Disusun oleh :
Inge Paramita
( 24–2015–122 )
Kelas C
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran
penelitian, ruang lingkup penelitian yang melingkupi ruang lingkup wilayah, dan ruang lingkup
substansi, serta sistematika pembahasan.
Guna mewujudkan pengembangan pariwisata pemerintah melakukan City Branding yang dibuat
dengan tujuan untuk memberikan identitas kota yang sesuai dengan keadaannya. Dalam
pengertiannya City branding adalah sebuah strategi dari suatu negara atau daerah untuk membuat
positioning yang kuat didalam benak target pasar, seperti layaknya positioning sebuah produk atau
jasa, sehingga negara dan daerah tersebut dapat dikenal secara luas diseluruh dunia, Harahap
(Gustiawan, 2011). Berdasarkan definisi tersebut City branding dapat diartikan sebagai sebuah
proses pembentukan merek kota atau suatu daerah agar dikenal oleh target pasar (investor, tourist,
talent, event) kota tersebut dengan menggunakan ikon, slogan, eksibisi, serta positioning yang
baik, dalam berbagai bentuk media promosi.
Kota Bandung kaya akan obyek wisata dan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, obyek
wisata yang dimiliki bukan hanya obyek wisata alam namun tersedia juga obyek wisata buatan
yang dapat mendukung pengembangan kepariwisataan. Melalui situs resmi pemerintah Kota
Bandung menjelaskan bahwa Kota Bandung sebagai salah satu destinasi wisata yang terpilih untuk
diperkenalkan kepada dunia internasional melalui Destination Branding dalam rangka mendukung
brand Wonderful Indonesia, dengan adanya Destination Branding tersebut pemerintah membuat
slogan ‘Stunning Bandung;Where the Wonders of West Java Begins’ yang menjelaskan Kota
Bandung adalah kota yang kaya akan Sejarah, Budaya, Seni dan Kuliner serta Keindahan
Alamnya, slogan tersebut digunakan untuk mempromosikan Kota Bandung yang bertujuan untuk
mendukung brand Wonderful Indonesia.
Dalam mendukung City Branding kota Bandung terdapat langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk mensukseskan program tersebut, salah satunya dengan strategi marketing(Trikasa,2016).
Marketing dapat dilakukan salah satunya dengan cara berkeliling kota untuk melihat daya tarik
dan citra kota tersebut sama halnya yang dilakukan oleh bus wisata dalam kota. Pada tahun 2018
pemerintah Kota Bandung melalui dana APBD menyediakan City Tour Bus dengan nama
Bandung Tour on the Bus (Bandros) sebagai pilihan moda transportasi wisata perkotaan di Kota
Bandung yang di kelola langsung oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung dibawah UPT Angkutan.
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja Bus Wisata Bandros berfungsi untuk mengurangi kemacetan
di lokasi-lokasi wisata, dan menghemat biaya serta meng efisien kan perjalanan wisatawan serta
sebagai media edukasi tempat wisata dan tempat bersejarah di Kota Bandung.
Seiring dengan perkembangan Bandros semakin banyak pula wisatawan yang menggunakan
Bandros sebagai pilihan moda untuk berwisata, dengan kondisi tersebut bus wisata Bandros
memiliki potensi lebih selain sebagai City Tour Bus. Kota Bandung memiliki slogan City Branding
yaitu ‘Stunning Bandung’ yang bertujuan untuk mengenalkan sejarah, budaya, dan keindahan alam
yang dimiliki Kota Bandung. Dengan adanya Bandros sebagai City Tour Bus memberikan potensi
lainnya yaitu dapat membantu meningkatkan dan sebagai pendukung City Branding Kota Bandung
dengan cara mengenalkan sejarah, budaya serta keindahan alam Kota Bandung dengan
menggunakan moda transportasi wisata.
Penelitian mengenai pengaruh Bus wisata terhadap City Branding belum banyak dilakukan di
Indonesia. Salah satu penelitian yang telah dilakukan oleh (Faridani,2016), menjelaskan bahwa
City Branding melalui Bandros tidak sengaja terjadi, karena pada awalnya dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu indeks agar Kota Bandung dapat menjadi kota wisata dunia yang didaftarkan
di Beijing pada tahun 2013. Salah satu indeks yang harus dipenuhi adalah adanya indeks City Tour
Bus. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Badan Promosi
Pariwisata Kota Bandung. Penelitian mengenai City Branding juga dilakukan (Dawani dkk,2016)
yang menjelaskan mengenai City Branding yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung dapat
dikatakan berhasil karena 4 (empat) dari 6 (enam) aspek evaluasi keberhasilan city branding yaitu
aspek presence, place, pulse dan prerequisities dikatakan baik. Hasil tersebut diperoleh
berdasarkan penyebaran kuesioner kepada wisatawan domestik di Kota Bandung.
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bus wisata Bandros dalam
mewujudkan city branding Kota Bandung yaitu Stunning Bandung;Where the Wonders of West
Java Begins. Hasil dari penelitian ini akan memberikan rekomendasi berupa rute ataupun fasilitas
yang harus dikembangkan agar bus wisata Bandros berhasil menjadi pendukung program City
Branding Kota Bandung. Penelitian ini penting sekali dilakukan karena dapat memberikan
masukan kepada pemerintah yang bertujuan agar Kota Bandung semakin dikenal dan City
Branding yang dilakukan Kota Bandung berhasil, serta semakin menarik minat wisatawan yang
berkunjung ke Kota Bandung.
Dengan adanya Bus Wisata Bandros sebagai salah satu pilihan moda transportasi di Kota Bandung
tidak menjamin dapat mendukung serta mengoptimalkan City Branding di Kota Bandung, hal
tersebut di buktikan dengan rute-rute yang diberikan umumnya hanya berupa nama jalan tidak
diberikan informasi lebih spesifik mengenai fungsi guna lahan yang berada pada jalan tersebut,
menjadikan wisatawan yang menginginkan untuk berbelanja di factory outlet bisa saja malah
mengikuti tour dengan rute yang melewati bangunan serta tempat bersejarah di Kota Bandung,
selain itu masih terdapat beberapa wisatawan yang belum mengerti akan pentingnya Bandros
sebagai salah satu pilihan moda untuk berwisata agar mengurangi kemacetan, selain itu jam dan
informasi mengenai rute serta biaya Bandros yang belum jelas, karena belum memiliki media
informasi resmi.
Bus Wisata Bandros dengan City Branding Kota Bandung belum sepenuhnya berintegrasi satu
sama lain, padahal Bus Wisata Bandros memiliki potensi yang besar untuk membantu dalam
mengenalkan serta mempromosikan Kota Bandung kepada wisatawan bila bus wisata Bandros
dikembangkan dan di evaluasi sebagaimana fungsinya sebagai satu-satunya moda transportasi
wisata city tour di Kota Bandung.
Dengan adanya permasalahan mengenai kemampuan bus Bandros sebagai pendukung City
Branding tersebut, perlu diketahui pelayanan yang diberikan kepada pengguna apakah sudah
efektif dan apa saja yang harus diperbaiki agar meningkatnya pengguna Bandros. Berdasarkan
uraian diatas, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah:
“Apakah Bandros dapat dikembangkan menjadi salah satu pendukung City Branding di
Kota Bandung?’
1.3.2 Sasaran
Mengacu pada tujuan penyusunan proposal penelitian, maka terdapat beberapa sasaran yang akan
dicapai yaitu:
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2011-2031, Kota Bandung dibagi
menjadi 8 (delapan) sub wilayah kota yang dilayani oleh 2 (dua) Pusat Pelayanan Kota (PPK Alun-
alun dan PPK Gede bage) dan 8 (delapan) sub Pusat Pelayana Kota (SWK). Pusat pelayanan kota
melayani 2 juta penduduk, sedangkan pusat pelayanan kota melayani sekita 500.000 penduduk.
Dapat dilihat dalam peta berikut:
Penentuan ruang lingkup wilayah penelitian di Kota Bandung dikarenakan Kota Bandung
memiliki daya tarik wisatawan yang tinggi juga dengan adanya Bus wisata Bandros sebagai salah
satu pilihan moda untuk berwisata serta salah satu atraksi yang dimiliki di Kota Bandung.
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi pada penelitian ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan Bus Wisata
Bandros dan persepsi wisatawan terhadap City Branding di Kota Bandung. Maka dari itu lingkup
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kesediaan sistem Bus Wisata Bandros yang mencakup fasilitas, rute, serta kapasitas yang
tersedia di Bus Wisata Bandros.
2. Persepsi pengguna Bus Bandros difokuskan pada strategi pemasaran City Branding serta
pelayanan yang di sediakan Bus Bandros, mencakup:
a. Strategi pemasaran City Branding terhadap wisatawan pengguna Bus Bandros
Pemasaran Citra
Pemasaran Atraksi/Daya Tarik
Pemasaran Prasarana
Pemasaran Produk
b. Sistem Bus Bandros yang berkaitan dengan Keamanan
Daftar nama penumpang dan asal tujuan penumpang
c. Sistem Bus Bandros yang berkaitan dengan Keselamatan
Kondisi fasilitas kesehatan yang tersedia di Bus Bandros
Kenyamanan pengguna terhadap pengemudi Bus Bandros
d. Sistem Bus Bandros yang berkaitan dengan Kenyamanan
Kenyamanan dalam menggunakan Bus Bandros berupa kesesuaian
kapasitas
Kondisi fasilitas utama dan fasilitas tambahan
e. Sistem Bus Bandros yang berkaitan dengan Keterjangkauan
Kesesuaian dengan rute yang telah ditentukan
f. Sistem Bus bandros yang berkaitan dengan Kesetaraan
Kondisi fasilitas untuk pengguna disabilitas
Kenyamanan prioritas pada pengguna disabilitas
g. Sistem Bus bandros yang berktaitan dengan Keteraturan
Kesesuaian periode atau waktu yang dilalui penumpang sejak memulai
hingga tiba di tempat tujuan.
Persepsi pengguna pastinya berbeda-beda dipengaruhi oleh karakteristik pengguna seperti
jenis kelamin pengguna, usia, status sosial, tingkat pendapatan jenis pekerjaan yang
dilakukan pengguna dan tingkat pendidikan.
Tabel 1.1Variabel Indikator Substansi
Bandung, Pemerintah Kota. 2011-2031. Rencana Tata Ruang Wilayah. Dokumen RTRW, Bandung:
Pemerintah Kota Bandung.
Fauzan, Siti Faridani. 2016. "City Branding Kota Bandung melalui Bandung Tour On Bus."
Indah. 2016. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kota Bandung. Desember 5. Accessed
September 2018. https://ppid.bandung.go.id.
Indonesia, Republik. 2009. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta:
Lembaran Negara RI Tahun 2009.
Kotler, Philip. 2002. Marketing Asian Places: attracting investment industry, and tourism to cities, state,
and nations. New York: John Wiley & Sons.
Pariwisata, Biro Perjalanan dan Keuangan Sekretariat Kementrian. 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja
Kementrian Pariwisata. Jakarta: Kementrian Pariwisata.
Perhubungan, Dinas. 2018. Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pengoperasian Bus Bandung Tour On Bus.
Kerangka Acuan Kerja, Bandung: Pemerintah Kota Bandung.
Putra, Rezha Trikasa. 2016. "Strategi City Branding Kota Batam dalam Meningkatkan Minat Wisatawan."
Rapoport, Amos. 1977. Human Aspect of Urban Form, Toward a Men Environmental Approach to Urban
Form and Design. Perhamont Press: Indonesia.