjadi pusatnya (human centered) dengan tetap
berbasis teknologi (technology based). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
kepemimpinan yang terus mendukung perkembangan konsep smart city. Menurut
penulis, salah satu model kepemimpinan yang cocok disini adalah kepemimpinan
transformasional. Harbani (dalam Asbari et al., 2020) menyebutkan bahwa
kepemimpinan transformasional mengandung makna mengubah pengikut atau
bawahan yang dipimpin untuk di bawa ke arah pengembangan organisasi.
Menurut Kuswaeri (2016) dalam mengimplementasian kepemimpinan
transformasional terdapat sepuluh prinsip kepemimpinan transformasional yang
harus diperhatikan, yaitu: (1) visi pemimpin yang jelas dan terkomunikasikan kepada
bawahan; (2) kesadaran bawahan terhadap arti dan pentingnya tugas-tugas pekerjaan
mereka; (3) memiliki orientasi pada pencapaian visi secara bersama-sama; (4) sifat
kepeloporan terhadap perubahan; (5) pengembangan potensi diri secara terus
menerus; (6) terjadinya proses pembelajaran bagi bawahan; (7) terjadinya proses
pemberdayaan terhadap potensi bawahan; (8) terjadinya proses pengembangan
inovasi dan kreativitas; (9) terwujudnya budaya kerja sama dalam organisasi; dan
(10) terciptanya iklim kerja organisasi yang kondusif melalui kemitraan, komunikasi
multilevel, dan penghormatan terhadap etika dan moralitas.
Dengan demikian, kepemimpinan transformasional akan dapat memberikan
pengaruh positif baik terhadap bawahan, pemimpin dan organisasi, terutama pada
kondisi menuju era society 5.0 seperti pada saat ini, dimana telah terjadi berbagai
perubahan dalam lingkungan strategis organisasi dengan dinamika, perkembangan,
kompleksitas, dan tingkat kompetisi yang sangat tinggi. Model kepemimpinan
transformasional sangat tepat diterapkan dalam lingkungan organisasi birokrasi
terutama dalam rangka memecahkan berbagai persoalan strategis yang dihadapi
organisasi, seperti mewujudkan konsep smart city.

39
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

Dalam pengembangan konsep smart city, menurut Kustanto & Rahman (2020)
terdapat beberapa syarat yang mesti dipenuhi terlebih dahulu dan tentunya
diperhatikan oleh pemimpin di wilayah tersebut, di antaranya:
1. Pengembangan dan pemanfaatan jaringan komputer. Adanya koneksi jaringan
komputer merupakan hal yang sangat penting di dalam upaya menerapkan
konsep smart city pada suatu negara, daerah, ataupun kota. Karena dengan saling
terkoneksinya jaringan internet maka akan lebih memudahkan berbagai aktivitas
komunikasi, transfer data, penyajian informasi, serta dalam pelayanan publik.
2. Keterbukaan informasi serta stimulasi ekonomi dan keilmuan. Jika masyarakat
mudah mengakses informasi maka kemudahan tersebut akan mendukung
peningkatan pengetahuan dan wawasan masyarakat dari sistem yang telah
dirancang untuk mendidik masyarakat menjadi pintar. Kemudian dalam
menerapkan konsep smart city diperlukan juga stimulasi di bidang ekonomi
seperti menciptakan lahan bisnis berbasis online, menciptakan aplikasi-aplikasi
yang memudahkan masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti
aplikasi transportasi online, dan lain-lain.
3. Pengembangan inovasi dan kreativitas masyarakat. Kreativitas masyarakat perlu
ditingkatkan sebagai penunjang penerapan konsep smart city. Karena output dari
smart city adalah terciptanya pelayanan yang baik serta meningkatnya kualitas
hidup masyarakat. Ketika kreativitas masyarakat meningkat maka akan
berimplikasi pada pengembangan-pengembangan inovasi yang terus dilakukan
yang merupakan hasil dari ide-ide kreatif dari masyarakat.
4. Stimulasi pada sisi enterprise dan kewirausahaan. Salah satu metode stimulasinya
adalah dengan memberikan modal kepada pelaku usaha kecil menengah (UKM).
Kemudian melalui jalur pendidikan bisa dilakukan juga dengan menumbuhkan
mental-mental pengusaha kepada peserta didiknya selain menerapkan
pembelajaran berbasis teknologi informasi.
5. Tatanan pemerintahan yang lebih partisipatif dan demokrasi. Pemerintah
diharapkan lebih terbuka dan partisipatif terhadap aspirasi-aspirasi masyarakat.
Pemerintah juga diharapkan mampu memperbaiki penerapan demokrasinya
sehingga dengan menerapkan dua hal tersebut akan menghasilkan pemerintahan

40
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

yang stabil. Dengan pemerintahan yang stabil maka akan semakin cepat pula
konsep smart city dapat diwujudkan.
6. Keseimbangan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Aspek lingkungan, sosial,
dan ekonomi akan mempermudah pengimplementasian konsep smart city.
Metode untuk menyeimbangkan ketiga aspek tersebut adalah dengan
memanfaatkan kekuasaan untuk membuat regulasi yang mengarah kepada
penyeimbang ketiga aspek tersebut.
Penerapan konsep smart city di berbagai belahan dunia tentunya dipengaruhi
oleh pemimpin dan gaya kepemimpinannya. Kepemimpinan transformasional yang
senantiasa berorientasi pada perubahan sangat mendukung pengembangan konsep
smart city tersebut. Kemudian, Rahman & Widianto (2020) melahirkan konsep smart
integrated leadership. Kemudian dikenal dengan akronim SMILE. Smart Integrated
Leadership (SMILE) merupakan konsep penerapan kepemimpinan cerdas secara
terpadu yang inovatif dalam implementasi kebijakan strategis untuk mewujudkan
visi kota dunia dengan pelayanan smart city yang mengedepankan integritas,
motivatif, kemampuan, pemahaman, pengetahuan, pengalaman, kejujuran,
kepatuhan, keteguhan dan kecendekiawanan (kearifan lokal). Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Konsep Smart Integrated Leadership Menurut Kustanto & Rahman (2020)

Pada model yang dijelaskan pada Gambar 3, terdapat tiga aspek penting
dalam konsep smart city yang terintegrasi dengan kepemimpinan yang cerdas, yaitu

41
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

smart people, smart governance dan smart infrastructure, technology and environment. Smart
people merupakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi terhadap
kualitas sumber daya manusia dari segi pengetahuan dan keterampilan. Smart
governance merupakan kemampuan pemerintah dalam mengelola dan
mengendalikan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam rangka
pengembangan dan penerapan konsep smart city. Smart infrastructure, technology dan
environment mengenai pembangunan infrastruktur diwujudkan diantaranya melalui
penguatan sistem perencanaan infrastruktur kota, pengembangan aliran sungai,
peningkatan kualitas dan kuantitas air bersih. Lingkungan yang pintar berarti
lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya,
keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakatnya.

Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
transformasional yang kemudian dikenal dengan smart integrated leadership menjadi
salah satu solusi guna mewujudkan konsep smart city di era society 5.0. Hal ini
dikarenakan di era society 5.0 yang lebih mengedepankan manusia sebagai sumber
atau pusat inovasi (human centered) dengan tetap berbasis teknologi sehingga dengan
model kepemimpinan ini mampu membawa perubahan menuju era society 5.0
tersebut.

Daftar Pustaka
Al Faruqi, U. (2019). Survey Paper: Future Service in Industry 5.0. Jurnal Sistem
Cerdas, 02(01), 67–79. https://doi.org/10.37396/jsc.v2i1.21
Alawiyah, D., Rahmat, H. K., & Pernanda, S. (2020). Menemukenali konsep etika
dan sikap konselor profesional dalam bimbingan dan konseling. Jurnal
MIMBAR: Media Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani Volume, 6(2), 34–44.
https://doi.org/10.47435/mimbar.v6i2.457
Asbari, M., Fayzhall, M., Goestjahjanti, F. S., Winanti, Yuwono, T., Hutagalung,
D., … Purwanto, A. (2020). Peran Kepemimpinan Transformasional Dan
Organisasi Pembelajaran Terhadap Kapasitas Inovasi Sekolah. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 6724–6748. Retrieved

42
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

from https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/421
Cohen, D. A., & Zarowin, P. (2010). Accrual-Based and Real Earnings Management
Activities around Seasoned Equity Offerings. Journal of Accounting and
Economics, 50(1), 2–19. https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2010.01.002
Endang Puji Astutik, & Gunartin. (2019). Analisis Kota Jakarta Sebagai Smart City.
Inovasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen, 6(2), 41–58.
https://doi.org/10.32493/Inovasi.v6i2.p41-58.3678
Ghani, A. R. A. (2019). Penguatan Riset Dan Luaran Sebagai Budaya Akademik Di
Perguruan Tinggi Memasuki Era Society 5.0. Prosiding Seminar Nasional
Penguatan Riset Dan Luarannya Sebagai Budaya Akademik Di Perguruan Tinggi
Memasuki Era 5.0, 161–173. Retrieved from
https://doi.org/10.22236/semnas/11161-173177
Hakim, F. A., Banjarnahor, J., Purwanto, R. S., Rahmat, H. K., & Widana, I. D. K.
K. (2020). Pengelolaan obyek pariwisata menghadapi potensi bencana di
Balikpapan sebagai penyangga ibukota negara baru. Nusantara: Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial, 7(3), 607–612.
https://doi.org/10.31604/jips.v7i3.2020.607-612
Hotimah, Ulyawati, & Siti Raihan. (2020). Pendekatan Heutagogi Dalam
Pembelajaran di Era Society 5.0. Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(2), 157. Retrieved
from https://jurnal-lp2m.umnaw.ac.id/index.php/JIP/article/view/602
Kustanto, P., & Rahman, R. (2020). SMART Integrated Leadership (SMILE) for
Smart City. Jurnal Kajian Ilmiah, 20(3), 323–330.
https://doi.org/10.31599/jki.v20i3.357
Kusuma, H. B. (2020). Pengembangan Inovasi Pelayanan Publik Melalui Smart City
Menuju Revolusi Industri 4.0. Prosiding Konferensi Nasional Ilmu Administrasi,
4, 90–95. Retrieved from
http://180.250.247.102/conference/index.php/knia/article/view/491
Kuswaeri, I. (2016). Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah. TARBAWI,
2(2), 1–13. https://doi.org/10.31227/osf.io/c8st6
Ma’rufah, N., Rahmat, H. K., & Widana, I. D. K. K. (2020). Degradasi moral
sebagai dampak kejahatan sibel pada generasi millenial di Indonesia.
NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(1), 191–201.
Mahesa, R., Yudoko, G., & Anggoro, Y. (2019). Dataset on the sustainable smart
city development in Indonesia. Data in Brief, 25, 104098.
https://doi.org/10.1016/j.dib.2019.104098
Nastiti, F. E., & Abdu, A. R. N. (2020). Kesiapan Pendidikan Indonesia Menghadapi
era society 5.0. Edcomtech: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 5(1), 61–66.

43
Al-Ihtiram: Multidisciplinary Journal of Counseling and Social Research
Vol. 1, No. 1 (2022), pp. 33-44

https://doi.org/10.17977/um039v5i12020p061
Ningrum, T. P., Nugroho, L. E., & Rizal, M. N. (2021). Smart City: The main assist
factor for smart cities Analysis: a systematic review. International Journal of
Innovation in Enterprise System, 05(01), 46–54.
https://doi.org/10.25124/ijies.v5i01.109
Pramesti, D. R., Kasiwi, A. N., & Purnomo, E. P. (2020). Perbandingan
Implementasi Smart City di Indonesia: Studi Kasus: Perbandingan Smart
People di Kota Surabaya dan Kota Malang. International Journal of Demos,
2(2), 163–173. https://doi.org/10.37950/ijd.v2i2.61
Prayoga, I., & Ramadhan, R. M. (2020). Smart City and Its Application. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, 879(1), 8–12.
https://doi.org/10.1088/1757-899X/879/1/012002
Purnawati, E., Suparta, G., & Yasa, S. (2017). Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional Dan Pelatihan Terhadap Komitmen Organisasi Dan
Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kota Denpasar.
JAGADHITA:Jurnal Ekonomi & Bisnis, 4(2), 36–54.
https://doi.org/10.22225/jj.4.2.211.35-54
Purnomo, F., Meyliana, & Prabowo, H. (2016). Smart city indicators: A systematic
literature review. Journal of Telecommunication, Electronic and Computer
Engineering, 8(3), 161–164.
Rahman, R., & Widianto, S. R. (2020). SMART Integrated Leadership (SMILE) for
Smart City. Jurnal Mantik, 4(3), 1818–1824.
https://doi.org/10.35335/mantik.Vol4.2020.988.pp1818-1824
Rahmat, H. K., Madjid, M. A., & Pernanda, S. (2020). Kolektivitas sebagai sistem
nilai Pancasila dalam perkembangan lingkungan strategis di Indonesia : suatu
studi reflektif. Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori Dan Praktik PKn, 7(2), 83–95.
Ratnamiasih, I., & W, W. (2014). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan
Transaksional pada Kinerja Pegawai Bappeda Kota Bandung. Trikonomika,
13(2), 119. https://doi.org/10.23969/trikonomika.v13i2.607
Utama, D. B., Prewito, H. B., Pratikno, H., Kurniadi, Y. U., & Rahmat, H. K.
(2020). Kapasitas pemerintah Desa Dermaji Kabupaten Banyumas dalam
pengurangan risiko bencana. Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(3),
591–606.
Widha, L., Rahmat, H. K., & Basri, A. S. H. (2021). A Review of Mindfulness
Therapy to Improve Psychological Well-being During the Covid-19
Pandemic. Proceeding of International Conference on Science and Engineering,
4(February), 383–386.

44

Anda mungkin juga menyukai