2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156
ABSTRAK
Pengembangan pariwisata saat ini mulai menjadi salah satu program unggulan dalam pembangunan daerah.
Pembangunan pariwisata tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan pendapatan
masyarakat dan menciptakan lapangan kerja di daerah. Kelurahan Sukolilo Baru dan Kelurahan Kandangan
adalah kelurahan yang memiliki potensi wisata di Surabaya. Kelurahan Sukolilo Baru dan Kelurahan Kandangan
memiliki sumber daya alam yang potensial dan menarik untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata seperti
kawasan bahari dan telaga. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai
inovasi pengembangan wisata berdasarkan komponen-komponen SWOT. Sehingga dengan munculnya inovasi
pengembangan wisata, potensi-potensi wisata yang ada di Sukolilo Baru dan Kandangan dapat terkelola dengan
baik. Adapun metode yang digunakan adalah menggunakan analisis SWOT untuk inovasi pengembangan wisata.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa potensi wisata yang ada di Kelurahan Sukolilo Baru dan Kandangan perlu
adanya inovasi untuk pengembangannya. Menggunakan analisis SWOT yang disertai dengan strategi diharapkan
dapat membantu untuk realisasi pengembangan wisata yang ada di kedua kelurahan ini. Melihat potensi yang
ada di Kelurahan Kandangan dan Sukolilo Baru dan hasil dari analisis SWOT maka terbentuklah grand design
dengan upaya pengembangan berupa pembuatan papan nama, mempercantik lokasi wisata, kerjasama dengan
warga setempat, dan pembuatan tempat sampah.
PENDAHULUAN
Pertama kali yang mempopulerkan konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat
adalah Murphy (1985). Dia berpendapat, bahwa produk pariwisata secara lokal diartikulasikan dan
dikonsumsi, produk wisata dan konsumennya harus visible bagi penduduk lokal yang seringkali
sangat sadar terhadap dampak turisme. Untuk itu, pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal,
sebagai bagian dari produk turisme, lalu kalangan industri juga harus melibatkan masyarakat lokal
dalam pengambilan keputusan. Karena, masyarakat lokal juga nantinya yang harus menanggung
dampak kumulatif dari perkembangan wisata dan mereka butuh untuk memiliki input yang lebih besar,
bagaimana masyarakat dikemas dan dijual sebagai produk pariwisata. Selain itu pariwisata
memainkan peranan terhadap pemberantasan pengangguran dan juga kemiskinan, prinsip ini
sudah tertuang dalam Undang-Undang Kepariwisataan No. 10/2009.
Inovasi di bidang pariwisata sebagai salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan tingkat
perkembangan sosial ekonomi. Inovasi bertindak sebagai faktor perubahan yang nyata, sebagai hasil
dari aktivitas. Lalu dalam pengembangan pariwisata ini juga dibutuhkan suatu analisis untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari inovasi yang telah di bentuk dalam
proses pengembangan pariwisata. Analisis SWOT merupakan cara sederhana yang bisa membantu
menganalisis apa yang paling dibutuhkan untuk pengembangan inovasi saat ini. Metode ini juga
membantu merancang pengembangan inovasi untuk kesuksesan pada masa mendatang (Tidd, 2001).
Kelurahan Sukolilo Baru dan Kelurahan Kandangan adalah kelurahan yang terletak di Surabaya.
Kedua kelurahan tersebut memiliki potensi wisata yaitu Sukolilo Baru terkenal dengan kebahariaanya,
meliputi potensi wisata perahu, spot foto background laut, wisata edukasi teripang dan sentra olahan
lautnya. Sementara itu, Kandangan dengan dengan potensi wisata berupa telaga cinta. Potensi wisata
tersebut apabila dikelola dengan baik maka tidak menutup kemungkinan akan mengingkatkan
ekonomi masyarakat karena secara tidak langsung akan memberikan perubahan positif untuk
masyarakat lokal antara lain membuka lapangan pekerjaan dan peluang usaha untuk masyarakat lokal
dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong peningkatan pembangunan daerah sekitar
(Yanis dan Naniek, 2021)
https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 152
KARYA (e-ISSN.2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156
Strategi dalam mewujudkan pengembangan desa wisata yaitu dengan merancang berbagai
fasilitas wisata salah satunya toko souvenir agar para wisatawan lebih bisa mengenal budaya lokal,
meningkatkan kemampuan dan kreativitas kompetensi masyarakat dalam mengelola wisata (Erna,
2019). Strategi lain yaitu dengan mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan
keputusan, adanya kepastian masyarakat lokal menerima manfaat dari kegiatan kepariwisataan,
menjamin sustainabilitas lingkungan dan memelihara karakter dan budaya lokal yang unik (Masriana,
2019). Yanies dan Nanik (2021) memiliki strategi yang berbeda yaitu fokus pada partisipasi
masyarakat, masyarakat menerima manfaat dari kegiatan kepariwisataan, pengembangan sumber daya
manusia dan konservasi lingkungan.
Inovasi pengembangan wisata berbasis masyarakat dengan menggunakan analisis SWOT
penting dilakukan karena sebagai tindak lanjut pengelolaan potensi wisata yang ada di Kelurahan
Sukolilo Baru dan Kandangan. Pengelolaan wisata berbasis masyarakat ini melibatkan masyarakat
sekitar dengan menjaga lingkungan yang ada, sehingga kawasan wisata ini dapat berkelanjutan dan
dapat dinikmati oleh anak cucu kita selain itu juga akan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar
(Mawardi, 2016).
METODE PELAKSANAAN
FGD
Yang pertama dalam tahapan memunculkan inovasi yaitu dengan melakukan observasi.
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati atau meninjau
secara cermat dan langsung di lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi atau
membuktikan kebenaran dari sebuah desain penelitian yang sedang dilakukan (Syafnidawaty, 2004).
Observasi yang dilakukan untuk mendapat data yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
secara langsung maupun tidak langsung terhadap keadaan di Kandangan dan Sukolilo Baru terutama
terkait potensi wisata yang bisa dikembangkan. Untuk selanjutnya yakni melakukan wawancara.
Menurut Afifuddin (2009:131) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden. Wawancara yang dilakukan di
Sukolilo Baru dan Kandangan adalah menanyakan langsung beberapa pertanyaan kepada stakeholder
kelurahan, kecamatan, orang-orang berpengaruh serta masyarakat Sukolilo Baru dan Kandangan itu
sendiri. Yang terakhir yaitu dengan melakukan FGD (Focus Grup Discussion). Metode ini
mengandalkan perolehan data atau informasi dari suatu interaksi informan atau responden berdasarkan
hasil diskusi dalam suatu kelompok yang berfokus untuk melakukan bahasan dalam menyelesaikan
permasalahan tertentu (Yati ; 2008). FGD yang dilakukan di Sukolili Baru dan Kandangan dilakukan
dalam rangka menggali potensi wisata yang ada di kedua daerah tersebut.
Setelah melakukan tahapan mulai dari observasi sampai dengan FGD dan mendapatkan data,
hal yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan analisis terhadap potensi-potensi yang ada di
kedua kelurahan tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT terdiri dari
empat faktor. Yang pertama yaitu kekuatan (strengths) dari inovasi pengembangan wisata berbasis
masyarakat di Sukolilo Baru dan Kandangan adalah lokasi wisata yang masih strategis dan jaringan
internet yang masih memedai. Untuk kelemahannya yaitu masih banyak fasilitas yang kurang
memadai dan masih banyak sampah yang berserakan. Lalu untuk peluang (Opportunities) adalah
terciptanya tempat wisata yang memberdayakan masyarakat sekitar. Sedangkan untuk ancaman
(Threats) yaitu bertambahnya sampah dari pengunjung yang tidak terkendalikan.
https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 153
KARYA (e-ISSN.2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156
Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah melakukan analisis SWOT yaitu merumuskan
inovasi apa yang sesuai untuk pengembangan potensi dengan memperhatikan analisis SWOT dan
kemudian dituangkan dalam proposal grand design.
Analisis SWOT
Setelah melakukan FGD dimana di dalam kegiatan tersebut terjadi kolaborasi ide mengenai
pengembangan wisata, yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan analisis SWOT. Tujuan
melakukan analisis ini untuk menemukan aspek-aspek penting dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman di dalam suatu penelitian. Dengan mengetahui empat aspek tersebut, diharapkan dapat
memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mengurangi ancaman, dan membangun
peluang-peluang di masa depan. Adapun hasil analisis SWOT di kedua kelurahan yaitu sebagi berikut:
Indikator Item Yang Dinilai Strategi
Kekuatan 1. Tersedianya potensi 1. Melakukan penyuluhan mengenai
(Strenghts) wisata pengelolaan potensi wisata
2. Tersedianya SDM untuk 2. Membentuk Pokdarwis dimana akan lebih
mengelola yaitu para mudah untuk mengembangkan potensi
pemuda yang potensial SDM yang ada
menjadi Pokdarwis 3. Membuat rancangan proposal sponsor
3. Lokasi wisata yang kepada investor untuk membantu
strategis membangun objek wisata yang belum
4. Jaringan internet yang diperhatikan oleh pemerintah
memadai 4. Melakukan promosi lewat media sosial
Kelemahan 1. Sampah masih belum 1. Melakukan pelatihan dan pendampingan
(Weakness) terkondisikan pengelolaan sampah dalam mendukung
2. Tempat parkir yang wisata dan menyediakan tempat sampah
kurang memadai 2. Melakukan penambahan kapasitas ruang
https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 154
KARYA (e-ISSN.2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156
https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 155
KARYA (e-ISSN.2798-1827)
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (p-ISSN.2798-2076)
Vol.2 No.1 2022: 152-156
mengurangi volume sampah agar Telaga Cinta semakin terlihat bersih, pemasangan lampu tumblr
untuk memperindah Telaga Cinta saat malam hari, pengecatan untuk mempercantik Telaga Cinta
karena sebelumnya cat pagar sudah terkelupas dan warnanya yang kurang terang, pembuatan media
vertikultur dengan jenis tanaman gantung untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal,
memperindah kolam pancing, menambah kesejukan, dan meningkatkan nilai estetika.
SIMPULAN
Inovasi pengembangan wisata berbasis masyarakat sangat diperlukan untuk memanfaatkan
potensi wisata di suatu daerah. Dengan diketahuinya inovasi apa yang yang digunakan untuk
mengembangkan potensi wisata yang ada di suatu daerah, maka potensi wisata tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik yang tentu mendatangkan manfaat untuk masyarakat sekitar. Sayangnya
masih banyak masyarakat yang kurang menyadari dan mengoptimalkan potensi wisata di daerah
mereka, seperti di Kelurahan Sukolilo Baru dan Kelurahan Kandangan. Untuk itu diperlukan inovasi
untuk mengembangkan wisata berbasis masyarakat di kedua kelurahan tersebut. Hal yang dilakukan
pertama yaitu dengan melakukan observasi, wawancarara dan melakukan FGD untuk mengetahui
potensi wisata yang selanjutnya potensi tersebut di analisis SWOT dimana kita tahu kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dari potensi yang dimiliki kedua kelurahan tersebut untuk menjadi
bahan perumusan grand desain. Inovasi pengembangan wisata berbasis masyarakat dinilai efektif
untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di kedua wilayah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kesadaran wisata dan partisipasi masyarakat untuk
mengembangkan potensi wisata tersebut. Maka diharapkan dengan adanya inovasi wisata berbasis
masyarakat ini dapat mengoptimalkan potensi wisata dengan masyarakat itu sendiri yang menjadi
pengelolanya sehingga mampu memberi dampak positif secara ekonomi untuk masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kiki Rizki Makiya, Shilfi Arizona. (2021). INOVASI MASYARAKAT DESA WISATA CANDRAN.
Jurnal Imiah Kepariwisataan , 193-202.
Mawardi, Achmad Nur YachyaWilopo, M. Kholid. (2016). PENGELOLAAN KAWASAN WISATA
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS CBT
(COMMUNITY BASED TOURISM). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 107-116.
Munawar, Sulistiani dan Ahmad. (2018) ANALISIS FASILITAS PARKIR DAN AKSESIBILITAS
OBJEK WISATA GOA GONG, PACITAN. Jurnal Riset Rekayasa Sipil Universitas Sebelas
Maret , 71-81.
Nanik Dara Senjawati, Indah Widowati, Sugiman Setyo Wardoyo. (2019). GRAND DESIGN
PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL (STUDI KASUS DI
DESA SALAM REJO KECAMATAN SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO. Jurnal
Dinamika Sosial Ekonomi , 188-200.
Putu Wira Parama Suta, I Gusti Agung Oka Mahagangga. (2017). Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat (Studi Kasus di Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban, Bali). Jurnal Destinasi
Pariwisata, 1-6.
Suganda, Asep Dadan. (2018). KONSEP WISATA BERBASIS MASYARAKAT. I-Economic, 29-41.
Susfenti, N. Erna Marlia. (2016). PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS
MASYARAKAT(COMMUNITY BASED TOURISM-CBT)DI DESA SUKAJADI
KECAMATAN CARITA. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 75-86.
Yanis Putri Mahanan, Haniek Listyorini. (2021). PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS
MASYARAKAT GUNA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT LOKAL
DI DESA WISATA CEMPAKA, BUMIJAWA, KABUPATEN TEGAL. SEMNASTEKMU
2021, 351-364.
Zulkifli, Ainun Zaibah. (2018). ANALISIS SWOT DALAM PENGELOLAAN TEMPAT WISATA
DI KABUPATEN ROKAN HULU OLEH DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
ROKAN HULU. PUBLIKa, 1-16 .
Sefira Ryalita Primadany, Mardiyono, Riyanto. (2020). ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN
PARIWISATA DAERAH. Jurnal Administrasi Publik (JAP), 135-143.
Undang-Undang Kepariwisataan No. 10/2009.
https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/karya_jpm/index 156
Vol.1 No.10 Maret 2021 2247
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
WISATA PETUALANGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI DAYA TARIK
DESA WISATA DI KABUPATEN SUMBAWA
Oleh
Anas Pattaray
Politeknik Pariwisata Lombok
Email: anas.pattaray@ppl.ac.id
Abstrak
Wisata pedesaan merupakan kawasan perdesaan yang memiliki potensi daya tarik wisata sebagai
tujuan wisata. Pengembangan pariwisata dengan konsep keberlanjutan lingkungan dan budaya di
Sumbawa menarik untuk diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan purposive sampling. Pengumpulan data dengan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi dan mencari teori dan konsep yang relevan dengan
permasalahan yang ditemukan kemudian dianalisis Menggunakan metode kombinasi analisis
SWOT dan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Penelitian ini menganalisis prioritas strategi
pengembangan wisata petualangan berbasis kearifan lolal desa wisata di Kabupaten Sumbawa.
Penelitian ini berdasarkan evaluasi dari 10 expert yang menghasilkan prioritas strategi peningkatan
produk wisata.
Kata Kunci: Wisata Petualangan, Kearifan Lokal, SWOT & AHP
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.10 Maret 2021 2249
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
METODE PENELITIAN mengembangkan produk local dan menguatkan
Penelitian ini adalah penelitian kearifan lokal, maka perlu merubah pola pikir
kualitatif yang menggunakan pendekatan masyarakat desa dalam meningkatkan
purposive sampling. Pengumpulan data dengan pendapatan melalui pengambangan produk
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi desa wisata (Kusiawati, 2017).
dan mencari teori dan konsep yang relevan Karakteristik desa wisata memiliki
dengan permasalahan yang ditemukan konsep integrasi antara atraksi, akomodasi, dan
kemudian dianalisis melalui SWOT yang pemenuhan fasilitas pendukung dalam suatu
dikombinasikan dengan AHP untuk struktur masyarakat yang menyatu dengan tata
menghasilkan prioritas strategi. Adapun cara dan tradisi yang sudah ada dan berlaku
literature yang digunakan adalah studi (Ma’ruf et al., 2017). Beberapa desa di
observasi, wawancara dan dokumentasi. Kabupaten Sumbawa merupakan perdesaan
yang tetap menawarkan suasana yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mencerminkan keaslian pedesaan dalam
Pariwisata sebagai sebuah aktifitas kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
wisata di tempat wisata di luar aktifitas istiadat, keseharian, arsitektur bangunan dan
keseharian dan lingkungan tempat tinggalnya. tata ruang desa yang khas unik dan menarik.
Tempat untuk melakukan persinggahan Desa wisata juga memiliki potensi budaya,
sementara yang didorong oleh motivasi tanpa atraksi, akomodasi, kuliner, kerajinan, dan
bermaksud untuk mencari nafkah tetapi kebutuhan wisata lainnya. Kabupaten
didasarkan pada kebutuhan untuk mendapatkan Sumbawa memiliki potensi desa yang telah
kesenangan, dan menikmati berbagai hiburan terintegrasi antara budaya, atraksi, akomodasi,
yang dapat melepaskan lelah sehingga dan fasilitas pendukung yang menyatu dalam
menghasilkan suatu travel experience dan struktur kehidupan dan kearifan lokal
hospitality service (Suwena et al., 2010). masyarakat setempat.
Saat ini pariwisata menjadi sektor Pendekatan CBT (community base
penting bagi kehidupan dan telah berkembang tourism) yaitu pariwisata yang menitik beratkan
dengan berbagi jenis daya tarik yang pada keberlanjutan lingkungan, sosial, dan
ditawarkan. Pariwisata dapat berupa wisata budaya ke dalam satu kemasan maka seluruh
budaya dan kearifan lokal, wisata perdesaan, potensi yang dikemas dalam produk wisata
wisata alam (ekowisata dan wisata tersebut dikelola dan dimiliki oleh masyarakat
petualangan), wisata pantai, matahari, dan hasilnya juga untuk masyarakat setempat.
perjalanan bisnis, fitness-wellness dan wisata Pengembangan CBT bertujuan untuk
sehat lainya. Menurut (Warpani & Warpani, peningkatan sumber daya, memaksimalkan
2007) keseluruhan jenis wisata tersebut akan potensi warga, menjaga lingkungan dan budaya
dapat dikatakan sebagai pariwisata yang baik local (Lee & Jan, 2019). Tujuan dari
jika memiliki prasyarat yang harus dipenuhi, pengelolaan desa wisata adalah memungkinkan
dimana prasyarat tersebut dapat dikelompokan wisatawan untuk belajar tentang kehidupan
ke dalam 2 kategori utama yakni (1) daya tarik masyarkat setempat. Desa dijadikan sebagai
yang menjadi sasaran dan (2) destinasi sebagai daya tarik wisata harus memenuhi persyaratan-
pemicu pariwisata itu sendiri. Selain itu, syarat persyaratan antara lain aksesibilitas yang baik
proses berlangsungnya kegiatan pariwisata sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan
antara lain transportasi, akses menuju destinasi, menggunakan berbagai jenis transportasi,
atraksi, dan penunjang lainnya seperti promosi memiliki daya tarik wisata berupa alam,
dan publikasi untuk membangun dorongan budaya, makan khas untuk dikembangkan dan
minat berwisata. Dalam mendorong program ditawarkan kepada wisatawan atau
desa wisata sebagai komoditi dengan berhubungan dengan daya tarik wisata lain
melakukan pemberdayaan masyarakat setempat yang muda diakses, masyarakat dan aparat desa
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2250 Vol.1 No.10 Maret 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
memberikan dukungan yang tinggi terhadap sangat menantang seperti menaklukkan kondisi
penyelenggaraan desa wisata, keamanan dan tertentu pada alam yang dikunjungi (Suwena &
ketertiban di desa di jamin, wisatawan tidak Widyatmaja, 2017)
merasa terancam terhadp keselamatan diri Wisata petualangan melibatkan
maupun barangnya, tersedia infrastruktur berbagai kegiatan aktifitas fisik didorong oleh
seperti akomodasi (homestay), fasilitas dan adrenalin dan berisiko. Wisatawan petualangan
pelayanan transportasi, listrik, air bersih, sangat tertarik dengan perjalanan ke tujuan
drainase dan fasilitas telekomunikasi, beriklim yang tidak umum, menarik, dan terpencil.
sejuk/dingin, sehingga wisatawan merasa Aktifitas petualangan berupa pengalaman,
betah, dan sistem kepercayaan dan adat istiadat lingkungan, inspirasi, ancaman, dan
serta nilai-nilai karifan lokal setempat kemampuan sebagai ruang lingkup utama
memungkinkan untuk penyelenggaraan desa perjalanan petualangan. Wisata petualangan
wisata (Hadiwijoyo, 2012). seperti arung jeram, menunggang kuda, hiking,
Produk wisata yang dikemas dengan diving, bersepeda gunung, backpacking, dan
baik dapat menjadi peluang bagi warga berkemah dapat dikembangkan di Sumbawa.
setempat seperti menyediakan homestay bagi Kegiatan wisata petualangan utama meliputi,
wisatawan. Selain homestay, produk kuliner pendakian gunung, panjat tebing, menyelam
dan paket wisata alam yang melibatkan dan berenang, aktifitas air, tracking,
wisatawan untuk ikut bertani dan berkebun juga petualangan pantai, keindahan alam dan
menjadi peluang ekonomi bagi warga. petualangan margasatwa (Beedie, 2016)
Homestay dan produk wisata bagi masyarakat Solusi yang ditawarkan dalam proses
dapat digunakan sebagai mata pencaharian transformasi pola pikir masyarakat pedesaan di
tambahan setelah pertanian (Ratmaja et al., Sumbawa, dari sektor pertanian ke subsektor
2019). Dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 jasa pariwisata dengan memberikan
unsur yang membentuk suatu produk keterampilan dan pengetahuan kepada
pariwisata, yaitu daya tarik dan atraksi, masyarakat setempat. Dengan begitu, secara
ketersediaan fasilitas, dan kemudahan akses. berangsur-angsur masyarakat dapat
Ketiga unsur tersebut menyatu dan mengembangkan jasa-jasa lingkungan dan
menghasilkan citra suatu destinasi. sosial budaya di wilayahnya masing-masing
Produk wisata dapat dikemas dalam untuk seluruh penduduk Indonesia yang
bentuk atraksi wisata dan daya tarik wisata tersebar 250 jiwa, 78 ribu desa, 742 bahasa, dan
alam, budaya maupun buatan manusia seperti 1.128 suku bangsa (Ruskhan, 2007). Dengan
festival atau pentas seni, kemudahan akses demikian, penduduk lokal memiliki pilihan dan
untuk menju destinasi, dan fasilitas pendukung ragam produk kreatif tidak hanya
seperti akomodasi, kebersihan dan mengandalkan usaha tani dan ternak, tetapi juga
keramahtamahan. Dalam memasarkan suatu dapat mengembangkan usaha jasa pariwisata
daya tarik wisata dibutuhkan networking yang sesuai dengan potensi dan keunikan yang ada.
luas dengan pihak lain untuk menjual produk Selain itu, dapat juga menghasilkan insentif
yang ditawarkan (Mason & Cheyne, 2000). tambahan selain produksi pertanian, nilai-nilai
Produk wisata dikembangkan dalam berbagai tradisi dan budaya serta kelestarian lingkungan,
macam pilihan seperti produk wisata alam yaitu dan potensi geografis dapat memperkuat
wisata yang aktivitasnya di alam terbuka wawasan kebangsaan dan geopolitik Indonesia
dengan memperhatikan asfek pelestarian alam (Wasantara, 2010). Pemerintah daerah (pemda)
dan budaya serta penggunaan fasilitas dan jasa secara langsung atau tidak langsung juga
dari masyarakat setempat. Sedangkan wisata memperoleh manfaat dari kegiatan pariwisata
tantangan/petualangan (adventure), yang dikembangkan oleh masyarakat.
aktivitasnya cenderung aktivitas fisik yang
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.10 Maret 2021 2251
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Tabel 1. Analisis SWOT Kriteria penting pengembangan wisata
Analisis SWOT petualangan.
Internal Kekuatan Kelemahan
1. Memiliki potensi 1. Kurangnya Gambar 1. prioritas kriteria pengembangan
yang kuat karena transportasi wisata petualangan di Sumbawa
daya dukung publik menuju
budaya, alam daya tarik
pegunungan, 2. Akses menuju Availablility 0.3
hamparan pantai, daya tarik wisata
pulau-pulau kecil belum tertata Accountability 0.2
dan perbukitan 3. Tidak adanya
Action 0.3
2. Masyarakat yang paket wisata yang
tinggal di pedesaan menawarkan Appearance 0.21
sangat welcome wisata
terhadap tamu petualangan Activities 0.095
3. Masyarakat tidak Sumbawa Assurance 0.114
sulit beradaptasi
dengan orang baru Appreciation 0.067
4. Sebagian besar Access 0.157
masyarakat
Sumbawa dapat Attractiveness 0.215
menggunakan
Awarness 0.351
bahasa Indonesia
dengan baik
0 0.2 0.4
Eksternal Peluang Tantangan
1. Seluruh potensi 1. Hadirnya
yang dimiliki, teknologi modern Berdasarkan Gambar 1 analisis kriteria
Sumbawa dalam pemasaran
dikategorikan 2. Masuknya
yang terpenting dalam pengembangan wisata
sebagai daya tarik pemodal besar petualangan di Sumbawa kriteria awarness
utama dalam
pariwisata
memiliki nilai terteinggi maka hal yang perlu
2. Potensi alam dilakukan adalah penguatan sumberdaya
Sumbawa sangat
sesuai dengan
pengelola potensi wisata dan produk wisata
wisata petualangan sehingga kepedulian tersebut dapat berdampat
Analisis SWOT menunjukkan bahwa secara ekonomi bagi masyarakat setempat.
Sumbawa memiliki potensi wisata dengan Kriteria selanjutnya adalah availability yaitu
kekuatan alam dan budaya yang cukup kuat ketersedian potensi wisata, aksesibilitas,
untuk dikembangkan dengan pendekatan akomodasi, atraksi, dan amenitas sudah tersedia
wisata petualangan. Potensi wisata yang namun perlu adanya peningkatan pelayanan
terdapat di Sumbawa dapat menjadi salah satu yang berstandar untuk memenuhi kebutuhan
sumber untuk meningkatkan nilai tambah wisatawan. Selanjutnaya action yaitu perlu
ekonomi bagi masyarakat pedesaan dengan melibatkan seluruh komponen stakeholder baik
memperkuat produk wisata alam dan budaya pemerintah, industri, dan asosiasi untuk
masyarakat setempat. Setiap desa di Sumbawa berkolaborasi membangun potensi wisata di
memiliki karakteristik potensi wisata yang unik Kabupaten Sumbawa dengan menitikberatkan
dan menarik untuk dijelajahi. pada kekuatan potensi yang ada.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2252 Vol.1 No.10 Maret 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Alternatif strategi pengembangan wisata dengan metode analisis SWOT pada faktor
petualangan. internal menunjukkan kekuatan antara lain;
Gambar 2. Prioritas strategi pengembangan adanya daya dukung budaya, alam pegunungan,
wisata petualangan di Sumbawa hamparan pantai, pulau-pulau kecil, perbukitan,
masyarakat yang tinggal di pedesaan sangat
welcome terhadap tamu, masyarakat tidak sulit
Promosi Destinasi 0.2
beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang
baru. Kelemahannya adalah; kurangnya
Kelembagaan 0.3
transportasi publik menuju daya tarik, akses
Peran Masyarakat
menuju daya tarik wisata belum tertata dengan
0.2
baik, tidak adanya paket wisata yang
Sumber Daya Manusia 0.281
menawarkan wisata petualangan. Faktor
eksternal seperti peluang yaitu; seluruh potensi
Produk Wisata 0.579 yang dimiliki, Sumbawa dikategorikan sebagai
daya tarik utama dalam pariwisata, potensi
Wisata Berwawasan
0.14 alam Sumbawa sangat sesuai dengan wisata
Lingkungan
petualangan. Ancaman yang perlu diwaspadai
0 0.5 1 antara lain; hadirnya teknologi modern dalam
pemasaran, dan masuknya pemodal besar ke
Berdasarkan analisis alterenatif strategi desa-desa wisata. Strategi pengembangan
yang terpenting dalam pengembangan wisata produk wisata dengan pendekatan wisata
petualangan di Sumbawa. Strategi petualangan di Kabupaten Sumbawa adalah
pengembangan kawasan wisata memiliki nilai strategi S-O (Strenght-opportunity),
terteinggi maka hal yang perlu dilakukan adalah memanfaatkan kekuatan sebagai peluang atau
pembenahan kawasan dan pemetaan kawasan strategi agresif, sehingga prioritas strateginya
wisata prioritas yang akan dijadikan sebagai adalah menyusunan paket wisata petualangan,
daya tarik wisata petualangan di Sumbawa. berkolaborasi dengan industry taravel,
Kemudian strategi memperkuat kelembagaan mengikuti event pariwisata, meningkatkan
yaitu dengan menhimpun seluruh stakeholder kuantitas dan kualitas SDM pengelolah,
baik dari pemerintah, industri, dan asosiasi menyediakan sarana dan prasarana penunjang,
untuk berkolaborasi dengan masyarakat merencanakan pengembangan baik jangka
sebagai pelaku wisata di tingkat yang paling pendek maupun jangka panjang, dan
dasar untuk mengoptimalkan standar pelayanan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
yang dibutuhkan oleh wisatawan. Selanjutnya dampak eko nomi pariwisata.
sumber daya manusia yang akan menggerakkan
pariwisata Sumbawa harus dioptimalkan DAFTAR PUSTAKA
dengan cara memperbanyak pelatihan kepada [1] Beedie, P. (2016). Adventure tourism.
pelaku dan konsisten dalam melakukan Routledge International Handbook of
monitorin dan evaluasi dari program pelatihan Outdoor Studies, July, 463–471.
dan pemberdayaan terhadap sumber daya lokal https://doi.org/10.4324/9781315768465
di Sumbawa. [2] Hadiwijoyo, S. S. (2012). Perencanaan
pariwisata perdesaan berbasis
PENUTUP masyarakat: Sebuah pendekatan konsep.
Kesimpulan Graha Ilmu.
Hasil analisis dan pembahasan penelitian [3] Hermawan, H. (2016). Dampak
disimpulkan bahwa potensi wisata petuangan pengembangan Desa Wisata Nglanggeran
dan kearifan lokal di Sumbawa yang dianalisa
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.10 Maret 2021 2253
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
terhadap ekonomi masyarakat lokal. Jurnal https://doi.org/10.24843/jumpa.2020.v07.i
Pariwisata, 3(2), 105–117. 01.p10
[4] Kusiawati, D. (2017). Pendidikan Luar [11] Ratmaja, L., Pattaray, D. A., Pariwisata, P.,
Sekolah , Universitas Pendidikan Lombok, N., Raden, J., No, P., Jonggat, P.,
Indonesia Pendidikan Luar Sekolah , & Ntb, P. (2019). HOMESTAY SEBAGAI
Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas PENGEMBANGAN USAHA
Negeri Malang. Pemberdayaan MASYARAKAT DI DESA WISATA
Masyarakat, 2(1), 59–72. KEMBANG KUNINGKABUPATEN
[5] Lee, T. H., & Jan, F. H. (2019). Can LOMBOK TIMUR Homestay As A
community-based tourism contribute to Community Business In Village Tourism
sustainable development? Evidence from Kembang Kuning, East Lombok District.
residents’ perceptions of the sustainability. 13(2), 37–48.
Tourism Management, 70(September [12] Ruskhan, A. G. (2007). Pemanfaatan
2017), 368–380. Keberagaman Budaya Indonesia Dalam
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2018.09. Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur
003 Asing (BIPA). Makalah Yang Disajikan
[6] Ma’ruf, M. F., Kurniawan, B., & Pangestu, Dalam Seminar Pengajaran Bahasa
R. P. A. G. (2017). Desa Wisata: Sebuah Indonesia Pertemuan Asosiasi Jepang-
Upaya Mengembangkan Potensi Desa Dan Indonesia Di Nanzan Gakuen Training
Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Center, Nagoya, Jepang, 10–11.
(Studi Pada Desa Wisata Bejiharjo [13] Sung, H. H. (2004). Classification of
Kecamatan Karangmojo Kabupaten adventure travelers: Behavior, decision
Gunungkidul). Dinamika Governance: making, and target markets. Journal of
Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 7(2). Travel Research, 42(4), 343–356.
[7] Mason, P., & Cheyne, J. (2000). Residents’ https://doi.org/10.1177/004728750426302
attitudes to proposed tourism development. 8
Annals of Tourism Research, 27(2), 391– [14] Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. (n.d.).
411. Gusti Ngurah.(2017). Pengetahuan Dasar
[8] Mutana, S., & Mukwada, G. (2018). Ilmu Pariwisata. Denpasar: Pustaka
Mountain-route tourism and sustainability. Larasan, Bekerja Sama Dengan Fakultas
A discourse analysis of literature and Pariwisata Universitas Udayana
possible future research. Journal of Denpasar.(Online Edition).
Outdoor Recreation and Tourism, [15] Suwena, I. K., Widyatmaja, I. G. N., &
24(August), 59–65. Atmaja, M. J. (2010). Pengetahuan dasar
https://doi.org/10.1016/j.jort.2018.08.003 ilmu pariwisata. Udayana University
[9] Pattaray, A., & Efendi, M. N. (2020). Press.
Urban Tourism Development: Constraints [16] Warpani, S. P., & Warpani, I. P. (2007).
and Expected Changes of Kota Lama Pariwisata dalam tata ruang wilayah.
Tourism Area (KLTA) in Surabaya, Penerbit ITB.
Indonesia. Journal of Tourism and [17] Wasantara, P. (2010). Konsepsi Wawasan
Hospitality Management, 8(1), 133–137. Nusantara. Pokja Wasantara. Lemhannas,
https://doi.org/10.15640/jthm.v8n1a14 Jakarta.
[10] Prihasta, A. K., & Suswanta, S. (2020). [18] Wirawan, P. E. (2017). Characteristics of
Pengembangan Desa Wisata Berbasis Farming and Trekking Tour Packages in
Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata North Bali. Journal of Business on
Kaki Langit Padukuhan Mangunan. Jurnal Hospitality and Tourism, 2(1), 323.
Master Pariwisata (JUMPA), 7(2012), https://doi.org/10.22334/jbhost.v2i1.67
221.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2254 Vol.1 No.10 Maret 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
[19] Yetim, A. Ç. (2017). Determining the
benefits of adventure tourism from a
providers’ perspective in Fethiye. Global
Journal of Business, Economics and
Management: Current Issues, 7(1), 2.
https://doi.org/10.18844/gjbem.v7i1.1390
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
xStrategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu Dengan
Local Economic Resources Development (LERD)
ABSTRAK
Local economic development can not be separated from efforts to encourage the
development of village level based on local wisdom, resource potential and uniqueness or
a Local Economic Development Resources (LERD). The term Rural Innovation is a
village that is able to utilize the resources the village in a new way, refers to the idea that
the village in life to carry out his activities not just a routine of life, but life always moves
full of innovations in improving living standards. Development of rural innovation can to
be one of the acceleration solutions improve people's welfare. Development of rural
innovation can basically be applied to several sectors including the development of
innovative rural tourism sector which is one of the strategies that need to be developed to
address issues raised in the village, especially in order to improve the competitiveness of
the village which then led to the improvement of regional competitiveness. This study
uses qualitative descriptive method, which is a contextual research that makes human
beings as instruments and adapted to the situation that is reasonable in relation to data
collection in general are qualitative. Goals to be gained from this study, was to determine
the potential of the village, identify the obstacles encountered and find solutions strategy
of innovation development of rural tourism sector in Kota Batu.
Keywords: strategy development, rural innovation, tourism, Kota Batu
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara berbasis desa/kelurahan, sebab 82,3% wilayah Indonesia
merupakan kawasan perdesaan. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia pada tahun 2011
sebanyak 78.609 dan pada tahun 2013 mencapai 80.714, sedangkan jumlah
desa/kelurahan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebanyak 8.503 dan pada tahun
2013 meningkat menjadi sebanyak 8.505. Kondisi saat ini kekuatan ekonomi desa tidak
berdaya terhadap mekanisme pasar, dan desa selalu berada pada ketidakberdayaan dan
ketidakseimbangan ketika berhubungan dengan kota, dalam menghadapi ancaman
keterbelakangan dan ketidakadilan dalam pembangunan.
Desa sebagai wilayah yang bertumpu pada potensi lokal, terutama perekonomian
berbasis pertanianternyata posisinya lemah. Ada semacam dilema, karena kemiskinan
dan pengetahuan yang rendah menyebabkan pemanfaatan sumber daya kelewat batas
untuk bertahan hidup, akan tetapi di sisi lain, banyak sember daya yang ternyata belum
dimanfaatkan secara optimal, seperti matahari, air, angin, tanaman, ikan, ternak, dan
tenaga manusia. Hal tersebut disebabkan karena masih terbelakangnya masyarakat desa,
kurangnya modal, keterbatasan pengetahuan dan tingkat produktivitas yang rendah,
sehingga berimplikasi pada tingkat pendapatan yang rendah. Permasalahan lain yang
ditemukan di perdesaan adalah masih lemahnya masyarakat dan aparat desa dalam
merencanakan pembangunan, masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, masih lemahnya kegiatan ekonomi desa.
Pembangunan ekonomi lokal tidak dapat dilepaskan dari upaya mendorong
pengembangan tingkat desa dengan berbasis pada kearifan lokal, potensi sumber daya
dan keunikannya. Upaya meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
melalui penjalinan kerjasama antar semua komponen dalam suatu komunitas dengan
bertumpukan pada pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal sehingga meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di suatu wilayah. Pengembangan Sumberdaya Ekonomi Lokal
(Local Economic Resources Development) pada dasarnya merupakan suatu proses yang
berbasis komunitas atau kelompok dalam mengelola wilayah sesuai dengan sumberdaya
yang ada, dalam mewujudkan peningkatan pendapatan ekonomi lokal, pertumbuhan
wilayah, serta menumbuhkan lapangan pekerjaan baru. Kota Batu, merupakan
kawasan daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur. Dalam pengembangan daerah wisata
kota Batu, pemerintah berencana membuat strategi pengembangan desa inovasi berbasis
Pengembangan Sumberdaya Ekonomi Lokal (Local Economic Resources Development).
Lingkungan desa inovasi tersebut akan dikelola secara baik dan terencana sehingga
memiliki karakteristik yang unik sebagai tempat pariwisata, yang memberikan nilai
manfaat bagi masyarakat setempat.
Desa-desa yang mampu mendayagunakan kearifan lokal dan sumber dayanya
dengan cara yang berbeda dapat dikembangkan menjadi desa inovasi. Istilah Desa
Inovasi adalah desa yang mampu memanfaatkan sumber daya desanya dengan cara baru,
mengacu pada gagasan bahwa desa dalam kehidupannya untuk melakukan kegiatan-
kegiatannya bukan hanya sekedar rutinitas hidup saja, tetapi kehidupan yang selalu
bergerak penuh dengan inovasi-inovasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
Sebagaimana inovasi yang terus dilakukan oleh kota-kota lainnya, desapun perlu
melakukan inovasi-inovasi. Pengembangan desa inovasi dapat menjadi salah satu solusi
percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2.Rumusan masalah dalam penelitian ini :
a. Bagaimana potensi pengembangan desa inovasi sektor pariwisata di Kota Batu ?
b. Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengembangan desa inovasi
sektor pariwisata di Kota Batu ?
c. Bagaimana strategi pengembangan untuk menghadapi hambatan dalam desa inovasi
sektor pariwisata di Kota Batu dengan Local Economic Resources Development
(LERD)?
3.Tinjauan Pustaka
3.1. Pengertian desa
Desa sebagai wilayah yang bertumpu pada potensi lokal, terutama perekonomian
berbasis pertanian dan UMKM di tengah pertumbuhan industri global, sehingga
membutuhkan perhatian khusus sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 terutama Bab IX Pasal 78 yang menyatakan bahwa :
a. Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan
potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan.
b. Pembangunan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
c. Pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
UU Nomor 6 Tahun 20014 menyatakan bahwa pembangunan wilayah pedesaan
dilaksanakan dengan memperhatikan potensi lokal yang dimiliki didukung dengan
pengembangan teknologi tepat guna dan inovasi-inovasi yang dilakukan untuk
kesejahteraan masyarakat perdesaan.
Greg Richards dan Julie Wilson menyatakan bahwa inovasi adalah pengenalan
penemuan-penemuan baru atau menyebarkan makna penemuan baru tersebut ke dalam
penggunaan umum di masyarakat (Richards dan Wilson, 2007:6). Sedangkan Hamel
(2000:419-421) mengatakan bahwa strategi inovasi bukan tugas manajemen puncak saja,
tetapi setiap orang bisa membantu membangun strategi inovatif. Inovasi sama dengan
konsep-konsep bisnis yang sama sekali baru dan merupakan investasi.Pengembangan
desa inovasi tidak dapat dipisahkan dari pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagaimana yang dikemukakan Tatang (2005:17) bahwa upaya pembangunan desa yang
inovatif, inklusif dan berkelanjutan dilakukan dengan penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, teknologi dan inovasi (IPTEKIN) dengan sistem inovasi sebagai vehicle
nya.
Menurut Mahroum (2007:6): rural innovation is defined as the introduction of
something new (a novel change) to economic or social life in rural areas, which adds
new economic or social value to rural life, bahwa inovasi pedesaan didefinisikan sebagai
pengenalan sesuatu yang baru (perubahan baru) untuk kehidupan ekonomi dan sosial di
daerah pedesaan, yang menambahkan ekonomi baru atau sosial nilai kehidupan
pedesaan.Desa inovasi merujuk pada suatu kondisi dimana desa melakukan
pembaharuan. Artinya, desa yang mampu memanfaatkan sumberdaya desa dengan cara
baru. Untuk mengembangkan desa inovasi, penting bagi pemerintah untuk
mengidentifikasi potensi, terutama karakter unik pada suatu desa yang memungkinkan
dikembangkan menjadi desa inovasi, dimana pengembangan desa inovasi hendaknya
sesuai dengan potensi yang ada. Hal yang sangat penting dalam pengembangan desa
inovasi adalah komitmen dari semua pemangku kepentingan.
3.2. Pengetian Pariwisata
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan di
jelaskan bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Sedangkan
menurut Wardiyanta (2006:49-50), kepariwisataan memiliki dua aspek kelembagaan dan
aspek substansial yaitu sebuah aktivitas manusia. Dilihat dari sisi kelembagaannya,
pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya,
yakni bagaimana perkembangannya dari mulai direncanakan, dikelola sampai dipasarkan
pada pembeli yakni wisatawan..
Pariwisata merupakan fokus penting untuk inovasi pedesaan dan bagian penting
dari ekonomi pedesaan, disamping itu inovasi juga sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing yang terkait erat dengan sektor pedesaan lainnya yaitu
pertanian. Inovasi desa wisata juga memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus
yang membedakannya dari sektor pedesaan lainnya, terutama kesulitan melindungi
inovasi, dampak keterpencilan pada pengembangan industri, dan kebutuhan untuk
kerjasama antara berbagai badan-badan publik, swasta dan sukarela untuk memberikan
pengalaman wisata yang lengkap.
3.3. Pengertian (LERD)
Local Economic Resources Development (LERD) sebagai proses yang dilakukan
secara bersama oleh pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerintah untuk
menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja di tingkat lokal (World Bank).
Local Economic Resources Development (LERD) adalah proses dimana
pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang,
memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Blakely and
Bradshaw,2002).
4. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian
kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrumen dan disesuaikan dengan situasi
yang wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat
kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif (qualitative research). Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu
tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu
atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai
bagian dari suatu keutuhan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:60) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan
untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau dipilih secara sengaja.
Karakteristik wilayah penelitian yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu
memepunyai potensi unggulan daerah yang kuat di Kota Batu didukung oleh keadaan
alam (klimatologi, topografi, dan geologi)dan lingkungannya yang kondusif serta
berdasarkan visi Kota Batu yaitu Kota Batu sebagai sentra pertanian organik berbasis
kepariwisataan internasional yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Batu. Berdasarkan
visi ini maka Pemerintah Daerah Kota Batu memprioritaskan sektor pertanian dan
pariwisata dalam pembanguan ekonomi dan wilayahnya. Sektor Pertanian merupakan
sektor unggulan yang diharapkan dapat bersinergi dengan pertumbuhan sektor lainnya
seperti pariwisata, perdagangan dan industri.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada
konsep Milles & Huberman (1992: 20) yaitu interaktif model yang mengklasifikasikan
analisis data, dengan pengumpulan dan reduksi data (Data Reduction),penyajian data
(Display Data)dan penarikan kesimpulan (Verifikasi).
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu dengan Local
Economic Resources Development (LERD) dengan sosialisasi dan dana
dirasakan sudah mendukung pelaksanaan program. Kegiatan sosialisasi
selama ini sudah memberikan informasi sehingga masyarakat memahami
program pemberdayaan ini. Sedangkan sumber daya manusia pelaksana
program sudah sesuai karena merupakan orang-orang sekitar dan sudah
paham kondisi wilayahnya.
2. Output Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu dengan Local
Economic Resources Development (LERD) adalah ketertarikan ikut program
karena masyarakat ingin meningkatkan taraf hidupnya . Kebutuhan sarana dan
prasarana yang telah terpenuhi untuk menunjang usaha masyarakat dalam
meningkatkan pendapatannya.
3. Manfaat program Pemberdayaan Masyarakat di Kota Batu dengan Local
Economic Resources Development(LERD) berdasarkan pengamatan sangat
memberikan hasil kepada masyarakat.
4. Dampak Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu dengan
Local Economic Resources Development (LERD) adalah penguatan UKM
(Usaha Kecil Menengah) dirasakan sudah berkembang. Keberhasilan ini juga
disebabkan karena aktifnya partisipasi masyarakat yang ingin meningkatkan
taraf hidupnya. Hal ini juga terlihat juga pada peningkatan pendapatan
masyarakat.
Daftar Pustaka
Irwanto. 2008. Focus Group Discussion :Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : Pusat
kajian pembangunan masyarakat - Unika Atmajaya.