Anda di halaman 1dari 8

PERAN TAGLINE "BANGKALAN KOTA DZIKIR DAN SHOLAWAT"

DALAM UPAYA PENINGKATAN WISATAWAN RELIGI

Muhammad Fikri Nasrulloh1, Imam Kurfian2, Moch. Irfan Setiawan3


1,2,3
Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura
e-mail: 170441100004@student.trunojoyo.ac.id1, , 170441100041@student.trunojoyo.ac.id2 ,
170441100048@student.trunojoyo.ac.id3

Abstrak
Wisata adalah suatu proses berpergian yang bersifat sementara yang dilakukan oleh seseorang
untuk menuju ke tempat lain diluar tempat tinggalnya. Kegiatan pariwisata biasanya berdampak
terhadap keadaan sosial dan ekonomi masyarakat disekitarnya tidak terkecuali wisata religi, terutama di
kabupaten Bangkalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh branding terhadap
peningkatan kunjungan wisata religi di kabupaten Bangkalan. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode kualitatif karena berkaitan dengan tindakan dan perilaku manusia serta dampak dalam
menganalisis pengaruh tagline kota Bangkalan terhadap peningkatan wisata religi. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pemberian Tagline “BANGKALAN KOTA DZIKIR DAN SHOLAWAT” memiliki
pengaruh besar terhadap peningkatan jumlah kunjungan terhadap obyek wisata yang ada di kabupaten
Bangkalan untuk media promosi dan memberikan ikon sebagai daya tarik wisatawan.
 
Kata kunci: Wisata religi, Tagline, Smart Branding

Abstract
Tourism is a temporary travel process carried out by someone to go to another place outside
their place of residence. Tourism activities usually have an impact on the social and economic conditions
of the surrounding communities including religious tourism, especially in Bangkalan district. This study
aims to determine the effect of branding on increasing religious tourism visits in Bangkalan district. The
method used in this research is a qualitative method because it relates to human actions and behavior as
well as the impact in analyzing the influence of the Bangkalan city tagline on the improvement of
religious tourism. The results of the analysis show that the giving of the tagline "BANGKALAN KOTA
DZIKIR DAN SHOLAWAT" has a big influence on increasing the number of visits to tourism objects in
Bangkalan district for media promotion and giving icons as tourist attractions.
 
Keywords: Religious Tourism, Tagline, Smart Branding
 

1. PENDAHULUAN
Islam adalah agama mayoritas di Indonesia yang memiliki peranan penting dalam
roda kehidupan masyarakatnya. Populasi muslim di Indonesia mencapai 88% dari total
penduduk yang ada dengan lebih dari 800.000 masjid didalamnya[1]. Berdasarkan
laporan dari State of The Global Economy pada tahun 2014-2015, negara – negara
penganut ekonomi islam akan menghadapi kenaikan tren bisnis dimasa yang akan
datang. Laporan itu juga menyebut bahwa indonesia menempati posisi ke-10 sebagai
pelaksana ekonomi islam didunia. Oleh karenya, Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar dalam pengembangan wisata religi.
Wisata adalah suatu proses berpergian yang bersifat sementara yang dilakukan
oleh seseorang untuk menuju ke tempat lain diluar tempat tinggalnya. Motif
berpergiannya tersebut bisa karena kepentingan ekonomi, kesehatan, agama, budaya,
sosial, politik, dan kepentingan lainnya (Gamal : 2004).
Salah satu yang sedang digenjot oleh pemerintah presiden Joko Widodo saat ini
adalah pariwisata. Fasilitas – fasilitas pariwisata akan terus digenjot pembangunannya
oleh pemerintah sampai akhir tahun 2020. Salah satu pariwisata yang paling banyak di
Indonesia adalah wisata religi. Biasanya, wisata religi dilakukan dengan cara berziarah
ke makam tokoh – tokoh penting di agama islam. Di kabupaten Bangkalan, terdapat
beberapa wisata religi yang sering dikunjungi oleh peziarah dari bermacam – macam
daerah seperti makam Syaikhona Cholil, makam Syarifah Ambami, makam Sunan
Cendana, makam Sultan R. Abdul kadirun dan lain sebagainya.
Kegiatan pariwisata biasanya berdampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi
masyarakat disekitarnya tidak terkecuali wisata religi. Makam Syaikhona Muhammad
Cholil Bangkalan menjadi contohnya. Kawasan wisata religi tersebut menjadi tempat
warga sekitar untuk menyambung hidupnya dari berjualan sampai menyediakan suatu
jasa tertentu disana. Kurang lebih sebanyak 30.000 wisatawan mengunjungi wisata
religi tersebut setiap bulannya. Bahkan pada bulan – bulan tertentu seperti bulan
Ramadhan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke wisata religi ini mencapai 40.000
wisatawan. Hal tersebut tentu juga sangat berdampak terhadap keadaan ekonomi
masyarakat sekitarnya.
Namun, setelah rampungnya jembatan Suramadu yang menghubungkan akses
jalan Surabaya Madura serta upaya pemerintah daerah dalam melakukan branding
kawasan sebagai kota dzikir dan sholawat semenjak tahun 2015, volume wisatawan
yang berkunjung ke wisata religi yang ada di kabupaten Bangkalan semakin bertambah.
Tercatat jumlah wisatawan pada tahun berikutnya mencapai 1.476.251 wisatawan. Pada
2 tahun selanjutnya, peningkatan wisatawan meningkat secara signifikan. Tercatat
jumlah wisatawan berturut – turut mencapai 1.531.322 pada tahun 2017 dan 1.937.695
pada tahun 2018[].
Penelitian ini berfokus pada peranan pemerintah kabupaten Bangkalan dalam
upaya melakukan branding kawasan serta adanya akses jalan Suramadu yang
menghubungkan antara Surabaya dan pulau Madura dalam meningkatkan volume
wisatawan yang berkunjung ke kabupaten Bangkalan.
Branding adalah keseluruhan persepsi terhadap suatu merek yang dibentuk dengan
memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu (Setiadi : 2003). Pendapat lain
mengatakan bahwa branding adalah reputasi, merek yang memiliki reputasi adalah
merek yang menjanjikan sehingga publik mempercayai dan memilih merek tersebut
(Neumeier : 2003). Dengan kata lain, branding dalam hal ini adalah sebuah merk atau
3

identitas yang coba diberikan oleh pemerintah agar kawasannya mempunyai sebuah ciri
khas dibanding kawasan lain.

2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Branding
Branding atau merek sering kali dikaitkan dengan produk jadi yang di pasarkan
di toko. Merek yang sudah lama beredar biasanya dijadikan patokan nama penganti
suatu produk. Banyak masyarakat yang menyebut suatu merek tertentu sebagai kata
ganti produk, seperti masyarakat menyebut Aqua sebagai kata ganti produk Air mineral,
apapun merek air mineral masyarakat menyebutnya dengan Aqua. Kemudian ada Sanyo
yang digunakan sebagai kata ganti pompa air.
Merek, secara harfiah berarti nama, istilah, simbol, tanda, rancanan ataupun
kombinasi dari kesemuannya yang digunakan sebagai tanda pengenal suatu produk, jasa
maupun daerah yang membedakannya daerah satu dengan yang lain. Menurut kotler dan
Amstrong (2017), terdapat empat tingkat arti yang terkandung dalam merek, antara lain
1. Atribut, merupakan tingkatan yang merujuk pada ciri khas dari sebuah produk;
2. Manfaat, merupakan tingkatan yang merujuk pada kejelasan kegunaan suatu
produk;
3. Nilai, merupakan tingkatan yang merujuk pada “penghargaan” yang akan didapat
setelah menggunakan produk;
4. Kepribadian, merupakan tingkatan yang merujuk pada sifat tertentu penggunaan
cocok dengan sebuah produk.

b. Smart Branding
Smart Branding atau branding daerah yang pintar adalah praktik inovatif
dan kreatif pemerintah daerah memanfaatkan teknologi terkini untuk membangun
positioning dan nilai jual (brand value) daerah baik di tingkat nasional maupun
internasional, sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah dalam menarik
partisipasi masyarakat dan investasi bisnis/investor dari dalam maupun luar daerah
guna mendorong aktivitas perekonomian dan pengembangan kehidupan sosial dan
budaya lokal yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Konsep Smart Branding harus diterapkan sekaligus diukur dalam 3 sub-
dimensi, yakni:
1. Pariwisata daerah (Tourism)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara yang inovatif dan kreatif
pemerintah daerah akan mampu :
a. Menemukan, membangun, dan mengembangkan destinasi wisata daerah yang
menarik dan layak bagi wisatawan (destination);
b. Membangun infrastruktur yang mendukung kenyamanan wisatawan
(amenities);
c. Membangun budaya yang rmah kepada pengunjung (hospitality).
2. Bisnis daerah (Business Branding)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara yang inovatif dan kreatif
pemerintah daerah akan mampu :
a. Membangun platform dan memasarkan ekosistem perdagangan yang
kondusif dan nyaman, misalnya market place daerah.
b. Membangun dan memasarkan ekosistem investasi yang mudah dan efektif,
misalnya Investment Lounge, Dashboard, dan Portal Investasi Daerah.
c. Membangun dan memasarkan produk dan jasa industri kreatif khas daerah
misalnya kuliner, kriya, fashion, digital, dan lain
3. Wajah kota (City Appearance)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara yang inovatif dan kreatif
pemerintah daerah akan mampu :
a. Mewujudkan penataan kembali wajah kota yang menonjolkan nilai
arsitektur yang mencerminkan nilai-nilai khas daerah dan mengikuti dinamika
modernisasi yang menginginkan sebuah tata ruang dan tata wilayah kota
yang indah, bersih, rapi, dan membanggakan dengan kualitas arsitektur
berkelas internasional. Sebagai contoh: menata kembali tampilan dan tata
wilayah pemukiman, taman kota, pertokoan, pendidikan, tempat rekreasi,
tempat berkumpul masyarakat, industri, dan layanan publik lainnya secara
lebih teratur dan modern.
b. Membangun batas wilayah (edge), membangun penanda sebuah lokasi
yang penting, berkesan bagi pengunjung (landmark), menyediakan navigasi
yang unik menuju kota (signage), struktur jalan yang teratur (path), dan titik
simpul kota (node) seperti alun-alun, simpang dan lain-lain. Sebagai contoh:
pembuatan desain logo kota, gerbang khas masuk kota, warna khas kota,
bangunan-bangunan icon kota (seperti tugu, rumah ibadah, dan lain-lain),
pusat belanja khas kota, membuat mural khas identitas kota, atau subsidi
pembangunan rumah-rumah khas tradisional daerah.

c. Tagline
Menurut Rustan (2009), tagline merupakan salah satu atribut dalam sistem
identitas, berupa satu kaya atau lebih yang menggambarkan esensi, personality
maupun positioning brand. Sedangkan menurut Knapp (2002), tagline secara
tradisional disebut slogan yakni lini ekspresif yang digunakan untuk mengklarifikasi
atau mendramatisir manfaat-manfaat emosional dan fungsional dari merek bagi para
pelanggan dan pelanggan potensinal.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tagline adalah lini ekspresif
yang terdiri dari satu kata atau lebih untuk mengklarifikasikan manfaat-manfaat dan
fungsi dari suatu merek bagi para pelanggan dan pelanggan porensial guna
menggabarkan esensi, personality maupun position brand.
5

Jenis-jenis tagline berdasarkan sifatnya menurut rustan (2009) ada 5 yang


dijelaskan sebagai berikut :
1. Descriptive : menerangkan produknya/servisnya/janjinya;
2. Spesific : memposisikan dirinya sebagai yang terunggul di bidangnya;
3. Superlative : memposisikan dirinya sebagai paling unggul;
4. Imperative : menyusuh/ menggambarkan sesuatu aksi, biasa diawali dengan kata
kerja;
5. Provocative : mengajak/menntang/memancing logika atau emosi, seringkali
berupa kalimat tanya.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif, yang mana


(Creswell, 2010) adalah kegiatan yang kemudian berdasar atas suatu telaah yang
komprehensif terhadap suatu objek, yang mana merupakan data yang berbentuk
kata demi kata dan data tersebutlah yang akhirnya akan di interpretasikan oleh peneliti
secara subjektif dengan kritis. Model penelitian ini dipilih karena objek yang di teliti
adalah apa yang berkaitan dengan tindakan dan perilaku manusia serta dampaknya.
Sedangkan teori yang di pakai di sini untuk menganalisis peran tagline pada kabupaten
Bangkalan sebagai kota dzikir dan sholawat untuk peningkatan wisatawan religi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. STRATEGI BRANDING

Obyek wisata menjadi salah satu sumber perekonomian bagi masyarakat di


kabupaten Bangkalan. Hal tersebut tidak terlepas dari banyaknya objek wisata yang ada
didalamnya. Wisata religi menjadi yang paling dominan di kabupaten Bangkalan.
Jumlah wisatawan religi di Kabupaten Bangkalan jauh lebih besar dibandingkan
wisatawan lainnya. Menurut data Disbudpar kabupaten Bangkalan, jumlah wisatawan
religi mencapai 1.937.695 wisatawan. Jumlah tersebut sangatlah jauh melampaui obyek
wisatawan lainnya, sebut saja wisata alam yang hanya mempunyai jumlah kunjungan
sebanyak 116.215 wisatawan. Tentu tidak salah jika kabupaten Bangkalan
mendeklarasikan diri sebagai kota dzikir dan sholawat.
Pemberian tagline "Bangkalan kota dzikir dan sholawat" merupakan salah satu
city branding yang penting dalam menciptakan positioning dan pemberi ciri khas
potensi wisata suatu daerah kepada wisatawan. Identitas kota Bangkalan telah
dideklarasikan dan diresmikan pada tanggal 3 september 2015 oleh R.KH. Muh.
Makmun Ibnu Fuad selaku Bupati kabupaten Bangkalan. Acara peresmian tersebut
dihadiri oleh tokoh ulama dan ribuan masyarakat yang berasal dari 18 kecamatan se-
Kabupaten Bangkalan.
City branding merupakan cara pemasaran yang dilakukan oleh sebuah kota yang
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan kota,pertumbuhan pariwisata, dan yan
utama di bidang ekonominya. City branding yang dimiliki oleh suatu kota ini memiliki
peranan untuk memberikan daya tarik kepada wisatawan untuk berkunjung ke suatu
destinasi wisata atau kota yang sudah di brandingkan.City brаnding аdаlаh suatu cara
dalam memаnаjеmеn suаtu dеstinаsi mеlаlui inovаsi strаtеgis sеrtа koordinаsi beberapa
hal meluputi: еkonomi, sosiаl, komеrsiаl, kulturаl dаn pеrаturаn pеmеrintаh
(Anholt,2009:7).
City Branding memberikan kontribusi yang bertujuan mempengaruhi seorang
wisatawan dalam mengambil keputusan untuk mengunjungi suatu tempat atau destinasi
wisata (Malik, dkk. 2016). Dalam penelitian Pakarti (2017) mengungkapkan bahwa
wisаtаwаn domеstik lеbih mеmpеrhаtikаn tаglinе sеbаgаi аlаt untuk mеngеnаl sеbuаh
kotа dаlаm mеmbеntuk kеputusаn bеrkunjung. Keberhasilan suatu branding kota dapat
diukur dengan city branding Hexagon Anholt dalam Yananda dan Salma (2014:69)
yang terdiri dari: Presence (kehadiran), Place(tempat),Potential(potensi), Pulse (daya
tarik), People (orang), Prerequisites (prasyarat).

City branding tanpa adanya pembangunan sarana dan prasarana yang memadai
akan berdampak pada citra yang ingin dibangun suatu daerah, oleh sebab itu
pembangunan sarana dan prasaran yang menunjang sangat dibutuhkan agar citra yang
ingin dibangun berdampak positif. Contoh sarana yang mendukung dalam city branding
di kabupaten Bangkalan adalah telah dibangunnya jembatan Suramadu yang
memudahkan akses transportasi wisatawan dari pulau Jawa menuju pulau Madura,
sebelum adanya jembatan Suramadu wisatawan yang ingin berkunjung ke pulau Madura
hanya dapat melalu jalur laut melalui Pelabuhan Tanjung Perak.
7

B. KEUNTUNGAN DARI BRANDING

Keuntungan dari penerapan city branding di kabupaten Bangkalan berguna


dalam pembangunan kabupaten Bangkalan kedepannya contoh yang dapat kita lihat
adalah, Bangkalan berkembang dan dikenal melalui city branding yang di terapkan,
selain itu sektor ekonomi masyarakat daerah sekitar kawasan religi juga ikut mengalami
peningkatan seiring banyak peziarah yang datang ke kawasan wisata religi. Dengan
memaksimalkan city branding kabupaten Bangkalan pada sektor religi dapat menarik
minat wisatawan dalam berkunjung ke Bangkalan khususnya wisatawan yang ingin
berziarah.
Semenjak pendeklarasian tagline “Bangkalan kota dzikir dan sholawat” pada
tahun 2015 lau, volume wisatawan yang berkunjung ke wisata religi yang ada di
kabupaten Bangkalan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tercatat jumlah
wisatawan pada tahun setelah pendeklarasian tersebut mencapai 1.476.251 wisatawan
religi. Pada 2 tahun selanjutnya, peningkatan wisatawan terus mengalami peningkatan
secara signifikan. Tercatat jumlah wisatawan berturut – turut mencapai 1.531.322 pada
tahun 2017 dan 1.937.695 pada tahun 2018. Hal tersebut sangat berimbas positif
terhadap perekonomian masyarakatnya.
Dalam penerapan city branding Еvеnt diperlukan untuk memberikan dаmpаk
аtаu pеngаruh signifikаn tеrhаdаp kеputusаn bеrkunjung sеrtа mеmbаntu untuk
mеningkаtkаn populаritаs kotа (Gеtz, 2008:405). Penyelenggaraan event yang
berdampak positif mempengaruhi keputusan berkunjung wisatawan begitupun
sebaliknya. Peneitian Pakarti (2017) menemukan Kаbupаtеn Bаnyuwаngi mаmpu
mеmаnfааtаkаn еvеnt sеbаgаi аlаt untuk mеmpromosikаn potеnsi wisаtаnyа.

4. KESIMPULAN

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian Tagline


“BANGKALAN KOTA DZIKIR DAN SHOLAWAT” pada kabupaten Bangkalan
membantu dalam city branding yang berguna sebagai ciri khas tersendiri dari suatu
potensi daerah. Pemberian tagline tersebut membuahkan hasil positif berupa
peningkatan jumlah kunjungan terhadap obyek wisata yang ada di kabupaten
Bangkalan.
Dalam city branding yang diaplikasikan di kabupaten Bangkalan berguna
sebagai media promosi dan memberikan ikon sebagai daya tarik wisatawan untuk
berkunjung di wisata yang ada di Bangkalan termasuk wisata religi. Saran yang
mungkin dapat dipertimbangkan dalam upaya peningkatan kualitas adalah perlunya
kerja sama antara pihak pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan masyarakat sekitar
tempat wisata dalam pengelolaan tempat wisata religi.

REFERENCES

Lutfiadi. (2019), “Pengelolaan Wisata Religi Makam Syaikhona Muh. Kholil


Bangkalan dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat”,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Surabaya.

Lily Purwianti & Yulianty Ratna Dwi Lukito. (2014), “Analisis Pengaruh City Branding
Kota Batam Terhadap Brand Attitude”, Jurnal Manajemen, Vol. 14 No. 1.

Patabuga, Reynold., Purnomo, Eko Priyo., & Kasiwi, Aulia Nur. (2019),
“Pengembangan Smart Branding Sebagai Langkah Awal Menuju terwujudnya
Smart City di Kota Tomohon”, Junal Ekonomi Pembangunan, Vol. 5 No. 2.

Patrisia Amanda Pascarina & Dheandra Mutiara Kayana. (2020), “Penggunaan


Instagram Sebagai Sarana Branding Smart Santri Kampung Ndresmo Surabaya”,
Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 2 No.1.

Anda mungkin juga menyukai