Abstrak
Smart city merupakan kota yang mampu menciptakan kualitas hidup yang baik didukung dengan
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan dalam tata kelola pemerintahan yang
partisipatif, responsif, inovatif, dan kompetitif dengan pemanfaatan teknologi, informasi, dan
komunikasi. Dalam pengembangan smart city, terdapat komponen ketercapaian smart city.
Komponen ketercapaian smart city bergantung pada karakteristik kota dan visi pengembangan
dengan menerapkan konsep tersebut dalam pembangunan dan pengelolaan kota, khususnya di
Indonesia. Dengan mengambil studi kasus pada Pengukuran Tingkat Smart City di Kota Palu, tulisan
ini bertujuan merumuskan komponen smart city dalam konteks pembangunan dan pengelolaan kota.
Metode penelitian adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
komponen ketercapaian smart city dalam konteks pembangunan dan pengelolaan kota di Indonesia
adalah smart people, smart governance, smart economy, smart environment, smart mobility, dan
smart living. Selanjutnya, komponen tersebut diturunkan menjadi faktor dan indikator ketercapaian
smart city.
smart city seperti yang telah dianalisis oleh mengembangkan kreativitas dan inovasi
Margarita Angelidou (Angelidou, 2014: S3), yang khas Indonesia. Istilah going local
meliputi: merupakan penjabaran dari konsep ini
a. inovasi memiliki lokasi geografis dan sebagai upaya untuk menciptakan
pengetahuan pun memiliki acuan tempat ataupun meningkatkan nilai tambah lokal
secara geografis; secara lebih berkelanjutan.
b. cerdas dalam mengembangkan ekonomi c. Ruang dalam konteks wilayah dan kota.
dan daya saing; Ruang sebagai wadah aktivtas manusia
c. kota memiliki peluang mengembangkan terdiri dari kawasan terbangun dan tidak
beragam aktivitas bagi proses inovatif terbangun, dimana di dalamnya terdapat
bagi pemerintahan berbasis warga kota kawasan lindung yang harus diperhatikan.
untuk terciptanya ekosistem cerdas; d. Sektor-sektor pembangunan. Memahami
d. kota fleksibel dalam mengembangkan dan keberagaman potensi serta kendala sektor
menyesuaikan beragam model bisnis dan pembangunan yang ada, mulai dari sektor
tata kelola pemerintahan dan penciptaan primer, sekunder, tersier, serta kuarter.
proses untuk menjadi cerdas; e. Ekosistem kecerdasan. Memahami
e. persoalan perkotaan memiliki ukuran ekosistem dalam konteks pengetahuan
yang dapat dikelola dan dapat dipahami secara terus-menerus dan berkelanjutan,
dan merespon tujuan yang terseleksi mulai dari karakteristik personal sebagai
secara lokal; dan komponen individu bangsa dalam
f. kota memiliki komunitas kota dengan melakukan tindakan kolektif untuk
ukuran dan karakteristik sejenis supaya kemajuan bangsa (termasuk di dalam
memiliki pandangan bersama menjadi keterlibatan, partisipasi, kolaborasi,
lebih cerdas. kepemimpinan serta kewirausahaan,
hubungan dan pola antar pemangku
Untuk konteks Indonesia, konteks smart city kepentingan serta pola pemberdayaan,
harus lah disesuaikan dengan pertimbangan peran swasta, serta modal sosial), proses
pembangunan berkelanjutan sebagaimana (pilihan strategis, regulasi, dan evaluasi
yang dijelaskan dalam Undang-Undang No.26 rencana kota berbasis TIK, proses
tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu pembelajaran dan pendidikan, inovasi
aman, nyaman , produktif, dan berkelanjutan. dalam pendekatan perencanaan
Dengan mempertimbangkan kebijakan komprehensif, daya saing
tersebut serta berbagai kajian literatur dan (menghubungkan antara nilai tambah
dengan merujuk pada pendefinisian lokal terhadap daya saing global, inovasi
teknopolis (Sutriadi, 2018), maka keterampilan/bakat pada tataran daya
pendefinisian konsep smart city dapat saing global, serta jejaring global), sampai
dijelaskan sebagai berikut. kepada perhatian terhadap sisi teknologi
a. Integritas. Merupakan pola pikir integritas (proses perencanaan berbasis TIK untuk
pribadi bangsa dalam tatanan negara mendorong efisiensi, serta teknologi
kesatuan Republik Indonesia yang sebagai solusi untuk masa depan yang
berintegritas tinggi dan inovatif dengan lebih baik) (Sutriadi, 2015).
senantiasa memiliki semangat f. Tingkat kesiapan teknologi. Memahami
pengembangan pengetahuan secara secara mendalam tentang pengembangan
menerus untuk secara kolektif berupaya ilmu pengetahuan dan teknologi secara
mendorong percepatan terciptanya inovatif dan berkelanjutan dengan
kecerdasan menuju kesejahteraan menempatkan konsep pengembangannya
bangsa. Komponen ini berkaitan dengan dalam siklus tingkat kesiapan teknologi.
ilustrasi pemetaan untuk mendorong co- g. Dampak teknologi. Memahami adanya
creation di era TIK (Manu, 2015). dampak kehadiran teknologi, khususnya
b. Sejarah dan budaya. Senantiasa berupaya TIK, sehingga komponen bangsa sudah
memahami secara mendalam sejarah dan selayaknya dapat mempersiapkan serta
keberagaman komponen bangsa berikut memanfaatkannya.
nilai-nilai budaya dan ideologis guna
Dalam pengembangan smart city, terdapat Berdasarkan komponen smart city yang
berbagai komponen yang diterapkan untuk dijelaskan oleh para ahli serta dari BAPPENAS
mewujudkan konsep smart city . Cohen dan Kementerian PUPR, maka disimpulkan
(2012) membagi smart city menjadi enam komponen-komponen yang akan digunakan
dimensi (komponen), yaitu smart economy, dalam penelitian ini. Komponen-komponen
smart mobility, smart environment, smart smart city yang akan digunakan dalam
people, smart living, dan smart governance. penelitian ini adalah seperti pada tabel
a. Smart economy. Menekankan pada berikut.
inovasi dan kewirausahaan, fokus pada
pengembangan teknologi tinggi dan baru Tabel 1. Komponen Smart City
serta mendukung inovasi guna Pendapat Komponen Smart City
Ket.
mendekatkan hubungan antara ekonomi Ahli P G Ec M En L
Cohen
lokal-ekonomi global melalui pemeliharaan (2012)
daya saing kota. Giffinger
b. Smart mobility. Menekankan kepada (2007)
peningkatan efisiensi dan efektivitas Lazaroiu &
Roscia
kualitas transportasi perkotaan melalui (2012)
pemanfaatan video pengawasan dan BAPPENAS Smart
teknologi deteksi jarak jauh guna (2015) infras.
memantau lalulintas dan melakukan Komponen berbeda, lebih
teknis: smart dev. planning,
analisis data untuk mengelola aliran Kemen. s.building, s.green open space,
lalulintas, aliran pejalan kaki, dan aliran PUPR s.energy, s.transportation,
barang secara real time, termasuk (2015) s.commuity, s.waste
management, s.water
menangani keadaan darurat. management
c. Smart environment. Menekankan pada Operasionalisasi Komponen Smart City
perencanaan kota dengan pendekatan Smart people
kota hijau berikut dukungan teknologi Smart governance
Smart economy
berbasis web dan pemantauan jarak jauh Smart mobility
untuk distribusi ruang publik, sabuk hijau, Smart environment
dan sebagainya dalam mengembangkan Smart living
lingkungan hijau. Sumber: Hasil Analisis, 2018
d. Smart people. Mendorong situasi kondusif
dari sumberdaya manusia guna Dalam perwujudan smart city, komponen-
pengembangan inovasi dan TIK dengan komponen smart city harus saling terintegrasi
manfaat maksimal bagi lingkungan masa sesuai dengan prioritas masing-masing
depan pada situasi sosial yang plural, komponen. Secara umum, tujuan
fleksibel, terbuka, serta kreatif. pengembangan konsep smart city adalah
untuk menuju terciptanya kehidupan yang
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota - SAPPK | 5
lebih baik, nyaman, dan berkelanjutan (smart Faktor Pembentuk Smart City
Giffinger (2007) Cohen (2012) Oprasional
living). Smart living merupakan suatu cara
pemerintahn
orang/masyarakat (people) hidup dengan Partisipasi dlm
cerdas untuk memenuhi kebutuhan yang Participation in
pengambilan
decision making
berhubungan dengan kualitas hidupnya. keputusan
Infrastruktur
Infrastructure
TIK
Political strategies &
perpectives
Smart Economy
Productivity Productivity Produktivitas
International Local & global Koneksi Lokal
embeddedness connection & Global
Entreprneurship Entrepreneurshi Kewirausahaan
Innovative spirit p & innovative dan Inovasi
Flexibility of labour
market
Economic image &
trademarks
Ability to transform
Smart Mobility
Gambar 2. Struktur Komponen Smart City Multi-moda
Local accessibility Akses lokal
access
Selanjutnya, penentuan faktor dan indikator Sustainable,
Efficient
didasarkan pada iterasi dan penggabungan innovative, safe Keberlanjutan
transport
trnsport systms
beberapa faktor dan indikator menurut para Availability of ICT- Technology TIK-
ahli dan berdasarkan ISO 31720:2004 infrstrcture infrastructure transportasi
tentang Indikator Kualitas Hidup dan (inter-)national
accessibility
Pelayanan Kota. Akan tetapi, untuk konteks
Smart Environment
Indonesia, akan menjadi tantangan tersendiri Manajemen
untuk diterapkan (Sutriadi, 2015) karena Sustainable resource Resource
sumberdaya yg
management management
masyarakat harus dipersiapkan guna berkelanjutan
memanfaatkan kehadiran produk dan layanan Environmental Sustainable Perlindungan
protection urban devl lingkungan
TIK secara lebih positif untuk menunjang Smart building
terciptanya kota berkelanjutan dan Attractivity of naturl
berkeadilan. Terlebih, terdapat beberapa cnditions
faktor dan indikator yang kompleks dan rumit Pollution
Smart Living
karena membutuhkan teknologi yang lebih Health conditions Health Kesehatan
canggih. Namun demikian, untuk menuju Individual safety Safety Keselamatan
smart city harus lah menjadi tantangan Social cohesion
Culture and
Kesejahteraan
tersendiri agar bisa mencapainya. well-being
Kualitas tempat
Housing quality
tinggal
Tabel 2. Faktor Pembentuk Smart City Education facilities
Faktor Pembentuk Smart City Fasilitas Publik
Cultural facilities
Giffinger (2007) Cohen (2012) Oprasional Touristic attractivity
Smart People
Kapasitas Jumlah: 18 Jumlah: 20
Level of qualification Education Jumlah: 33 faktor
penduduk faktor faktor
Creativity Creativity Kreativitas Sumber: Hasil Analisis, 2018
Participation in Partisipasi dlm
Inclusion
public life khidupn masy.
Affinity to life long Berdasarkan faktor-faktor pembentuk smart
learning city di atas yang akan digunakan pada
Cosmopolitanis/ penelitian ini, maka akan ditentukan
open-minddness
indikator-indikator pengukurannya.
Flexbility
Social and ethnice Penentuan indikator yang akan digunakan
plurality pada penelitian ini disintesiskan dari indikator
Smart Governance menurut para ahli (Giffinger (2007) & Cohen
Public and social Pelayanan (2012)), standar yang telah diakui ISO
Online service
services publik
Transparent Open Manajemen
31720:2004, dan sesusai dengan kondisi di
governance management internal Indonesia.