Anda di halaman 1dari 25

KARYA (e-ISSN.

2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156

INOVASI PENGEMBANGAN WISATA BERBASIS MASYARAKAT


STUDI KASUS PADA KELURAHAN SUKOLILO BARU DAN
KELURAHAN KANDANGAN SURABAYA
Wirya Wardaya1*, Anjar Noer Hartanti2, Diah Sukma Wardani3, Eka Yunila Putri Solikhatun
Nisa4, Melia Rofina Multatuli5
1,2,3,4,5
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
*E-mail: wirya.wardaya.ep@upnjatim.ac.id

ABSTRAK
Pengembangan pariwisata saat ini mulai menjadi salah satu program unggulan dalam pembangunan daerah.
Pembangunan pariwisata tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan pendapatan
masyarakat dan menciptakan lapangan kerja di daerah. Kelurahan Sukolilo Baru dan Kelurahan Kandangan
adalah kelurahan yang memiliki potensi wisata di Surabaya. Kelurahan Sukolilo Baru dan Kelurahan Kandangan
memiliki sumber daya alam yang potensial dan menarik untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata seperti
kawasan bahari dan telaga. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai
inovasi pengembangan wisata berdasarkan komponen-komponen SWOT. Sehingga dengan munculnya inovasi
pengembangan wisata, potensi-potensi wisata yang ada di Sukolilo Baru dan Kandangan dapat terkelola dengan
baik. Adapun metode yang digunakan adalah menggunakan analisis SWOT untuk inovasi pengembangan wisata.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa potensi wisata yang ada di Kelurahan Sukolilo Baru dan Kandangan perlu
adanya inovasi untuk pengembangannya. Menggunakan analisis SWOT yang disertai dengan strategi diharapkan
dapat membantu untuk realisasi pengembangan wisata yang ada di kedua kelurahan ini. Melihat potensi yang
ada di Kelurahan Kandangan dan Sukolilo Baru dan hasil dari analisis SWOT maka terbentuklah grand design
dengan upaya pengembangan berupa pembuatan papan nama, mempercantik lokasi wisata, kerjasama dengan
warga setempat, dan pembuatan tempat sampah.

Kata kunci: Pengembangan Pariwisata, Sukolilo Baru, Kandangan

PENDAHULUAN
Pertama kali yang mempopulerkan konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat
adalah Murphy (1985). Dia berpendapat, bahwa produk pariwisata secara lokal diartikulasikan dan
dikonsumsi, produk wisata dan konsumennya harus visible bagi penduduk lokal yang seringkali
sangat sadar terhadap dampak turisme. Untuk itu, pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal,
sebagai bagian dari produk turisme, lalu kalangan industri juga harus melibatkan masyarakat lokal
dalam pengambilan keputusan. Karena, masyarakat lokal juga nantinya yang harus menanggung
dampak kumulatif dari perkembangan wisata dan mereka butuh untuk memiliki input yang lebih besar,
bagaimana masyarakat dikemas dan dijual sebagai produk pariwisata. Selain itu pariwisata
memainkan peranan terhadap pemberantasan pengangguran dan juga kemiskinan, prinsip ini
sudah tertuang dalam Undang-Undang Kepariwisataan No. 10/2009.
Inovasi di bidang pariwisata sebagai salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan tingkat
perkembangan sosial ekonomi. Inovasi bertindak sebagai faktor perubahan yang nyata, sebagai hasil
dari aktivitas. Lalu dalam pengembangan pariwisata ini juga dibutuhkan suatu analisis untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari inovasi yang telah di bentuk dalam
proses pengembangan pariwisata. Analisis SWOT merupakan cara sederhana yang bisa membantu
menganalisis apa yang paling dibutuhkan untuk pengembangan inovasi saat ini. Metode ini juga
membantu merancang pengembangan inovasi untuk kesuksesan pada masa mendatang (Tidd, 2001).
Kelurahan Sukolilo Baru dan Kelurahan Kandangan adalah kelurahan yang terletak di Surabaya.
Kedua kelurahan tersebut memiliki potensi wisata yaitu Sukolilo Baru terkenal dengan kebahariaanya,
meliputi potensi wisata perahu, spot foto background laut, wisata edukasi teripang dan sentra olahan
lautnya. Sementara itu, Kandangan dengan dengan potensi wisata berupa telaga cinta. Potensi wisata
tersebut apabila dikelola dengan baik maka tidak menutup kemungkinan akan mengingkatkan
ekonomi masyarakat karena secara tidak langsung akan memberikan perubahan positif untuk
masyarakat lokal antara lain membuka lapangan pekerjaan dan peluang usaha untuk masyarakat lokal
dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong peningkatan pembangunan daerah sekitar
(Yanis dan Naniek, 2021)

https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 152
KARYA (e-ISSN.2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156

Strategi dalam mewujudkan pengembangan desa wisata yaitu dengan merancang berbagai
fasilitas wisata salah satunya toko souvenir agar para wisatawan lebih bisa mengenal budaya lokal,
meningkatkan kemampuan dan kreativitas kompetensi masyarakat dalam mengelola wisata (Erna,
2019). Strategi lain yaitu dengan mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan
keputusan, adanya kepastian masyarakat lokal menerima manfaat dari kegiatan kepariwisataan,
menjamin sustainabilitas lingkungan dan memelihara karakter dan budaya lokal yang unik (Masriana,
2019). Yanies dan Nanik (2021) memiliki strategi yang berbeda yaitu fokus pada partisipasi
masyarakat, masyarakat menerima manfaat dari kegiatan kepariwisataan, pengembangan sumber daya
manusia dan konservasi lingkungan.
Inovasi pengembangan wisata berbasis masyarakat dengan menggunakan analisis SWOT
penting dilakukan karena sebagai tindak lanjut pengelolaan potensi wisata yang ada di Kelurahan
Sukolilo Baru dan Kandangan. Pengelolaan wisata berbasis masyarakat ini melibatkan masyarakat
sekitar dengan menjaga lingkungan yang ada, sehingga kawasan wisata ini dapat berkelanjutan dan
dapat dinikmati oleh anak cucu kita selain itu juga akan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar
(Mawardi, 2016).

METODE PELAKSANAAN

Observasi dan Analisis SWOT Perumusan Grand


Wawancara design

FGD

Yang pertama dalam tahapan memunculkan inovasi yaitu dengan melakukan observasi.
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati atau meninjau
secara cermat dan langsung di lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi atau
membuktikan kebenaran dari sebuah desain penelitian yang sedang dilakukan (Syafnidawaty, 2004).
Observasi yang dilakukan untuk mendapat data yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
secara langsung maupun tidak langsung terhadap keadaan di Kandangan dan Sukolilo Baru terutama
terkait potensi wisata yang bisa dikembangkan. Untuk selanjutnya yakni melakukan wawancara.
Menurut Afifuddin (2009:131) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden. Wawancara yang dilakukan di
Sukolilo Baru dan Kandangan adalah menanyakan langsung beberapa pertanyaan kepada stakeholder
kelurahan, kecamatan, orang-orang berpengaruh serta masyarakat Sukolilo Baru dan Kandangan itu
sendiri. Yang terakhir yaitu dengan melakukan FGD (Focus Grup Discussion). Metode ini
mengandalkan perolehan data atau informasi dari suatu interaksi informan atau responden berdasarkan
hasil diskusi dalam suatu kelompok yang berfokus untuk melakukan bahasan dalam menyelesaikan
permasalahan tertentu (Yati ; 2008). FGD yang dilakukan di Sukolili Baru dan Kandangan dilakukan
dalam rangka menggali potensi wisata yang ada di kedua daerah tersebut.
Setelah melakukan tahapan mulai dari observasi sampai dengan FGD dan mendapatkan data,
hal yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan analisis terhadap potensi-potensi yang ada di
kedua kelurahan tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT terdiri dari
empat faktor. Yang pertama yaitu kekuatan (strengths) dari inovasi pengembangan wisata berbasis
masyarakat di Sukolilo Baru dan Kandangan adalah lokasi wisata yang masih strategis dan jaringan
internet yang masih memedai. Untuk kelemahannya yaitu masih banyak fasilitas yang kurang
memadai dan masih banyak sampah yang berserakan. Lalu untuk peluang (Opportunities) adalah
terciptanya tempat wisata yang memberdayakan masyarakat sekitar. Sedangkan untuk ancaman
(Threats) yaitu bertambahnya sampah dari pengunjung yang tidak terkendalikan.

https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 153
KARYA (e-ISSN.2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156

Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah melakukan analisis SWOT yaitu merumuskan
inovasi apa yang sesuai untuk pengembangan potensi dengan memperhatikan analisis SWOT dan
kemudian dituangkan dalam proposal grand design.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Observasi dan Wawancara
Observasi dan wawancara ini merupakan tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian ini
guna mencari temuan potensi apa saja yang dapat dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat melalui
pencarian data dan informasi yang ada di Kelurahan Sukolilo Baru dan Kandangan. Dengan
diadakannya kegiatan ini respon masyarakat mulai terbuka melalui jawaban wawancara mengenai data
dan informasi potensi wisata yang ada di kedua kelurahan tersebut. Berikut merupakah hasil atau
output yang didapatkan dalam kegiatan observasi dan wawancara di Kelurahan Sukolilo Baru dan
Kandangan ini ditemukan beberapa potensi yakni:
1. Wisata Perahu dimana pengunjung dapat menikmati keindahan laut kenjeran dengan
menggunakan perahu yang di kemudikan oleh masyarakat setempat
2. Wisata Edukasi Tripang yang memberikan edukasi mengenai pengelolaan teripang mulai
dari teripang mentah hingga siap di konsumsi
3. Kolam Pancing Telaga Cinta dimana pengunjung dapat melakukan aktivitas memancing
dengan suasana yang sejuk dan asri serta dapat menikmati kuliner dengan adanya sentra
kuliner di dalam wisata Kolam Pancing Telaga Cinta ini.

FGD (Focus Grup Discussion)


Setelah ditemukan potensi wisata melalui kegiatan observasi dan wawancara di Kelurahan
Sukolilo Baru dan Kandangan, tahapan selanjutnya yakni dilakukan FGD (Foccus Grup Discussion).
Metode FGD termasuk metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan berbagi pendapat
pada suatu individu ataupun kelompok masyarakat (Mack et al. 2005). FGD ini dihadiri oleh pihak
kelurahan dan tokoh masyarakat di kedua kelurahan tersebut. Tujuan diadakan kegiatan ini adalah
untuk berbagi pendapat mengenai ide pengembangan potensi wisata dan persamaan presepsi mengenai
hasil akhir program kerja pengembangan potensi wisata. Dalam kegiatan FGD ini diketahui bahwa
pihak kelurahan dan tokoh masyarakat di kedua kelurahan ini mendukung kegiatan pengembangan
wisata yang dilaksanakan dan diharapkan membawa dampak positif untuk masyarakat setempat.

Analisis SWOT
Setelah melakukan FGD dimana di dalam kegiatan tersebut terjadi kolaborasi ide mengenai
pengembangan wisata, yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan analisis SWOT. Tujuan
melakukan analisis ini untuk menemukan aspek-aspek penting dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman di dalam suatu penelitian. Dengan mengetahui empat aspek tersebut, diharapkan dapat
memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mengurangi ancaman, dan membangun
peluang-peluang di masa depan. Adapun hasil analisis SWOT di kedua kelurahan yaitu sebagi berikut:
Indikator Item Yang Dinilai Strategi
Kekuatan 1. Tersedianya potensi 1. Melakukan penyuluhan mengenai
(Strenghts) wisata pengelolaan potensi wisata
2. Tersedianya SDM untuk 2. Membentuk Pokdarwis dimana akan lebih
mengelola yaitu para mudah untuk mengembangkan potensi
pemuda yang potensial SDM yang ada
menjadi Pokdarwis 3. Membuat rancangan proposal sponsor
3. Lokasi wisata yang kepada investor untuk membantu
strategis membangun objek wisata yang belum
4. Jaringan internet yang diperhatikan oleh pemerintah
memadai 4. Melakukan promosi lewat media sosial
Kelemahan 1. Sampah masih belum 1. Melakukan pelatihan dan pendampingan
(Weakness) terkondisikan pengelolaan sampah dalam mendukung
2. Tempat parkir yang wisata dan menyediakan tempat sampah
kurang memadai 2. Melakukan penambahan kapasitas ruang

https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 154
KARYA (e-ISSN.2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156

3. Fasilitas kurang memadai parkir termasuk fasilitas pendukung


4. Kurangnya lainnya disertai dengan manajemen parkir
pengembangan SDM melalui pembatasan durasi parkir dan tarif
yaitu pemuda yang parkir. Alternatif lain yang dapat
potensial menjadi dilakukan dengan penyediaan angkutan
Pokdarwis umum wisata
5. Anggaran pengelolaan 3. Melakukan pengawasan dan
masih kurang pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang telah
ada di lokasi objek wisata.
4. Melakukan penyuluhan pentingnya
peranan Pokdarwis dalam dunia wisata
dan membantu merancang program kerja
Pokdarwis
5. Merancang dan mengajukan proposal
sponsorship kepada beberapa mitra terkait
CSR
Peluang 1. Daya serap tenaga kerja 1. Melakukan pelatihan dan pendampin
(Opportunity) tinggi kepada masyarakat dalam rangka
2. Meningkatkan kunjungan menyiapkan tenaga kerja yang handal
wisatawan baik lokal 2. Melakukan pembenahan fasilitas dan
maupun nasional kebersihan di wisata yang ada di Sukolilo
3. Memperkenalkan produk Baru dan Kandangan
UKM setempat 3. Melakukan promosi di media sosial dan
membuat event dalam rangka menarik
minat pengunjung
Ancaman 1. Sampah dari pengunjung 1. Meningkatkan jumlah tempat sampah
(Threats) semakin banyak 2. Mengoptimalkan potensi alam dan
2. Adanya persaingan keunikan objek wisata dengan
dengan objek wisata lain mempertahankan dan memelihara objek
3. Maraknya kejahatan wisata secara berkesinambungan untuk
menghadapi persaingan objek wisata.
3. Masyarakat yang belum mampu untuk
mengembangkan wisata yang sedang
dikelola, dihimbau untuk turut andil
dalam menjaga keamanan wilayah

Perumusan Grand Design


Tahapan yang dilakukan setelah melakukan analisis SWOT adalah dengan menuangkan ide
inovasi yang telah di analisis tersebut ke dalam proposal grand design. Grand design adalah sebuah
metode dalam memperdalam potensi lokal daerah untuk menjadi landasan dalam mengembangkan
suatu daerah. Melihat potensi wisata bahari yang ada di Sukolilo Baru, maka tercetus ide grand
designyaitu Wisata Bahari Terpadu Sukolilo Baru dimana terjadi perpaduan potensi wisata mulai dari
wisata perahu, spot foto, edukasi teripang serta sentra olahan hasil laut.
Sedangkan untuk Kelurahan Kandangan, grand designyang tercetus yaitu pengembangan kolam
pancing telaga cinta dimana nantinya pengunjung dapat melakukan aktivitas memancing, menikmati
keindahan telaga dan sentra kuliner yang ada di dalam kawasan wisata tersebut. Adapun upaya nyata
untuk realisasi grand designdi Kelurahan Sukolilo Baru yaitu memberikan peta wisata beserta papan
nama untuk panduan pengunjung ketika wisata tersebut telah di resmikan mengajak kerjasama
POKDARWIS dan warga setempat untuk membersihkan area yang dipenuhi sampah yang mana
nantinya akan dijadikan akses jalan pengunjunbg untuk menaiki perahu, mempercantik mural
Kampung Nelayan dengan beberapa hiasan agar dapat dijadikan spot foto yang instagramable,
memberikan plang eduwisata pengolahan teripang mulai dari masih mentah, cara pengolahan hingga
sampai matang menjadi makanan siap saji yang dapat dijadikan oleh-oleh. Sedangkan untuk
Kelurahan Kandangan adalah dengan melakukan penambahan tempat sampah sebagai upaya

https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 155
KARYA (e-ISSN.2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156

mengurangi volume sampah agar Telaga Cinta semakin terlihat bersih, pemasangan lampu tumblr
untuk memperindah Telaga Cinta saat malam hari, pengecatan untuk mempercantik Telaga Cinta
karena sebelumnya cat pagar sudah terkelupas dan warnanya yang kurang terang, pembuatan media
vertikultur dengan jenis tanaman gantung untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal,
memperindah kolam pancing, menambah kesejukan, dan meningkatkan nilai estetika.

SIMPULAN
Inovasi pengembangan wisata berbasis masyarakat sangat diperlukan untuk memanfaatkan
potensi wisata di suatu daerah. Dengan diketahuinya inovasi apa yang yang digunakan untuk
mengembangkan potensi wisata yang ada di suatu daerah, maka potensi wisata tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik yang tentu mendatangkan manfaat untuk masyarakat sekitar. Sayangnya
masih banyak masyarakat yang kurang menyadari dan mengoptimalkan potensi wisata di daerah
mereka, seperti di Kelurahan Sukolilo Baru dan Kelurahan Kandangan. Untuk itu diperlukan inovasi
untuk mengembangkan wisata berbasis masyarakat di kedua kelurahan tersebut. Hal yang dilakukan
pertama yaitu dengan melakukan observasi, wawancarara dan melakukan FGD untuk mengetahui
potensi wisata yang selanjutnya potensi tersebut di analisis SWOT dimana kita tahu kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dari potensi yang dimiliki kedua kelurahan tersebut untuk menjadi
bahan perumusan grand desain. Inovasi pengembangan wisata berbasis masyarakat dinilai efektif
untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di kedua wilayah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kesadaran wisata dan partisipasi masyarakat untuk
mengembangkan potensi wisata tersebut. Maka diharapkan dengan adanya inovasi wisata berbasis
masyarakat ini dapat mengoptimalkan potensi wisata dengan masyarakat itu sendiri yang menjadi
pengelolanya sehingga mampu memberi dampak positif secara ekonomi untuk masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Kiki Rizki Makiya, Shilfi Arizona. (2021). INOVASI MASYARAKAT DESA WISATA CANDRAN.
Jurnal Imiah Kepariwisataan , 193-202.
Mawardi, Achmad Nur YachyaWilopo, M. Kholid. (2016). PENGELOLAAN KAWASAN WISATA
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS CBT
(COMMUNITY BASED TOURISM). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 107-116.
Munawar, Sulistiani dan Ahmad. (2018) ANALISIS FASILITAS PARKIR DAN AKSESIBILITAS
OBJEK WISATA GOA GONG, PACITAN. Jurnal Riset Rekayasa Sipil Universitas Sebelas
Maret , 71-81.
Nanik Dara Senjawati, Indah Widowati, Sugiman Setyo Wardoyo. (2019). GRAND DESIGN
PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL (STUDI KASUS DI
DESA SALAM REJO KECAMATAN SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO. Jurnal
Dinamika Sosial Ekonomi , 188-200.
Putu Wira Parama Suta, I Gusti Agung Oka Mahagangga. (2017). Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat (Studi Kasus di Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban, Bali). Jurnal Destinasi
Pariwisata, 1-6.
Suganda, Asep Dadan. (2018). KONSEP WISATA BERBASIS MASYARAKAT. I-Economic, 29-41.
Susfenti, N. Erna Marlia. (2016). PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS
MASYARAKAT(COMMUNITY BASED TOURISM-CBT)DI DESA SUKAJADI
KECAMATAN CARITA. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 75-86.
Yanis Putri Mahanan, Haniek Listyorini. (2021). PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS
MASYARAKAT GUNA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT LOKAL
DI DESA WISATA CEMPAKA, BUMIJAWA, KABUPATEN TEGAL. SEMNASTEKMU
2021, 351-364.
Zulkifli, Ainun Zaibah. (2018). ANALISIS SWOT DALAM PENGELOLAAN TEMPAT WISATA
DI KABUPATEN ROKAN HULU OLEH DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
ROKAN HULU. PUBLIKa, 1-16 .
Sefira Ryalita Primadany, Mardiyono, Riyanto. (2020). ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN
PARIWISATA DAERAH. Jurnal Administrasi Publik (JAP), 135-143.
Undang-Undang Kepariwisataan No. 10/2009.

https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 156
Vol.1 No.10 Maret 2021 2247
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
WISATA PETUALANGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI DAYA TARIK
DESA WISATA DI KABUPATEN SUMBAWA

Oleh
Anas Pattaray
Politeknik Pariwisata Lombok
Email: anas.pattaray@ppl.ac.id

Abstrak
Wisata pedesaan merupakan kawasan perdesaan yang memiliki potensi daya tarik wisata sebagai
tujuan wisata. Pengembangan pariwisata dengan konsep keberlanjutan lingkungan dan budaya di
Sumbawa menarik untuk diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan purposive sampling. Pengumpulan data dengan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi dan mencari teori dan konsep yang relevan dengan
permasalahan yang ditemukan kemudian dianalisis Menggunakan metode kombinasi analisis
SWOT dan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Penelitian ini menganalisis prioritas strategi
pengembangan wisata petualangan berbasis kearifan lolal desa wisata di Kabupaten Sumbawa.
Penelitian ini berdasarkan evaluasi dari 10 expert yang menghasilkan prioritas strategi peningkatan
produk wisata.
Kata Kunci: Wisata Petualangan, Kearifan Lokal, SWOT & AHP

PENDAHULUAN Wisata pedesaan merupakan kawasan


Peningkatan kemampuan sumber daya perdesaan yang memiliki potensi daya tarik
manusia dan kerjasama stakeholder akan dapat wisata sebagai tujuan wisata, dan
meningkatkan daya tarik wisata dan citra masyarakatnya adalah penduduk asli yang
destinasi (Pattaray & Efendi, 2020). Daya Tarik masih memegang kuat tradisi dan budaya
wisata akan ditentukan oleh kompetensi sumber setempat. Kekhasan desa wisata seperti
daya pengelola dan tata kelola destinasi tersebut makanan khas setempat, kesenian tradisional,
termasuk juga desa wisata yang sedang sistem pertanian dan sistem sosial menjadi daya
difokuskan oleh pemerintah untuk menjadi tarik desa wisata. Faktor pendukung lainnya
daya tarik wisata di Indonesia. Melalui seperti alam dan lingkungan yang masih asli
pengembangan desa wisata dengan kekuatan dan terjaga dengan baik juga sangat penting
kearifan lokal, produk wisata desa terbukti dari sebuah daya tarik desa wisata (Yoeti,
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat 2006). Potensi wisata yang tersebar di seluruh
setempat, kepedulian masyarakat terhadap Indonesia memiliki daya tarik dan karakteristik
lingkungan, dan masyarkat lebih bangga masing-masing. Pariwisata merubah pola pikir
terhadap identitas budayanya (Hermawan, masyarakat desa untuk berperan aktif
2016). Dinamika dan perkembangan pariwisata membangun desa sebagai tujuan wisata.
saat ini telah memasuki berbagai macam dampak dai pariwisata menimbulkan isu
terminologi seperti pariwisata berkelanjutan, penting di daya tarik wisata pedesaan yaitu
pariwisata pedesaan, ekowisata, dan geowisata. kerusakan lingkungan. Masyarakat desa
Wisata alternatif yang banyak dikembangkan membangun fasilitas mewah seperti yang ada di
saat ini adalah wisata pedesaan (rural tourism) kota sehingga berakibat merusak keaslian alam.
dengan tujuan untuk membangun kawasan Oleh karena itu, pengelola destinasi perlu
perdesaan yang berkelanjutan dengan daya memahami bahwa segmen pasar untuk
dukung kearifan lokal untuk meningkatkan wisatawan petualangan memiliki ketertarikan
pekonomian masyarakat setempat. untuk menikmati alam yang masih asli dan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2248 Vol.1 No.10 Maret 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
budaya yang unik (Mutana & Mukwada, 2018). pengetahuan peneliti, belum ada studi tentang
Pengembangan pariwisata dengan wisata petualangan dalam konteks alam
konsep keberlanjutan lingkungan dan budaya di pedesan dan kearifan lokal masyarakat. Selain
Sumbawa menarik untuk diteliti. Keberlanjutan itu, sebagian besar studi sebelumnya tidak
dalam arti pemanfaatan sumber daya alam dan berada di Sumbawa, dan hampir tidak ada studi
budaya sebagai daya tarik wisata yang di Sumbawa pada khususnya. Oleh karena itu,
berdampak pada pendapatan ekonomi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
masyarakat setempat. Sumbawa dengan strategi yang dapat dilakukan untuk
mayoritas penduduknya tinggal di daerah mengenalkan produk dan aktivitas wisata
pedesaan dengan mata pencaharian sebagai petualangan serta bagaimana aktivitas tersebut
petani belum menemukan manfaat pariwisata berdampak pada masyarakat dan kearifan lokal
sebagai penyanggah ekonomi di saat aktifitas setempat.
pertanian tidak dilakukan. Transformasi budaya Kabupaten Sumbawa terletak di bagian
masyarakat petani ke usaha jasa pariwisata timur pulau Lombok yang dipisahkan oleh selat
adalah salah satu kendala menjadikan alas di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
pariwisata sebagai sumber pendapatan Sumbawa menyimpan banyak potensi wisata
masyarakat. selain potensi tambang tembaga yang saat ini
Program pemerintah dalam sedang dikelola oleh perusahaan tambang multi
pengembangan desa wisata dari desa rintisan, nasional PT. Amman Mineral Nusa Tenggara.
maju, dan mandiri juga mengalami kendala Pariwisata di Sumbawa beragam jenis daya
pada saat dihadapkan dengan sumber daya tarik wisata seperti pantai, danau/rawa, air
manusia di desa yang masih terbatas. Harapan terjun, dan desa yang masih kaya sumberdaya
masyarakat terhadap konsep desa wisata belum alam, budaya, adat istiadat dan sejarah. Secara
sepenuhnya sejalan dengan pemahaman dan geografis Sumbawa merupakan salah satu
budaya yang terbangun di dalam masyarakat. Kabupaten di Indonesia yang memiliki daya
Salah satu kendala yang dihadapi untuk tarik dan karakteristi tersendiri. Potensi wisata
membangun ekosistem pariwisata pedesaan tersebar di desa-desa yang secara geografis
yaitu lemahnya pemahaman sumber daya memiliki daya tarik wisata minat khusus
manusia, sektor permodalan, ketrampilan dengan pendekatan wisata petualangan berbasis
maupun pengetahuan entrepreneurship dalam keaifan lokal di pedesaan.
mengolah produk-produk wisata di pedesaan. Potensi-potensi tersebut belum dikelola
Sebagian besar masyarakat perdesaan masih dan kemas dengan baik sebagai produk wisata
tergantung kepada sektor pertanian yang dapat dijual oleh pelaku pariwisata di
konvensional sehingga masyarakat desa tidak Kabupaten Sumbawa. Salah satu kendalanya
dapat mengolah potensi lain yang ada di desa adalah kurangnya pengetahuan, sumberdaya
baik potensi alam maupun potensi sosial dan teknologi dalam mengembangkan potensi
budaya sebagai sebuah produk wisata. wisata yang ada. Kendala lain yaitu konsep
Penelitian ini berfokus pada potensi pariwisata pengembangan desa wisata belum maksimal
petualangan dengan daya dukung kearifan lokal sehingga desa wisata hanya menjadi
masyarakat pedesaan di Sumbawa. persinggahan wisatawan tanpa adanya nilai
tambah ekonomi yang bisa dirasakan oleh
Beberapa penelitian telah membahas masyarakat. Potensi desa dan kearifan lokal
tentang potensi desa wisata dalam konteks dapat berkembang menjadi daya tarik wisata
wisata petualangan (Sung, 2004; Yetim, 2017; untuk meningkatkan perekonomian daerah dan
Wirawan, 2017; Prihasta & Suswanta, 2020). kesejahteraan masyarakatnya maka diperlukan
Sementara studi ini sebagian besar berfokus strategi dalam pengembangan produk-produk
pada daerah tujuan wisata yang berbeda, sejauh wisata di Sumbawa.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.10 Maret 2021 2249
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
METODE PENELITIAN mengembangkan produk local dan menguatkan
Penelitian ini adalah penelitian kearifan lokal, maka perlu merubah pola pikir
kualitatif yang menggunakan pendekatan masyarakat desa dalam meningkatkan
purposive sampling. Pengumpulan data dengan pendapatan melalui pengambangan produk
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi desa wisata (Kusiawati, 2017).
dan mencari teori dan konsep yang relevan Karakteristik desa wisata memiliki
dengan permasalahan yang ditemukan konsep integrasi antara atraksi, akomodasi, dan
kemudian dianalisis melalui SWOT yang pemenuhan fasilitas pendukung dalam suatu
dikombinasikan dengan AHP untuk struktur masyarakat yang menyatu dengan tata
menghasilkan prioritas strategi. Adapun cara dan tradisi yang sudah ada dan berlaku
literature yang digunakan adalah studi (Ma’ruf et al., 2017). Beberapa desa di
observasi, wawancara dan dokumentasi. Kabupaten Sumbawa merupakan perdesaan
yang tetap menawarkan suasana yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mencerminkan keaslian pedesaan dalam
Pariwisata sebagai sebuah aktifitas kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
wisata di tempat wisata di luar aktifitas istiadat, keseharian, arsitektur bangunan dan
keseharian dan lingkungan tempat tinggalnya. tata ruang desa yang khas unik dan menarik.
Tempat untuk melakukan persinggahan Desa wisata juga memiliki potensi budaya,
sementara yang didorong oleh motivasi tanpa atraksi, akomodasi, kuliner, kerajinan, dan
bermaksud untuk mencari nafkah tetapi kebutuhan wisata lainnya. Kabupaten
didasarkan pada kebutuhan untuk mendapatkan Sumbawa memiliki potensi desa yang telah
kesenangan, dan menikmati berbagai hiburan terintegrasi antara budaya, atraksi, akomodasi,
yang dapat melepaskan lelah sehingga dan fasilitas pendukung yang menyatu dalam
menghasilkan suatu travel experience dan struktur kehidupan dan kearifan lokal
hospitality service (Suwena et al., 2010). masyarakat setempat.
Saat ini pariwisata menjadi sektor Pendekatan CBT (community base
penting bagi kehidupan dan telah berkembang tourism) yaitu pariwisata yang menitik beratkan
dengan berbagi jenis daya tarik yang pada keberlanjutan lingkungan, sosial, dan
ditawarkan. Pariwisata dapat berupa wisata budaya ke dalam satu kemasan maka seluruh
budaya dan kearifan lokal, wisata perdesaan, potensi yang dikemas dalam produk wisata
wisata alam (ekowisata dan wisata tersebut dikelola dan dimiliki oleh masyarakat
petualangan), wisata pantai, matahari, dan hasilnya juga untuk masyarakat setempat.
perjalanan bisnis, fitness-wellness dan wisata Pengembangan CBT bertujuan untuk
sehat lainya. Menurut (Warpani & Warpani, peningkatan sumber daya, memaksimalkan
2007) keseluruhan jenis wisata tersebut akan potensi warga, menjaga lingkungan dan budaya
dapat dikatakan sebagai pariwisata yang baik local (Lee & Jan, 2019). Tujuan dari
jika memiliki prasyarat yang harus dipenuhi, pengelolaan desa wisata adalah memungkinkan
dimana prasyarat tersebut dapat dikelompokan wisatawan untuk belajar tentang kehidupan
ke dalam 2 kategori utama yakni (1) daya tarik masyarkat setempat. Desa dijadikan sebagai
yang menjadi sasaran dan (2) destinasi sebagai daya tarik wisata harus memenuhi persyaratan-
pemicu pariwisata itu sendiri. Selain itu, syarat persyaratan antara lain aksesibilitas yang baik
proses berlangsungnya kegiatan pariwisata sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan
antara lain transportasi, akses menuju destinasi, menggunakan berbagai jenis transportasi,
atraksi, dan penunjang lainnya seperti promosi memiliki daya tarik wisata berupa alam,
dan publikasi untuk membangun dorongan budaya, makan khas untuk dikembangkan dan
minat berwisata. Dalam mendorong program ditawarkan kepada wisatawan atau
desa wisata sebagai komoditi dengan berhubungan dengan daya tarik wisata lain
melakukan pemberdayaan masyarakat setempat yang muda diakses, masyarakat dan aparat desa

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2250 Vol.1 No.10 Maret 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
memberikan dukungan yang tinggi terhadap sangat menantang seperti menaklukkan kondisi
penyelenggaraan desa wisata, keamanan dan tertentu pada alam yang dikunjungi (Suwena &
ketertiban di desa di jamin, wisatawan tidak Widyatmaja, 2017)
merasa terancam terhadp keselamatan diri Wisata petualangan melibatkan
maupun barangnya, tersedia infrastruktur berbagai kegiatan aktifitas fisik didorong oleh
seperti akomodasi (homestay), fasilitas dan adrenalin dan berisiko. Wisatawan petualangan
pelayanan transportasi, listrik, air bersih, sangat tertarik dengan perjalanan ke tujuan
drainase dan fasilitas telekomunikasi, beriklim yang tidak umum, menarik, dan terpencil.
sejuk/dingin, sehingga wisatawan merasa Aktifitas petualangan berupa pengalaman,
betah, dan sistem kepercayaan dan adat istiadat lingkungan, inspirasi, ancaman, dan
serta nilai-nilai karifan lokal setempat kemampuan sebagai ruang lingkup utama
memungkinkan untuk penyelenggaraan desa perjalanan petualangan. Wisata petualangan
wisata (Hadiwijoyo, 2012). seperti arung jeram, menunggang kuda, hiking,
Produk wisata yang dikemas dengan diving, bersepeda gunung, backpacking, dan
baik dapat menjadi peluang bagi warga berkemah dapat dikembangkan di Sumbawa.
setempat seperti menyediakan homestay bagi Kegiatan wisata petualangan utama meliputi,
wisatawan. Selain homestay, produk kuliner pendakian gunung, panjat tebing, menyelam
dan paket wisata alam yang melibatkan dan berenang, aktifitas air, tracking,
wisatawan untuk ikut bertani dan berkebun juga petualangan pantai, keindahan alam dan
menjadi peluang ekonomi bagi warga. petualangan margasatwa (Beedie, 2016)
Homestay dan produk wisata bagi masyarakat Solusi yang ditawarkan dalam proses
dapat digunakan sebagai mata pencaharian transformasi pola pikir masyarakat pedesaan di
tambahan setelah pertanian (Ratmaja et al., Sumbawa, dari sektor pertanian ke subsektor
2019). Dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 jasa pariwisata dengan memberikan
unsur yang membentuk suatu produk keterampilan dan pengetahuan kepada
pariwisata, yaitu daya tarik dan atraksi, masyarakat setempat. Dengan begitu, secara
ketersediaan fasilitas, dan kemudahan akses. berangsur-angsur masyarakat dapat
Ketiga unsur tersebut menyatu dan mengembangkan jasa-jasa lingkungan dan
menghasilkan citra suatu destinasi. sosial budaya di wilayahnya masing-masing
Produk wisata dapat dikemas dalam untuk seluruh penduduk Indonesia yang
bentuk atraksi wisata dan daya tarik wisata tersebar 250 jiwa, 78 ribu desa, 742 bahasa, dan
alam, budaya maupun buatan manusia seperti 1.128 suku bangsa (Ruskhan, 2007). Dengan
festival atau pentas seni, kemudahan akses demikian, penduduk lokal memiliki pilihan dan
untuk menju destinasi, dan fasilitas pendukung ragam produk kreatif tidak hanya
seperti akomodasi, kebersihan dan mengandalkan usaha tani dan ternak, tetapi juga
keramahtamahan. Dalam memasarkan suatu dapat mengembangkan usaha jasa pariwisata
daya tarik wisata dibutuhkan networking yang sesuai dengan potensi dan keunikan yang ada.
luas dengan pihak lain untuk menjual produk Selain itu, dapat juga menghasilkan insentif
yang ditawarkan (Mason & Cheyne, 2000). tambahan selain produksi pertanian, nilai-nilai
Produk wisata dikembangkan dalam berbagai tradisi dan budaya serta kelestarian lingkungan,
macam pilihan seperti produk wisata alam yaitu dan potensi geografis dapat memperkuat
wisata yang aktivitasnya di alam terbuka wawasan kebangsaan dan geopolitik Indonesia
dengan memperhatikan asfek pelestarian alam (Wasantara, 2010). Pemerintah daerah (pemda)
dan budaya serta penggunaan fasilitas dan jasa secara langsung atau tidak langsung juga
dari masyarakat setempat. Sedangkan wisata memperoleh manfaat dari kegiatan pariwisata
tantangan/petualangan (adventure), yang dikembangkan oleh masyarakat.
aktivitasnya cenderung aktivitas fisik yang

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.10 Maret 2021 2251
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Tabel 1. Analisis SWOT Kriteria penting pengembangan wisata
Analisis SWOT petualangan.
Internal Kekuatan Kelemahan
1. Memiliki potensi 1. Kurangnya Gambar 1. prioritas kriteria pengembangan
yang kuat karena transportasi wisata petualangan di Sumbawa
daya dukung publik menuju
budaya, alam daya tarik
pegunungan, 2. Akses menuju Availablility 0.3
hamparan pantai, daya tarik wisata
pulau-pulau kecil belum tertata Accountability 0.2
dan perbukitan 3. Tidak adanya
Action 0.3
2. Masyarakat yang paket wisata yang
tinggal di pedesaan menawarkan Appearance 0.21
sangat welcome wisata
terhadap tamu petualangan Activities 0.095
3. Masyarakat tidak Sumbawa Assurance 0.114
sulit beradaptasi
dengan orang baru Appreciation 0.067
4. Sebagian besar Access 0.157
masyarakat
Sumbawa dapat Attractiveness 0.215
menggunakan
Awarness 0.351
bahasa Indonesia
dengan baik
0 0.2 0.4
Eksternal Peluang Tantangan
1. Seluruh potensi 1. Hadirnya
yang dimiliki, teknologi modern Berdasarkan Gambar 1 analisis kriteria
Sumbawa dalam pemasaran
dikategorikan 2. Masuknya
yang terpenting dalam pengembangan wisata
sebagai daya tarik pemodal besar petualangan di Sumbawa kriteria awarness
utama dalam
pariwisata
memiliki nilai terteinggi maka hal yang perlu
2. Potensi alam dilakukan adalah penguatan sumberdaya
Sumbawa sangat
sesuai dengan
pengelola potensi wisata dan produk wisata
wisata petualangan sehingga kepedulian tersebut dapat berdampat
Analisis SWOT menunjukkan bahwa secara ekonomi bagi masyarakat setempat.
Sumbawa memiliki potensi wisata dengan Kriteria selanjutnya adalah availability yaitu
kekuatan alam dan budaya yang cukup kuat ketersedian potensi wisata, aksesibilitas,
untuk dikembangkan dengan pendekatan akomodasi, atraksi, dan amenitas sudah tersedia
wisata petualangan. Potensi wisata yang namun perlu adanya peningkatan pelayanan
terdapat di Sumbawa dapat menjadi salah satu yang berstandar untuk memenuhi kebutuhan
sumber untuk meningkatkan nilai tambah wisatawan. Selanjutnaya action yaitu perlu
ekonomi bagi masyarakat pedesaan dengan melibatkan seluruh komponen stakeholder baik
memperkuat produk wisata alam dan budaya pemerintah, industri, dan asosiasi untuk
masyarakat setempat. Setiap desa di Sumbawa berkolaborasi membangun potensi wisata di
memiliki karakteristik potensi wisata yang unik Kabupaten Sumbawa dengan menitikberatkan
dan menarik untuk dijelajahi. pada kekuatan potensi yang ada.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2252 Vol.1 No.10 Maret 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Alternatif strategi pengembangan wisata dengan metode analisis SWOT pada faktor
petualangan. internal menunjukkan kekuatan antara lain;
Gambar 2. Prioritas strategi pengembangan adanya daya dukung budaya, alam pegunungan,
wisata petualangan di Sumbawa hamparan pantai, pulau-pulau kecil, perbukitan,
masyarakat yang tinggal di pedesaan sangat
welcome terhadap tamu, masyarakat tidak sulit
Promosi Destinasi 0.2
beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang
baru. Kelemahannya adalah; kurangnya
Kelembagaan 0.3
transportasi publik menuju daya tarik, akses
Peran Masyarakat
menuju daya tarik wisata belum tertata dengan
0.2
baik, tidak adanya paket wisata yang
Sumber Daya Manusia 0.281
menawarkan wisata petualangan. Faktor
eksternal seperti peluang yaitu; seluruh potensi
Produk Wisata 0.579 yang dimiliki, Sumbawa dikategorikan sebagai
daya tarik utama dalam pariwisata, potensi
Wisata Berwawasan
0.14 alam Sumbawa sangat sesuai dengan wisata
Lingkungan
petualangan. Ancaman yang perlu diwaspadai
0 0.5 1 antara lain; hadirnya teknologi modern dalam
pemasaran, dan masuknya pemodal besar ke
Berdasarkan analisis alterenatif strategi desa-desa wisata. Strategi pengembangan
yang terpenting dalam pengembangan wisata produk wisata dengan pendekatan wisata
petualangan di Sumbawa. Strategi petualangan di Kabupaten Sumbawa adalah
pengembangan kawasan wisata memiliki nilai strategi S-O (Strenght-opportunity),
terteinggi maka hal yang perlu dilakukan adalah memanfaatkan kekuatan sebagai peluang atau
pembenahan kawasan dan pemetaan kawasan strategi agresif, sehingga prioritas strateginya
wisata prioritas yang akan dijadikan sebagai adalah menyusunan paket wisata petualangan,
daya tarik wisata petualangan di Sumbawa. berkolaborasi dengan industry taravel,
Kemudian strategi memperkuat kelembagaan mengikuti event pariwisata, meningkatkan
yaitu dengan menhimpun seluruh stakeholder kuantitas dan kualitas SDM pengelolah,
baik dari pemerintah, industri, dan asosiasi menyediakan sarana dan prasarana penunjang,
untuk berkolaborasi dengan masyarakat merencanakan pengembangan baik jangka
sebagai pelaku wisata di tingkat yang paling pendek maupun jangka panjang, dan
dasar untuk mengoptimalkan standar pelayanan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
yang dibutuhkan oleh wisatawan. Selanjutnya dampak eko nomi pariwisata.
sumber daya manusia yang akan menggerakkan
pariwisata Sumbawa harus dioptimalkan DAFTAR PUSTAKA
dengan cara memperbanyak pelatihan kepada [1] Beedie, P. (2016). Adventure tourism.
pelaku dan konsisten dalam melakukan Routledge International Handbook of
monitorin dan evaluasi dari program pelatihan Outdoor Studies, July, 463–471.
dan pemberdayaan terhadap sumber daya lokal https://doi.org/10.4324/9781315768465
di Sumbawa. [2] Hadiwijoyo, S. S. (2012). Perencanaan
pariwisata perdesaan berbasis
PENUTUP masyarakat: Sebuah pendekatan konsep.
Kesimpulan Graha Ilmu.
Hasil analisis dan pembahasan penelitian [3] Hermawan, H. (2016). Dampak
disimpulkan bahwa potensi wisata petuangan pengembangan Desa Wisata Nglanggeran
dan kearifan lokal di Sumbawa yang dianalisa
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.10 Maret 2021 2253
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
terhadap ekonomi masyarakat lokal. Jurnal https://doi.org/10.24843/jumpa.2020.v07.i
Pariwisata, 3(2), 105–117. 01.p10
[4] Kusiawati, D. (2017). Pendidikan Luar [11] Ratmaja, L., Pattaray, D. A., Pariwisata, P.,
Sekolah , Universitas Pendidikan Lombok, N., Raden, J., No, P., Jonggat, P.,
Indonesia Pendidikan Luar Sekolah , & Ntb, P. (2019). HOMESTAY SEBAGAI
Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas PENGEMBANGAN USAHA
Negeri Malang. Pemberdayaan MASYARAKAT DI DESA WISATA
Masyarakat, 2(1), 59–72. KEMBANG KUNINGKABUPATEN
[5] Lee, T. H., & Jan, F. H. (2019). Can LOMBOK TIMUR Homestay As A
community-based tourism contribute to Community Business In Village Tourism
sustainable development? Evidence from Kembang Kuning, East Lombok District.
residents’ perceptions of the sustainability. 13(2), 37–48.
Tourism Management, 70(September [12] Ruskhan, A. G. (2007). Pemanfaatan
2017), 368–380. Keberagaman Budaya Indonesia Dalam
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2018.09. Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur
003 Asing (BIPA). Makalah Yang Disajikan
[6] Ma’ruf, M. F., Kurniawan, B., & Pangestu, Dalam Seminar Pengajaran Bahasa
R. P. A. G. (2017). Desa Wisata: Sebuah Indonesia Pertemuan Asosiasi Jepang-
Upaya Mengembangkan Potensi Desa Dan Indonesia Di Nanzan Gakuen Training
Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Center, Nagoya, Jepang, 10–11.
(Studi Pada Desa Wisata Bejiharjo [13] Sung, H. H. (2004). Classification of
Kecamatan Karangmojo Kabupaten adventure travelers: Behavior, decision
Gunungkidul). Dinamika Governance: making, and target markets. Journal of
Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 7(2). Travel Research, 42(4), 343–356.
[7] Mason, P., & Cheyne, J. (2000). Residents’ https://doi.org/10.1177/004728750426302
attitudes to proposed tourism development. 8
Annals of Tourism Research, 27(2), 391– [14] Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. (n.d.).
411. Gusti Ngurah.(2017). Pengetahuan Dasar
[8] Mutana, S., & Mukwada, G. (2018). Ilmu Pariwisata. Denpasar: Pustaka
Mountain-route tourism and sustainability. Larasan, Bekerja Sama Dengan Fakultas
A discourse analysis of literature and Pariwisata Universitas Udayana
possible future research. Journal of Denpasar.(Online Edition).
Outdoor Recreation and Tourism, [15] Suwena, I. K., Widyatmaja, I. G. N., &
24(August), 59–65. Atmaja, M. J. (2010). Pengetahuan dasar
https://doi.org/10.1016/j.jort.2018.08.003 ilmu pariwisata. Udayana University
[9] Pattaray, A., & Efendi, M. N. (2020). Press.
Urban Tourism Development: Constraints [16] Warpani, S. P., & Warpani, I. P. (2007).
and Expected Changes of Kota Lama Pariwisata dalam tata ruang wilayah.
Tourism Area (KLTA) in Surabaya, Penerbit ITB.
Indonesia. Journal of Tourism and [17] Wasantara, P. (2010). Konsepsi Wawasan
Hospitality Management, 8(1), 133–137. Nusantara. Pokja Wasantara. Lemhannas,
https://doi.org/10.15640/jthm.v8n1a14 Jakarta.
[10] Prihasta, A. K., & Suswanta, S. (2020). [18] Wirawan, P. E. (2017). Characteristics of
Pengembangan Desa Wisata Berbasis Farming and Trekking Tour Packages in
Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata North Bali. Journal of Business on
Kaki Langit Padukuhan Mangunan. Jurnal Hospitality and Tourism, 2(1), 323.
Master Pariwisata (JUMPA), 7(2012), https://doi.org/10.22334/jbhost.v2i1.67
221.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2254 Vol.1 No.10 Maret 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
[19] Yetim, A. Ç. (2017). Determining the
benefits of adventure tourism from a
providers’ perspective in Fethiye. Global
Journal of Business, Economics and
Management: Current Issues, 7(1), 2.
https://doi.org/10.18844/gjbem.v7i1.1390

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
xStrategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu Dengan
Local Economic Resources Development (LERD)

Anggraeni Rahmasari1 , Juliani Pudjowati2


Universitas Bhayangkara Surabaya
anggraenirahmasari@yahoo.co.id1

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi lokal tidak dapat dilepaskan dari upaya mendorong


pengembangan tingkat desa yang berbasis pada kearifan lokal, potensi sumber daya dan
keunikannya atau Local Economic Resources Development (LERD). Istilah Desa Inovasi
adalah desa yang mampu memanfaatkan sumber daya desanya dengan cara baru,
mengacu pada gagasan bahwa desa dalam kehidupannya untuk melakukan kegiatan-
kegiatannya bukan hanya sekedar rutinitas hidup saja, tetapi kehidupan yang selalu
bergerak penuh dengan inovasi-inovasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
Pengembangan desa inovasi dapat mejadi salah satu solusi percepatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pengembangan desa inovasi pada dasarnya dapat diterapkan
pada beberapa sektor diantaranya adalah pengembangan desa inovasi sektor pariwisata
yang merupakan salah satu strategi yang perlu dikembangkan untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang timbul di desa terutama dalam rangka meningkatkan daya saing desa
yang kemudian berujung pada peningkatan daya saing daerah. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian kontekstual yang
menjadikan manusia sebagai instrumen dan disesuaikan dengan situasi yang wajar dalam
kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat kualitatif. Tujuan yang
hendak didapat dari penelitian ini, adalah mengetahui potensi desa, mengidentifikasi
hambatan yang dihadapi dan mendapatkan solusi strategi pengembangan desa inovasi
sektor pariwisata di Kota Batu.

Kata kunci: strategi pengembangan, desa inovasi, pariwisata,Kota Batu


ABSTRACT

Local economic development can not be separated from efforts to encourage the
development of village level based on local wisdom, resource potential and uniqueness or
a Local Economic Development Resources (LERD). The term Rural Innovation is a
village that is able to utilize the resources the village in a new way, refers to the idea that
the village in life to carry out his activities not just a routine of life, but life always moves
full of innovations in improving living standards. Development of rural innovation can to
be one of the acceleration solutions improve people's welfare. Development of rural
innovation can basically be applied to several sectors including the development of
innovative rural tourism sector which is one of the strategies that need to be developed to
address issues raised in the village, especially in order to improve the competitiveness of
the village which then led to the improvement of regional competitiveness. This study
uses qualitative descriptive method, which is a contextual research that makes human
beings as instruments and adapted to the situation that is reasonable in relation to data
collection in general are qualitative. Goals to be gained from this study, was to determine
the potential of the village, identify the obstacles encountered and find solutions strategy
of innovation development of rural tourism sector in Kota Batu.
Keywords: strategy development, rural innovation, tourism, Kota Batu

1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara berbasis desa/kelurahan, sebab 82,3% wilayah Indonesia
merupakan kawasan perdesaan. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia pada tahun 2011
sebanyak 78.609 dan pada tahun 2013 mencapai 80.714, sedangkan jumlah
desa/kelurahan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebanyak 8.503 dan pada tahun
2013 meningkat menjadi sebanyak 8.505. Kondisi saat ini kekuatan ekonomi desa tidak
berdaya terhadap mekanisme pasar, dan desa selalu berada pada ketidakberdayaan dan
ketidakseimbangan ketika berhubungan dengan kota, dalam menghadapi ancaman
keterbelakangan dan ketidakadilan dalam pembangunan.
Desa sebagai wilayah yang bertumpu pada potensi lokal, terutama perekonomian
berbasis pertanianternyata posisinya lemah. Ada semacam dilema, karena kemiskinan
dan pengetahuan yang rendah menyebabkan pemanfaatan sumber daya kelewat batas
untuk bertahan hidup, akan tetapi di sisi lain, banyak sember daya yang ternyata belum
dimanfaatkan secara optimal, seperti matahari, air, angin, tanaman, ikan, ternak, dan
tenaga manusia. Hal tersebut disebabkan karena masih terbelakangnya masyarakat desa,
kurangnya modal, keterbatasan pengetahuan dan tingkat produktivitas yang rendah,
sehingga berimplikasi pada tingkat pendapatan yang rendah. Permasalahan lain yang
ditemukan di perdesaan adalah masih lemahnya masyarakat dan aparat desa dalam
merencanakan pembangunan, masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, masih lemahnya kegiatan ekonomi desa.
Pembangunan ekonomi lokal tidak dapat dilepaskan dari upaya mendorong
pengembangan tingkat desa dengan berbasis pada kearifan lokal, potensi sumber daya
dan keunikannya. Upaya meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
melalui penjalinan kerjasama antar semua komponen dalam suatu komunitas dengan
bertumpukan pada pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal sehingga meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di suatu wilayah. Pengembangan Sumberdaya Ekonomi Lokal
(Local Economic Resources Development) pada dasarnya merupakan suatu proses yang
berbasis komunitas atau kelompok dalam mengelola wilayah sesuai dengan sumberdaya
yang ada, dalam mewujudkan peningkatan pendapatan ekonomi lokal, pertumbuhan
wilayah, serta menumbuhkan lapangan pekerjaan baru. Kota Batu, merupakan
kawasan daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur. Dalam pengembangan daerah wisata
kota Batu, pemerintah berencana membuat strategi pengembangan desa inovasi berbasis
Pengembangan Sumberdaya Ekonomi Lokal (Local Economic Resources Development).
Lingkungan desa inovasi tersebut akan dikelola secara baik dan terencana sehingga
memiliki karakteristik yang unik sebagai tempat pariwisata, yang memberikan nilai
manfaat bagi masyarakat setempat.
Desa-desa yang mampu mendayagunakan kearifan lokal dan sumber dayanya
dengan cara yang berbeda dapat dikembangkan menjadi desa inovasi. Istilah Desa
Inovasi adalah desa yang mampu memanfaatkan sumber daya desanya dengan cara baru,
mengacu pada gagasan bahwa desa dalam kehidupannya untuk melakukan kegiatan-
kegiatannya bukan hanya sekedar rutinitas hidup saja, tetapi kehidupan yang selalu
bergerak penuh dengan inovasi-inovasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
Sebagaimana inovasi yang terus dilakukan oleh kota-kota lainnya, desapun perlu
melakukan inovasi-inovasi. Pengembangan desa inovasi dapat menjadi salah satu solusi
percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2.Rumusan masalah dalam penelitian ini :
a. Bagaimana potensi pengembangan desa inovasi sektor pariwisata di Kota Batu ?
b. Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengembangan desa inovasi
sektor pariwisata di Kota Batu ?
c. Bagaimana strategi pengembangan untuk menghadapi hambatan dalam desa inovasi
sektor pariwisata di Kota Batu dengan Local Economic Resources Development
(LERD)?

3.Tinjauan Pustaka
3.1. Pengertian desa
Desa sebagai wilayah yang bertumpu pada potensi lokal, terutama perekonomian
berbasis pertanian dan UMKM di tengah pertumbuhan industri global, sehingga
membutuhkan perhatian khusus sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 terutama Bab IX Pasal 78 yang menyatakan bahwa :
a. Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan
potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan.
b. Pembangunan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
c. Pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
UU Nomor 6 Tahun 20014 menyatakan bahwa pembangunan wilayah pedesaan
dilaksanakan dengan memperhatikan potensi lokal yang dimiliki didukung dengan
pengembangan teknologi tepat guna dan inovasi-inovasi yang dilakukan untuk
kesejahteraan masyarakat perdesaan.
Greg Richards dan Julie Wilson menyatakan bahwa inovasi adalah pengenalan
penemuan-penemuan baru atau menyebarkan makna penemuan baru tersebut ke dalam
penggunaan umum di masyarakat (Richards dan Wilson, 2007:6). Sedangkan Hamel
(2000:419-421) mengatakan bahwa strategi inovasi bukan tugas manajemen puncak saja,
tetapi setiap orang bisa membantu membangun strategi inovatif. Inovasi sama dengan
konsep-konsep bisnis yang sama sekali baru dan merupakan investasi.Pengembangan
desa inovasi tidak dapat dipisahkan dari pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagaimana yang dikemukakan Tatang (2005:17) bahwa upaya pembangunan desa yang
inovatif, inklusif dan berkelanjutan dilakukan dengan penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, teknologi dan inovasi (IPTEKIN) dengan sistem inovasi sebagai vehicle
nya.
Menurut Mahroum (2007:6): rural innovation is defined as the introduction of
something new (a novel change) to economic or social life in rural areas, which adds
new economic or social value to rural life, bahwa inovasi pedesaan didefinisikan sebagai
pengenalan sesuatu yang baru (perubahan baru) untuk kehidupan ekonomi dan sosial di
daerah pedesaan, yang menambahkan ekonomi baru atau sosial nilai kehidupan
pedesaan.Desa inovasi merujuk pada suatu kondisi dimana desa melakukan
pembaharuan. Artinya, desa yang mampu memanfaatkan sumberdaya desa dengan cara
baru. Untuk mengembangkan desa inovasi, penting bagi pemerintah untuk
mengidentifikasi potensi, terutama karakter unik pada suatu desa yang memungkinkan
dikembangkan menjadi desa inovasi, dimana pengembangan desa inovasi hendaknya
sesuai dengan potensi yang ada. Hal yang sangat penting dalam pengembangan desa
inovasi adalah komitmen dari semua pemangku kepentingan.
3.2. Pengetian Pariwisata
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan di
jelaskan bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Sedangkan
menurut Wardiyanta (2006:49-50), kepariwisataan memiliki dua aspek kelembagaan dan
aspek substansial yaitu sebuah aktivitas manusia. Dilihat dari sisi kelembagaannya,
pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya,
yakni bagaimana perkembangannya dari mulai direncanakan, dikelola sampai dipasarkan
pada pembeli yakni wisatawan..
Pariwisata merupakan fokus penting untuk inovasi pedesaan dan bagian penting
dari ekonomi pedesaan, disamping itu inovasi juga sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing yang terkait erat dengan sektor pedesaan lainnya yaitu
pertanian. Inovasi desa wisata juga memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus
yang membedakannya dari sektor pedesaan lainnya, terutama kesulitan melindungi
inovasi, dampak keterpencilan pada pengembangan industri, dan kebutuhan untuk
kerjasama antara berbagai badan-badan publik, swasta dan sukarela untuk memberikan
pengalaman wisata yang lengkap.
3.3. Pengertian (LERD)
Local Economic Resources Development (LERD) sebagai proses yang dilakukan
secara bersama oleh pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerintah untuk
menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja di tingkat lokal (World Bank).
Local Economic Resources Development (LERD) adalah proses dimana
pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang,
memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Blakely and
Bradshaw,2002).

4. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian
kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrumen dan disesuaikan dengan situasi
yang wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat
kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif (qualitative research). Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu
tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu
atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai
bagian dari suatu keutuhan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:60) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan
untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau dipilih secara sengaja.
Karakteristik wilayah penelitian yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu
memepunyai potensi unggulan daerah yang kuat di Kota Batu didukung oleh keadaan
alam (klimatologi, topografi, dan geologi)dan lingkungannya yang kondusif serta
berdasarkan visi Kota Batu yaitu Kota Batu sebagai sentra pertanian organik berbasis
kepariwisataan internasional yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Batu. Berdasarkan
visi ini maka Pemerintah Daerah Kota Batu memprioritaskan sektor pertanian dan
pariwisata dalam pembanguan ekonomi dan wilayahnya. Sektor Pertanian merupakan
sektor unggulan yang diharapkan dapat bersinergi dengan pertumbuhan sektor lainnya
seperti pariwisata, perdagangan dan industri.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada
konsep Milles & Huberman (1992: 20) yaitu interaktif model yang mengklasifikasikan
analisis data, dengan pengumpulan dan reduksi data (Data Reduction),penyajian data
(Display Data)dan penarikan kesimpulan (Verifikasi).

5. Hasil dan Pembahasan


Potensi pengembangan kawasan pariwisata Kota Batu didasarkan pada kondisi
klimatologi, topografi, dan geologi yang sangat mendukung pengembangan
pembangunan sektor pariwisata. Iklim yang sejuk serta pemandangan alam yang indah
menjadi modal dasar pengembangan. Juga kesuburan tanah yang mendorong keunggulan
pertanian berpeluang menjadi pendukung kepariwisataan.Potensi objek wisata yang di
Kota Batu meliputi wisata agro dan wisata bunga, wisata alam, wisata budaya, wisata
rekreasi, wisata minat khusus, wisata sejarah, wisata religi, wisata ziarah, wisata husada
dan wisata kuliner.
Pengembangan kawasan pariwisata diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata dan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan
obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dengan pariwisata.Salah satu
upaya yang dilakukan adalah meningkatkan peran Kota Batu sebagai kota pertanian
organik berbasis kepariwisataan internsional dengan menguatkan perdagangan hasil
pertanian dan industri pertanian (agro-industri) yang diperhitungkan di objek wisata.
Perhatian Pemerintah Daerah Kota Batu yang besar terhadap sektor pertanian diharapkan
dapat meningkatan kesejahteraan para petani baik buruh maupun pengusaha pada sektor
pertanian.
Adapun hambatan yang dihadapi dalam pengembangan desa inovasi sektor
pariwisata di Kota Batu diantaranya :
1. Selalu terjadi kemacetan lalu lintas ketika hari libur dan musim liburan yang
disebabkan karena jumlah jalan utama kurang dan jalan alternatif yang kelas
jalannya belum memenuhi.
2. Kurangnya penyelenggaraan pembinaan dalam mempersiapkan masyarakat
untuk siap menjadi manusia pariwisata.
3. Kurangnya kemampuan SDM aparatur dalam mempersuasi masyarakat terkait
sikap masyarakat terhadap perkembangan pariwisata.
Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu dengan Local
Economic Resources Development (LERD) merupakan upaya untuk menjawab
permasalahan diatas. Melalui Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota
Batu ini dengan wadah kelompok mempunyai kebebasan untuk memilih,
merencanakan dan menetapkan kegiatan ekonomi yang dibutuhkan berdasarkan
musyawarah. Dengan demikian masyarakat merasa memiliki dan bertanggungjawab
atas pelaksanaan, pengawasan dan berkelanjutan. Strategi dalam pengembangan desa
inovasi sektor pariwisata di Kota Batu tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan:
1. Peningkatan kapasitas jalan maupun melakukan rekayasa jalur lalu lintas
kendaraan bermotor menuju tempat wisata terkait dalam upaya memperlancar
arus lalu lintas.
2. Peningkatan upaya pembinaan dan pengendalian dalam mempersiapkan
masyarakat pariwisata.
3. Peningkatan kemampuan SDM aparatur pelaksana pembinaan terhadap
masyarakat dalam menyongsong perkembangan pariwisata.

Melalui program Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu


dengan Local Economic Resources Development (LERD) ini diharapkan dapat
dibangun suatu kerangka pendekatan yang komprehensif, holistik dan harmonis
dengan memperhatikan sistem nilai, kelembagaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat setempat, potensi lokal, unit usaha masyarakat dan daya dukung
lingkungan. Dengan langkah ini diharapkan tidak saja akan meningkatan partisipasi
masyarakat di Kota Batu dalam pengambilan keputusan, pengawasan dan pengelolaan
sumber daya, tetapi juga akan lebih menjamin kesinambungan peningkatan
kesejahteraan. Keberhasilan dalam peningkatan pendapatan (ekonomi) akan
mempengaruhi oleh kegiatan usaha yang dikembangkan dan permodalan yang dapat
disediakan serta kondisi pasar yang mendukungnya. Hal tersebut penting untuk
diperhatikan dan dikembangkan dalam rangka pengembangan ekonomi yang meliputi
manajemen usaha, kemitraan dan kelembagaan yang dikelolaanya. Untuk
mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi peran
pemerintah masih sangat dibutuhkan terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana
pendukung termasuk di dalamnya kebijakan pemerintah dan, akses modal dan pasar dan
tata ruang kawasan wisata.Pendekatan strategi pengembangan yang digunakan adalah
partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian
pembangunan ekonomi masyarakat dan wilayahnya, keswadayaan (kemandirian)
dalam pembangunan ekonomi masyarakat dan wilayahnya, kemitraan antara
masyarakat aparat pemerintah dan swasta dalam mengembangkan kegiatan.
Manfaat yang diberikan dengan adanya program Strategi Pengembangan Desa
Inovasi Pariwisata Kota Batu dengan Local Economic Resources Development (LERD)
pada masyarakat di Kota Batu adalah :
1. Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara
mandiri.
2. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,
kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat
lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan;
3. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif dan akuntabel;
4. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor);
5. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan
kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan;
6. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi
kemiskinan di wilayahnya;
7. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal;
8. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan
komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
Keberhasilan dalam program Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata
Kota Batu dengan Local Economic Resources Development (LERD) akan dipengaruhi
oleh kegiatan usaha yang bisa dikembangkan dan permodalan yang dapat
disediakan serta kondisi pasar yang mendukungnya. Kegiatan usaha itu sendiri
keberhasilannya didukung oleh kondisi sumber daya yang ada, teknologi yang
tersedia, serta kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang akan mengelolanya dan
lingkungan.Hal tersebut penting untuk diperhatikan dan dikembangkan dalam rangka
pengembangan ekonomi meliputi manajemen usaha,kemitraan dan kelembagaan yang
dikelolaanya.

6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu dengan Local
Economic Resources Development (LERD) dengan sosialisasi dan dana
dirasakan sudah mendukung pelaksanaan program. Kegiatan sosialisasi
selama ini sudah memberikan informasi sehingga masyarakat memahami
program pemberdayaan ini. Sedangkan sumber daya manusia pelaksana
program sudah sesuai karena merupakan orang-orang sekitar dan sudah
paham kondisi wilayahnya.
2. Output Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu dengan Local
Economic Resources Development (LERD) adalah ketertarikan ikut program
karena masyarakat ingin meningkatkan taraf hidupnya . Kebutuhan sarana dan
prasarana yang telah terpenuhi untuk menunjang usaha masyarakat dalam
meningkatkan pendapatannya.
3. Manfaat program Pemberdayaan Masyarakat di Kota Batu dengan Local
Economic Resources Development(LERD) berdasarkan pengamatan sangat
memberikan hasil kepada masyarakat.
4. Dampak Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu dengan
Local Economic Resources Development (LERD) adalah penguatan UKM
(Usaha Kecil Menengah) dirasakan sudah berkembang. Keberhasilan ini juga
disebabkan karena aktifnya partisipasi masyarakat yang ingin meningkatkan
taraf hidupnya. Hal ini juga terlihat juga pada peningkatan pendapatan
masyarakat.
Daftar Pustaka

Huraerah, Abu, 2008. Pengorganisasian & Pengembangan masyarakat : Model


dan Strategi Pembangunan Berbasis kerakyatan. Penerbit Humanioran, Cetakan Pertama,
Bandung.

Irwanto. 2008. Focus Group Discussion :Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : Pusat
kajian pembangunan masyarakat - Unika Atmajaya.

Local Economic Resources Development (LERD) kerja sama antara Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dengan Research Center for Conflict
and Policy (RCCP)- Fakultas Ilmu Administrasi-Universitas Brawijaya, November tahun
2011

Mulyana, Deddy, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT. Remaja


Rosdakarya, Cetakan keempat, Bandung.

Manullang, Sastrawan dkk, 2008. Community Development – Terjemahan.


Penerbit Pustaka Pelajar, edisi I, Yogyakarta.\Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suharto, Edi, Phd, 2005. Membangun Masyarakat Membangun Rakyat. Penerbit


Refika Aditama, cetakan pertama, Bandung.Singarimbun, Masri, & Sofian Effendi (ed.).
2005. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES.

Soetomo, 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Penerbit Pustaka


pelajar, Cetakan I, Yogyakarta.

Soemarwoto, Otto. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Wahyudi, Isa, Busyra Azheri, 2008. Corporate Sociaol Responsibility : Prinsip,


Pengaturan dan Implementasi. Penerbit Inspire, Cetakan pertama, Malang.

Anda mungkin juga menyukai