Anda di halaman 1dari 34

Kajian Pemaknaan Visual Yang Ada Pada Visual

Branding Friendly Bandung Berupa Poster


Baliho Yang Ditempel Sepanjang Jalan Pasupati
Oleh:
17413002 Nanda Hadi Gustian

Desain Komunikasi Visual


Fakultas Senirupa dan Desain
Institut Teknologi Bandung
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki aset
pariwisata yang paling banyak, dengan sekitar ribuan tempat wisata yang terdaftar.
Disinyalir menjadi biang kerok 9,4 juta wisatawan mancanegara yang datang ke
Indonesia tercatat pada tahun 2014. Namun sejauh perkembangan pariwisatanya
Indonesia masih banyak ternyata diantara objek pariwisata tersebut yang pengemasan
pesannya melalui strategi pemasaran yang dirasa belum optimal, terkesan asal jadi tanpa
konsep perancangan. Padahal strategi pemasaran ini dinilai cukup penting untuk
memunculkan objek wisata ini ke permukaan diantara kompetitornya. Oleh karena itu
penting adanya pengoptimalan strategi pemasaran disetiap kota kota yang memiliki
potensi nilai ekonomi pada pariwisatanya yang cukup besar di Indonesia.
Sebernanya sudah mulai terlihat upaya upaya inisiatif pemerintah untuk mengemas
potensi pariwisata. Namun upaya tersebut masih dinillai belum serius dan tekesan masih
asal jadi dinilai dari parameter siapa yang men-supervisi, keterlibatan masyarakat dalam
pembentukan konsepnya hingga siapa yang mengeksekusinya masih abu-abu. Oleh
karena ketidak seriusan inilah maka bisa dibilang media pemasaran yang disediakan
pemerintah melalui fasilitas menteri wisata dirasa kurang optimal untuk memasarkan kota
kota itu sendiri.
Disisi lain city branding merupakan strategi yang efektif untuk pemasaran kota, sudah
menjadi sebuah tren di negara negara maju bahwa setiap kota itu memiliki ciri khas, ciri
khas inilah nantinya menjadi nilai jual tersendiri yang akan disajikan kepada wisatawan.
Sebagai contoh singapur dengan slogan uniqeuly singapore yang memposisikan kotanya
sebagai gamabaran salah satukota asia yang unik, alhasil mampu menyedot kurang lebih
7,6 juta wisatawan mancanegara menghabiskan jutaan dolarnya hanya untuk sekedar
menikmati wisata yang uniknya. Sebuah city branding bukan hanya sebuah slogan atau
kampanye promosi, akan tetapi suatu gambaran dari pikiran, perasaan, asosiasi dan
ekspektasi yang datang dari benak seseorang ketika seseorang tersebut (prospek atau

customer) melihat atau mendengar sebuah nama, logo, produk, layanan, event, ataupun
berbagai simbol dan rancangan yang menggambarkannya.
City branding kota bandung Friendly Bandung mengandung konten dan dinilai
yang dianggap sebagai bentuk konsep city branding yang tepat guna diantara kompetitor
lain hingga seringkali dijadikan benchmarking kota-kota indonesia semasa pengonsepan
branding kotanya. Menjadi poin tersendiri untuk pemerintahannya ridwan kamil, seperti
kita tahu upaya pembentukan city branding ini bukanlah hal yang mudah melainkan perlu
adanya kolaborasi elemen-elemen masyarakat dan pemerintah terkait agar tercapainya
objektif dari city branding itu sendiri. Alhasil city branding bandung mejadi salah satu
city branding teratas di indonesia diikuti oleh enjoy jakarta dan jogja istimewa.
Hal ini tentunya tak lepas dari dukungan beberapa komponen city branding itu
sendiri, salah satunya adalah visual branding. Visual branding adalah media yang penting
dan pertama kali sampai ke hadapan audiens. Visual branding membantu audiens dalam
upaya pendiferensiasian produk, visual branding menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk audiens mengingat citra sebuah produk sehingga terbentuklah sebuah pengalaman.
Visual branding erat kaitannya dengan grafis pendukung dalam sebuah brand baik itu
logo, poster, ilustrasi, pemilihan jenis hurup, video bumper, ad poster, hingga sign system
sebuah brand.
Visual Branding merupakan salah satu senjata andalan bagi kampanye friendly
bandung, Bisa dikatakan begitu karena memang alat komunikasi utama antara pemerintah
dan masyarakat ialah hampir semua disokong oleh media visual baik itu berupa poster,
baliho maupun konten visual yang ada disosial media. Tak bisa dipungkiri lagi sedikit
banyaknya kesuksesan kampanye friendly bandung adalah berkat sokongan visual
brandingnya yang baik pula. Tepat pada ulang tahun Kota Bandung ke 204 Sekitar 70 foto
perwakilan dari masyarakat Bandung yang sedang tersenyum lebar dicetak di poster
ukuran jumbo membalut tiang jembatan polos yang biasanya tertutup flyer atau coretan
iseng yang mengganggu. Perwakilan masyarakat tersebut ada dari siswa SD, mahasiswa,
karyawan bank, polisi hingga tukang kuda turut berpartisipasi sebagai model poster
baliho ini. Dan strategi bisa dibilang sukses ini untuk menyampaikan visi Kota Bandung
tentang masyarakat yang ramah tamah kepada setiap tamu. Bahasa visual yang sederhana

dan naif diduga menjadi penyebab sangat mudahnya isi pesan ditangkap oleh masyarakat
maupun wisatawan sehingga membuat pengondisian kampanye bisa dibilang sukses.
Namun cukup menjadi pertanyaan, sebenarnya apakah yang membuat masyarakat dan
wisatwan mudah menangkap isi pesan dari poster baliho kampanye friendly bandung
yang ditempel sepanjang jalan laying pasupati tersebut? Dalam makalah kali ini penulis
akan membahas teori-toeri yang diduga membantu masyarakat untuk menangkap isi
pesan dari poster tersebut.
Cukup unik karena dengan bahasa visual yang sederhana mampu mempersuasi
halayak ramai utnuk ikut menjadi suksesor kampanya. Jika didalami topic ini sangat
berguna bagi kita kedepannya untuk menyusun strategi kampanye.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang menyebabkan poster friendly bandung yang ditempel sepanjang pilar beton
jalan layang pasupati yang bercerita tentang potret elemen-elemen masyarakat kota
bandung yang sedang tersenyum mudah ditangkap isi pesannya oleh masyarakat kota
bandung?

1.3 Batasan Masalah


Dalam seminar kali ini penulis akan membahas Kajian pemanfaatan aplikasi visual
branding yang ada pada city branding friendly bandung. Agar mendapat arah
pembahasan yang lebih baik sehingga tujuan dari seminar bisa tercapai, maka dari itu
penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang ada:
1. Branding: segala bentuk upaya penguatan citra sebuah merek/jasa
2. Visual Branding: visual yang berpengaruh dan berakibat pada audiens dalam upaya
mendifferensiasikan merek.

3. Visual Branding yang diteliti kali ini adalah elemen visual branding friendly bandung
berupa poster baliho yang ditempel sepanjang pilar beton jalan layang pasupati yang
bercerita tentang potret elemen-elemen masyarakat kota bandung yang sedang
tersenyum.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui penyebab kenapa poster baliho yang ditempel sepanjang pilar beton jalan
layang pasupati yang bercerita tentang potret elemen-elemen masyarakat kota
bandung yang sedang tersenyum mudah kontennya mudah ditangkap oleh masyarakat
kota bandung dan wisatawan pada umumnya.
2. Mengetahui visualbrand identity yang tepat untuk sebuah branding kota.
Manfaat bagi penulis
3. Menambah pengetahuan lebih dalam lagi tentang branding, city branding, brand
identity, visual branding.
4. Rujukan Tugas Akhir.
5. Hasil dari penelitian dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh desainer sebagai
referensi lanjut untuk proyek branding.

1.5 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode
kuantitatif yang bersifat eksplanatif. Metode kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi
objek berdasarkan data yang diolah dengan cara pendalaman interpretasi. Sedangkan
metode perbandingan digunakan untuk melihat respons target marketing dari objek.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksplanatif.

Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dilakukan adalah secara kualitatif.

Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah dengan studi literatur

Cara Analisis
-

Analisis Teks

Analisis Visual

1.6 Kerangka Penelitian


Branding Kota Bandung
Friendly Bandung

Pembabakan visual
branding Kota Bandung
Friendly Bandung

Analisis data berupa pembabakan unsur


visual dari poster baliho yang ditempel
sepanjang pilar beton jalan layang pasupati
yang bercerita tentang potret elemen-elemen
masyarakat kota bandung yang sedang
tersenyum

Hasil analisis deskriptif dan di ukur vailidasi


KESIMPULAN
materi
dan keberhasilannya dalam
menginformasikan visi kota

STUDI LITERATUR

Teori visual Charles


sanders pierce segitiga
makna

1.7 Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, masing-masing bab diuraikan sebagai
berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah,
tujuan penelitian, ruang lingkup, metode penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB 2: LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan pemaknaan sebuah tanda,
symbol maupun pesan.
BAB 3: DATA
Bab ini akan membahas mengenai isi pesan dari kampanye friendly bandung dan poster
balihonya.
BAB 4: ANALISIS
Menganalisi konten visual dari poster baliho dan dibandingkan dengan teori yang ada
untuk ditarik kesimpulan
BAB 5: KESIMPULAN
Memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari
hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
selanjutnya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Semiotika
Perkembangan pola pikir manusia merupakan sebuah bentuk perkembangan yang
mendasari terbentuknya suatu pemahaman yang merujuk pada terbentuknya sebuah
makna. Apabila kita amati, kehidupan kita saat ini tidak pernah terlepas dari makna,
persepsi, atau pemahaman terhadap apapun yang kita lihat. Sekarang kita lihat bendabenda yang ada di sekeliling kita. Sering sekali kita tanpa memikirkan bentuk dan wujud
benda tersebut kita sudah bisa mengetahui apa nama dari benda itu. Ketika kita
mengendarai sepeda motor atau mobil di jalan raya, maka kita bisa memaknai setiap
bentuk tanda lalu lintas yang bertebaran di jalan raya, seperti traffic light misalnya, atau
tanda Dilarang Parkir dan lain sebagainya. Pernahkah terlintas dalam benak kita sebuah
pertanyaan mengapa tanda ini dimaknai begini? Mengapa simbol itu dimaknai
sedemikian rupa. Kajian keilmuan yang meneliti mengenai simbol atau tanda dan
konstruksi makna yang terkandung dalam tanda tersebut dinamakan dengan Semiotik.

Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori
komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda
merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda
itu sendiri. (Littlejohn, 2009 : 53). Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna
yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui
bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari
perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah
pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi
salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting
untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang
terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda.
Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat
bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna dalam suatu

tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang


memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. (Kriyantono, 2007 : 261).
2.2 Segitiga Pemaknaan
Menurut Peirce semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari
bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui tandatanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan
memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Kita mempunyai
kemungkinan yang luas dalam keanekaragaman tanda-tanda, dan di antaranya tandatanda linguistik merupakan kategori yang penting, tetapi bukan satu-satunya kategori.
Dengan mengembangkan semiotika, Peirce memusatkan perhatian pada berfungsinya
tanda pada umumnya. Ia memberi tempat yang penting pada linguistik, namun bukan
satu-satunya. Hal yang berlaku bagi tanda pada umumnya berlaku pula bagi tanda
linguistik, tapi tidak sebaliknya. Menurut Peirce tanda-tanda berkaitan dengan objekobjek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan
tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Dengan
demikian sebenarnya Peirce telah menciptakan teori umum untuk tanda-tanda. Secara
lebih tegas ia telah memberikan dasar-dasar yang kuat pada teori tersebut dalam tulisan
yang tersebar dalam berbagai teks dan dikumpulkan dua puluh lima tahun setelah
kematiannya dalam Ouvres Completes (karya lengkap). Teks-teks tersebut mengandung
pengulangan dan pembetulan dan hal ini menjadi tugas penganut semiotika Peirce untuk
menemukan koherensi dan menyaring hal-hal yang penting. Peirce mengehendaki agar
teorinya yang bersifat umum ini dapat diterapkan pada segala macam tanda, dan untuk
mencapai tujuan tersebut, ia memerlukan konsep-konsep baru. Untuk melengkapi konsep
itu ia menciptakan kata-kata baru yang diciptakannya sendiri (Kaelan, 2009: 166).

Gambar 2.1 Diagram Segitiga Pemaknaan dimana interpretant dan object sangan bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan terhadap tanda (Sumber: fauzie rachman blog )

Bagi Peirce, tanda is something which stands to somebody for something in some
respect or capacity. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce
disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam
hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce
mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi
qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya
kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau
peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata
air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah
norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan
hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan
symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya
bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan
hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya, potret
dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda

dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung
mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api.
Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah
tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang
menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di
antaranya bersifat arbriter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)
masyarakat.
Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign
atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan
berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa
orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata, atau mata dimasuki insekta, atau
baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan.
Misalnya, jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang
rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa di situ sering terjadi kecelakaan. Argument
adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu (Sobur, 2006: 41-42).
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, Peirce membagi tanda menjadi sepuluh
jenis (Sobur, 2006: 42-43).:
1)

Qualisign, yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. kata keras menunjukkan
kualitas tanda. misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah
atau ada sesuatu yang diinginkan.

2)

Inconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh: foto,


diagram, peta, dan tanda baca.

3)

Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung,


yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan
oleh sesuatu. Contoh: pantai yang sering merenggut nyawa orang yang mandi
di situ akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna, dilarang
mandi di sini.

4)

Dicent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu.


Misalnya, tanda larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor.

5)

Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum.


Misalnya, rambu lalu lintas.

6)

Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek


tertentu, misalnya kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya, Mana buku
itu? dan dijawab, Itu!

7)

Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan


menunjuk subyek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar-putar
di atas mobil ambulans menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka
yang tengah dilarikan ke rumah sakit.

8)

Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan


dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya, kita melihat gambar
harimau. Lantas kita katakan, harimau. Mengapa kita katakan demikian,
karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat
yang namanya harimau.

9)

Dicent Symbol atau Proposition (porposisi) adalah tanda yang langsung


meghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang
berkata, Pergi! penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan
sertamerta kita pergi. Padahal proposisi yang kita dengar hanya kata. Katakata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi
yang mengandung makna yang berasosiasi di dalam otak. Otak secara
otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu, dan seseorang secara otomatis
dan cepat menafsirkan proposisi itu, dan seseorang segera menetapkan
pilihan atau sikap.

10)

Argument, yakni tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap sesuatu


berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata, Gelap. Orang itu berkata
gelap sebab ia menilai ruang itu cocok dikatakan gelap. Dengan demikian

argumen merupakan tanda yang berisi penilaian atau alasan, mengapa


seseorang berkata begitu. Tentu saja penilaian tersebut mengandung
kebenaran.

Jadi intinya adanya korelasi antara komponen dari segita makna tersebut baik sign,
object,maupun interpretant sehingga seorang audiens bisa menarik kesimpulan terhadap
tanda apa yang sedang mereka amati.

BAB III
DATA

3.1 Latar Belakang Konsep


Berawal dari visi

walikota bandung baru ridwan kamil yaitu terwujudnya kota

bandung yang unggul, nyaman dan sejahtera yang dilantunkan semasa pemilihan dirinya
sebagai wali kota bandung. 23 Juni 2013 tepat hari dimana pesta rakyatnya masyarakat
bandung dilaksanakan untuk memilih Walikota dan Wakil Walikota mereka sendiri untuk
masa bhakti 2013 hingga 2018 mendatang. Terdapat 8 pasangan calon yang mendaftar ke
KPUD Kota Bandung. Ini merupakan jumlah pasangan yang termasuk banyak dibanding
Pemilihan di daerah lain. Terdapat 4 pasangan calon yang melalui jalur perseorangan
(independen), dan 4 pasangan calon yang mendapat dukungan partai politik. Pemilihan
umum ini akhirnya dimenangkan oleh pasangan Mochamad Ridwan Kamil dan Oded
Muhammad Danial yang diusung PKS dan Gerindra dengan 434.130 suara. Sejalan
dengan terpilihnya beliau, visi misi ridwan kamil berhasil memenangi hati seluruh elemen
masyarakat bandung pada saat itu.
Visi misi inilah yang didalami oleh bandung creative city forum hingga menjadi
sebuah konsep city branding. Someah hade ka semah, sebuah filosofi di tatar Sunda
yang berarti keharusan untuk berlaku ramah kepada para tamu. Jamu setiap tamu agar
merasa betah dan kerasan. Dan rasanya local wisdom Sunda ini sangat relevan dengan
keadaan masyarakat bandung sekarang sehingga diharapakan mampu menggenjot sektor
parawisata.
Mencoba menjual keramahan warganya sekaligus promosi kepada warga Bandung
agar selalu beramah tamah kepada siapa pun itu, khususnya tamu. Ramah dalam arti
menjamu, menjaga, memelihara, dan berupaya membahagiakan tamu.

3.2 Biografi
Pemerintah Kota Bandung adalah otak dari konsep friendly bandung meskipun dalam
hal eksekusinya nantinya tetap akan dibantu oleh pihak ketiga. Disini terlihat jelas
bagaimana bentuk keseriusan pemerintah melalui upaya-upaya berupa pengondisian
maupun materi. Sedikit banyaknya periode kepemimpinan Ridawan Kamil membawa
wajah baru bagi pemerintah kota Bandung, begitu dekat dan hangat dengan elemenelemen masyarakat. Apakah itu sebuah bentuk keseriusan ataukah hanya sekedar
pencitraan belaka, yang jelas periode kepemimpinannya Ridwan Kamil merupakan babak
baru dimana sebuah kultur pemerintahan yang transparan dan inklusif menjadi sebuah
tren. Mungkin juga dari sinilah awal terbentuknya lingkungan yang kondusif dikalangan
elemen masyarakat yang berdampak pada kondusfinya pengondisian city branding itu
sendiri.
Bandung Creative City Forum adalah sebuah forum dan organisasi lintas komunitas
kreatif yang di deklarasikan dan didirikan oleh berbagai komunitas kreatif di kota
Bandung. Konsen kepada pendidikan berbasis kreativitas, perencanaan dan perbaikan
infrastruktur kota sebagai sarana pendukung pengembangan ekonomi kreatif dan
menciptakan

wirausaha-wirausaha

kreatif

baik

perorangan

atau

komunitas.

Dideklarasikan pada akhir tahun 2008 tepatnya tangga 21 desember.


Kini BCCF sudah memiliki jaringan yang luas. Sejak berdirinya, BCCF telah
melaksanakan berbagai program dan aktivitas kreatif dalam skala lokal hingga
internasional, terutama dalam hal ekspresi kreativitas komunitas, intervensi ruang publik,
pengembangan kreativitas masyarakat lokal, dan dalam menanggapi isu-isu seperti tata
guna bangunan bersejarah, pengembangan potensi masyarakat kreatif, pembangunan
wilayah perkotaan padat penduduk, dan sebagainya. BCCF, yang pada periode pertama
kepengurusannya diketuai oleh Ridwan Kamil (2008-2012) dan kini oleh Fiki Satari
(2013-2017), menjalankan empat program besar yang saling berkaitan: Helarfest, Simpul

Institute, Kampung Kreatif, dan DesignAction.bdg. Dalam melaksanakan programprogramnya inilah BCCF mengundang berbagai pihak untuk turut berkontribusi.
6 tahun keberlangsungannya BCCF siap membantu Ridwan Kamil dalam membangun
wajah baru bagi kota kembang. Tepat setahun setelah majunya Ridwan Kamil pada tahun
2014 konsep city branding friendly bandung rampung dan di publikasikan tepat pada
hari ulang tahunnya Kota Bandung. Ini tak lepas dari BCCF sebagai yang memprakarsai
konsep pemikiran selama pembentukan konsep city brandingnya.
Nusae graphic design studio adalah studio desain grafis yang didirikan oleh Andi
Rahmat. sebuah studio desain grafis yang berfokus tidak hanya pada desainnya saja tetapi
emperhatikan konsep dan strategi dari kebutuhan keseluruhan dari klien dan
memposisikan sebagai sebuah studio yang hadir untuk memenuhi kebutuhan desain grafis
dibidang arsitektur.
Sudah menjalin kerjasama dengan beberapa studio arsitek, di antaranya Urbane
Indonesia, Andramatin Architect, Labo, Basio Studio. Lulus S1 dari fakultas desain di
Universitas Komputer Indonesia jurusan Desain Komunikasi Visual. Selama 4 tahun
sewaktu kuliah mengisi waktu untuk berkarya di studio 347 (sekarang UNKL347) dan
terlibat dalam beberapa proyek, di antaranya: pembuatan buku 10 tahun 347 After Ten
Years Friends Call Us UNKL, desain kemasan, identitas/logo yang masih digunakan
hingga sekarang (2014), Singapore Design Festival 2009, serta UNKL347 x Honda
Scoopy Project.
Andi mengembangkan karier desainnya di agensi periklanan multinasional, Lowe
Indonesia, dan kemudian hijrah ke Leo Burnett Indonesia. Di sana ia terlibat menangani
brand seperti: Marlboro, Samsung, McDonalds, BTPN, FFI, dan Coca Cola Indonesia.
Pada tahun 2013, Andi bersama seorang teman arsitek mendirikan studio desain grafis
yang dinamakan Nusae (Nusantara Estetika) Design + Architectural Graphic.
Pada Tahun 2014 Andi dan tim mendapat kesempatan untuk menggarap konsep city
branding friendly bandung kedalam media visual atau lebih dikenal dengan visual
branding. Alhasil tepat pada momentum Konferensi Asia Afrika yang ke 69 lalu seluruh
aset visual branding rampung ditandai dengan pameran poster baliho berupa sekitar 70

potret elemen masyarakat bandung yang sedang tersenyum ditempel di sepanjangan jalan
layang pasupati.
3.3 Eksekusi Konsep

Gambar 3.1 Poster offiicial resmi kampanye friendly bandung yang dilansir langsung dari laman
resmi twitter friendly bandung (Sumber: @friendlybandung)

Senyum lebar terpampang dalam poster resmi kampanye friendly bandung yang
dilansir langsung di laman resmi twitter friendly bandung bertepatan pada ulang tahun
Kota Bandung yang ke 2014. Cerminan kota dengan multi kultural terlihat jelas di poster,
dimana potret senyum tadi diwakilkan oleh berbagai usia, profesi, agama hingga ras.
Unik dan persuasif.
Banyak feedback positif dari pengguna twitter terutama pengguna yang merupakan
masyarakat bandung. Tak sedikit pula yang berkontribusi dalam kegiatannya karenan
memang poster ini semulanya adalah poster kegiatan yang mengajak masyarakat bandung
terutama para pengguna social media instagram untuk mengunggah foto selfie mereka ke
instagram dengan sejumlah hashtag.
Cukup sederhana namun berkesan bagi masyarakat bandung. Adanya interaksi dua
arah antara masyarakat dan pemerintah alhasil menimbulkan kedekatan antara masyarakat
dan pemerintah, padahala hanya sesederhana memanfaatkan momentum ulang tahun kota.
Strategi yang patut ditiru oleh institusi serupa untuk menggaet hati masyarakatnya.

Gambar 3.2 Potret salah satu sudut jembatan layang pasupati yang sudah dipasang poster baliho
pasca launching city branding friendly bandung tepat pada saat ulang tahun Kota Bandung yang
ke 204 (Sumber: dokumentasi bandung news photo)

Gambar 3.3 Potret salah satu sudut jembatan layang pasupati arah dari pelesiran menuju balubur
town square (Sumber: dokumentasi kinasconsulting)

3.4

Konten
Gambar 3.4 Potret salah satu sudut jembatan layang pasupati arah dari pelesiran menuju dago
(Sumber: dokumentasi kinasconsulting)

Terlihat di sepanjang tiang penyangga jembatan tersebut terhitung sejak Bulan


September 2 tahun lalu. Sekitar 70 foto perwakilan dari masyarakat Bandung yang sedang
tersenyum lebar dicetak di poster ukuran jumbo membalut tiang jembatan polos yang
biasanya tertutup flyer atau coretan iseng yang mengganggu. Perwakilan masyarakat
tersebut ada dari siswa SD, mahasiswa, karyawan bank, polisi hingga tukang kuda turut
berpartisipasi sebagai model poster baliho ini. Pemandangan yang unik memang dan
bertepatan dengan momentum Konferensi Asia Afrika yang ke 69, menjadi suasana baru
sekaligus memperindah jalan pasupati yang dulu terkenal urak-urakan cenderung tak
terurus.
Ternyata foto-foto unik tersebut merupakan bagian dari city branding yang di gagas
oleh Pemkot Bandung. Konsep yang diusung adalah someah yang berarti ramah, suatu
stereotip yang disematkan kepada warga Bandung sejak lama. Someah sendiri memang
sudah berakar dalam filosofi tatar sunda yaitu someah hade ka semah, yang berarti
keharusan untuk berlaku ramah kepada para tamu. Ramah disini dalam arti menjamu,
menjaga, memelihara, dan berupaya membahagiakan tamu. Tujuannya agar tiap tamu
agar merasa betah dan kerasan ketika bertamu atau tinggal di rumah si empunya.
Konsep city branding ini diluncurkan sebagai bagian dari perayaan hari jadi kota
Bandung ke 204. Tidak hanya memasang foto, konsep city branding ini juga terus
didengungkan dengan dibuatnya twitter official dengan nama @friendlybandung.
Nantinya, akun ini akan mengupdate terus program-program untuk mengkampanyekan
keramahan kota Bandung. Kedepannya friendly Bandung akan dikembangkan menjadi
beberapa tema seperti bandung clean friendly, bandung walk friendly dan bandung
design friendly.

Gambar 3.5 Potret senyum ibu rumah tangga Bandung


(Sumber: Grafis Masa Kini)

Gambar 3.6 Potret senyum remaja Bandung (Sumber: Grafis


Masa Kini)

Gambar 3.7 Potret senyum seorang bapak Bandung (Sumber:


Grafis Masa Kini)

Gambar 3.8 Potret senyum wanita karir Bandung (Sumber:


Grafis Masa Kini)

Gambar 3.9 Potret senyum tentara (Sumber: Grafis Masa Kini)

Gambar 3.10 Potret senyum lelaki lanjut usia (Sumber: Grafis


Masa Kini)

Salah satu fotografer yang turut berpartisipasi dalam kegiatan pameran foto "Friendly
Bandung" Ade Bayu mengatakan, pameran tersebut merupakan hasil kerjasama dengan
pemerintah kota Bandung.
"Foto ini dipajang dalam rangka memeriahkan ulangtahun Bandung," ujar Ade kepada
situs portal berita inilah.com saat ditemui dalam bincang santai di Savoy Homann
Bidakara Hotel, hari jumat 26 september 2014.
Ade menjelaskan, konsep awalnya adalah membuat foto dengan tema "Bandung
Tersenyum". Namun belakangan konsep tersebut berubah menjadi "Friendly Bandung".
Meski begitu, pesan yang disampaikan tak mengalami perubahan. Pesan yang ingin
disampaikan kepada publik dari 70 foto yang rencananya akan dipajang hingga akhir
tahun 2014 itu adalah mencerminkan bahwa warga Bandung memiliki sikap sopan,
santun dan someah.
"Intinya ingin mempromosikan dengan 70 foto-foto tersenyum ini mampu mewakili
orang-orang Bandung yang sopan, santun dan someah. Orang-orang Bandung itu baik
jadi bikin orang nyaman tinggal di sini," terangnya.
Someah hade ka semah, sebuah filosofi di tatar Sunda yang berarti keharusan untuk
berlaku ramah kepada para tamu. Jamu setiap tamu agar merasa betah dan kerasan. Dan
rasanya local wisdom Sunda ini sangat relevan dalam memajukan sektor parawisata.
Maka terciptalah slogan Friendly Bandung.
Logikanya, ketika para wisatawan merasa nyaman maka mereka rela berlama-lama
pelesir di kota ini. Dan tentunya makin lama mereka tinggal, makin banyak uang dari
kantong mereka yang terkuras dan kemudian berpindah ke Bandung. Ya ya, kapitalis
banget emang, namanya juga marketing, ujar Arif Abdurahman seorang blogger
Bandung di laman blognya sendiri.
Friendly Bandung mencoba menjual keramahan warganya sekaligus promosi kepada
warga Bandung agar selalu beramah tamah kepada siapa pun itu, khususnya tamu. Ramah
dalam arti menjamu, menjaga, memelihara, dan berupaya membahagiakan tamu.

Untuk melengkapi konsep city branding ini, band Mocca turut berpartisipasi menjadi
suksesor dengan membuat song anthem berjudul Bandung. Setelah sebelumnya pernah
membuat lagu tentang Bandung, yakni Mars Persib, kini band Mocca ini menghadiahi
Kota Kembang dengan lagu ini. Kalau boleh dibilang, bisa bersaing lah sama New
York, New York-nya Frank Sinatra atau City of Angel-nya 30 Seconds to Mars, lagulagu yang dibuat karena kecintaan terhadap kota sendiri. ujar Arif Abdurahman kembali.

BAB IV
Analisis

4.1 Pembedahan Visual


Dari kurang lebih 70 poster baliho yang dipampang sepanjang jalan layang pasupati.
Rata-rata bercerita tentang bagaimana elemen-elemen masyarakat Bandung mulai dari ibu
rumah tangga, wanita karir, juru parkir, pelajar SMA, anak-anak, hingga tentera
memberikan senyum tulusnya dan naif kedepan kamera. Disertai dengan profesi, di latar
belakangi oleh warna cerah serta, diikuti dengan tagline orang bandung ramah tamah
tak ketinggalan logo friendly bandung.
Dengan mudah bisa kita lihat sebuah benang merah pada poster, karenanmemang
bahasa visual yang dipakai cukup sederhana tidak muluk-muluk. Benang merah ini
hampir ada disemua konten poster dan bisa kita kelompokkan untuk mempermudah
dalam proses analisa. Diantaranya,
1) Ekspresi Wajah,
adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi
wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat
menyampaikan

keadaan

emosi

dari

seseorang

kepada

orang

yang

mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam


menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusiaWarna
2) Warna
Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi
sosial pengamatnya. Misalnya warna kuning merupakan warna keluarga
kerajaan dan bangsawan di melayu sementara berbeda arti di daerah lain.

3) Umur

satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk,
baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima
belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang
demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh
semasa(masakini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula
sehinggalah tarikh semasa(masa kini).

4) Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess",
yang dalam bahasa Yunani adalah "", yang bermakna: "Janji untuk
memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen".
Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran,
keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik.

4.2 Analisis Visual


No.
1.

Objek

Tanda

Interpretasi

Ekspresi Senyum

Sebuah Bentuk
mood yang baik,
emosi yang
stabil, kondisi
yang kondusif,
aman, dan

senyum adalah

menyenangkan,

ekspresi wajah

Ramah

yang terjadi akibat


bergeraknya atau
timbulnya suatu
gerakan di bibir
atau kedua
ujungnya, atau pula
di sekitar mata

Kesimpulan

2.

Warna Cerah

Enerjik,
Semangat,
Mempunyai visi,

Cerah terang

Produktif, Ramah

(tentang hari,
bulan, warna);
jernih (tentang
kaca): langit --; 2
berseri (tentang
muka): wajahnya -sekali; 3 ki baik;
bahagia: ia
3.

Rentang umur yang Demografi yang


jauh

luas, Bonus
Demografi,
Partisipan yang
banyak

4.

Profesi yang

Produktifitas

beragam

yang tinggi,
Mempunyai
semangat kerja,
Pro aktif

4.3 Analisis Konten


Dari analisis visual diatas dapat kita Tarik kembali ke diagram segitiga pemaknaan
sebagi berikut

Senyum, Warna Cerah,


Berbagai umur dan Berbagai
Profesi
(sign)

Senang, Ramah,
Tentram, Produktif,
Enerjik, Demografi yang
baik
(Interpretant)

(Object)

Dari diagram dapat kita lihat ternyata semua aspek memiliki korelasi yang kuat antar
satu sama lain untuk menggiring pemikiran audiens terhadap goal friendly bandung itu
sendiri.

Senang, Ramah,

Someah Hadeh Ke Semah

Tentram, Produktif,

(Friendly Bandung)

Enerjik, Demografi yang


baik
(Interpretant)

(Konklusi)

Sehingga dapat kita tarik kesimpulan, dengan adanya korelasi yang kuat antara
informasi setiap aspek membuat audiens dengan mudah tergiring pikirannya untuk
memahami goal dari friendly bandung itu sendiri.
Yang nanti unjungnya adalah audiens atau dalam konteks ini masyarakat Bandung
terpersuasi mengikuti kampanya karena memang insight dari kampanye itu adalah diri
mereka sendiri sehingga muncul keputusan bahwa kampanye ini adalah diri saya dan
yang saya lakukan adalah hal yang biasa saya lakukan setiap hari.
Alhasil terwujudlah kampanye friendly bandung yang sangat kondusif berkat
dukungan dari elemen-elemen masyarakatnya.

BAB V
Kesimpulan

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang pemaknaan visual yang ada pada visual branding
friendly bandung berupa poster baliho yang ditempel sepanjang jalan pasupati, maka
diambil kesimpulan :
1. Dengan adanya korelasi yang kuat antara informasi setiap aspek visual membuat
audiens dalam konteks ini masyarakat Bandung dengan mudah tergiring pikirannya
untuk memahami goal dari friendly bandung itu sendiri.
2. Segitiga Pemaknaan teori Charles Sanders Pierce menunjukkan pada kita ternyata
setiap informasi itu tidak ada yang berdiri sendiri melainkan saling berkaitan,
sehingga melalui fakta ini bisa kita pahami ketika menyusun sebuah pesan melalui
media visual harus adanya insight yang saring berkorelasi antara produk dengan
target audiensnya sehingga terciptanya pemahaman di pikiran audiens sesuai yang
kita harapkan.
5.2 Penutup

Demikian pemaparan tentang pemaknaan visual yang ada pada visual branding
friendly bandung berupa poster baliho yang ditempel sepanjang jalan pasupati oleh
penulis. Penulis sadar masih ada kekurangan dalam penulisannya. Untuk itu, penulis
berharap kepada pembaca bersedia memberikan saran maupun kritik kepada penulis
mengenai makalah ini. Meskipun demikian, penulis berharap makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai