Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja Volume 46, No.

1, Mei 2020: 242 - 254


p-ISSN: 0216-4019 e-ISSN: 2614-025X
DINAMIKA CITY BRANDING KOTA SURAKARTA DALAM MENARIK MINAT
BERKUNJUNG WISATAWAN

Dyah Ayu Pandansari1, Eko Priyo Purnomo2, dan Aulia Nur Kasiwi3
123
Departemen Pemerintahan dan Administrasi Internasional, Sekolah Pemerintahan Jusuf
Kalla, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
E-mail: pandansr1999@gmail.com; eko@umy.ac.id; aulianurkasiwi@gmail.com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan city branding dalam meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan di Kota Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kepustakaan. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis isi. Hasil penelitian ini adalah city branding merupakan salah satu upaya suatu kota
untuk mempertahan kan eksistensi keunggulan daerahnya dalam persaingan global melalui logo, tagline, simbol,
maupun slogan. Hal tersebut merupakan suatu elemen penting dalam pengembangan aspek-aspek kehidupan di
Kota, begitu pula dengan Surakarta yang merasa bahwa dalam upaya meningkatkan kualias kotanya perlu
dilakukan branding hingga dunia internasional. Maka, city branding di kota Surakarta menggunakan tagline
“Solo The Spirit Of Java” untuk menggambarkan identitas kota Surakarta kepada dunia bahwa kota Surakarta
merupakan pusat peradaban kebudayaan Jawa sehingga menyatakan diri bahwa Solo adalah jiwanya Jawa.
Strategi pemerintah kota Surakarta dalam rangka menarik minat berkunjung wisatawan yaitu melalui atraksi-
atraksi kebudayaan, festival-festival seni dan budaya, dan penyediaan sarana dan prasarana yang mampu
mengakomodir kebutuhan wisatawan. Selain itu, pemerintah juga menggandeng komunitas, dan swasta atau
pihak eksternal birokrat dalam melakukan komunikasi branding. Akan tetapi, komunikasi dan konsistensi dalam
melakukan promosi branding harus diiringi dengan sinergitas antar aktor-aktor yang terlibat sehingga dapat
mencapai tujuan utama dari city branding. Rekomendasi untuk pemerintah dalam melakukan branding yaitu
konsistensi branding yang digunakan sebagai wujud identitas kota Surakarta karena didalam tagline “Solo The
Spirit Of Java” terdapat beberapa sub-branding yang juga dipasarkan kepada publik.

Kata kunci: City Branding; Minat Berkunjung; Kota Surakarta

THE DYNAMICS OF THE SURAKARTA’S CITY BRANDING IN ATTRACTING


VISITING TOURISTS

ABSTRACT. This study aims to identify the role of city branding in increasing the number of tourist visits in the
city of Surakarta. The research method used is library research method. Data collection method used is the
documentation method. The data analysis technique used is content analysis. The results of this study are city
branding is an effort of a city to maintain the existence of the excellence of its region in global competition
through logos, taglines, symbols, and slogans. This is an important element in the development of aspects of life
in the City, as well as Surakarta, which feels that in an effort to improve the quality of the city, it is necessary to
carry out branding to the international world. Thus, city branding in the city of Surakarta uses the tagline "Solo
The Spirit Of Java" to describe the identity of the city of Surakarta to the world that the city of Surakarta is the
center of Javanese cultural civilization so that it declares itself that Solo is the soul of Java. The strategy of the
Surakarta city government in order to attract tourists to visit is through cultural attractions, arts and cultural
festivals, and the provision of facilities and infrastructure that are able to accommodate the needs of tourists. In
addition, the government also cooperates with the community, and the private sector or external bureaucrats in
conducting branding communication. However, communication and consistency in promoting branding must be
accompanied by synergy between the actors involved so as to achieve the main objectives of city branding. The
recommendation for the government in branding is the consistency of branding that is used as a form of identity
of the city of Surakarta because in the tagline "Solo The Spirit Of Java" there are several sub-branding that are
also marketed to the public.

Key words: City Branding; Interest Visit; Surakarta City

DOI: 10.33701/jipwp.v46i1.1036
Terbit Tanggal 28 Mei 2020
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 243

PENDAHULUAN pada sektor wisata juga membuat kota Solo


menjadi lebih familiar di telinga orang-orang.
Karena solo kaya akan kebudayaan dan
kesenian maka solo dikenal sebagai Kota
Budaya, kemudian pada tahun 2003
pemerintah kota Solo meresmikan tagline atau
slogan “Solo The Spirit Of Java” yang mana
bahwa pemerintah kota Solo ingin menjadikan
Solo sebagai pusat kebudayaan jawa yang
terinspirasi dari citra kota dan masyarakat solo.
Hingga pada tahun 2010 kota Surakarta terus
meningkatkan branding “Solo The Spirit Of
City branding atau dalam bahasa Java” untuk menarik wisatawan dengan
Indonesia merupakan branding kota adalah sub berbagai macam pendekatan, salah satunya
bagian dari smart branding. Smart branding yaitu dengan menggelar acara kebudayaan.
merupakan salah satu penunjang keberhasilan Dalam branding kota Solo menggandeng NTO
smart city dalam bidang pariwisata.Sedangkan (national tourism organization) dan
city branding yaitu suatu identitas, simbol, stakeholder lainnya (Mustikawati, Luqman, &
logo, atau merk khas dari kota guna mencari Setiabudi, 2013). Penggunaan city branding
keistimewaan suatu kota tertentu (Putro, “Solo the Spirit of Java” merupakan upaya
2019).Disamping itu, city branding merupakan untuk memperkenalkan karakteristik, budaya,
suatu konsep pemasaran suatu kota layaknya dan potensi kota Solo.
sebuah produk perusahaan yang dilakukan Dalam bidang kuliner kota solo sangat
melalui berbagai medium (PARAHITA, 2017). terkenal dengan serabi notosuman,nasi liwet,
Sementara itu, suatu kota yang cerdas atau selat solo, dan nasi timlonya. Pada bidang ini
yang biasa disebut dengan smart city tentunya juga berperan meningkatkan branding kota
erat hubungannya dengan suasana kota yang solo untuk menarik minat berkunjung
ramai dikunjungi orang atau turis baik tingkat wisatawan. Sementara itu, adapula tempat-
lokal, regional, dan internasional. Maka, kota tempat wisata alam dan tempat rekreasi yang
Surakarta dalam menunjang terciptanya smart berperan dalam branding kota solo salah
city yaitu melalui bidang pariwisata dimana satunya yaitu taman balekambang. Menariknya
pariwisata ialah sektor potensial yang dapat lagi, kota Solo memiliki satu pasar yang sangat
dikembangkan guna menarik minat berkunjung terkenal yaitu Pasar Klewer, dimana pasar
para wisatawan dengan keunikan dari kota tersebut terkenal dengan pusat perbelanjaan
tersebut. pakaian dengan harga yang cukup murah
Kota Surakarta memiliki luas wilayah dibandingkan yang lain. Dalam branding Solo
sebesar 44,04 Km2 dan jumlah penduduk Kota Budaya peningkatan wisatawan
(terhitung tahun 2018) sekitar 569.711 jiwa berangsur-angsur meningkat .Pada tahun 2015
(Data diperoleh dari jumlah kunjungan mencapai 4.142.785
Dispendukcapil.surakarta.go.id). Kota wisatawan, kemudian meningkat menjadi
Surakarta lebih terkenal dengan sebutan Kota 4.395.550 wisatawan pada tahun 2016, hingga
Solo. Kota solo terkenal dengan situs budaya pada tahun 2017 mencapai 4.459.884
dan sejarahnya yang merupakan warisan dari wisatawan yang terdiri dari wisatawan
masa lalu dan masih dirawat sekaligus domestik dan wisatawan internasional (Data
dijadikan sebagai tempat wisata sejarah bagi diperoleh dari Surakarta.go.id). Kendati
masyarakat umum. Salah satu peninggalan demikian dalam implikasi branding kota solo
bersejarahnya yaitu keberadaan Kraton terdapat kontradiksi antara tujuan pemasaran
Kasunanan dan Puro Mangkunegaran selain dengan tujuan komunikasi yang menyebabkan
itu, dalam bidang kuliner, potensi batik serta kurang optimalnya peran city branding dalam

Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
244 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

meningkatkan kualitas dan kuantitas komitmen dan sinergitas oleh semua pihak
wisatawan. yang terlibat sehingga dapat menciptakan kota
Menariknya branding di kota Solo atau yang dapat dikenal oleh khalayak umum
Surakarta ini dapat dikatakan sudah melakukan hingga dunia internasional.
berbagai upaya dalam pengembangan dan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
komunikasi branding sehingga dapat mengetahui lebih dalam tentang bagaimana
meningkatkan jumah wisatawan. Berdasarkan city branding yang dilakukan oleh pemerintah
informan pada tahun 2019 kunjungan wisata di Kota Surakarta dalam upaya meningkatkan
kota Solo cukup meningkat dibandingkan potensi berkunjung wisatawan.
tahun lalu. Meskipun demikian bukan berarti
proses branding dikatakan berhasil namun, METODE
upaya dalam meningkatkan wisatawan dapat Metode penelitian yang digunakan
dikatakan berhasil. Pemerintah kota Solo adalah metode penelitian kepustakaan. Metode
memiliki Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun kepustakaan yaitu metode dimana proses
2017 tentang Penyelenggaraan Usaha perolehan datanya diperoleh dari sumber-
Pariwisata yang mana didalamnya berisi sumber informasi tertulis seperti jurnal
tentang strategi pemerintah kota dalam penelitian, buku, surat kabar dan majalah, serta
penyelenggaraan uaha wisata, selain itu internet (Danandjaja, 2014). Metode
tercantum pula hambatan dan upaya pengumpulan data yang digunakan yaitu
penyelesaian yang dilakukan pemerintah kota metode dokumentasi. Teknik analisis data
Solo. Disisi lain pemerintah kota Solo yang digunakan adalah analisis isi (Content
bekerjasama dengan stakeholder lain yang Analysis). Analisis tersebut digunakan guna
terdiri dari komunitas-komunitas, dan pihak mendapatkan inferensi yang valid dan dapat
swasta. Dimana antara pemerintah kota, diteliti ulang berdasarkan konteksnya. Dalam
komunitas dan swasta memegang peran metode analisis ini terdapat proses memilih,
masing-masing dalam upaya mensukseskan membandingkan, menggabungkan dan
branding “Solo The Spirit Of Java”. Akan memilah berbagai pengertian hingga
tetapi, meskipun terjalin kerjasama dengan ditemukan yang relevan (Serbaguna, 2005)
beberapa pihak masih terjadi miskomunikasi dalam (Mirzaqon T & Purwoko, 2017).
antar dinas terkait. Sementara itu, kepemilikan
slogan “Solo The Spirit Of Java” masih belum HASIL DAN PEMBAHASAN
disadari oleh seluruh elemen kota Solo karena a) City Branding
masih kurangnya kesadaran masyarakat akan City branding identik dengan identitas,
nilai slogan tersebut. Hal ini terjadi sebab keunikan, kekhasan, dan keunggulan suatu
slogan tersebut hadir berasal dari pemerintah daerah dalam upaya mengglobalkan daerah
sehingga lebih bersifat top-bottom bukan tersebut. City branding dapat diartikan sebagai
bottom-top. Secara keseluruhan, branding kota konsep pemasaran suatu kota layaknya sebuah
Solo dapat dikatakan berhasil meskipun masih produk (PARAHITA, 2017). Untuk
banyak kekurangan. Kendati demikian, kota membentuk identitas atau image, suatu kota
Solo terbilang memiliki banyak branding dapat menggunakan logo atau simbol yang
sehingga terkesan tidak konsisten. Pada spesifik dan menarik (Puspitasari & Saputro,
periode jabatan pemerintah kota Solo tahun 2017). City branding juga dapat disebut
2015-2021 disebutkan bahwa kota Solo sebagai upaya pemerintah kota dalam
memiliki visi untuk menjadi sebuah kota mempertahankan eksistensi daerahnya pada
kreatif dimana promosi kota dilakukan melalui persaingan antar kota di era globalisasi untuk
aktivitas komunikasi branding seperti membuat positioning yang kuat di masyarakat.
menggelar event-event kreatif. Kota Surakarta Selain itu, untuk mendukung kekuatan city
memiliki banyak potensi kreatif yang dapat branding diperlukan suatu karakter yang kuat
dikembangkan namun, perlu digaris bawahi dan konsisten.
bahwa untuk branding suatu kota dibutuhkan
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 245

City branding dapat dilakukan melalui destinasi tertentu akan berdampak pada tingkat
berbagai media diantaranya yaitu mouth to kenyamanan wisatawan kemudian akan
mouth, sosialisasi atau promosi resmi oleh menghasilkan outcome bahwa wisatawan
pemerintah, media cetak, media digital, dan senang berkunjung ke kota Surakarta.
media internet. Disamping itu, menurut Andrea 2) Atraksi
Insch (Insch, 2011) langkah-langkah dalam Atraksi merupakan suatu kegiatan
proses city branding antaralain: terkonsep yang mana bertujuan untuk menarik
a. Identity wisatawan yang hadir. Sehingga, adanya
Identity atau identitas yaitu sebelum atraksi dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi
diterapkannya city branding terlebih dahulu wisatawan.
pemerintah kota mengidentifikasi aset, potensi, 3) Amenitas
keunggulan atau keunikan maupun sesuatu Amenitas adalah penyediaan beragam
yang khas untuk membedakan kota satu sarana dan prasarana bagi wisatawan yang
dengan kota yang lain. tinggal. Seperti akomodasi, penginapan,
b. Objectivity kuliner, dan lain-lain yang juga memiliki daya
Objectivity yaitu target, tujuan, dan tarik bagi wisatawan yang singgah.
harapan pemerintah terhadap pelaksanaan city Lain halnya dengan strategi branding
branding secara keseluruhan bagi kepentingan menurut Duncan dalam (Rahayu, 2015a)
khalayak umum. bahwa branding dapat menggunakan konsep
c. Communication komunikasi pemasaran terpadu. Dalam
Communication atau komunikasi teorinya (Duncan, 2002) menekankan pada 5
adalah untuk melaksanakan city branding (lima) prinsip yaitu:
diperlukan adanya komunikasi antara 1) Cross-functional process
pemerintah dengan pihak-pihak yang Adanya sinergitas pada seluruh
berkepentingan didalam pembangunan city departemen, bagian, atau agen baik di dalam
branding. Aktor-aktor tersebut ialah pelaku maupun di luar perusahaan, dan memiliki
industri pariwisata, agen perjalanan “travel”, prinsip kerja yang sama, serta bersama-sama
investor, masyarakat, dan lain-lain. dalam perencanaan dan monitoring brand
d. Coherence relationship.
Coherence atau berkaitan yaitu dalam 2) Creating and nourishing stakeholder
melaksanakan city branding pemerintah dan relationships
mitra kerja (investor, travel agent, hotel) harus Upaya menarik pelanggan, yang
konsisten dalam penyampaian pesan atau kemudian terjadi suatu interaksi sehingga
informasi dan berkomitmen kuat dalam perusahaan mendapatkan informasi terkait apa
menggunakan tagline/branding/merek tertentu yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam
terhadap calon wisatawan. memenuhi kebutuhan dan keinginan
Sementara itu pemerintah kota Solo pelanggan.
dalam penyelenggaraan branding guna 3) Profitable customer relationships
optimalisasi pariwisata berbasis budaya Perlunya membangun hubungan yang
memiliki landasan hukum yaitu Peraturan baik dan intensif dengan para pelanggan yang
Daerah Nomor 5 Tahun 2017 tentang dianggap sesuai dengan harapan perusahaan.
Penyelenggaraan Usaha Pariwisata yang mana 4) Strategically controlling or influencing all
kebijakan ini berisi tentang bagaimana kiat- messages
kiat pemkot dalam meningkatkan upaya Semua aktivitas dan produk yang
optimalisasi pariwisata. Salah satunya adalah dihasilkan oleh perusahaan memiliki pesan
dengan penerapan strategi 3A yaitu (Kartika, yang ingin disampaikan kepada public,
2019) : sehingga perlu adanya pengelolaan dan
1) Aksesibilitas controlling dalam penyampaian pesan tersebut.
Aksesibilitas disini adalah tingkat 5) Encouraging purposeful dialogue
kemudahan dalam menjangkau tentang
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
246 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

Strategi menciptakan dialog yang (4) Orang


nyaman bagi pelanggan dengan memberikan Penduduk (people) mengukur kenyamanan
kesempatan kepada pelanggan untuk ditengah-tengah masyarakat suatu kota. Hal ini
menyampaikan responnya secara langsung dapat diukur berdasarkan sikap dari penduduk
kepada pihak perusahaan. kota terhadap wisatawan atau pengunjung,
Selain itu, city branding juga dapat serta kemudahan akses pada suatu komunitas
dilakukan melalui promosi di media digital dan di masyarakat.
hal tersebut terbukti efektif dalam melakukan (5) Daya Tarik
positioning (NASIRUDIN, 2017). Daya tarik (pulse) mengukur persepsi tentang
Dalam pengertian lain, city branding daya tarik yang dimiliki suatu kota dalam
merupakan dasar untuk mengembangkan menarik pengunjung untuk mencoba hal baru
kebijakan untuk mendorong pembangunan dan mengakses informasi tentang kota
ekonomi, dan di waktu yang bersamaan city tersebut. Kota dapat dikatakan menarik apabila
branding juga menyediakan saluran bagi warga ditinggali dan dikunjungi karena keunikannya,
kota untuk mengidentifikasi kota mereka. atau kekhasannya.
Proses yang terlibat dalam city branding sama (6) Prasyarat
kuatnya dalam menghadapi persaingan Prasyarat (prerequisite) yaitu penilaian
kenaikan sumber daya, investor, dan kualitas dasar sebuah kota, seperti sekolah,
wisatawan, serta untuk mengatasi isu-isu sosial rumah sakit, transportasi, dan fasilitas
seperti pengucilan dan keragaman budaya olahraga, dinilai memuaskan, terjangkau, dan
(Kavaratzis, 2004). Di sisi lain,menurut akomodatif untuk dikunjungi, serta standar
(Järvisalo, 2012) pembangunan city branding fasilitas umum baik.
merupakan inisiatif politik karena banyak
pemikiran politik yang merasa perlu untuk b) Minat Berkunjung Wisatawan
aktivitas koordinasi pemasaran yang lebih baik Menurut (Wiyana et al., 2018) faktor
lagi dengan aktor-aktor yang terlibat dalam keberhasilan pengembangan pariwisata pada
pemasaran kota. City branding dapat diukur suatu daerah tergantung pada kemampuan
dengan teori City Branding Hexagon yang perencana dalam mengintegrasikan kedua sisi
dikemukakan oleh Simon Anholt dalam secara keseimbangan ke rencana
(Ramadhan, Suharyono, & Kumadji, 2015) pengembangan pariwisata. Baloglue and
yang terdiri dari enam aspek, antara lain : Erickson menyatakan bahwa sementara banyak
(1) Keakraban para pengunjung sejagad lebih memilih untuk
Keakraban (presence) mengukur status dari mengubah diantara tujuan-tujuan, beberapa
sebuah kota di dunia dalam skala internasional, lainnya memiliki potensi untuk mengunjungi
yang mana terdiri dari keakraban global kembali suatu lokasi wisata. Disisi lain,
(popularitas) dan pengetahuan tentang kota menemukan minat berkunjung wisatawan
(profil) tersebut. Hal tersebut mengukur sudah terbukti dalam peramalan berkunjung
kontribusi global kota dalam ilmu kembali yang sebenarnya. Huang et.,al
pengetahuan, budaya, dan pemerintahan. memiliki keyakinan hubungan antara minat
(2) Potensi berkunjung kembali dan keinginan
Potensi (potential) mengukur berdasarkan mengunjungi tempat yang sama. Saran bahwa
persepsi peluang ekonomi dan pendidikan minat berkunjung kembali belum menjadi titik
dalam suatu kota, seperti ketersediaan pusat pemeriksaan, mengakibatkan pengaturan
lapangan pekerjaan, maupun untuk yang diharapkan menjadi kurang spesifik
mengenyam pendidikan. dalam konteks kunjungan kembali. Faktor-
(3) Tempat faktor yang mempengaruhi permintaan
Tempat (place) mengukur tentang persepsi pariwisata internasional termasuk pilihan daya
masyarakat terkait aspek fisik suatu kota tarik destinasi wisata dan faktor lain dari
seperti, iklim, kebersihan lingkungan, dan industri pariwisata. Perlengkapan daya tarik
keunikan bangunan serta taman yang ada. wisata tersebut sering digunakan sebagai
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 247

sebuah indikator dalam menentukan kualitas kota Solo ialah pencaharian lokasi ibukota
pariwisata. (Swarbrooke & Horner, 2007) Kerajaan Mataram Islam yang baru, kemudian
meyakini bahwa para wisatawan membeli terpilih desa Sala atau Solo sebagai ibukota
pengalaman secara keseluruhan daripada kerajaan. Sejak saat itu desa tersebut berubah
produk yang ditentukan. Terdapat tiga fase menjadi Surakarta Hadiningrat hingga terjadi
pengalaman, antara lain: perkembangan yang pesat di wilayah tersebut.
a. Fase Antisipasi, yaitu terjadi sebelum Setelah itu, terjadi Perjanjian Giyanti pada
perjalanan dimulai tahun 1755 yang menyebabkan Kerajaan
b. Fase Konsumsi, yaitu terjadi selama Mataram Islam terpecah menjadi Surakarta dan
perjalanan Yogyakarta. Selanjutnya, terpecah kembali
c. Fase Ingatan, yaitu terjadi setelah dalam Perjanjian Salatiga pada tahun 1767
perjalanan berakhir. menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.
Menurut Philip Kotler (2006:198) Hingga saat ini keduanya dikenal luas oleh
dalam bukunya Marketing for Hospitality and masyarakat lokal hingga mancanegara. Selain
Tourism berasumsi bahwa minat pembelian itu, berdasarkan survei Most Livable City
konsumen dapat disamakan dengan minat Index (MLCI) yang dilakukan oleh Ikatan Ahli
berkunjung pada wisatawan. Wisatawan dalam Perencanaan Indonesia (IAP) (sumber:
memutuskan untuk mengunjungi suatu solops.com), Ketua Kompartemen Livable
destinasi melakukan beberapa pertimbangan, City IAP, Elkana Catur menyatakan bahwa
selanjutnya tercipta suatu dorongan yang kuat Solo merupakan kota layak huni dengan
dalam memotivasi untuk memilih suatu presentase 66,9 persen (sumber:
tindakan yang dimaksud dengan minat. Surakarta.go.id). Hasil presentase tersebut
Indikator yang dapat digunakan untuk diukur menggunakan lima aspek penilaian
mengukur minat berkunjung wisatawan yaitu pengelolaan air bersih, fasilitas
(Ramadhan et al., 2015) yaitu : pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
1) Ketertarikan keagamaan, dan fasilitas transportasi
2) Prefensi kemudian, Kementrian Agraria juga
3) Pencarian informasi mengatakan demikian bahwa kota Solo
Disamping itu, faktor yang merupakan salah satu kota layak huni yang
mempengaruhi wisatawan dalam mengunjungi berdasarkan lima aspek penilaian yaitu pangan,
suatu destinasi, diantaranya adalah 1) Biaya; 2) tempat ibadah, air bersih, pendidikan, dan
Aksebilitas; 3) Fasilitas; 4) Keamanan; dan kesehatan (Perdana, 2019). Dengan demikian
lain sebagainya. Akan tetapi, faktor pendorong dapat diartikan bahwa kota Solo memiliki
utama yang mempengaruhi wisatawan dalam kondisi wilayah yang baik bagi penduduk Solo
mengunjungi destinasi yaitu persepsi maupun wisatawan yang berkunjung. Sejak
wisatawan terkait hubungan antara dahulu kota Solo dikenal dengan ramah
karakteristik destinasi dengan kebutuhan akan tamahnya, hal tersebut yang membuat
pemenuhan hasrat, prefensi, dan rasa. wisatawan yang berkunjung betah dan ingin
kembali mengunjungi kota Solo. Sikap ramah
Analisis tamah yang dimiliki oleh kota Solo merupakan
Kota Surakarta atau yang biasa dikenal bentuk citra kota yang dapat mendukung
dengan nama kota Solo sejak abad ke 17 yang branding kota Solo. Menurut data yang
terletak di Provinsi Jawa Tengah memiliki luas diperoleh dari website Dinas Kependudukan
wilayah sebesar 44,04 Km2 . Sebagian besar dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta pada
lahan sebesar 65% digunakan sebagai tempat tahun 2017 menyatakan sebagian besar
pemukiman, sedangkan sebesar 16% lahan penduduk kota Solo bermata pencaharian di
digunakan sebagai tempat berlangsungnya bidang jasa, kemudian disusul oleh pengusaha,
kegiatan ekonomi dengan temperatur udara PNS/TNI/POLRI, pedagang, dan petani.
kisaran 28 derajat celcius karena berada di Dalam bidang perdagangan kota Solo terkenal
wilayah iklim ekuatorial. Awal mula lahirnya pada sektor Batik dan sektor kulinernya
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
248 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

sehingga, membuat banyak wisatawan ingin Jawa yang meliputi Bangunan-bangunan


berkunjung ke Solo untuk mendapatkan bersejarah, Tradisi-tradisi kerajaan, Ritual,
pengalaman menarik saat mengunjunginya. Keris, Gamelan, Batik, Bahasa Jawa, Aksara
Sama halnya dengan potensi pariwisatanya Jawa, Corak bangunan, Karakter masyarakat
juga membuat kota Solo memiliki daya tarik yang ramah & sopan, Keroncong hingga Seni
bagi wisatawan lokal, regional, bahkan tari yang merupakan tool interest dalam
internasional. Potensi wisata yang dimiliki branding kota Solo. Menariknya kota Solo
kota Solo sangat beragam dan perkembangan merupakan bagian dari Organisasi Kota-Kota
dari zaman ke zaman cukup pesat. Potensi Warisan Dunia (World Heritages Cities
yang dimiliki meliputi Kraton Kasunanan, Network), hal ini selaras dengan branding yang
Puro Mangkunegaran, Pasar-pasar tradisional, diangkat oleh pemerintah kota Solo. Dengan
Atraksi-atraksi berbasis seni dan kebudayaan branding “Solo The Spirit Of Java” diharapkan
seperti festival musik tradisional, dan festival dapat mengenalkan kota Solo kepada dunia
tarian tradisional, kemudian budaya sekaten, bahwa Solo adalah pusat perkembangan
kirab, dan budaya-budaya kerajaan lainnya, kebudayaan Jawa karena Solo memiliki
selanjutnya adapula taman-taman yang beragam warisan budaya Jawa didalamnya.
terkenal di kota Solo seperti Taman Selain itu, juga bertujuan pada pengembangan
Balekambang dan Taman Sriwedari, adapula potensi pada sektor ekonomi dan pariwisata
museum-museum terkenal yang ada di Solo. yang ada di kota Solo. Hal ini merupakan
Berdasarkan kondisi geografis, dan bentuk proses branding yaitu fase objectivity.
sosial ekonomi budaya, serta pariwisata yang Kota Surakarta dalam perkembangan
ada, kota Solo termasuk salah satu kota kecil slogan “Solo The Spirit Of Java” memberikan
yang padat penduduk serta memiliki beragam dampak yang positif dan cukup signifikan pada
potensi unik didalamnya. Surakarta atau Solo tahun 2005 – 2014. Pada tahun tersebut
memiliki nilai-nilai historis dari sejarah asal merupakan masa kepemimpinan Jokowi yang
mula keberadaannya yang membuat mana memberikan peningkatan pada sektor
pemerintah daerah di kawasan ekonomi masyarakat dengan dasar “Solo The
Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Spirit Of Java”. Melalui program relokasi
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, sejumlah pasar tradisional yang ada di Solo
dan Klaten) sepakat untuk menciptakan pemerintah kota Solo berhasil menciptakan
semboyan atau tagline untuk dijadikan sebagai image pasar yang bersih, rapi, dan tertib untuk
brand yaitu “Solo The Spirit Of Java” yang mendongkrak implementasi branding pada
dipilih melalui sayembara slogan. Maka, pada tahun 2005. Pasar-pasar tersebut yaitu Pasar
fase inilah yang merupakan proses identity Klithikan Notoharjo, Pasar Nusukan, Pasar
pada city branding. Brand merupakan asset Kembalang, Pasar Sidodadi, Pasar Gading,
terpenting sebuah perusahaan yang digunakan pusat jajanan malam Langen Bogan, serta
untuk membedakan produk dan jasa dari yang Pasar Malam Ngarsopura. Kemudian,
lain didalam pasar. Fungsi inti dari brand eksistensi bangunan-bangunan bersejarah dan
biasanya dilihat sebagai kemampuan monumental melahirkan citra kota yang dapat
perusahaan untuk mengidentifikasi produk mempengaruhi kepuasan dan kualitas
melalui slogan, logo, dan nama (Dahlström & kehidupan sejumlah penduduk kota, serta para
Poikkijoki, 2014). Pemerintah kota Solo wisatawannya.
menggunakan branding “Solo The Spirit Of Menurut Hankinson dalam (Nursanty
Java” sejak tahun 2006 guna memperkenalkan et al., 2017) beberapa studi menunjukkan
potensi Solo. “Solo The Spirit Of Java” bahwa terdapat tiga pendekatan utama untuk
mengandung makna bahwa kota Solo promosi kota : (1) acara kebudayaan, (2)
merupakan jiwanya Jawa karena Solo restorasi, dan (3) promosi tempat – tempat
mempunyai keunikan sebagai pusat peradaban bersejarah, dan gedung ikonik yang memiliki
Jawa yang berbasis seni dan budaya. Hal ciri khas. Selaras dengan pendekatan tersebut
tersebut terinterpretasi kedalam kebudayaan Kota Solo melakukan beberapa upaya promosi
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 249

untuk mengenalkan kota Solo kepada khalayak batik, Kereta Kencana World Music Festival
umum melalui acara kebudayaan dan untuk mengenalkan Solo sebagai kota Seni
pertunjukan kebudayaan yang dilakukan secara Budaya, kemudian Solo Eco Cultural City
terus menerus dan berkelanjutan. Keunikan sebagai bentuk perwujudan sinergitas dengan
kota Solo yang terletak pada perpaduan ruang karakter budaya dan lingkungan, dan Solo
kota warisan yang kental akan budaya dan Internasional Performing Art (SIPA) untuk
ruang kota modern dengan segala aktivitas memperkenalkan tarian tradisional kepada
masyarakat masa kini. Keunikan ini akan dunia internasional (Adelina, 2015). Daya tarik
memberikan kekuatan terhadap upaya lain yang memberi dampak terhadap branding
branding. Di kota Solo terdapat dua jalan adalah pada bidang kuliner yang mana kota
utama yaitu jalan dr. Radjiman dan jalan Solo memiliki beragam jenis makanan khas
Slamet Riyadi. Di sekitar jalan Radjiman yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke
merupakan kawasan warisan budaya yang Solo, beberapa makanan khas yang menjadi
memiliki nilai sejarah, sedangkan jalan Slamet primadona di kota Solo yaitu Sego Liwet,
Riyadi dibangun oleh kolonial Belanda yang Serabi Notosuman, Wedang Asle dan Selat
memberikan akses pada kehidupan modern. Solo. Berdasarkan potensi kebudayaan historis,
Selain itu, Pasar Klewer sebagai pasar atraksi-atraksi yang disuguhkan, dan
bersejarah di Solo dan pada awalnya adalah penyediaan wisata kuliner yang menarik ini
tempat dimana masyarakat daerah kerajaan mampu membuat kota Solo dikenal oleh
berkumpul dan melakukan transaksi masyarakat luas juga sesuai dengan strategi
perdagangan. Disisi lain terdapat empat desa yang dipaparkan oleh Dinas Pariwisata Kota
tradisional yaitu: Laweyan Desa Batik, Desa Surakarta. Maka, branding yang dilakukan
Wisata Sondakan, Kemlayan Desa Seniman, juga dapat dikatakan sebagai upaya pemerintah
dan Kauman sebagai Desa Muslim. Disisi lain kota Solo untuk melestarikan budaya dan
terdapat bangunan bersejarah lainnya seperti warisan yang dimiliki oleh kota Solo.
Masjid Agung Surakarta, Klenteng Tien Kok Promosi tagline “Solo The Spirit Of
Sie, Gereja St. Petrus, Vihara Am Po Kian, dan Java” tidak hanya dilakukan dalam penyajian
Sahasra Adhi Pura sebagai bentuk keragaman atraksi kebudayaan akan tetapi juga dilakukan
budaya dan kepercayaan di Solo. Hal – hal melalui media cetak (brosur), media digital
tersebut juga berpengaruh terhadap branding seperti media sosial, media elektronik (televisi,
kota Solo. Branding tagline “Solo The Spirit radio), dan website. Media sosial yang
of Java” menghasilkan peluang mengenai digunakan yaitu Instagram (@pariwisatasolo),
keunikan sejarah yang memperkuat ruang Facebook, dan Twitter (@agendasolo,
kotanya. “Solo The Spirit Of Java” merupakan @aboutsurakarta, @pemkotsolo), serta pada
parent branding, sehingga kota Solo memiliki website-website resmi milik dinas di kota Solo,
beberapa sub-branding yaitu Solo Kota selain itu juga menggunakan Active Marketing
Budaya, Solo Kota Pariwisata, Solo Kota yaitu dalam bentuk talkshow. Branding yang
Ekonomi, Solo Kota Kreatif, Solo Kota Batik, dilakukan adalah dengan mencantumkan
Solo Eco Cultural City, Solo Kota MICE, Solo gambar slogan dan memberikan informasi-
Kota Festival, Solo Kota Vokasi, Solo Kota informasi terkini terkait kota Solo dan event-
Seni, Solo Kota Kuliner, Solo Future Is Solo event yang akan dan sedang berlangsung di
Past. Strategi branding yang dilakukan oleh kota Solo. Untuk mendongkrak kesuksesan
pemerintah kota Solo yaitu dengan cara branding kini Solo memiliki aplikasi bernama
menitikberatkan pada peningkatan “Solo Destination” yang bertujuan untuk
penyelenggaraan event dan atraksi-atraksi seni memudahkan masyarakat dan pengguna atau
budaya berskala nasional dan internasional pengunjung kota Solo dalam memperoleh
secara rutin. Implementasi branding “Solo the informasi dan mendapatkan layanan secara
Spirit of Java” dilakukan melalui kegiatan- efektif dan efisien. Dengan segala
kegiatan berbasis budaya seperti Solo Batik keanekaragaman budaya dan keunikan yang
Carnival untuk mengenalkan Solo sebagai kota disuguhkan kota Solo berhasil meningkatkan
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
250 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

jumlah wisatawan sejak tahun 2015 hingga mereka sendiri (Purnomo, 2011). Konsistensi
2019. Sampai dengan September 2019 jumlah tersebut tercermin dari peran pemerintah kota
wisatawan mencapai 3.665.811 wisatawan Solo dalam mendukung event-event budaya
yang terdiri dari 22.934 wisatawan asing, dan dan seni yang dilakukan oleh pihak internal
3.642.877 wisatawan domestik (Wasita, 2019). maupun eksternal pemerintah, juga melalui
Sementara itu, dalam penelitian (Wiyana et al., penyediaan informasi terkait event secara up to
2018) diakatakan bahwa para wisatawan yang date. Maka, dalam proses city branding ini
mengetahui tagline “Solo The Spirit of Java” merupakan bentuk fase coherence.
hanya sebanyak 36%, sebanyak 84% Dengan demikian, city branding di
menyatakan bahwa Solo dikenal sebagai kota Kota Solo dengan tagline “Solo The Spirit Of
Budaya, 94% menyatakan Batik Solo lebih Java” dapat dikatakan berhasil dengan
istimewa dibanding kota lain, kemudian 95% berbagai penyajian atraksi budaya dan
wisatawan menyatakan masih banyaknya optimalisasi potensi yang dimiliki dari
kuliner tradisional Solo, dan 88% menyatakan berbagai sektor serta memaksimalkan nilai-
bahwa penduduk lokal memiliki sikap yang nilai yang terkandung dalam tagline tersebut.
ramah kepada pengunjung. Dalam Meskipun, peningkatan kunjungan wisatawan
melaksanakan strategi pemasaran, pemerintah tidak secara signifikan tetapi dapat dikatakan
kota Solo bersama-sama stakeholder lain cukup berhasil. Disisi lain proses
berperan aktif bahkan melibatkan beberapa pemasarannya juga didukung oleh
pihak yang sesuai dengan bidangnya mulai pemanfaatan teknologi informasi dan
dari komunitas, swasta. Dalam proses city komunikasi yang baik sehingga menghasilkan
branding hal tersebut merupakan bentuk dari informasi yang baik, aktual, terkini, dan
fase communication. menarik bagi pembaca.
Selain penyajian atraksi budaya dan
kuliner dalam pengembangan branding Tabel 1. Peningkatan Jumlah Wisatawan
tentunya perlu dibarengi dengan adanya sarana Kota Solo
dan prasarana yang memadai untuk menunjang
Jumlah
kenyamanan dan keamanan para wisatawan
Wisatawan
yang berkunjung. Hal itu tercermin dengan Tahun
adanya ketersediaan fasilitas seperti adanya Do Int
mestik ernasional
travel agent, hotel atau penginapan,
transportasi umum, dan fasilitas lainnya. 4. 36.
2015
106.239 546
Terdapat dua transportasi umum di kota Solo
yaitu Batik Solo Trans dan Bus 4. 33.
2016
361.868 682
Werkudorodimana bus Werkudoro memberi
sisi keunikan tersendiri karena 4. 76.
2017
383.430 454
memvisualisasikan wayang Werkudoro pada
badan bus. Sehingga, hal tersebut juga menjadi 4. 38.
2018
daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. 657.283 537

Selain itu, tingkat kebersihan kota juga 3. 22.


September 2019
dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota 642.877 934

Surakarta dengan berkolaborasi dengan event- Sumber: Antaranews.com, Surakarta.go.id


event budaya. Seluruh rangkaian strategi yang Bersumber pada Tabel 1 tersebut dapat
ada akan mencapai tujuan apabila adanya disimpulkan bahwa terjadi peningkatan yang
konsistensi oleh para stakeholders dalam konsisten mulai dari tahun 2015 sampai
mengelola pemasaran terhadap branding “Solo dengan 2018. Jumlah wisatawan sampai
The Spirit Of java” dimana stakeholders dengan September 2019 terdapat penurunan
merupakan aktor-aktor yang terlibat dalam akan tetapi berdasarkan artikel berita online
kegiatan atau event dan merekalah yang merahputih.com dilansir pada 15 Januari 2020,
memiliki kepentingan dan ketentuan dari diri dinas pariwisata kota Surakarta mencatat
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 251

sebanyak 5,5 Juta wisatawan berkunjung ke pemerintah masih diperlukan untuk


kota Surakarta dalam kurun waktu selama meningkatkan wisatawan serta penyediaan
tahun 2019. Faktor lain yang berkontribusi acara yang akan memberikan memorable
dalam peningkatan jumlah wisatawan di kota experience kepada wisatawan.
Surakarta salah satunya yaitu kontribusi NGO Kemudian (Fatah & Yuniningsinh,
(Non-Governmental Organization). Adanya 2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
event tahunan SIPA (Solo International kota Surakarta memiliki organisasi internal
Performing Arts) yang bertaraf internasional yaitu Badan Promosi Pariwisata Daerah
dan diselenggarakan untuk umum tanpa biaya Surakarta (BPPDS) akan tetapi, keberadaannya
retribusi yang mana merupakan kolaborasi dinilai belum efektif terhadap jumlah
Pemkot Surakarta dengan masyarakat (Mazida kunjungan wisatawan. Hal ini disebabkan oleh
& Gunawijaya, 2018). tidak adanya pendelegasisa wewenang yang
Berdasarkan hasil penelitian (Muktiali, spesifik, spesialisasi tupoksi tidak dilakukan
2011) dengan adanya pagelaran acara yang secara maksimal, dan tidak ada peraturan
termuat dalam kalender acara dengan tema terkait anggaran dan riset BPPDS. Selain hal
yang bervariasi seperti pada bidang agama, tersebut BPPDS masih dalam tahap
budaya, ekonomi-bisnis, olahraga, dan lain- pengembangan dan masih terlalu fokus pada
lain dalam kurun waktu satu tahun merupakan peningkatan kunjungan domestik, kemudian
salah satu upaya yang efektif dan strategis kompleksitas yang tinggi dalam pelaksanaan
untuk menunjang branding “Solo The Spirit of tugasnya.
Java”. Sementara (Ajani, 2017) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa selain SIMPULAN
melakukan berbagai promosi dengan teknik City branding kota Solo menggunakan
promosi yang variatif, adanya wisata kuliner di tagline/slogan “Solo The Spirit Of java” yang
kota Surakarta memberi kontribusi yang efektif didalamnya terdapat beberapa sub-branding
bagi kota Surakarta dan pemerintah dengan yang saling mendukung dalam
mengusung slogan “Solo The Spirit of Java”. mengembangkan dan memasarkan “Solo The
Selain itu strategi komunikasi pemasaran yang Spirit Of java”. Strategi yang dilakukan yakni
digunakan yaitu melalui periklanan (media melalui berbagai sajian atraksi berbasis seni
cetak/elektronik) dan Public Relation (event dan budaya yang dilakukan secara sustainable
marketing) (Nugroho, Purwasito, & Sofiah, dan continuing serta pelestarian tradisi dan
2014). perawatan bangunan-bangunan bersejarah
Sementara (Widodo & Setiansah, untuk menarik minat wisatawan dan
2014) dalam pengamatannya menyatakan memberikan kesan yang baik dalam
bahwa keberhasilan Surakarta dalam menarik mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung
wisatawan bukan merupakan hasil branding kembali. Dalam pelaksanaannya pemerintah
tagline “Solo The Spirit of Java” melainkan Kota Solo menggandeng beberapa pihak baik
karena popularitas Jokowi yang kemudian internal (Dinas Pariwisata Kota Surakarta,
mewujudkan strategi word of mouth. Disisi Pemerintah Kota Surakarta, dan para
lain hasil penelitian (Krisnawati, 2015) pemangku kepentingan lainnya) maupun
memuat bahwa implementasi strategi branding eksternal (Komunitas, dan Swasta).
kota Surakarta melibatkan NTO (National Pelaksanaan branding di Kota Solo telah
Tourism Organization) dan berbagai memenuhi teori proses city branding, teori
stakeholder internal pariwisata yaitu ASITA, komunikasi pemasaran, dan teori City Brand
PHRI, HPI, dan BPPIS dalam melakukan Hexagon, serta teori minat berkunjung
kegiatan direct dan indirect marketing. Namun wisatawan. Akan tetapi, tetap perlu
dalam hasil penelitian (Wiyana et al., 2018) melakukam branding secara konsiten, dan
menyatakan bahwa sekitar 50% responden real-time.
tidak menyetujui bahwa citra kota mendorong
kunjungan wisatawan, maka dukungan
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
252 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

DAFTAR PUSTAKA Kebudayaan Kota Surakarta). Vol. 3,


Alpiannoor, M. A., Mawardi, K., & Sanawiri, No. 1, Hal. 73-79.
B. (2017). Pengaruh City Branding Primasari, I., Muktiyo, W., & Kusumawati, D.
Serta Tagline “Kediri Lagi” Terhadap (n.d.). City Branding Solo Sebagai
Minat Berkunjung Wisatawan Kota Wisata Budaya Jawa. 2020.
Domestik Kabupaten Kediri. Jurnal Purwanto, U., & Soliha, E. (2017). Influence
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 44 Of City Branding, Brand Identity and
No.1. Brand Image on Visiting Decision to
Bawanti, A. (2016). Analisis City Branding Kota Pekalongan. Jurnal Bisnis Dan
Dalam Pengembangan Destinasi Manajemen, 18(1), 34–45.
Pariwisata Kabupaten Jayapura. Jurnal Putro, R. H. E. (2019). Branding da cidade
Media Wisata, Volume 14, Nomor 1. como conceito para o desenvolvimento
Ramadhan, F., & Sudrajat, A. (2017). Role of do turismo regional City Branding as a
UNSIKA in Building City Branding in Concept for the Regional Tourism
Karawang Regency. Journal of Development La marca de la ciudad
Business and Economics. como concepto para el desarrollo
Wandari, L. A., Kumadji, S., & Kusumawati, turístico regional. Soc. Dev, 8(10),
A. (2014). Pengaruh City Branding e478101419.
“Shining Batu” Terhadap City Image Saeroji, A., & Wijaya, D. A. (2017). Pemetaan
Dan Keputusan Berkunjung Wisatawan Wisata Kuliner Khas Kota Surakarta.
Ke Kota Batu Tahun 2014. Jurnal Jurnal Pariwisata Terapan, 1(2), 13.
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 16. https://doi.org/10.22146/jpt.24968
Retrieved from Susanti, R., & Suprihatmi, S. (2018). Peran
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac. Pemerintah Dalam Memediasi
id. Pengembangan Cluster Branding
Dewi, M., & Nulul, N. A. (2018). Komunikasi Kawasan Ngarsopuro untuk
Partisipatif Masyarakat Industri dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Kota
Mendukung Branding Kota Madiun. Solo. Jurnal Manajemen Dan Kearifan
Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 15(1). Lokal Indonesia, 2(1), 1–11.
Dahlström, T., & Poikkijoki, A.-P. (2014). Widodo, B. (2016). Strategi Pencitraan Kota
How to build successful city brands?– (City Branding) Berbasis Kearifan
Comparing results from 11 case Lokal (Studi Kasus di Kota Solo, Jawa
studies. Tengah dan Kabupaten Badung, Bali).
Järvisalo, S. (2012). How to build successful Profetik: Jurnal Komunikasi, 7(2).
city brands?-Case Munich, Berlin & Ajani, R. B. (2017). Aktivitas Komunikasi
Hamburg. Pemasaran Kota Surakarta Sebagai
Kavaratzis, M. (2004). From city marketing to Kota Wisata Budaya Melalui Slogan
city branding: Towards a theoretical Solo, The Spirit Of Java (Studi Kasus
framework for developing city brands. Pada Dinas Kebudayaan Dan
Place Branding, 1(1), 58–73. Pariwisata Kota Surakarta) (S-1
Mustikawati, L., Luqman, Y., & Setiabudi, D. Skripsi). Universitas Muhammadiyah
(2013). Strategi Branding Kota Malang Malang.
Surakarta Dalam Pengelolaan Sebagai Danandjaja, J. (2014). Metode Penelitian
Destinasi Wisata. Retrieved from Kepustakaan. Antropologi Indonesia.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ Duncan, T. R. (2002). IMC using Advertising
interaksi-online/article/view/3155 and promotion to Build Brands.
Laksana, P. B., Riyanto, & Said, A. (2015). (illustrated ed.). Bousto: McGraw-Hill
Strategi Pemasaran Pariwisata Kota Irwin.
Surakarta Melalui City Branding Fatah, A. N., & Yuniningsinh, T. (2019).
(Studi pada Dinas Pariwisata & Efektivitas Organisasi Badan Promosi
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 253

Pariwisata Daerah Surakarta (BPPDS). Widodo, B., & Setiansah, M. (2014). Strategi
E-Journal Undip. Pencitraan Kota (City Branding)
Insch, A. (2011). Branding the City as an Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus
Attractive Place to Live. In City Di Kota Solo, Jawa Tengah Dan
Branding (pp. 8-14). Kabupaten Badung, Bali). Jurnal
Doi:10.1057/9780230294790_2 Komunikasi PROFETIK, 7(2).
Krisnawati, E. (2015). Citra Pesona Kota Nursanty, E., Syahbana, J. A., & Suprapti, A.
Surakarta Dalam Upaya Mewujudkan (2018). Using City Branding as the
Destinasi Wisata Terkait Obyek Wisata Part of the Intersection Point of
Yang Ada. Jurnal Teknik Sipil dan Modernization and Tradition. Case
Arsitektur, 16(20). Study: Surakarta City (Solo),
Mazida, R. A., & Gunawijaya, J. (2018). SIPA Indonesia. SHS Web of Conferences,
"community": Sebuah NGO (Non- 41, 04001. EDP Sciences.
Governmental Organization) Dibalik Wiyana, T., Putranto, T. S., Zulkarnain, A., &
Keberhasilan Penyelenggaraan SIPA Kusdiana, R. N. (2018). i. IOP
(Solo International Performing Arts). Conference Series: Earth and
FISIP UI. Environmental Science, 126, 012200.
Mirzaqon T, A., & Purwoko, B. (2017). Studi IOP Publishing.
Kepustakaan Mengenai Landasan Adelina, S. (2015). Implementasi City
Teori Dan Praktik Konseling Branding Kota Solo Demi Menjamin
Expressive Writing. Bimbingan dan Keberlangsungan Slogan The Spirit Of
Konseling. Java.
Muktiali, M. (2011). Kaji Banding City Arifin, M., Eny, S., Sos, S., & Si, M. (2018).
Branding Kota Semarang Dengan Cyber Branding Solo International
Kota Di Indonesia (Solo & Surabaya) Performing Arts (Sipa) Melalui
Dan Kota Dunia (Kota Amsterdam). Instagram Dalam Mempertahankan
Seminar Nasional City Branding. Brand Awareness Pengunjung (PhD
Nugroho, A., Purwasito, A., & Sofiah, S. Thesis). IAIN Surakarta.
(2014). Slogan Solo The Spirit Of Java Nasirudin, M. (2017). Efektivitas Digital
Sebagai Promosi Pemerintah Kota Solo Branding Dalam Pencitraan Kota
Untuk Go International ( Implementasi (Studi Korelasi Antara Efektivitas
Penggunaan Slogan “Solo, The Spirit Digital Branding# kotasolo dengan
of Java” dalam Strategi City Branding Pencitraan Kota Surakarta di
Kota Solo Melalui Penyelenggaraan Instagram Menurut Followers@
Event Kebudayaan Tahun 2012) Jurnal kotasolo_fp). (PhD Thesis). Universitas
Kommas. Sebelas Maret.
Purnomo, E. P. (2011). The stakeholders’ Nursanty, E., Suprapti, A., & Syahbana, J. A.
analysis and development indicator of (2017). The application of tourist gaze
sustainability on the community theory to support city branding in the
project. planning of the historic city Surakarta,
Ramadhan, A. H., Suharyono, S., & Kumadji, Indonesia. Place Branding and Public
S. (2015). Pengaruh City Branding Diplomacy, 13(3), 223–241.
Terhadap Minat Berkunjung Serta Parahita, A. (2017). Aktivitas Komunikasi City
Dampaknya Pada Keputusan Branding Kota Solo Sebagai Kota
Berkunjung (Survei Pada Wisatawan Kreatif (Studi Kasus Aktivitas
Kota Surabaya 2015). Jurnal Komunikasi City Branding Kota Solo
Administrasi Bisnis (JAB), 28(1). sebagai Kota Kreatif oleh Dinas
Swarbrooke, J., & Horner, S. (2007). Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Consumer Behaviour In Tourism. Surakarta dan Solo Creative City
Routledge.
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
254 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

Network) (PhD Thesis). Universitas City Branding Kota Solo (PhD Thesis).
Sebelas Maret. Universitas Gadjah Mada.
Pratama, B. S., Santoso, B., & Sos, S. (2018). Rahayu, A. (2015a). Strategi Komunikasi
Peran Public Relation Dalam Pemasaran Kota Solo sebagai
Membangun Citra Kota (Studi destinasi MICE (Meeting, Incentive
Deskriptif Kualitatif Peran Humas Trip, Conference, Exhibition) (PhD
Kota Surakarta Dalam Membangun Thesis). UNS (Sebelas Maret
Solo Sebagai Kota Budaya) (PhD University).
Thesis). Universitas Muhammadiyah Rahayu, A. (2015b). t (PhD Thesis). UNS
Surakarta. (Sebelas Maret University).
Puspitasari, C. P., & Saputro, E. P. (2017). Perdana. (2019, February 17). Solo Nyaman
Strategi City Branding Kota Surakarta Dihuni, tapi... Radar Solo. Retrieved
Melalui Instagram@ agendasolo (PhD from radarsolo.jawapos.com
Thesis). Universitas Muhammadiyah Wasita, A. (2019, November 11). Jumlah
Surakarta. Wisatawan ke Solo Sejak 2015 Terus
PUTRI, S. P. (2017). Pengaruh Citra Pasar Meningkat. Antara Jateng. Retrieved
Tradisional Terhadap Keberhasilan from jateng.antaranews.com

Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)

Anda mungkin juga menyukai