Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENELITIAN

Hasil Evaluasi Dampak Program City Branding Solo Spirit of Java


Terhadap Pedagang Pasar Klewer
Mata Kuliah :MetodePenelitianEvaluasi
Dosen pengampu :Dra. LV RATNA DEVI SAKUNTALAWATI M.Si.

Disusunoleh :
Aditya Yudha Rachmadi D0316001
FadlurrahmanFiqi Salman D0316027

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
City branding merupakan program yang bisa dikatakan baru dalam strategi
mempromosikan kota, tetapi sudah menjadi trend di hampir tiap pemerintahan daerah.
Seiring dengan adanya ketetapan otonomi daerah, daerah harus berkompetisi agar tetap
bertahan dengan mengandalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini yang mendasari
pemikiran dari tiap-tiap pemerintah daerah untuk melakukan branding, strategi ini
banyak digunakan oleh negara-negara di dunia dalam upaya meningkatkan atau
merubah citra suatu tempat atau daerah, dengan menonjolkan kelebihan dan keunikan
daerah tersebut dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat. (Murfianti,
2010).
Kota Surakarta yang telah berdiri selama 250 tahun, tentu memiliki beragam
kawasan dengan situs budaya dan sejarahnya. Keberadaan Keraton Kasunanan dan
Mangkunegaran merupakan wujud eksistensi warisan budaya lokal yang masih terus di
jaga eksistensinya sebagai warisan dan sebuah sejarah. Selain itu keberadaan pasar-
pasar tradisional maupun daya tarik kuliner menjadi bargaining tersendiri bagi
pengembangan pariwisata kota Surakarta ke depan. Sebagai kota kedua terbesar di
propinsi Jawa Tengah, Solo dikenal sebagai kota yang fokus terhadap sektor
manufaktur diikuti dengan perdagangan, restoran dan hotel. Dengan keanekaragaman
budaya, sejarah dan kesenian yang telah dikenal oleh masyarakat luas, termasuk
keterbukaan dan keramahan masyarakat beserta kekayaan kuliner yang dimiliki, hal
tersebut dipercaya akan memberi andil besar bagi tumbuh kembangnya industri
pariwisata kota Solo ke depan.
Melalui modal berbagai potensi budaya yang dimiliki, maka dukungan dalam
bentuk non-materi seperti halnya image, identitas, ataupun merek (city branding) bagi
sebuah kota merupakan hal lain yang diharapkan mampu membangun sinergi yang
konstruktif bagi tumbuh dan berkembangnya Kota Solo khususnya perekonomian
masyarakat. Dengan pengembangan image atau identitas daerah menjadi langkah awal
untuk mengarahkan daerah tersebut di masa yang akan datang. Oleh karena
itulah pentingnya merumuskan city branding agar benar-benar dapat dibedakan dari
daerah lain sebagai salah satu strategi meraih keunggulan bersaing baik di tingkat lokal,
regional, bahkan internasional (Soebagyo, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Program City Branding solo spirit of java efektif mencapai tujuan,
yaitu masyarakat juga berpartisipasi dalam branding kota?
2. Apakah Program City Branding solo spirit of java efisien dalam menggunakan
input berupa sumber (dana, sumber daya, dan media)?
3. Apakah Program City Branding solo spirit of java memberikan dampak
terhadap masyarakat khususnya para pedagang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektifitas Program City Branding solo spirit of java dalam
mencapai tujuan yaitu partisipasi masyarakat dalam branding kota.
2. Untuk mengetahui efisienisi Program City Branding solo spirit of java dalam
penggunaan input seperti dana, sumber daya, dan media.
3. Untuk mengetahui dampak Program City Branding solo spirit of java.
D. Manfaat Program
Manfaat dari Program City Branding yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota
Surakarta yaitu Citra yang positif tentang tempat (kota) yang didapatkan melalui
pembangunan spasial maupun nonspasial, Langkah-langkah perencanaan dan
pengelolaan Kota Surakarta menjadi lebih fokus dan terintegrasi pada produksi dan
penyampaian pesan yang tepat kepada pemangku kepentingan internal maupun
eksternal Kota Surakarta.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Program City Branding


Program City Branding ini merupakan program yang dikerjakan langsung
dibawah naungan Dinas Pariwisata Kota Surakarta sejak tahun 2004. City Branding
dipahami sebagai sarana untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk
meningkatkan investasi dari pariwisata, dan juga sebagai pencapaian pembangunan
masyarakat. Memperkuat identitas lokal dan identitas warga dengan kota mereka dan
mengaktifkan semua kalangan sosial demi menghindari pengucilan dan kerusuhan
sosial. Dalam penanganan sebuah brand terutama brand untuk lokasi atau kota ada
beberapa proses yang harus dilakukan agar pesan yang ditujukan dapat diterima oleh
khalayak dengan baik sehingga tujuan dari pemberian merek suatu kota tersebut dapat
tercapai dengan sempurna.
Jadi dalam membranding kota memerlukan beberapa faktor pendukung seperti
bagaimana konsep dan tujuan brand itu sendiri yang dibuat oleh pemerintah kota
setempat, kemudian bagaimana cara memasarkan brand kota tersebut agar satu kota itu
bisa menjadi obyek yang layak dipasarkan. Dari hal tersebut arti penting dari
komunikasi pemasaran akan menjadi acuan pemerintah kota dalam menentukan
tujuannya dalam membranding kota. Komunikasi sendiri merupakan bagian yang tidak
bisa terpisahkan dari kehidupan manusia, tanpa komunikasi aktivitas apapun tidak dapat
berlangsung. Komunikasi erat kaitannya dengan media dan media sekarang sudah
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam menjalankan suatu
pemasaran maka diperlukan media sebagai alat komunikasi efektif untuk menyampaikan
pesan untuk target yang dituju. Jadi pemilihan media harus dipertimbangkan oleh
pemerintah kota dalam memasarkan kotanya melalui sebuah brand kota.
Branding merupakan proses dimana upaya yang dibuat untuk mempengaruhi
bagaimana masyarakat menafsirkan dan membangun perasaan mereka sendiri tentang
sebuah merek (Chandler & Owen, 2002; Kavaratzis &Ashworth, 2007). City branding
menurut Padison sebagai sarana kompetitif untuk mencapai keunggulan dalam rangka
meningkatkan investasi dan pariwisata, pengembangan masyarakat, memperkuat
identitas lokal dan identifikasi masyarakat dengan kota mereka serta menggerakkan
semua aktifitas sosial untuk menghindari perpecahan. Terdapat empat langkah proses
strategi city branding menurut Andrea Insch :

- Identity, proses mengidentifikasi asset, atribut dan identitas suatu kota.


- Objective (menentukan tujuan), mendefinisikan secara jelas alasan
utama city 6 branding.
- Communication, proses komunikasi baik secara online maupun offline
dengan semua pihak yang berkepentingan dengan sebuah kota.
- Coherence, proses implementasi yang memastikan segala bentuk
program komunikasi dari suatu kota terintegrasi, konsisten dan
menyampaikan pesan yang sama.
Selain empat langkah yang telah dipaparkan sebelumnya, ada dua cara dalam
melakukan city branding menurut Sun (dalam Zhou & Wang 2014) yaitu dengan
membangun citra merek keseluruhan kota yang mengintegrasikan faktor politik,
ekonomi dan budaya. Cara lain yaitu dengan membangun layanan wisata sebagai
langkah mempromosikan pariwisata secara eksklusif. b. Identitas Merek (brand identity)
Definisi merek menurut American Marketing Association yaitu sebuah nama, istilah,
tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari semua itu untuk mengidentifikasi barang atau
jasa dari penjual dengan tujuan untuk membedakannya dari barang lain (Hazime, 2011).
Merek mempunyai dua fungsi penting yaitu identifikasi, dimana suatu merek mampu
menjelaskan gambaran suatu produk kepada konsumen, sedangkan fungsi kedua dari
merek yakni diferensiasi, dimana merek mampu membedakan satu produk dengan
produk yang lainnya (Qu, Kim,& Im, 2011).
Suatu merek dikatakan berhasil apabila mampu memberikan atau menyampaikan
nilai-nilai inti perkotaan yang berlaku, berbeda dengan yang lain, menarik dan bertahan
dalam jangka waktu yang lama (Gertner, 2004; Zhang & Zhao, 2009). Sedangkan
definisi dari merek kota sendiri menurut Kavaratzis & Ashworth (2005) yaitu sebuah
pendekatan yang berpusat pada konseptualisasi dari kota sebagai suatu merek, dimana
merek membangun multidimensi yang terdiri dari aspek fungsional, emosional dan
unsur-unsur relasional yang secara kolektif menghasilkan sesuatu yang unik dipikiran
publik. Sukses tidaknya sebuah merek kota tergantung pada proses identifikasi dari
sesuatu yang khas dan menarik serta karakter yang dimiliki oleh kota yang
bersangkutan. Karakteristik dari sebuah kota merupakan kualitas fungsional maupun
non-fungsional yang mencakup penampilan fisik kota, sejarah, budaya, demografi,
ekonomi dan pemerintahan, rakyat, serta persepsi dari masyarakat (Zhang & Zhao,
2009). Sebagai contoh Kota New York dianggap sebagai
kota dengan berbagai dinamika dan keragaman dan Tokyo dianggap sebagai kota
yang penuh modernitas (Zhang & Zhao, 2009).
Persamaan pendapat antara pemerintah dengan masyarakat mengenai identitas
kota dan nilai-nilai inti yang ada didalamnya merupakan salah satu faktor kunci dalam
mencapai kesuksesan branding suatu kota.Suatu merek harus didukung oleh
serangkaian langkah atau kebijakan yang lain, seperti promosi festival dan acara yang
dapat menjadi profil yang kuat bagi sebuah kota. Kompleksitas dari konsep merek
telah meningkat selama berabad-abad dan telah berkembang menjadi konsep merek
tempat yang membuat suatu negara menjadi unik (Hazime, 2011). Merek tempat
dapat meningkatkan pengembangan kawasan yang tidak hanya kawasan wisata, tetapi
juga menarik investasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Hankinson,
2004; Hazzime, 2011). Proses membangun sebuah merek negara dimulai dengan
membentuk sebuah kelompok kerja dan menjalankan analisis SWOT untuk
menemukan tantangan strategis dan kapasitas pemasaran tempat (Hazzime, 2011).
Maka perlu untuk mengetahui bagaimana merek suatu kota dapat dirasakan target
pasar baik dalam lingkup nasional dan internaional. Hal tersebut tentu perlu
dikomunikasikan terlebih dahulu dengan para pemangku kepentingan seperti
pemerintah, investor, bahkan masyarakat setempat.
Brand identity dibentukberdasarkanvisi, misi dan image yang
ingindibentukdaridaerahtersebut. Menurut Pike (dalamRoostika, 2012) menyebutkan
brand identity yang dibangundiubahmenjadi brand positioning yang
akhirnyadiharapkanmenjadi brand
image.Identitasmerekmenciptakanhubunganemosional dan
fungsionalantaramerektersebutdenganpelanggan (Kapferer, 1992; Kavaratzis&
Ashworth, 2005). Denganidentitasmerek yang unik, suatutempatakandiakui, dirasakan
dan dikunjungi oleh para wisatawan (Kavaratzis& Ashworth, 2005).
Tidakdapatdipungkirijikamerekmenjadifaktorpembedadalammenawarkanjasasepertipa
riwisata. Menurut Keller (dalam Qu, Kim,&Im, 2011)
identitasmerekmencerminkankontribusidarisemuaelemenmerk.
Terdapathubungantimbalbalikantaraidentitasmerekdengancitramerek. Citra
merekmemainkanperananpentingdalammembangunsebuahidentitasmerek (Cai, 2002;
Qu, Kim,&Im, 2011), sedangkanmenurutFlorek et al (dalam Qu, Kim,&Im, 2011)
citramerek juga merupakancerminandariidentitasmerek,
dimanakonsumenataupengunjungmampumerasakangambarandarisuatutempat yang
kemudiandibentuk dan disimpandalampikiranmereka.

B. Definisi Solo The Spirit of Java


Solo The Spirit of Java mengandung arti bahwa “Solo merupakan jiwanya
Jawa”. Bisa dikatakan bahwa Solo merupakan representasi dari Jawa. Kata “Jawa”
pun seringkali diidentikkan dengan Jawa Tengah terutama daerah Solo dan
sekitarnya. Huruf “O” pertama dalam kata “Solo The Spirit of Java” diambil dari
bentuk dasar motif batik yang menjadi salah satu ikon utama kota Solo. Logo ini
sekaligus juga mencerminkan bahwa merupakan kota seni dan budaya. Kota Solo atau
Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang Madiun,
yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari
jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Jarak antara Yogyakarta
dengan Solo hanya sekitar satu jam menggunakan kendaraan maupun kereta api.
Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta memiliki
banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang
terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian lokasi
sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya
masing-masing. Peninggalan sejarah dan kentalnya kebudayaan Jawa di kota Solo ini
masih tampak jelas di setiap pojokan kota. Gapura khas keraton.
Museum tentang sejarah dan peninggalan purbakala khas Kasunanan
Surakarta juga terdapat di areal komplek keraton, salah satunya yang terkenal dan
masih sering digunakan pada upacara adat Grebekan 1 Syawal kalender Islam adalah
Kereta Kencana. Keraton Mangkunegaran, Keunikan dari keraton ini adalah di
kawasan Solo utara, yang ditata oleh pihak Mangkunagaran, dapat ditemui beberapa
jejak arsitektur dengan sentuhan Eropa. Hal ini tampak dengan adanya patung-patung
berornamen eropa. Ini merupakan salah satu bukti kejayaan Keraton dengan adanya
hubungan diplomatik antara pihak keraton dengan pemerintah eropa pada masa
dahulu.

C. Definisi Pasar Klewer


Pasar yang satu ini sudah terkenal sebagai tempat yang tepat untuk mencari
berbagai jenis batik dengan harga yang murah. Inilah salah satu pasar yang ada di
Solo. Pasar Klewer namanya.Pasar Klewer diresmikan pada 15 Mei 1969, yang
diikuti dengan pembentukan organisasi para pedagang yang berjualan di pasar ini.
Penamaan pasar ini diberikan oleh mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto.
Saat itu, ketika pasar ini belum berdiri, para pedagang yang umumnya wanita
menyampirkan pakaian yang mereka jual di bahu. Saat menawarkan kepada calon
pembeli, pakaian-pakaian tersebut akan keleweran atau terlihat menjuntai dan
terombang-ambing.
Pasar Klewer memiliki luas sekitar 12.500 meter persegi. Di pasar yang terdiri
dari dua lantai ini, terdapat 2.075 kios yang menjual berbagai produk, mulai dari
aneka batik, jeans, kemeja, pakaian anak-anak, keperluan pernikahan, hingga pakaian
adat dari berbagai daerah.Awal tahun 1980-an, pengunjung dari luar daerah mulai
ramai datang dan berbelanja di pasar ini. Nama Pasar Klewer sebagai pusat penjualan
batik pun menyebar ke berbagai daerah. Seiring dengan ramainya pengunjung yang
datang ke pasar ini, ditambahkan fasilitas Radio Gapuro. Radio ini menjadi sarana
hiburan serta informasi semua orang yang berada di area Pasar Klewer.
Ada beberapa hal yang membuat para pengunjung senang dan kembali lagi
berbelanja ke pasar ini. Pertama adalah karena harga barang-barang yang dijual di
pasar ini terbilang murah. Hal itu dimungkinkan karena mayoritas pedagang di pasar
ini juga memiliki usaha konveksi. Sehingga, produk yang dijual merupakan produk
yang mereka buat.
Hal lain yang membuat para pelanggan senang berbelanja ke pasar ini adalah
keramahtamahan para penjual. Bahkan, ada sebuah prinsip yang dipegang para
pedagang di sini, ora bati ora popo, ning bati paseduluran yang dapat diartikan tidak
apa-apa kalau tidak untung, yang penting menjalin persaudaraan. Atas dasar prinsip
itu, hubungan penjual-pembeli di sini tidak sekadar hubungan bisnis, tapi juga
kekeluargaan. Prinsip itu pula yang juga membuat harga produk-produk yang dijual di
pasar ini bisa murah. Sejak November 2012, Pasar Klewer ditetapkan sebagai salah
satu cagar budaya yang ada di Solo.

D. Visi dan Misi Program City Branding


Visi dari City Branding kota Solo adalah Menggerakkan Roda Perekonomian
Kota Surakarta melalui Pengelolaan Pariwisata dengan Konsep City Branding.
Sedangkan Misi nya adalah :
1. Mempromosikan Kota Surakarta dalam berbagai bidang seperti sosial, dan
budaya berbasis destinasi pariwisata.
2. Mengembangkan Pariwisata Daerah yang memiliki keunikan lokal,
kesejahteraan, nilai-nilai, dan menarik bagi masyarakat.
3. Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Nusantara maupun Mancanegara di
Kota Surakarta.

E. Tujuan Program City Branding


Program City branding ini bertujuan untuk membentuk citra dan makna
dalam benak target pasar mengenai sebuah kota itu sendiri. Melalui citra yang ingin
dibentuk tersebut, sebuah kota dapat menarik calon investor dan turis untuk datang
berkunjung. Untuk lebih menarik turis dan mempublikasikan branding yang tengah
dibentuk, stakeholder dapat memanfaatkan media promosi seperti membuat sebuah
slogan atau ikon seperti solo spirit of java yang mewakili dan menggambarkan brand
kota. Visi dari City Branding Kota Surakarta adalah menggerakan roda perekonomian
kota Surakarta melalui pengelola pariwisata dengan konsep city branding.

F. Sasaran Program City Branding


Dalam Program City Branding yang telah dicanangkan dari tahun 2005 ini
yang menjadi sasaran program adalah masyarakat umum, dan para penggerak
ekonomi di Kota Surakarta.

G. Petunjuk Pelaksanaan/teknis

1. Pengembangan City Branding ke arah kebijakan pengembangan citra kota


sebagaimana dimaksud meliputi:
i. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata secara berkelanjutan baik
citra pariwisata Daerah maupun citra pariwisata destinasi.
ii. Peningkatan citra pariwisata Daerah sebagai Destinasi Pariwisata
Daerah yang aman, nyaman, dan berdaya saing.

2. Strategi untuk peningkatan dan pemantapan citra kota sebagaimana dimaksud


meliputi:
a. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata Daerah merujuk pada
brand Pariwisata Daerah yang berlaku.
b. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata destinasi.
3. Peningkatan dan pemantapan pemosisian citra pariwisata Daerah didasarkan
kepada kekuatan-kekuatan utama yang meliputi:
a. Nilai spiritualitas dan kearifan local.
b. Keanekaragaman hayati alam dan budaya.
c. Ikon-ikon lain yang dikenal luas baik secara nasional maupun di
dunia internasional.
4. Peningkatan dan pemantapan pemosisian citra pariwisata destinasi
sebagaimana dimaksud didasarkan pada kekuatan-kekuatan utama yang
dimiliki masing-masing Destinasi Pariwisata Daerah.
5. Strategi untuk peningkatan citra pariwisata sebagai Destinasi Pariwisata
Daerahyang aman, nyaman, dan berdaya saing sebagaimana dimaksud
diwujudkan melalui promosi, diplomasi, dan komunikasi dalam bentuk
visual.

H. Variabel Sosiologi
Variabel Sosiologi yang digunakan yaitu partisipasi. Oakley (1991: 9)
memberi pemahaman tentang konsep partisipasi, dengan mengelompokkan ke dalam
tiga pengertian pokok, yaitu Partisipasi sebagai kontribusi; Partisipasi sebagai
organisasi; dan Partisipasi sebagai pemberdayaan. Dengan landasan teori dari Oakley,
disusun definisi konseptual variabel Partisipasi adalah keterlibatan langsung
masyarakat dalam program city branding yang meliputi kontribusi masyarakat dalam
menggunakan branding (logo, slogan, simbol) yang telah dibentuk dalam upaya
mempromosikan Kota Surakarta melalui program yang disebut city branding itu
sendiri.

I. Kerangka Berpikir

City Branding Partisipasi


Solo Spirit Of Masyarakat
dalamperwujudan
Java City Branding
J. Proposisi
Proposisiadalahdugaansementaradarisebuahpenelitianterhadapfenomena yang
terjadi. Berdasarkankerangkaberpikirtersebut,
makaproposisipenelitianadalahsebagaiberikut:
TerlaksananyasuatuKebijakanditentukan oleh tingkatPartisipasi Masyarakat
dalamKebijakantersebut.
Bab III

METODE PENELITIAN

A. JenisPenelitian

PenelitianinimenggunakanjenispenelitianKualitatif,
denganmetodeNaturalosticInquiry. Penelitiankualitatifyaitupenelitianilmiah yang
sistematisterhadapbagian-bagian dan fenomenasertahubungan-hubungannya. Istilah
lain yang
seringdigunakandenganmaknapenelitiankualitatifadalahpenelitiannaturalistik. Guba
(1985) mempergunakannama Naturalistic Inquiry (inkuirinaturalistik), oleh karenaciri
yang menonjoldaripenelitiankualitatifadalahcaramengamati dan pengumpulan data
yang dilakukandalamlatar/setingalamiah, artinyatanpamemanipulasisubjek yang
diteliti (sebagaimanaadanya, nature).

Tujuanpenelitiannaturalistikadalahuntukmengetahuiaktualitas, realitassosial
dan persepsimanusiamelaluipengakuanmereka yang
mungkintidakdapatdiungkapmelaluipenonjolanpengukuran formal
ataupertanyaanpenelitian yang telahdipersiapkanterlebihdahulu. Para
penelitinaturalistikmeyakinibahwauntukmemahamigejalasosial yang paling
tepatadalahapabilamerekamampumemperolehfaktapendukung yang
sumbernyaberasaldaripersepsi dan ungkapandari para pelakuitusendiri.
Dilihatdarisegiorientasinya, penelitiannaturalistikberorientasi pada proses. Karena
berorientasi pada proses,
makapenelitiannaturalistikdianggaptepatuntukmemecahkanpermasalahanpenelitian
yang berkaitandengankegiatanmanusia, seperti:
perubahanperilakudalammenanggapibencana.

B. LokasiPenelitian
Penelitianinidilakukan di Pasar Klewer Surakarta. Di mana
tempattesebutberlokasi diJl. DR. Radjiman No.5A, Gajahan, Kec. Ps. Kliwon, Kota
Surakarta, Jawa Tengah 57155, Kota Surakarta. Penelitiandilakukansekitarbulan Mei
2019.

C. Populasi dan Sampel

PopulasidalampenelitianiniadalahPenjual Baju wisata di Pasar Klewer Kota


Surakarta.Khususnya para penjual baju ataukaospariwisata, maupunatributkhas Kota
Solo dan dapatmemberikaninformasitentangdampak yang sedang kami teliti.

Metodepengambilansampelmenggunakanpurposive sampling.
Sehinggakelompok kami mengambilsampelyaituPenjualkaos oleh-oleh di Pasar
Klewer Kota Surakarta.

D. Unit Analisis

Adapun yang menjadiinformandalampenelitianiniadalahPenjualkaoswisata di


Pasar Klewer Kota Surakarta yangdapatmemberikaninformasitentangdampak yang
sedang kami teliti.

Unit analisisdalampenenlitianiniyaitu para pedagang Pasar Klewer yang


diklasifikasikankembali pada pedagangkiossertapedagang kaki lima, dan
pejabatpemangkukebijakan.

E. Teknik Perngumpulan Data

1. Metode Interview ( Wawancara )

Wawancaraadalahpengumpulan data
denganmengajukanpertanyaansecaralangsung oleh pewawancara( pengumpul
data) kepadaresponden dan jawaban-
jawabanrespondendicatatataudirekamdenganaatperekam (Tap recorded).
Teknik wawancaradapatdigunakan pada responden yang
butahurufatautidakterbiasamembaca dan menulistermasuk, anak-anak.
Wawancara.

2. Observasi
Observasiialahpengamatan dan pencatatan yang
sitematisterhadapgejala-gejala yang diteliti. Observasimenjadi salah
satuteknikpengumpulan data apabilasesuaidengantujuanpenelitian,
perencanaan dan dicatatsecarasistematis, sertadapatdikontrolkeandalan
(reliabilitas) dan kesahihnya (validitasnya).

Observasimerupakan proses yang kompleks, yang tersusundari proses


biologis dan psikoogis. Dalammenggunakanteknikobservasi yang
terpentingialahmengandalkanpengamatan dan ingatansipeneliti.Saat di
lapanganyaitu Pasar Klewer

F. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperolehdarisumber-sumber primer


yaitu: sumberasli yang memuatinformasiatau data tersebut. (Amirin, 1986;32).
Adapunsumber data primer daripenelitianiniyaitu:

- Suherman, merupakanpedagangkaosgrosir di Pasar Klewer.


- Lala, merupakanpedagangkaoseceran di Pasar Klewer.
- Sri Partini, merupakanPegawai Negeri Sipil (PNS) DinasPariwisata
Kota Surakarta.

2. Data Sekunder

Data sekunderadalahpengumpulan data yang


diperolehdaridokumenresmi yang dapatdiperolehdariarsip-arsipataudokumen-
dokumen yang adaterutamaberkenaandenganarsip-arsiplaporan, bukuliteratur,
majalah, internet dan lain-lain yang bersangkutanmasalahpenelitian kami.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakandalampenelitianiniadalahanalisisinteraktif.


Model iniada 4 komponenanalisisyaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikankesimpulan. MenurutMoleong (2004:280-281), “Analisis data
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalampola, kategori, dan
satuanuraiandasarsehinggadapatditemukantema dan
tempatdirumuskanhipotesiskerjaseperti yang disarankan oleh data”. Langkah-
langkahanalisis data menurutMiles dan Huberman (1992:15-19), adalahsebagaiberikut:

1. Pengumpulan data, yaitumengumpulkan data di


lokasipenelitiandenganmelakukanobservasi, wawancara, dan
dokumentasidenganmenentukanstrategipengumpulan data yang
dipandangtepat dan untukmenentukanfocus sertapendalaman data pada
proses pengumpulan data berikutnya.
2. Reduksi data, yaitusebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang ada di lapanganlangsung, dan
diteruskanpada waktupengumpulan data, dengandemikianreduksi data
dimulaisejakpenelitimemfokuskan wilayah penelitian.
3. Penyajian data, yaiturangkaianorganisasiinformasi yang
memungkinkanpenelitiandilakukan. Penyajian data
diperolehberbagaijenis, jaringankerja, keterkaitankegiatanatautabel.
4. Penarikankesimpulan, yaitudalampengumpulan data,
penelitiharusmengerti dan tanggapterhadapsesuatu yang ditelitilangsung
di lapangandenganmenyusunpola-polapengarahan dan sebabakibat.

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data


secarasistematisuntukmempermudahpenelitidalammemperolehkesimpulan.
Analisisdatamenurut Bogdan dalamSugiyonoyaitu proses mencari dan
menyusunsecarasistematik data yang diperolehdarihasilwawancara, catatanlapangan,
dan bahan-bahan lain sehinggadapatmudahdipahami dan
temuannyadapatdiinformasikankepada orang lain.

Dalampenelitiantentudiperlukanadanyavaliditas data, dan teknik yang


penelitigunakandalamvaliditas data yaitutriangulasisumber.
Penelitimenggunakantriangulasisebagaiteknikuntukmengecekkeabsahan data.
Dimanadalampengertiannyatriangulasiadalahteknikpemeriksaankeabsahan data yang
memanfaatkansesuatu yang lain
dalammembandingkanhasilwawancaraterhadapobjekpenelitian (Moloeng, 2004:330)

H. Validitas Data
Triangulasidapatdilakukandenganmenggunakanteknik yang berbeda (Nasution,
2003:115) yaituwawancara, observasi dan dokumen.
Triangulasiiniselaindigunakanuntukmengecekkebenaran data juga
dilakukanuntukmemperkaya data. MenurutNasution, selainitutriangulasi juga
dapatbergunauntukmenyelidikivaliditastafsiranpenelititerhadap data,
karenaitutriangulasibersifatreflektif.Denzin (dalamMoloeng, 2004),
membedakanempatmacamtriangulasidiantaranyadenganmemanfaatkanpenggunaansum
ber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitianini,
darikeempatmacamtriangulasitersebut,
penelitihanyamenggunakanteknikpemeriksaandenganmemanfaatkansumber.

Triangulasidengansumberartinyamembandingkan dan
mengecekbalikderajatkepercayaansuatuinformasi yang diperolehmelaluiwaktu dan alat
yang berbedadalampenelitiankualitatif (Patton,1987:331).
Adapununtukmencapaikepercayaanitu, makaditempuhlangkahsebagaiberikut :

1. Membandingkan data hasilpengamatandengan data hasilwawancara.


2. Membandingkanapa yang dikatakan orang di depanumumdenganapa
yang dikatakansecarapribadi.
3. Membandingkanapa yang dikatakan orang-orang
tentangsituasipenelitiandenganapa yang dikatakannyasepanjangwaktu.
4. Membandingkankeadaan dan
perspektifseseorangdenganberbagaipendapat dan
pandanganmasyarakatdariberbagaikelas.
5. Membandingkanhasilwawancaradenganisisuatudokumen yang
berkaitan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Efektifitas program City Branding Solo Spirit Of Java dalam partisipasi
masyarakat dalam branding Kota Solo
Dari hasilwawancara yang
penelitilakukandengannarasumberyaitupedaganggrosirmaupuneceran di Pasar
Klewer Kota Solo sudahefektifsesuaidengantujuannya, sepertiadanyapenjual
yang menggunakan slogan dan logo City Branding Solo Spirit Of Java
itusendiriyaitukaos yang merekajual di gerainya.
”Duluinisebenernyadari orang Jakarta, yang buat orang
Jakarta mas, tapisekarangudahenggak, Sekarangkitabikinsendiri,
kitapakepakegambarwayangtrustulisan solo spirit of java
buatkitajualan mas sekaliannguntungin juga meskipunhanyamusiman..
*hehehehehehe* “ – Mas Suherman.

Dari data diatasdapatdiketahuibahwapedagang di Pasar


Klewersudahikutberpartisipasidalam program yang di rumuskan oleh
Pemerintahmelaluidagangannyamenjadi salah satu branding untuk Kota Solo
meskipunpenggagasuntukpengaplikasian di kaosbukandarimerekatetapidari
Orang Jakarta dan merekamengikutihingga para
pedagangmampumemproduksinyadenganmemberikanmodifikasidengangamba
rwayangmaupunkreaton dan tetap menyisipk2an slogan dan logo Solo Spirit
Of Java.

2. EfisiensiPenggunaSumber( Dana, SDM, Media ) Selama Program


Berlangsung
Dari hasilwawancaradengan salah satupejabatDinasPariwisataKota
Surakarta menjawabseputarpertanyaan yang diberikanmengenaipenggunaan
dana, sumberdaya, dan media saat program berlangsung.
Dapatdiketahuipejabatpemerintahanmenyatakandalammempromosikan Solo
Spirit of Java berjalandenganlancar, salah satunyamelaluipapanreklame yang
tersebar di berbagaisudut Kota Solo.
“Memangkitasudahberusahasemaksimalmungkinmelalui media
sosialterutama Instagram kitaselalu update dan
memperbaruhiinformasiinformasimengenaipariwisata di Kota Solo,
Kemudiamelalui media yang berwujudfisikkitamenggunakanspanduk,
baliho dan papanreklame yang tersebar di daerah Surakarta”. – Bu
Sri Partini

PejabatDinasPariwisatatersebut juga menjelaskandalampenggunaan


dana, dan sumberdayapelaksanaan program. Penggunaan dana program
sudahsesuaidenganarahan, dan
dalampemanfaatansumberdayanyasudahmaksimaldenganmemanfaatkantaman
sriwedariuntukpembangunan landmark “ilovesolo”.

“iya mas, salah satu pendanaan nya kesana mas, itu


yang “i love solo” salah satu program city branding selain
“solo spirit of java”, dan alhamdulillah sejauh ini pendanaan
sesuai target mas, dan menurut kami lancar sesuai target yang
dicanangkan di awal”. – Bu Sri Partini
Dari data di atasdiketahuaibahwaDinasPariwisatasudahmelaksanakan
program dengansemaksimalmungkindaripengelolaan dana, SDM maupun
media informasi demi kelancaran dan juga kesuksesan program City Branding
Solo Spirit of Java ini.

3. Dampak Program BagiPedagang di Pasar Klewer


Berdasarkanwawancaradenganinforman yang
berprofesisebagaipedagang di Pasar Klewer, hasilnya Program City Branding
inimemangmemberikandampakterhadap para pedagang. Akan tetapi, dampak
yang ditimbulkantidakterlalusignifikanatautidakmemilikipengaruh yang
cukupbesarbagi para pedagang di Pasar Klewer. Walaupun para
pedagangtersebutdiuntungkandenganadanya logo, slogan, maupunsimboldari
solo spirit of java. KenyataannyaProduk yang merekajualdenganmemakai
logo, slogan, dan simbol solo spirit of java tersebuthanyaramai di beli pada
saatmusimtertentusajayaitu pada saatmusimlebaran.
“Enggak mas Cumamusimanajakitakeluarinnya,
itupunmasihbanyakjuga yangbelikaosbiasa dating kesinibuatbeli, trus
yang kaya gitugitulakunyaCuma pas lebarandoang,”

Di sisi lain para pedagang di Pasar Klewertetapsetujudenganadanya


program city branding yang dibentuk oleh DinasPariwisata,
walaupunmemangtidakberdampaksignifikan logo, slogan, dan simbol solo
spirit of java dalampenggunaannya pada produkkaos oleh-oleh
merekadaripadakaosdengan motif biasa yang lebihbanyakdibeli. Para
Pedagang di Pasar Klewer juga senangkarena Kota Solo
menjadilebihramaidikunjungi para wisatawan, termasuk Pasar Klewer yang
juga ramai.
“Yakalokitasetujusetujuaja mas yang
pentingtidakmenyusahkankitakalodampakkekitakita juga kanenakya
mas, apalagikalotujuannyauntukmenarikwisatawakekota solo mas.”

Pada intinya para pedagang di Pasar Klewerbelummerasakandampak


yang signifikandari program city branding yang dinaungiDinasPariwisata,
halinisesuaidenganpernyataan-pernyataaninforman yang
membenarkanbahwamerekabelumterlalumerasakanmanfaatlebihdari program
tersebut.

B. Pembahasan
1. Efektifitas Program City Branding Solo Spirit of Java
Masyarakat Kota Solo sudah lama dihadirkan branding Solo Spirit of
Java oleh pemerintahsejakdiberlakukan pada tahun 2008 lalu, branding solo
spirit of java dilakukanmelaluibaliho-baliho, spanduk, event-event
kebudayaan, dan suratkabarsebagaimanamestinyadariprinsip branding
melaluikomunikasi visual. Media-media tersebutdigunakan oleh
pemerintahsebagai stimulus
ataurangsanganbagimasyarakatdalammempersepsikan branding Solo Spirit of
Java. Pemerintahmemilikiharapan agar
masyarakatdariberbagaikalangantermasukwiraswasta (pedagang)
mampumenangkapmaksud dan tujuandarihadirnya slogan Solo Spirit of Java.
Fakta di Lapanganmenunjukkanbahwamasyarakat Kota Solo
menyambutpositifdari branding solo spirit of java yang ditetapkan oleh
pemerintah, banyakpedagang di kota solo memanfaatkan slogan
tersebutsebagaidayatarikdalamprodukpenjualanmereka. Seperti yang
diketahuibahwa slogan solo spirit of java dimanfaatkan para
pedaganglokaldengancaramenampilkan logo maupun slogan solo spirit of java
dalamkaos-kaospenjualanmereka.Secaratidaklangsung para
pedagangtersebutberpartisipasidalampelaksanaan program city branding solo
spirit of java, para pedagang juga ikutdalam mem-branding Kota
tempatmerekamelakukanaktivitasekonomi. Hal ini juga sesuaidengan salah
satutujuandari program tersebutuntukmenggerakkanrodaperekonomian di Kota
Solo.
Adanya Branding kota solo juga memberikanhal
yangpositifbagiperokonomianmasyarakatkhususnya para pedagangsetempat.
Meskipunbegitu, masihadapermasalahan-permasalahan yang harusdiselesaikan
oleh pembuatkebijakan branding solo spirit of java.
Faktanyabahwapedagangsedikitmengeluhkarenaapa yang merekajual (kaos
solo spirit of java) tidakselalulakusetiapwaktu. Ada waktu-waktukaos solo
spirit of java ramai di beli para wisatawan yang berkunjung di pasar
kleweryaitu pada saatlebaransaja.
Branding Kota Solo yang
diberlakukanpemerintahbertujuanmewujudkankota solo yang
memilikicitrakota yang berbudaya juga
diharapkanmendatangkanbanyakwisatakan yang berkunjungkekota solo.
Branding Kota Solo tidakterlepasdariresponpositif oleh masyarakatkhususnya
para pedagang yang setujudenganadanyakebijakanini,
walaupunmemangmasihbanyakhal-hal yang kurangdari program tersebut.

2. Efisiensi Program City Branding Solo Spirit of Java


Kebijakanpemerintahdaerahdalampeluncuran slogan "Solo, The Spirit
of Java" adalah salah satuusahauntukmengomunikasikanpotensi wilayah. Hal
inibisamenarikbagicalon investor, sekaligusmudahdiingat. Slogan "Solo the
Spirit of Java" inidiharapkanakanmemacuperkembanganperekonomian
wilayah Surakarta. Nilai kebersamaan yang
telahterciptadalammengembangkan wilayah ini,
diharapkanakanterusditingkatkan, sekaligus slogan "Solo, The Spirit of Java".
Lahirnyaidentitasbaruiniakanmemberikanpeluangbagiterwujudnyapengemban
gan wilayah, baikdarisegiperekonomianmaupunpariwisata.
MenurutInformasidariIbu Sri PartiniselakupejabatPemerintahDinasPariwisata
Kota Surakarta, dalammenentukan solo spirit of java branding
kotasudahsesuaidenganidentitaskota solo berdasarkanpenjelasaninforman solo
spirit of java merupakanartidarijiwapulaujawa yang mana
merupakanrepresentasidarijawaitusendiri.
Pemerintah Kota jugasudahmampumengelola program city branding
solo spirit of java sesuaidenganprosedur dan arahan yang telahdiberikan.
BerdasarkanpengakuaninformanyaitudariPemerintahterkait, Program City
Branding solo spirit of java
dalampelaksanaannyasudahefisiendalampemanfaatan dana dan sumberdaya
yang ada. Dana yang dialokasikandalam program
inisudahdigunakansebagaimanamestinyadalampembangunan Kota Solo,
yangmanawujudnyabisadilihatdariberbagaimacam landmark yang ada di Kota
Solo.Sepertitulisan “I Love Solo” di Taman Sriwedari yang juga
memanfaatkanlahantamantersebutdalampembangunannya.KemudianPemerint
ahsetempat juga memaksimalkan branding Kota melaluibanyaknyaaktivitas di
Media SosialmaupunPromosi
yangwujudnyaberbentukfisiksepertipemanfaatanpapanreklame dan videotron,
halini juga sesuaidenganprinsip program city branding
itusendiriyaitupromosikotamelaluikomunikasidalambentuk visual.
Hasil yang bisadirasakandariusaha yang
dilakukandiatasyaitupeningkatankunjunganwisatawan di Kota Solo dariTahun
2016sebesar 4 Juta wisatawanasingmaupunlokal( BPS Kota Surakarta ).

3. Dampak Program City BrandingSolo Spirit of Java


Upayapemasaranpariwisatamelalui branding
secaramaksimaltidakhanya oleh pemerintahpusatnamunhinggatingkat regional
bahkankota. Dalam proses globalisasi yang semakinberkembang,
kotaharusmenghadapipersainganuntukmenarik orang-orang dan bisnis.
Persaingan global tidakhanyamelibatkan negara, kota juga
dituntutmempunyaidayatarik. Dalammenghadapitantanganglobalisasi,
kotamelaksanakanstrategi city branding untukmenciptakancitra yang
kuatuntukmembedakandengankota-kota lain dan memasarkankota.
Alasanutamakotamenggunakanpemasaran dan branding
tetapsamayaitukompetisi di antarakota-kotauntukmenarikwisatawan,
pedagang, masyarakat, dan target gruplainnya. Cara
mengidentifikasiempatkategorikonsumenkotayaitupenduduk, perusahaan,
wisatawan, dan investor.
Dampak yang diberikan program
terhadappedagangkhususnyatidakterlalubesaratautidakterlalusignifikan. Fakta
di lapanganmenunjukkanbahwa
parapedagangmengakubahwapenjualanprodukkaos yang menggunakansimbol
dan slogan solo spirit of java tidakselaluramaidibeli,
hanyamusimtertentusajakaostersebutlakuyaitusaatmusimlebaran. Sedangkan
yang paling ramaidibeli oleh pengunjung di Pasar Kleweradalahkaos-kaos
yang bermotifbiasaatau yang bukanmenggunakanunsur-unsur city branding.
Menurutinformanlainnya juga mengakupenjualankaos Solo Spirit of
Java tidaklahberpengaruhbanyakataspenjualankaosnya dan juga sedikit yang
membelidaripihakmasyarakatsekitar, dan yang
banyakmerupakanwisatawanluarkota dan juga
selainharibesarkaostersebutkalahdenganhasilpenjualan baju biasa yang
lebihmenarikbagimasyarakatsekitar. Sedangkan baju Solo Spirit of Java
hanyamenarikwisatawanluarSolo dan itusaatsaattertentusaja.
Akan tetapiterlepasdariitu, para pedagang di Pasar
Klewermerasabersyukuratausenangkarena para
pengunjunglebihramaiterutamadariluardaerah. Tentuinimerupakandampak
yang bagusdari branding kotatersebut yang juga
sampaimenarikperhatianmasyarakatluardaerah.

4. Validasi
DalammelakukanValidasidara, Penelitimelakukantriangulasi data
untukmemastikankeabsahanjawabandarinarasumberutama yang mana
pedagangkaoswisata di Pasar Klewer Kota Solo. Untuktriangulasiini,
PenelitimelakukanwawancaradenganPejabatDinasPariwisata Kota Solo,
yaituIbu Sri Partini. Beliaumerupakanhumasdinaspariwisata.
Dalamwawancarayang berlangsung, didapatkan data
daribeliaumengenaiefektifitas, keefisiensian, dan dampak yang timbuldari
program ygtelahberjalansebelomnya.
Dalamhalkeefektifitaspartisipasimasyarakatpenelitimendapatkanfakta
di Lapanganmenunjukkanbahwamasyarakat Kota Solo menyambutpositifdari
branding solo spirit of java yang ditetapkan oleh pemerintah, banyakpedagang
di kota solo memanfaatkan slogan
tersebutsebagaidayatarikdalamprodukpenjualanmereka. Seperti yang
diketahuibahwa slogan solo spirit of java dimanfaatkan para
pedaganglokaldengancaramenampilkan logo maupun slogan solo spirit of java
dalamkaos-kaospenjualanmereka. Secaratidaklangsung para
pedagangtersebutberpartisipasidalampelaksanaan program city branding solo
spirit of java. Hal ini juga sesuaidengan salah satutujuandari program
tersebutuntukmenggerakkanrodaperekonomian di Kota Solo.Seperti yang
dikatanIbu Sri mengenaikeefektifanpartisipasimasyarakat
“Iyamereka juga
secaratidaklangsungmenggunakanunsurunsurdari program City
Branding Solo Spirit of Java kedalamprodukproduk yang merekajual,
yang seringkitajumpaiitukaoskaos I love solo atauada juga Solo Spirit
of Java.”

Untukmasalah dana yang dikelolauntuk program City Branding Solo


Spirit of Java di Kota Solo tidakmengalamikendala dan
merekamampumembuat landmark di Taman Sriwedaribertulisan I love Solo,
dan Anggaran yang sudahdiarah oleh
petinggimampudigunakansesuaidengankebutuhan. Sepertidikatakan oleh Ibu
Sri

“Iyasejauhinidinaspariwisatamampumengelola program CB
sesuaiprosedur dan arahan yang kami telah kami terima.”

Untuk media, ketika program berjalan, Pemerintahsetempat juga


memaksimalkan branding Kota melaluibanyaknyaaktivitas di Media
SosialmaupunPromosi yang
wujudnyaberbentukfisiksepertipemanfaatanpapanreklame dan videotron,
halini juga sesuaidenganprinsip program city branding
itusendiriyaitupromosikotamelaluikomunikasidalambentuk visual. Hal
iniseperti yang dikatakan oleh Ibu Sri

“Memangkitasudahberusahasemaksimalmungkinmelalui media
sosialterutama Instagram kitaselalu update dan
memperbaruhiinformasiinformasimengenaipariwisata di Kota Solo,
Kemudiamelalui media yang berwujudfisikkitamenggunakanspanduk,
baliho dan papanreklame yang tersebar di daerah Surakarta.”

Dampak dari program city branding juga dijelaskan oleh informan Ibu
Sri Partini, beliaiu juga merupakan pejabat pemerintah Dinas Pariwisata Kota
Surakarta. Dalam hal dampak program terhadap masyarakat, beliau
menuturkan masyarakat mendapatkan keuntungan dari Slogan, dan simbol
Solo spirit of java pada kaos-kaos yang dijual pedagang tersebut. Sehingga
secara tidak langsung perekonomian masyarakat di Kota Solo menjadi lebih
baik, sesuai dengan tujuan dari program city branding itu sendiri.

“Iyamereka juga
secaratidaklangsungmenggunakanunsurunsurdari program City
Branding Solo Spirit of Java kedalamprodukproduk yang merekajual,
yang seringkitajumpaiitukaoskaos I love solo atauada juga Solo Spirit
of Java”

Program City branding juga ternyata memang memberikan dampak


yang positif lainnya bagi Kota Solo, karena pengunjung atau wisatawan yang
ke Kota Solo meningkat setidaknya 5% tiap tahunnya atau dalam angka 4 Juta
per-tahun.

“Iya Mas seinget Saya si naik 5% kalosayaga salah itudari 2017


ke 2018”

Berdasarkan Uraian Dampak diatas dapat dikatakan bahwa program


city branding memberikan dampak yang cukup baik bagi kegiatan ekonomi,
dan pariwisata di Kota Solo. Target atau tujuan dari program tersebut juga
sudah tercapai, yaitu menggerakkan kegiatan perekonomian serta
meningkatkan kunjungan wisatawan di Kota Solo.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkanhasilpenelitian yang telah kami lakukanmengenai program City
Branding Solo spirit of Java yang di gagas oleh Pemerintah Kota Surakarta
melaluiDinasPariwisata, program iniberhasildalammencapai target untuk Masyarakat
Kota Surakarta khususnyapara pedagang di pasar klewer dan Wisatawanluar Kota
Surakarta. Program inimenghidupkanvariasikegiatanperekonomian di Kota Surakarta,
dan juga memberikandampak pada peningkatankunjunganWisatawan di Kota
Surakarta. Program City Brandingmemberikanmanfaat yang
cukupbesarbagimasyarakatsekitar (pedagang)melaluisimbol, logo dan slogan Solo
Spirit of Java untukkepentinganekonomi.

2. Saran
Saran kami sebaiknya Dinas Pariwisata mampu merencanakan ulang dengan
melibatkan masyarakat sekitar, seperti melaksanakan kerjasama dengan para
Pedagang yang juga turut serta mencantumkan Slogan Solo spirit of Java. Hal ini
tentu cukup positif dalam meningkatkan pendapatan daerah Kota Surakarta melalui
kegiatan jual-beli di pasar.

Daftar Pustaka
- Informandalampenelitianini :
1. Mas Suherman( PedagangKaosGrosir )
2. Mbak Lala ( PedagangKaosEceran )
3. Ibu Sri Partini( PejabatDinasPariwisata )
- Hidayat, N. (2014). City Branding KabupatenBanyuwangi. UniversitasJember.
- Primasari, Ina. (2014). City Branding Solo Sebagai Kota WisataBudayaJawa.
Surakarta.
- Editor : Amir Sodikin. (2017)
https://regional.kompas.com/read/2018/09/18/07300051/solo-the-spirit-of-java-?
page=alldiakses pada tanggal 20 Juni 2019, pada pukul 19.55 WIB

Lampiran
PedomanWawancara( Pedagang )

1. Apakahmengetahui program city branding Solo spirit of Java?


2. Apakahmengetahui logo simbol dan slogan dari program city branding Solo spirit of
Java?
3. Apakah program produkpenjualanterinspirasidari logo, simbol, dan slogan city
branding Solo Spirit of Java?
4. Apakah logo, simbol, dan slogan city branding solo spirit of java
sudahsesuaidengannilai dan budaya Kota Surakarta?
5. Apakah program city branding berdampak pada produkpenjualan?
6. Apakahsetujudengan program city branding solo spirit of java?

PedomanWawancara( PengurusProgram )

1. Apapengertiandari Program City Branding Solo Spirit of Java?


2. ApatujuandariProgram City Branding Solo Spirit of Java?
3. SiapasajasasarandariProgram City Branding Solo Spirit of Java?
4. Apakah logo, simbol, dan slogan city branding solo spirit of java
sudahsesuaidengannilai dan budaya Kota Surakarta?
5. Apadampak yang diberikanterhadapmasyarakatdari Program City Branding Solo
Spirit of Java?
6. Apakah Program City Branding Solo Spirit of Java sudahefisiendalammenggunakan
dana, sumberdaya, dan media?

1. Narasi text IdentitasInforman

Nama : Suherman
Usia : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Pedagang kaos Grosir ( Mas Suherman )

P : Sebelum nya dengan mas siapa?

I : Saya dengan Mas Suherman

P : Perkenalkan mas kami dari fisip uns, mas berkenan tidak kita wawancarai untuk
tugas kami?

I : Oh gapapa mas boleh boleh

P : Jadi sebelumnya mas tau ga program city branding itu apa? Soalnya kami pelihat
toko mas menjual kaos solo spirit of java

I : Gatau *tersenyum*

P : Nah Solo Spirit Of Java ini merupakan program City branding, seperti logo, slogan
dan symbol merupakan program bikinan dinas pariwisata solo, nah berarti gatau kan?

I : Wah kurang paham kita mas sebagai pedagang.

P : Logo, symbol, dan slogan ini membawa perubahan ga mas ke dagangannya


masnya?

I :Enggak mas Cuma musiman aja kita keluarinnya, itupun masih banyak juga yang
beli kaos biasa dating kesini buat beli, trus yang kaya gitu gitu lakunya Cuma pas lebaran
doang, kaya wisatawan dateng trus beli lusinan (12 buah) buat dibawa pulang buat oleh
oleh mas.

P : Disini emang dikit ya mas yang jualan kaos solo spirit of java, soalnya yang kami
lihat Cuma satu atau dua toko aja mas yang jual dan dipajang di depan.

I : Ada kok mas dilantai atas itu yang jualan satuan kalo yang dilantai sini jualnya
lusinan gabisa satuan mas.
P : Kok mas kepikiran si bikin baju solo spirit of java, mas terinspirasi, bikin sendiri
atau ngambil stok dari orang lain mas?

I :Dulu ini sebenernya dari orang Jakarta, yang buat orang Jakarta mas, tapi sekarang
udah enggak, Sekarang kita bikin sendiri, kita pake pake gambar wayang trus tulisan solo
spirit of java buat kita jualan mas sekalian nguntungin juga meskipun hanya musiman..
*hehehehehehe*

P : Trus itu mas *sambal menunjuk kaos dagang yg digantungan atas* yang gambar itu
apa?

I : Iya itu kita tambahin wayang wayangan sama tulisannya kita puter puter biar beda
aja mas.

P : Harganya berapaan mas?

I : kalo selusin satunya 25 sampai 30 ribu ma, dan itu hargnya grosir, trus diecer diatas,
trus kalo kaos biasa selalu laku mas.

P : ohhh

I : Kalo yang baju solo spirit of java itu lakuknya musiman mas.

P : Berarti kalo pas tahun baru laku juga ga mas?

I : Enggak, seret abis mas.

P : Walaupun mas kurang paham program ini, tapi mas setuju gak sama logo, slogan
maupun symbol City Branding seperti ini?

I : Ya kalo kita setuju setuju aja mas yang penting tidak menyusahkan kita kalo dampak
ke kita kita juga kan enak ya mas, apalagi kalo tujuannya untuk menarik wisatawa ke kota
solo mas.
P : Ohh iya si mas, tapi mas sorry baju solo spirit of java berdampak signifikan ga mas
kaya pas liburan laku keras gitu?

I : Hmm, berdampak lumayan si mas Cuma pas musiman, kek lebaran coba tiap hari
kan kaya kita mas yang jualan *hehehehehe*

P : Yaudah makasih banyak ya mas, maaf ngerepotin

I : Gapapa mas, santaii

P : Mari masss *Sambil meninggalkan toko*

I : Mari mari..

Pedagang Kaos Eceran ( Mbak Lala) IdentitasInforman

Nama : Lala
P : Sebelum nya dengan Mbak siapa? Usia : 28 tahun
Pendidikan : Sma
I : Saya dengan Mbak Lala

P : Perkenalkan Mbas kami dari Fisip UNS, Mbas berkenan tidak kita wawancarai
untuk tugas kami?

I : Oh gapapa mas boleh boleh

P : Mbak itu Baju solo spirit of java ya?

I : Wah iya mas kenapa masnya mau beli?

P :Enggak mbak, Jadi sebelumnya mbak tau ga program city branding itu apa? Soalnya
kami pelihat toko mas menjual kaos solo spirit of java

I : Gatau Mas kita mah tinggal jual aja.

P : Nah Solo Spirit Of Java ini merupakan program City branding, seperti logo, slogan
dan symbol merupakan program bikinan dinas pariwisata solo, nah berarti gatau kan?

I : Wah kurang paham kita mas sebagai pedagang.

P : Logo, symbol, dan slogan ini membawa perubahan ga mas ke dagangannya


mbaknya?

I :Lumayan meskipun Cuma pas lebaran atau hari hari tertentu, kadang kita kalah
jualan sama yang grosiran mas

P : Tapi disini banyak banget yang jualan Baju Solo spirit of java ya mbak, itu bersaing
ga mbak satu sama lain pedagang ga?

I :Wah enggak mas kita mah temenan, rejeki mah udah ada yang ngatur mas.

P : Oalah itu harganya sama atau beda beda mbak kalo diatas sini?
I : Sama mas ga beda beda ya kalo beda paling Cuma 5 ribu gitu mbak biar ga ada toko
yang rame sendiri gitu mas.

P : Kok mbak kepikiran si bikin baju solo spirit of java, mbak terinspirasi, bikin sendiri
atau ngambil stok dari orang lain mbak?

I :Kita mah ngambil dari bawah mas, sama kita juga ngeliat orang yang jualan di luar
jadi biar samaan gitu

P : Harganya berapaan Mbak?

I : kalo selusin satunya 50 sampai 55 ribu mas, dan itu hargnya bisa nego

P : ohhh

I : Kalo yang baju solo spirit of java itu lakuknya musiman mbak

P : Berarti kalo pas tahun baru laku juga ga mbak ?

I : Biasa aja si mas

P : Walaupun Mbak kurang paham program ini, tapi mbak setuju gak sama logo, slogan
maupun symbol City Branding seperti ini?

I : Ya kalo kita setuju setuju aja mas yang penting kalo tujuannya untuk menarik
wisatawa ke kota solo mas.

P : Ohh iya si Mbak, tapi Mbak sorry baju solo spirit of java berdampak signifikan ga
mas kaya pas liburan laku keras gitu?

I :Hmm, berdampak lumayan si mas, walaupun sedikit biar ada variasi ditoko saya mas
ga Cuma kaos oblong atau ga branded gitu.

P : Yaudah makasih banyak ya mas, maaf ngerepotin


I : Gapapa mas.

P : Mari mbak *Sambil meninggalkan toko*

Keterangan

P : Peneliti

I : Informan

IdentitasInforman

Nama : Ibu Sri Partini


Usia : 42 Tahun
Pendidikan : S2 Ekonomi
Narasi Teks (Pejabat Dinas Pariwisata)

P : Bu *salaman*, mohonmaafmenggangguwaktunyasebentaruntukwawancara
*senyum*.

I : Iya mas gapapasayalagiistirahat juga ini *senyum*

P : Langsungajayabusaya punya beberapapertanyaanterkait program solo spirit of java.

I : Iyasilahkan mas, sayaakanjawabsebisasayaya.

P : Program city branding (CB) itu apa sih bu?

I :Sebelumnya program ini program yang bisa dikatakan baru dalam strategi
mempromosikan kota, tapi sudah menjadi trend hampir tiap pemerintahan daerah karena
ketetapan otonomi daerah. Branding yang mas tanyakan itu artinya mempromosikan daerah
dengan citra yang dibuat sedemikian rupa, strateginya itu biasanya melalui simbol, logo,
maupun slogan gitu mas.

P : Oh seperti itu ya bu, tujuannya dari program ini apa?

I : Ya supaya mempromosikan kota dalam segala aspek, terus meningkatkan kunjungan


wisatawan, akhirnya juga untuk menggerakkan roda perokonomian di kota solo mas.

P : *sambil menganggukkan kepala*. Kalo menurut ibu sendiri, program ini sudah
sesuai belum dengan nilai dan budaya kota solo?

I : Sebelumnya tentu ada pertimbangan dalam pemilihan slogan, logo, dll apakah sesuai
dengan identitass kota solo, nah “Solo The Spirit of Java” itu mengandung arti “Solo
merupakan jiwanya Jawa”. Bisa dikatakan ya mas Solo ini merupakan representasi dari Jawa.
Kata “Jawa” pun seringkali diidentikkan dengan Jawa Tengah terutama daerah Solo dan
sekitarnya. Kalo Huruf “O” pertama *sambil menunjuk gambar* dalam kata “Solo The Spirit
of Java” diambil dari bentuk dasar motif batik yang menjadi salah satu ikon utama kota Solo
kan mas. Logo ini sekaligus juga mencerminkan bahwa merupakan kota seni dan budaya,
kurang lebih begitu penjelasannya.

P : *senyum sedikit bingung* seperti itu ya bu saya jadi paham *ketawa kecil*. Nah
terakhir nih bu pertanyaan dari saya, apakah program cb sudah efisien seperti dalam
penggunaan dana, dan sumber daya manusianya?

I : Iya sejauh ini dinas pariwisata mampu mengelola program CB sesuai prosedur dan
arahan yang kami telah kami terima. Mas tau nggak yang “i love solo” di sriwedari?

P : Oh tau bu yang baru itu?

I : iya mas, salah satu pendanaan nya kesana mas, itu yang “i love solo” salah satu
program city branding selain “solo spirit of java”, dan alhamdulillah sejauh ini pendanaan
sesuai target mas, dan menurut kami lancar sesuai target yang dicanangkan di awal.

P :Bagaiamanapengoptimalisasidalampromosi City Branding melalu media media di


masa sekarangbu?

I :Memangkitasudahberusahasemaksimalmungkinmelalui media sosialterutama


Instagram kitaselalu update dan memperbaruhiinformasiinformasimengenaipariwisata di
Kota Solo, Kemudiamelalui media yang berwujudfisikkitamenggunakanspanduk, baliho dan
papanreklame yang tersebar di daerah Surakarta.

P :Tapi Bu, sebenarnyasasaran program inibuatpenggerakekonomimasyarakat juga ga


Bu?

I :Iyamereka juga secaratidaklangsungmenggunakanunsurunsurdari program City


Branding Solo Spirit of Java kedalamprodukproduk yang merekajual, yang
seringkitajumpaiitukaoskaos I love solo atauada juga Solo Spirit of Java.

P :Sejauhini program iniberjalan, kunjunganwisatawanke Kota Soloitumeningkatgak


Bu? Setau Saya setiapliburan Panjang pasti Solo macetbudengankendaraan plat luarkota…
*Ketawa*
I :Iya Mas seinget Saya si naik 5% kalosayaga salah itudari 2017 ke 2018.

P : oke bu gitu aja mungkin *tersenyum*, maaf sebelumnya sudah mengganggu


terimakasih banyak informasinya.

I : iya gapapa mas sama-sama.

Keterangan

P : Peneliti

I : Informan

Anda mungkin juga menyukai