E1B119031
KENYAMANAN TERMAL
Kenyamanan termal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh manusia, bukan
oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda
disekitar arsitekturnya atau kondisi pikir seseorang yang mengekspresikan kepuasan dirinya
terhadap lingkungan termalnya. Kenyamanan termal adalah sebuah kondisi di mana secara
psikologis, fisiologis, dan pola perilaku seseorang merasa nyaman untuk melakukan aktivitas
dengan suhu tertentu di sebuah lingkungan.
Ruang dalam bangunan sebagai wujud dari produk design arsitektur mempunyai
beberapa fungsi. Fungsi pertama adalah sebagai pelindung (shelter). Fungsi kedua
sebagai wadah untuk melakukan aktifitas seperti bekerja, belajar, berolah-raga,
menikmati hiburan, berkumpul, beristirahat dan lain-lain. Fungsi ketiga adalah fungsi
social dan budaya (Markus & Moris, 1980).
Dalam kaitannya sebagai fungsi pelindung sebuah ruangan secara termal harus
mampu melindungi penghuninya dari cuaca yang terlalu dingin atau terlalu panas yang
dapat menyebabkan penghuni jatuh sakit atau meninggal dunia. Dalam konteks ruangan
sebagai wadah melakukan aktifitas diperlukan kondisi termal yang paling nyaman
untuk aktifitas tersebut sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan optimal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Altman dan Stokol pada tahun 1987
produktifitas pekerja pabrik atau kantor yang melakukan pekerjaan yang berulang kali
cendurung menurun apabila dilakukan pada ruangan dengan temperature dan tingkat
kelembaban yang tinggi. Walau telah diketahui eratnya hubungan antara produktifitas
pekerja dengan kenyaman termal, akan tetapi pemilik gedung cenderung menekan
biaya investasi untuk mencapai kenyamanan termal. Padahal menurut Edward pada
tahun 1989 biaya investasi dan operasional untuk mencapai kenyaman termal jauh lebih
murah dibandingkan dengan biaya gaji karyawan dan pengembangan bisnis.
Kenyamanan Termal bangunan dapat dicapai dengan strategi design alami dan
strategi design mekanis.
a. Orientasi Bangunan
b. Peneduhan
c. Ventilasi Udara Alami
Pemikiran Green Building Design dimulai sejak timbulnya kekuatiran global atas
menipisnya energy fosil dunia pada sekitar tahun 1960. Rachel Carson pada bukunya
yang berjudul Silent Spring 1962 dianggap buku yang memprakarsai konsep Green
Building Design.
Penelitian yang dilakukan oleh Clement dan Croome menunjukan adanya korelasi
unik antara pencapaian kenyamanan termal alami dengan biaya investasi. Sebagai
designer Green Building harus menemukan titik temu antara investasi jangka panjang
dengan performa bangunan untuk pencapaian ROI yang maksimal.