Anda di halaman 1dari 10

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

ADAPTASI PENGEMBANGAN KOMPONEN KETERCAPAIAN


SMART CITY (STUDI KASUS PENGUKURAN TINGKAT SMART
CITY DI KOTA PALU)
Muhammad Ikhwan(1), Ridwan Sutriadi(2)
(1)
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Perancanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

Abstrak

Smart city merupakan kota yang mampu menciptakan kualitas hidup yang baik didukung dengan
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan dalam tata kelola pemerintahan yang
partisipatif, responsif, inovatif, dan kompetitif dengan pemanfaatan teknologi, informasi, dan
komunikasi. Dalam pengembangan smart city, terdapat komponen ketercapaian smart city.
Komponen ketercapaian smart city bergantung pada karakteristik kota dan visi pengembangan
dengan menerapkan konsep tersebut dalam pembangunan dan pengelolaan kota, khususnya di
Indonesia. Dengan mengambil studi kasus pada Pengukuran Tingkat Smart City di Kota Palu, tulisan
ini bertujuan merumuskan komponen smart city dalam konteks pembangunan dan pengelolaan kota.
Metode penelitian adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
komponen ketercapaian smart city dalam konteks pembangunan dan pengelolaan kota di Indonesia
adalah smart people, smart governance, smart economy, smart environment, smart mobility, dan
smart living. Selanjutnya, komponen tersebut diturunkan menjadi faktor dan indikator ketercapaian
smart city.

Kata-kunci: faktor, indikator, komponen, smart city

Pengantar yang secara antisipatif mampu mengelola


sumber daya secara inovatif dan kompetitif,
Perkembangan kota-kota saat ini semakin dengan dukungan teknologi dalam rangka
dinamis dengan berbagai aktivitas di mewujudkan kota yang nyaman dan
dalamnya. Aktivitas ekonomi dan sosial bekelanjutan. Menurut Giffinger (2010),
penduduk kota perlahan memberikan dampak smart city merupakan kota dengan investasi
terhadap lingkungan kota sehingga terjadi modal manusia dan sosial, dengan
penurunan kualitas hidup di kota. Di samping transportasi (tradisonal) dan infrastruktur
itu, perkembangan kota saat ini pun komunikasi modern serta pembangunan
cenderung mengarah kepada kota yang ekonomi yang berkelanjutan dan kualitas
cerdas dimana mampu memberikan hidup yg tinggi, dengan manajemen SDA
pelayanan publik, pemanfaatan sumberdaya, yang bijaksana melalui tata pemerintahan
serta penyebaran informasi, dengan nyaman yang partisipatif. Sedangkan menurut Cohen
dan cepat dengan memanfaatkan berbagai (2012), smart city adalah sebuah pendekatan
teknologi. Konsep pembangunan dan yang luas, terintegrasi dalam meningkatkan
pengelolaan kota yang mutakhir dengan efisiensi pengoperasian sebuah kota,
pemanfaatan teknologi sebagai core-nya, meningkatkan kualitas hidup penduduknya,
salah satunya smart city. dan menumbuhkan ekonomi daerahnya.
Cohen lebih jauh mendefinisikan smart city
Smart city hadir dengan konsep yang dengan pembobotan aspek lingkungan
komprehensif dengan menawarkan efisiensi menjadi smart city menggunakan TIK secara
pemanfaatan sumberdaya melalui pintar dan efisien dalam menggunakan
pemanfaatan teknologi, informasi, dan berbagai sumber daya, menghasilkan
komunikasi. Smart city menciptakan kota penghematan biaya dan energi,

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota - SAPPK | 1


meningkatkan pelayanan dan kualitas hidup, menggambarkan atau menganalisis suatu
serta mengurangi jejak lingkungan, hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
semuanya mendukung ke dalam inovasi dan membuat kesimpulan yang lebih luas.
ekonomi ramah lingkungan.
Metode pengumpulan data yang digunakan
Di Indonesia, konsep smart city telah populer adalah pengumpulan data sekunder.
di beberapa kota dengan menerapkannya Pengumpulan data sekunder melalui tinjauan
dalam konsep pembangunan dan pengelolaan literatur dengan melakukan penelusuran buku
kotanya. Beberapa kota di Indonesia yang teks, jurnal, artikel, referensi yang berkaitan
telah menerapkan konsep smart city, dengan penelitian ini, dan penelitian
termasuk Kota Palu. Pemerintah Kota Palu terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
merumuskan konsep smart city dalam ini. Data sekunder merupakan kunci dalam
pembangunan dan pengelolaan kotanya penelitian ini dalam adaptasi komponen smart
dengan misi utama pemetaan potensi city.
sumberdaya berbasis teknologi informasi,
peningkatan dan pengembangan daya saing Konsep Smart City dalam Pembangunan
potensi SDM, kelurahan inovasi, unggul dan dan Pengelolaan Kota
mandiri berbasis iptek bagi kemandirian
ekonomi kerakyatan, rasionalisasi birokrasi Menurut Giffinger (2010), smart city
yang efisien dan efektif berbasis budaya, merupakan kota dengan investasi modal
serta penataan dan pengembangan manusia dan sosial, dengan transportasi
infrastruktur kota. Akan tetapi, belum adanya (tradisonal) dan infrastruktur komunikasi
konsep adanya konsep matang yang disusun modern serta pembangunan ekonomi yang
berdasarkan komponen-komponen berkelanjutan dan kualitas hidup yg tinggi,
ketercapaian smart city. dengan manajemen SDA yang bijaksana
melalui tata pemerintahan yang partisipatif.
Komponen ketercapaian smart city Sedangkan menurut Cohen (2012), smart city
bergantung pada karakteristik kota dan visi adalah sebuah pendekatan yang luas,
pengembangan dengan menerapkan konsep terintegrasi dalam meningkatkan efisiensi
tersebut dalam pembangunan dan pengoperasian sebuah kota, meningkatkan
pengelolaan kota. Cohen (2012) membagi kualitas hidup penduduknya, dan
smart city menjadi enam dimensi menumbuhkan ekonomi daerahnya. Smart
(komponen), yaitu smart economy, smart city mengacu pada beberapa bidang, di mana
mobility, smart environment, smart people, penggunaan teknologi informasi dan
smart living, dan smart governance dimana komunikasi (TIK) dapat diterapkan untuk
setiap komponen tersebut memiliki beberapa mendukung sistem yang lebih efisien dan
faktor dan indikator pengukuran terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari di
ketercapaiannya. Oleh karena itu, tulisan ini perkotaan (Guido Perbolia dkk., 2014). Smart
bertujuan merumuskan komponen smart city city didefinisikan juga sebagai kota yang
dalam konteks pembangunan dan mampu menggunakan SDM, modal sosial,
pengelolaan kota di Indonesia melalui dan infrastruktur telekomunikasi modern
adaptasi komponen ketercapaian smart city untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi
menurut para ahli dengan studi kasus di Kota berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang
Palu. tinggi, dengan manajemen sumber daya yang
bijaksana melalui pemerintahan berbasis
Metode partisipasi masyarakat (Caragliu,A., dkk
dalam Schaffers, 2010:3).
Metode pendekatan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif yang bersifat Dalam konteks perencanaan kota, smart city
deskriptif. Penelitian kualitatif digunakan jika identik dengan model pembangunan kota
masalah belum jelas, mengetahui makna berbasis pada manusia, secara kolektif, dan
yang tersembunyi, mengembangkan teori, menjadikan teknologi sebagai modal bagi
memastikan kebenaran data, dan meneliti peningkatan pembangunan dan
sejarah perkembangan. Menurut Sugiyono kesejahteraan masyarakat dalam konteks
(2005) menyatakan bahwa metode deskriptif aglomerasi pada suatu kota (Angelidou, 2014:
adalah suatu metode yang digunakan untuk S3). Menurut konteks tata ruang, kehadiran
2 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

smart city seperti yang telah dianalisis oleh mengembangkan kreativitas dan inovasi
Margarita Angelidou (Angelidou, 2014: S3), yang khas Indonesia. Istilah going local
meliputi: merupakan penjabaran dari konsep ini
a. inovasi memiliki lokasi geografis dan sebagai upaya untuk menciptakan
pengetahuan pun memiliki acuan tempat ataupun meningkatkan nilai tambah lokal
secara geografis; secara lebih berkelanjutan.
b. cerdas dalam mengembangkan ekonomi c. Ruang dalam konteks wilayah dan kota.
dan daya saing; Ruang sebagai wadah aktivtas manusia
c. kota memiliki peluang mengembangkan terdiri dari kawasan terbangun dan tidak
beragam aktivitas bagi proses inovatif terbangun, dimana di dalamnya terdapat
bagi pemerintahan berbasis warga kota kawasan lindung yang harus diperhatikan.
untuk terciptanya ekosistem cerdas; d. Sektor-sektor pembangunan. Memahami
d. kota fleksibel dalam mengembangkan dan keberagaman potensi serta kendala sektor
menyesuaikan beragam model bisnis dan pembangunan yang ada, mulai dari sektor
tata kelola pemerintahan dan penciptaan primer, sekunder, tersier, serta kuarter.
proses untuk menjadi cerdas; e. Ekosistem kecerdasan. Memahami
e. persoalan perkotaan memiliki ukuran ekosistem dalam konteks pengetahuan
yang dapat dikelola dan dapat dipahami secara terus-menerus dan berkelanjutan,
dan merespon tujuan yang terseleksi mulai dari karakteristik personal sebagai
secara lokal; dan komponen individu bangsa dalam
f. kota memiliki komunitas kota dengan melakukan tindakan kolektif untuk
ukuran dan karakteristik sejenis supaya kemajuan bangsa (termasuk di dalam
memiliki pandangan bersama menjadi keterlibatan, partisipasi, kolaborasi,
lebih cerdas. kepemimpinan serta kewirausahaan,
hubungan dan pola antar pemangku
Untuk konteks Indonesia, konteks smart city kepentingan serta pola pemberdayaan,
harus lah disesuaikan dengan pertimbangan peran swasta, serta modal sosial), proses
pembangunan berkelanjutan sebagaimana (pilihan strategis, regulasi, dan evaluasi
yang dijelaskan dalam Undang-Undang No.26 rencana kota berbasis TIK, proses
tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu pembelajaran dan pendidikan, inovasi
aman, nyaman , produktif, dan berkelanjutan. dalam pendekatan perencanaan
Dengan mempertimbangkan kebijakan komprehensif, daya saing
tersebut serta berbagai kajian literatur dan (menghubungkan antara nilai tambah
dengan merujuk pada pendefinisian lokal terhadap daya saing global, inovasi
teknopolis (Sutriadi, 2018), maka keterampilan/bakat pada tataran daya
pendefinisian konsep smart city dapat saing global, serta jejaring global), sampai
dijelaskan sebagai berikut. kepada perhatian terhadap sisi teknologi
a. Integritas. Merupakan pola pikir integritas (proses perencanaan berbasis TIK untuk
pribadi bangsa dalam tatanan negara mendorong efisiensi, serta teknologi
kesatuan Republik Indonesia yang sebagai solusi untuk masa depan yang
berintegritas tinggi dan inovatif dengan lebih baik) (Sutriadi, 2015).
senantiasa memiliki semangat f. Tingkat kesiapan teknologi. Memahami
pengembangan pengetahuan secara secara mendalam tentang pengembangan
menerus untuk secara kolektif berupaya ilmu pengetahuan dan teknologi secara
mendorong percepatan terciptanya inovatif dan berkelanjutan dengan
kecerdasan menuju kesejahteraan menempatkan konsep pengembangannya
bangsa. Komponen ini berkaitan dengan dalam siklus tingkat kesiapan teknologi.
ilustrasi pemetaan untuk mendorong co- g. Dampak teknologi. Memahami adanya
creation di era TIK (Manu, 2015). dampak kehadiran teknologi, khususnya
b. Sejarah dan budaya. Senantiasa berupaya TIK, sehingga komponen bangsa sudah
memahami secara mendalam sejarah dan selayaknya dapat mempersiapkan serta
keberagaman komponen bangsa berikut memanfaatkannya.
nilai-nilai budaya dan ideologis guna

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota - SAPPK | 3


h. Proses teknis dan politik. Memahami lokasi smart city pada konstelasi yang
proses perencanaan pembangunan, lebih luas (kawasan atau wilayah) sebagai
bagaimana keputusan suatu kebijakan bagian terintegrasi dari sistem tata ruang
diambil untuk para pemangku wilayah dan nasional.
kepentingan berikut faktor-faktor yang d. Sektor ekonomi. Lebih menekankan pada
terkait di dalamnya untuk konteks tata inovasi pembangunan sektor tersier dan
kelola pemerintahan. kuarter dengan dukungan teknologi yang
mampu memfasilitasi pengembangan
Berdasarkan kerangka komponen tersebut di sektor primer dan sekunder.
atas, maka definisi smart city dalam konteks e. Kesiapan teknologi. Lebih menekankan
perencanaan wilayah dan kota di Indonesia pada terciptanya pengembangan kawasan
secara komprehensif, yaitu smart city dengan kesiapan teknologi yang
merupakan tema perencanaan kota dengan komprehensif mulai dari ide sampai
perhatian kepada percepatan pembangunan dengan komersialisasi produk maupun
kawasan perkotaan yang didominasi kawasan layanan.
terbangun secara efektif dan efisien berbasis f. Dampak teknologi. Mendorong teknologi
pengembangan pengetahuan akan sebagai percepatan pengembangan
sumberdaya lokal pada tataran global melalui kawasan.
pendekatan inovatif dalam mengembangkan g. Proses teknis dan politis. Terintegrasi
sektor tersier dan kuarter serta dapat dengan proses teknis dan politis sesuai
memfasilitasi pembangunan sektor primer aturan yang berlaku.
dan sekunder dari wilayah sekitarnya melalui h. Pemangku kepentingan. Mendorong
konsep berkelanjutan dengan dukungan partisipasi dan kolaborasi dengan
teknologi tepat guna ataupun teknologi tinggi mengoptimalkan keterlibatan warga
sesuai dengan fungsi dan peran kota dalam setempat.
konteks struktur ruang nasional dan
mempertimbangkan produk rencanan
pembangunan berdasarkan sistem
perencanan pembangunan nasional berikut
proses teknis serta politik dalam
pelaksanaannya (Sutriadi, 2018). Sebagai
penjabaran smart city tersebut dan merujuk
pada definisi teknopolis, maka komponen
penting lebih lanjut adalah:
a. Integritas pribadi dan publik. Komponen
ini merupakan komponen dasar bagi
pendekatan perencanaan secara cerdas,
yaitu berupa komponen dasar dari warga
yang terdiri dari kumpulan pribadi dengan
tujuan yang sama untuk meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia pada
level kawasan dimana lokasi smart city
akan dikembangkan dan memiliki makna
bagi pengembangan kota guna Gambar 1. Konsep Smart City dalam
mendorong perubahan menuju kondisi Konteks Pengembangan Wilayah dan Kota
dengan kualitas kehidupan yang lebih dan Kota Berlekanjutan
Sumber: Teknopolis, Perencana Kota, Sutriadi, 2018
baik.
b. Sejarah dan budaya. Hal ini meliputi Berbagai pengertian smart city yang
karakteristik sejarah dan budaya, baik di dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai
wilayah maupun di kota dimana smart city karakteristiknya sehingga peneliti
akan diletakkan sebagai pertimbangan menyimpulkan definisi smart city yang akan
dalam menyusun skenario perencanaan digunakan dalam penelitian ini. Smart city
berbasis ilmu pengetahuan pada kawasan. merupakan kota yang mampu menciptakan
c. Ruang pada konteks perencanaan wilayah kualitas hidup yang baik didukung dengan
dan kota. Hal ini lebih menekankan pada kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang
pertimbangan kelayakan sisi ruang calon
4 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

berkelanjutan dalam tata kelola e. Smart living. Mendorong peningkatan


pemerintahan, yang partisipatif, responsif, lingkungan kehidupan serta kualitas
inovatif, dan kompetitif dengan pemanfaatan kehidupan dengan dukungan internet of
teknologi informasi dan komunikasi. things, berikut kerangka media sosial
online guna memungkinkan hubungan
Adaptasi Komponen Ketercapaian Smart yang lebih baik antar manusia dengan
City lingkungannya supaya lebih sehat,
gembira, serta gaya hidup dinamis.
Adaptasi komponen ketercapaian smart city f. Smart governance. Menekankan pada
dilakukan melalui perbandingan berbagai penguatan keterkaitan di dalam internal
konsep smart city oleh para ahli dan pemerintahan serta antar pemerintah
disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan dengan masyarakat dan pengusaha
karakteristik kota-kota yang ada di Indonesia, melalui jaringan terintegrasi, yang
dalam hal ini mengambil kasus pada didukung oleh informasi publik berikut
pengukuran smart city di Kota Palu. layanannya.

Dalam pengembangan smart city, terdapat Berdasarkan komponen smart city yang
berbagai komponen yang diterapkan untuk dijelaskan oleh para ahli serta dari BAPPENAS
mewujudkan konsep smart city . Cohen dan Kementerian PUPR, maka disimpulkan
(2012) membagi smart city menjadi enam komponen-komponen yang akan digunakan
dimensi (komponen), yaitu smart economy, dalam penelitian ini. Komponen-komponen
smart mobility, smart environment, smart smart city yang akan digunakan dalam
people, smart living, dan smart governance. penelitian ini adalah seperti pada tabel
a. Smart economy. Menekankan pada berikut.
inovasi dan kewirausahaan, fokus pada
pengembangan teknologi tinggi dan baru Tabel 1. Komponen Smart City
serta mendukung inovasi guna Pendapat Komponen Smart City
Ket.
mendekatkan hubungan antara ekonomi Ahli P G Ec M En L
Cohen
lokal-ekonomi global melalui pemeliharaan (2012)
     
daya saing kota. Giffinger
     
b. Smart mobility. Menekankan kepada (2007)
peningkatan efisiensi dan efektivitas Lazaroiu &
Roscia      
kualitas transportasi perkotaan melalui (2012)
pemanfaatan video pengawasan dan BAPPENAS Smart
    
teknologi deteksi jarak jauh guna (2015) infras.
memantau lalulintas dan melakukan Komponen berbeda, lebih
teknis: smart dev. planning,
analisis data untuk mengelola aliran Kemen. s.building, s.green open space,
lalulintas, aliran pejalan kaki, dan aliran PUPR s.energy, s.transportation,
barang secara real time, termasuk (2015) s.commuity, s.waste
management, s.water
menangani keadaan darurat. management
c. Smart environment. Menekankan pada Operasionalisasi Komponen Smart City
perencanaan kota dengan pendekatan  Smart people
kota hijau berikut dukungan teknologi  Smart governance
 Smart economy
berbasis web dan pemantauan jarak jauh  Smart mobility
untuk distribusi ruang publik, sabuk hijau,  Smart environment
dan sebagainya dalam mengembangkan  Smart living
lingkungan hijau. Sumber: Hasil Analisis, 2018
d. Smart people. Mendorong situasi kondusif
dari sumberdaya manusia guna Dalam perwujudan smart city, komponen-
pengembangan inovasi dan TIK dengan komponen smart city harus saling terintegrasi
manfaat maksimal bagi lingkungan masa sesuai dengan prioritas masing-masing
depan pada situasi sosial yang plural, komponen. Secara umum, tujuan
fleksibel, terbuka, serta kreatif. pengembangan konsep smart city adalah
untuk menuju terciptanya kehidupan yang
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota - SAPPK | 5
lebih baik, nyaman, dan berkelanjutan (smart Faktor Pembentuk Smart City
Giffinger (2007) Cohen (2012) Oprasional
living). Smart living merupakan suatu cara
pemerintahn
orang/masyarakat (people) hidup dengan Partisipasi dlm
cerdas untuk memenuhi kebutuhan yang Participation in
pengambilan
decision making
berhubungan dengan kualitas hidupnya. keputusan
Infrastruktur
Infrastructure
TIK
Political strategies &
perpectives
Smart Economy
Productivity Productivity Produktivitas
International Local & global Koneksi Lokal
embeddedness connection & Global
Entreprneurship Entrepreneurshi Kewirausahaan
Innovative spirit p & innovative dan Inovasi
Flexibility of labour
market
Economic image &
trademarks
Ability to transform
Smart Mobility
Gambar 2. Struktur Komponen Smart City Multi-moda
Local accessibility Akses lokal
access
Selanjutnya, penentuan faktor dan indikator Sustainable,
Efficient
didasarkan pada iterasi dan penggabungan innovative, safe Keberlanjutan
transport
trnsport systms
beberapa faktor dan indikator menurut para Availability of ICT- Technology TIK-
ahli dan berdasarkan ISO 31720:2004 infrstrcture infrastructure transportasi
tentang Indikator Kualitas Hidup dan (inter-)national
accessibility
Pelayanan Kota. Akan tetapi, untuk konteks
Smart Environment
Indonesia, akan menjadi tantangan tersendiri Manajemen
untuk diterapkan (Sutriadi, 2015) karena Sustainable resource Resource
sumberdaya yg
management management
masyarakat harus dipersiapkan guna berkelanjutan
memanfaatkan kehadiran produk dan layanan Environmental Sustainable Perlindungan
protection urban devl lingkungan
TIK secara lebih positif untuk menunjang Smart building
terciptanya kota berkelanjutan dan Attractivity of naturl
berkeadilan. Terlebih, terdapat beberapa cnditions
faktor dan indikator yang kompleks dan rumit Pollution
Smart Living
karena membutuhkan teknologi yang lebih Health conditions Health Kesehatan
canggih. Namun demikian, untuk menuju Individual safety Safety Keselamatan
smart city harus lah menjadi tantangan Social cohesion
Culture and
Kesejahteraan
tersendiri agar bisa mencapainya. well-being
Kualitas tempat
Housing quality
tinggal
Tabel 2. Faktor Pembentuk Smart City Education facilities
Faktor Pembentuk Smart City Fasilitas Publik
Cultural facilities
Giffinger (2007) Cohen (2012) Oprasional Touristic attractivity
Smart People
Kapasitas Jumlah: 18 Jumlah: 20
Level of qualification Education Jumlah: 33 faktor
penduduk faktor faktor
Creativity Creativity Kreativitas Sumber: Hasil Analisis, 2018
Participation in Partisipasi dlm
Inclusion
public life khidupn masy.
Affinity to life long Berdasarkan faktor-faktor pembentuk smart
learning city di atas yang akan digunakan pada
Cosmopolitanis/ penelitian ini, maka akan ditentukan
open-minddness
indikator-indikator pengukurannya.
Flexbility
Social and ethnice Penentuan indikator yang akan digunakan
plurality pada penelitian ini disintesiskan dari indikator
Smart Governance menurut para ahli (Giffinger (2007) & Cohen
Public and social Pelayanan (2012)), standar yang telah diakui ISO
Online service
services publik
Transparent Open Manajemen
31720:2004, dan sesusai dengan kondisi di
governance management internal Indonesia.

6 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1


Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

masing-masing adalah enam komponen, 20


(dua puluh) faktor, dan 39 (tiga puluh
Tabel 3. Indikator Pengukuran Smart City sembilan) indikator.
Faktor Operasionalisasi
Smart People
Kapasitas Lulusan perguruan tinggi Pengukuran Ketercapaian Smart City di
Penduduk Tenaga kerja tersertifikasi Kota Palu
Kreativitas Tenaga kerja di industri kreatif
Partisipasi dlm Penggunaan internet Pengukuran smart city yang akan dilakukan
kehidupan Penggunaan media sosial
bermasyarakat
dalam penelitian ini meliputi kerangka
Partisipasi masyarakat
Smart Governance pengukuran terhadap enam komponen smart
Pelayanan Pelayanan publik online city, yaitu smart living, smart governance,
Publik Kepuasan terhadap pelayanan publik smart mobility, smart environment, smart
Manajemen Integrasi data pemerintah economy, dan smart people. Masing-masing
internal Media informasi pemerintah
pemerintahan Anggaran pembangunan
komponen dapat dijelaskan dengan beberapa
Partisipasi dlm Partisipasi dlm musrenbang faktor dan indikator berdasarkan karakter
pengambilan tiap-tiap komponen smart city.
keputusan
Infrastruktur Wifi pada fasilitas publik
TIK
Smart Economy
Produktivitas PDRB per kapita
Kontribusi sektor tersier thdp PDRB
Koneksi lokal & Pertumbuhan ekspor
global
Kewirausahaan Peningkatan UMKM
& inovasi
Smart Mobility
Akses lokal Ketersediaan angkutan umum
Kemudahan akses mendapatkan
angkutan umum
Kenyamanan angkutan umum
Keberlanjutan Penggunaan kendaraan non-motorized
Kecelakaan lalu lintas
Informasi perjalanan/ lalu lintas real-
time
Gambar 3. Struktur Kerangka Pengukuran
Smart Environment Smart City di Kota Palu
Manajemen Penggunaan energi terbarukan Sumber: Hasil Analisis, 2018
sumberdaya Konsumsi air bersih
berkelanjutan Pengelolaan sampah Berdasarkan pada bagian sebelumnya, dalam
Perlindungan Kesesuaian lahan lindung penelitian ini ditetapkan enam komponen, 20
lingkungan Luas RTH
Smart Living
(dua puluh) faktor dan 39 (tiga puluh
Kesehatan Angka harapan hidup sembilan) indikator. Hal ini berdasarkan
Kemudahan mengakses fasilitas kesesuaian karakteristik Kota Palu sebagai
kesehatan kota yang sedang berkembang di Indonesia,
Keselamatan Tingkat kriminalitas
khususya di Kota Palu.
Kasus kebakaran
Kesejahteraan Indeks gini
Persentase masyarakat miskis Pengukuran dan penilain smart City di Kota
Kemudahan mendapatkan pekerjaan Palu dilakukan berdasarkan komponen smart
Kualitas tempat Kriteria rumah sehat city yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil
tinggal
pengukuran dan penilaian tersebut
Fasilitas Publik Kemudahan mengakses fasilitas
pendidikan memposisikan Kota Palu pada level
Kemudahan mengakses fasilitas Initiative dengan perolehan nilai 38%. Hasil
rekreasi ini diperoleh dari pencapaian masing-masing
Jumlah: 39 indikator
kriteria terhadap indikator pengukuran dan
Sumber: Hasil Analisis, 2018
penilaian yang mana hanya 15 (lima belas)
Adapun jumlah komponen, faktor, dan indikator dari 39 (tiga puluh sembilan)
indikator yang didapatkan pada penelitian ini indikator yang tercapai.
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota - SAPPK | 7
governance adalah pelayanan publik online,
kepuasan terhadap layanan publik, integrasi
data pemerintah, media informasi
pemerintah, anggaran pembangunan,
partisipasi dalam pengambilan musrenbang,
dan wifi pada fasilitas publik.

Gambar 4. Tingkat Smart City di Kota Palu


Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian,


komponen smart city yang memiliki nilai
tertinggi di Kota Palu adalah smart economy
dengan 75%. Kemudian diikuti oleh smart Gambar 6. Tingkat Smart Governance
living 70%, smart governance 29%, dan Sumber: Hasil Analisis, 2018
smart mobility, smart environment, smart
people yang masing-masing hanya mencapai Pengukuran dan penilaian terhadap
17%. komponen smart economy didasarkan pada
data kuantitatif yang diperoleh dari beberapa
Pengukuran dan penilaian terhadap instansi di Kota Palu. Smart economy terdiri
komponen smart people didasarkan pada dari tiga faktor dan empat indikator. Faktor
data kuantitatif yang diperoleh dari beberapa tersebut adalah produktivitas, koneksi lokal
instansi di Kota Palu. Smart people terdiri dari dan global, serta kewirausahaan dan inovasi.
tiga faktor dan enam indikator. Faktor dalam Indikator yang digunakan adalah PDRB per
smart people adalah kapasitas penduduk, kapita, kontribusi sektor tersier terhadap
kreativitas, dan partisipasi dalam kehidupan PDRB, pertumbuhan ekspor, dan peningkatan
bermasyarakat. Sedangkan indikator yang UMKM.
digunakan dalam pengukuran smart people
adalah lulusan perguruan tingggi, tenaga
kerja tersertifikasi, tenaga kerja di industri
kreatif, penggunaan internet, penggunaan
media sosial, dan partisipasi masyarakat.

Gambar 7. Tingkat Smart Economy


Sumber: Hasil Analisis, 2018

Pengukuran dan penilaian terhadap


komponen smart mobility didasarkan pada
Gambar 5. Tingkat Smart People data kuantitatif yang diperoleh dari beberapa
Sumber: Hasil Analisis, 2018
instansi di Kota Palu dan melalui survei
Pengukuran dan penilaian terhadap kuesioner terhadap pendapat masyarakat
komponen smart governance didasarkan Kota Palu akan ketersediaan angkutan umum,
pada data kuantitatif yang diperoleh dari perjalanan dan pergerakan, serta
beberapa instansi di Kota Palu dan melalui penggunaan kendaraan. Smart mobility terdiri
survei kuesioner terhadap pendapat dari tiga faktor dan enam indikator. Faktor
masyarakat Kota Palu akan pelayanan dan tersebut adalah akses lokal, keberlanjutan,
keterbukaan pemerintah kota. Smart dan TIK-transportasi. Indikator yang
governance terdiri dari empat faktor dan digunakan dalam pengukuran smart mobility
tujuh indikator. Faktor dalam smart adalah ketersediaan angkutan umum,
governance adalah pelayanan publik, kemudahan akses mendapatkan angkutan
manajemen internal pemerintahan, partisipasi umum, kenyamanan angkutan umum,
dalam pengambilan keputusan, dan penggunaan kendaraan non-motorized,
infrastruktur TIK. Sedangkan indikator yang kecelakaan lalu lintas, dan informasi
digunakan dalam pengukuran smart perjalanan/lalu lintas real-time.

8 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1


Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

sehat, kemudahan mengakses fasilitas


pendidikan, dan kemudahan mengakses
fasilitas rekreasi.

Gambar 8. Tingkat Smart Mobility


Sumber: Hasil Analisis, 2018

Pengukuran dan penilaian terhadap


komponen smart environment didasarkan Gambar 10. Tingkat Smart Living
pada data kuantitatif yang diperoleh dari Sumber: Hasil Analisis, 2018
beberapa instansi di Kota Palu. Smart
environment terdiri dari dua faktor dan enam Kesimpulan
indikator. Faktor dalam smart environment
adalah manajemen sumberdaya yang Berdasarkan hasil kajian dan analisis,
berkelanjutan dan perlindungan lingkungan. didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
Sedangkan indikator yang digunakan dalam
pengukuran smart environment adalah 1. Komponen smart city yang dirumuskan
penggunaan energi terbarukan, konsumsi air merupakan hasil sintesa berdasarkan
bersih, inovasi penyediaan air bersih, pendapat para ahli yang memungkinkan
pengelolaan sampah, kesesuaian lahan untuk dikembangkan di Indonesia. Akan
lindung, dan luas RTH. tetapi, jika lebih melihat pada potensi
kota-kota di Indonesia maupun di Kota
Palu, terdapat beberapa komponen
lainnya yang dapat menjadi komponen
smart city, misalnya smart culture dan
smart disaster management mengingat
Indonesia memiliki banyak kebudayaan
serta potensi bencana yang cukup besar.
2. Pada proses perumusan faktor dan
Gambar 9. Tingkat Smart Environment indikator pengukuran berdasarkan
Sumber: Hasil Analisis, 2018 komponen smart city, ditemui adanya
ketidaksesuaian indikator dengan data
Pengukuran dan penilaian terhadap yang ada di lapangan sehingga indikator
komponen smart living didasarkan pada data yang dirumuskan harus disesuaikan oleh
kuantitatif yang diperoleh dari beberapa peneliti. Indikator pengukuran berubah-
instansi di Kota Palu dan melalui survei ubah tergantung pada kondisi
kuesioner terhadap pendapat masyarakat ketersediaan data di lapangan.
Kota Palu akan kemudahan mengakses 3. Penentuan komponen, faktor, dan
fasilitas umum, kualitas lingkungan tempat indikator pengukuran dan penilaian smart
tinggal, keamanan lingkungan, daya tarik city diperoleh dari berbagai teori para ahli
wisata, dan kesejahteraan sosial. Smart living yang mana tidak menetapkan standar
terdiri dari lima faktor dan 10 (sepuluh) baku tiap-tiap komponen, faktor, dan
indikator. Faktor tersebut adalah kesehatan, indikator smart city. Adapun komponen,
keselamatan, kesejahteraan, kualitas tempat faktor, dan indikator yang dirumuskan dan
tinggal, dan fasilitas umum. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
digunakan dalam pengukuran smart living enam komponen pengukuran dan
adalah angka harapan hidup, kemudahan penilaian (ditambah satu komponen pada
mengakses fasilitas kesehatan, tingkat penyusunan konsep strategi), 20 (dua
kriminalitas, kasus kebakaran, indeks gini, puluh) faktor, dan 39 (tiga puluh
persentase masyarakat miskin, kemudahan sembilan) indikator.
mendapatkan pekerjaan, kriteria rumah

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota - SAPPK | 9


4. Pengukuran dan penilaian tingkat smart Incheon, S. Korea. Incheon Development
city di Kota Palu dilakukan melalui Institute.
perhitungan terhadap 39 (tiga puluh Lazaroiu, G.C & Roscia, M. 2012. Definition
sembilan) indikator dari enam komponen Methodology for The Smart Cities Model.
smart city dan kemudian dinilai Energy 47 326e332.
berdasarkan rentang lima tingkatan smart Nam, Taewoo; & Pardo, Theresa A. 2011.
city. Hasil pengukuran dan penilaian smart Conceptualizing Smart City with
city memposisikan Kota Palu pada level Dimensions of Technology, People, and
Initiative dengan perolehan nilai 38%. Institutions. The Proceedings of the 12th
Hasil ini diperoleh dari pencapaian Annual International Conference on Digital
masing-masing kriteria terhadap indikator Government Research.
pengukuran dan penilaian yang mana Joga, Nirwono dkk. 2017. Kota Cerdas
hanya 15 (lima belas) indikator yang Berkelanjutan. Kemitraan Kota Hijau.
tercapai dari total 39 (tiga puluh Jakarta.
sembilan) indikator. Komponen tertinggi Neuman. 2013. Metodologi Penelitian Sosial:
adalah smart economy dengan nilai 75% Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Edisi
(integrative), sedangkan terrendah adalah 7. Jakarta: Indeks.
smart people, smart mobility, dan smart Nurmandi. 2014. Manajemen Perkotaan:
environment dengan masing-masing Teori Organisasi, Perencanaan,
memiliki nilai 17% (ad hoc). Perumahan, Pelayanan Dan Transportasi
Mewujudkan Kota Cerdas. Lingkaran
Daftar Pustaka Bangsa: Yogyakarta.
Paolo Neirotti, et all. 2014. Current Trends in
Angelidou, Margarita. 2014. Smart City Smart City Initiatives: Some Stylised
Policies: A Spatial Approach. Aristotle Facts. Jurnal Elsevier: Cities 38 (2014).
University of Thessaloniki, School of Sanseverino, Eleonora Riva et al. 2017. Smart
Architecture, Department of Urban Cities Atlas. Western and Eastern
Planning and Regional Development, Intelligent Communities. Springer Tracts
Urban and Regional Innovation Research in Civil Engineering. Switzerland.
Unit (URENIO). Greece. Schaffers, Hans. 2010. Smart Cities and the
Batty, et all 2012. Smart Cities of The Future. Future Internet: Towards Collaboration
The European Physical Journal-Special Models for Open and User Driven
Topics, 481-518. Innovation Ecosystems, FIA Ghent,
Cohen, B. 2013. Key Components for Smart “Smart Cities and Future Internet
Cities. Retrieved January 15, 2014. Experimentation”, December 16th 2010.
Campbell, Tim. 2012. Beyond Smart Cities: Suissa, Rachel. Future Smart Cities and
How Cities Network, Learn, and Innovate. Impacts on Governance.
Earthscan. London. Sugiyono. 2011. Metoda Penelitian
Creswell, J.W. 2009. Research Design, Kombinasi. Bandung: Penerbit Alfabeta
Qualitative, Quantitative, and Mixed Sutriadi, Ridwan. 2015. Perspektif Perencana:
Approach. Third Edition. California: Sage Smart City: Inovasi Kota Komunikatif, dan
Publication. Kota Berkeadilan. Bandung.
Fernandez-Anez, Victoria. 2016. Stakeholders Sutriadi, Ridwan. 2017. Media Sosial dan
Approach to Smart Cities: A Survey on Perencanaan Kota. Bandung: Penebit ITB.
Smart city Definitions. Transport Research Sutriadi, Ridwan. 2018. Teknopolis: Perspektif
Centre (TRANSyT). Universidad Politecnica Perencana Kota. Bandung: Penerbit ITB.
de Madrid, Madrid, Spain. Widyaningsih, D., 2014. Kota Surabaya
Griffinger, R., dkk 2007. Smart cities Ranking Menuju Smart City. Tesis. Yogyakarta:
of European medium-sized cities. Final Universitas Gadjah Mada.
report October. ______.2016. Working Paper PSPPR: Road
Hall, R. E. 2000. The vision of a smart city. In Map Kota Yogyakarta menuju Smart City.
Proceedings of the 2nd International Life Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Extension Technology Workshop, Paris, ______.Smart City Reference: The City of
France, Sep 28. Future. Smart City and Community
J.H.Lee et all, 2013. Building a New Smart Inovation Center. Bandung: Institut
City in Asia: Songdo International City in Teknologi Bandung.
10 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1

Anda mungkin juga menyukai