PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Brandingnya sebuah kota dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu negara
atau daerah untuk membuat positioning yang kuat didalam benak target pasar
mereka, seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga negara dan
daerah tersebut dapat dikenal secara luas diseluruh dunia.Berdasarkan definisi city
branding di atas, City branding dapat diartikan sebagai sebuah proses pembentukan
merek kota atau suatu daerah agar dikenal oleh target pasar (investor, tourist, talent,
event) kota tersebut dengan menggunakan ikon, slogan, eksibisi, serta positioning
yang baik, dalam berbagai bentuk media promosi. Sebuah city branding bukan hanya
sebuah slogan atau kampanye promosi, akan tetapi suatu gambaran dari pikiran,
perasaan, asosiasi dan ekspektasi yang datang dari benak seseorang ketika
seseorang tersebut melihat atau mendengar sebuah nama, logo, produk layanan,
event, ataupun berbagai simbol dan rancangan yang menggambarkannya.
Identitas kota ialah image yang melekat pada kota. Image merupakan
visualisasi yang diberikan dan dipersepsikan oleh orang lain mengenai sebuah kota
baik berupa citra, reputasi dan kredibilitas. Terbentuknya sebuah citra adalah hasil
dari persepsi yang berkembang dalam benak masyarakat terhadap realitas kawasan
yang ada. Realitas yang baik akan memiliki citra yang positif atas sebuah brand begitu
sebaliknya.
Pada kota besar telah menjadi pelaku utama dalam hubungan geografis baik
itu tingkat regional maupun global dalam suatu negara. Setiap kota adalah suatu
sistem berbeda dan setiap komponennya melakukan penetrasi dan bersinggungan
satu sama lainnya yang terefleksikan pada kesan ruang tersebut.
Membentuk Identitas Kota dengan City Branding bukannya hal yang mudah
mengingat tantangan yang utama adalah berada di sekitar persoalan, bagaimana
usaha untuk membentuk suatu perlindungan citra kota yang berkoherensi dalam
ragam lintas area yang berbeda dari kegiatan dengan beragam target pengguna,
namun di saat yang sama membentuk komunikasi citra kota yang sektor-spesifik. Dan
itu adalah hal yang unik karena semua kota juga tidak dapat melakukan dengan cara
yang sama untuk membentuk identitas kota.
Saat ini masih banyak konsep city branding kota-kota di Indonesia terindikasi
masih parsial dengan sekedar penggunaan logo atau slogan, untuk itu perlu
ditingkatkan penerapannya. Diperlukan suatu perencanaan pembentukan citra yang
lebih mendalam untuk mewujudkan city branding yang optimal. Secara umum terdapat
tiga karakteristik dalam tahap city branding yang sedang berkembang, yaitu substansi
citra, konsumen citra dan bagaimana citra dapat dikonsumsi. Tiga karakteristik ini
perlu diakomodasi oleh perencanaan citra kota yang kuat.
Sehingga terkait dengan identitas budaya, masyarakat kota Makassar saat ini
dihadapkan pada tiga tantangan identitas, “yaitu Makassar Kota Sombere”, “Makassar
Smart City”, ”Makassar Kota Dunia”. Yang menjadi problem adalah bagaimana
melahirkan “Santri City” sebagai budaya yang sarat dengan nilai-nilai luhur yang akan
menjadi spirit untuk membangun perekonomian masyarakat sekitar dan juga
menunjang dalam mempertahankan kekuatan branding dari kota makassar namun
tetap bisa hidup selaras dengan nilai-nilai luhur keislaman.