Anda di halaman 1dari 2

Nama : Magda Faradiba

NIM : 19/449092/PSP/06639
Mata Kuliah : Smartcity (UAS)

A. Smartcity
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak.
Menempati urutan keempat dunia sebagai negara dengan jumlah penduduk sebesar 269
juta jiwa atau 3,49% dari total populasi di dunia. Indonesia berada di peringkat keempat
negara berpenduduk terbanyak di dunia setelah Tiongkok (1,42 miliar jiwa), India (1,37
miliar jiwa), dan Amerika Serikat (328 juta jiwa). Sebanyak 56% atau 150 juta jiwa dari
penduduk Indonesia adalah masyarakat urban. Jumlah penduduk Indonesia terus tumbuh
dari 261,1 juta jiwa pada 2016 menjadi 263,9 juta jiwa pada 2017. Pada 2018, jumlah
penduduk Indonesia mencapai 266,7 juta jiwa.
Dengan terus bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka meningkat pula
arus urbanisasi. Tentu, hal ini menimbulkan polemic baru bagi daerah urban atau perkotaan.
Masalah tersebut timbul dari mulai sampah, edukasi, transportasi, social ekonomi, bencana
dan kesehatan. Seadangkan, masyarakat dengan kehidupan yang semakin modern dan
mapan, memiliki keinginan terhadapa kehidupan yang layak, lingkungan tempat tinggal dan
pekerjaan yang nyaman, adanya area public yang memadai, serta memiliki akses yang
mudah untuk menjagkau pelayanan public.
Oleh karena itu, pemerintah memiliki kebijakan untuk membangun Smartcity.
Perkembangan teknologi yang semakin pintar membuat konsep smart tak hanya diterapkan
pada berbagai perangkat, tetapi pada berbagai system atau tatanan. Salah satunya yang
mencuat akhir-akhir ini adalah konsep smartcity. Konsep yang disebut sebagai kota pintar ini
adalah konsep yang mengetengahkan sebuah tatanan kota cerdas yang bisa berperan dalam
memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi secara cepat dan tepat. Selain itu,
konsep kota pintar ini juga memang dihadirkan sebagai jawaban untuk pengelolaan sumber
daya secara efisien. Bisa dikatakan, konsep kota cerdas ini adalah integrase informasi secara
langsung dengan masyarakat perkotaan (Supangkat, 2015).
Sedangkan aspek utama pembangunan smartcity menurut Frost dan Sullivan pada
tahun 2014 yaitu smart governance, smart technology, smart infrastruture, smart
healthcare, smart mobility, smart building, smart energy dan smat citizen. Tujuan dari
smartcity itu sendiri adalah untuk membentuk suatu kota yang nyaman, aman, serta
memperkuat daya saing perekonomian. Kota sendiri menjadi sebuah hal yang menarik
untuk diteliti, karena kota mempunya dinamika perubahan yang begitu cepat. Dengan
segala perubahan tersebut menyebabkan banyak penduduk yang ingin memasuki kota. Dari
banyak prediksi yang didasarkan pada hasil penelitian bahwa hamper 50% penduduk dunia
akan memadati kota
(Senate Department for Urban Development and The Environment, 2015; Bakici et.al., 2013;
Chourabi, et.al., 2012). Dengan banyaknya penduduk ayng ingin memasuki kota, hal ini
tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi kota untuk memberikan fasilitas kepada
warganya. Hal-hal yang mendasar seperti kesehatan, Pendidikan, transportasi umum harus
terpenuhi dengan baik sehingga masyarakat memiliki rasa aman, nyaman untuk tetap
tinggal di Kota tersebut.
Smartcity juga dapat mendukung pemerintah daerah dalam pembangunan
infrastruktur perkotaan yang menunjang bagi kebutuhan masyarakat. Dan juga, dengan
adanya smartcity dapat membantu pemerintah daerah dalam memberikan layanan
teknologi yang memadai bagi masyarakatnya. Sehingga kota tersebut dapat menciptakan
masyarakat global yang memiliki daya saing baik dan menjadikan kota tersebut kota cerdas
dan layak huni. Konsep kota pintar diyakini dapat menjadi solusi atas permsalahan terhadap
pembangunan kota di daerah. Karena kota pintar didesain untuk mampu meningkatkan
produktivitas manusia yang tinggal di dalamnya, sehingga akibat penataan dan pengelolaan
kota yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan digital secara optimal di
semua aspek. Mulai dari pengelolaan Gedung, pengelolaan kualitas lingkungan, serta
pelayanan public.

B. Smart Governance
Konsep smartcity juga muncul terkait dengan adanya kerumitan pada birokrasi
pelayanan pemerintahan menjadi dasar pentingnya mewujudkannya kota pintar. Gejala
demikian menunjukkan bahwa birokrasi dan birokratisasi tidak pernah tampil dalam bentuk
idealnya. (Usman, 2011).
Inovasi daerah dalam rangka peningkatan kinerja penyelengggaraan pemerintahan
daerah, pemerintah daerah dapat melakukan inovasi. Inovasi adalah semua bentuk
pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan dalam rangka
mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintah daerah. Dan inovasi memiliki atribut yang
digunakan dalam menilai inovasi yaitu: relative advantage atau keuntungan relative,
compability atau kesesuaian, complexity atau kerumitan, triability atau kemungkinan
dicoba, observability atau kemudahan diamati, dengan atribut seperti ini maka sebuah
inovasi merupakan cara baru menggantikan cara lama dalam mengerjakan atau
memproduksi sesuatu (M.Tahir& Harakan, 2015).
Beberapa tahun terahir ini, terminology good governance telah melanda seluruh
lapisan masyarakat di seluruh pelosok nusantara (Prianto, 2011).
Menurut Kumar (2014) menilai bahwa smart governance hanyalah sebuah
pemerintahan koya cerdas yang bercita-cita tinggi seperti jenis kota lainnya tanpa
transformasi dalam praktik tata kelola yang ada sekarang sama sekali. Menurut model, tata
kelola yang cerdas adalah tentang membuat pilihan kebijakan yang tepat dan
menerapkannya secara efektif dan efisien sampai pada praktik tata kelola yang ada. Hal ini
dapat dilakukan dengan struktur politik dan administrasi yang ada.
Prinsip konsep smart governance:
1. Pengambilan keputusan partisipatif (participatory decision making)
2. Pelayanan public dan social (public and social service)
3. Pemerintahan yang transparan (transparent governance)
4. Strategi dan perspektif politik (political strategy and perspectives)
Khusus untuk persoalan pelayanan public, pelayanan public yang berkualitas merupakan
tuntutan yang sangat mendasar dalam system pemerintahan good governance
(Muhammadiah, 2011).

Anda mungkin juga menyukai