Stambuk : E1B119031
Kenyamanan visual dalam sebuah bangunan memiliki hubungan yang kuat dengan
pencahayaan. Cahaya merupakan jembatan penghubung antara manusia dengan objek
sekitarnya. Tanpa cahaya, manusia tidak dapat melihat objek dikesitarnya. Bangunan adalah
salah satu pengkonsumsi energi terbesar, World Green Building Council menyebutkan
bahwa sektor konstruksi menyerap 30-40% total energy dunia (Kerr,2008). Oleh
karenanya, penerapan konsep hemat energi dari sektor bangunan akan dapat memberikan
efek signifikan pada keberlanjutan ketersediaan energi.
Salah satu upaya penghematan energi pada bangunan adalah dengan optimalisasi
desain untuk mewadahi penggunaan potensi alam, termasuk di dalamnya pencahayaan.
Studi pada bangunan kantor di Hawaii menyebutkan bahwa 27% dari total konsumsi energi
bangunan tergunakan untuk pencahayaan buatan, dengan pengoptimalisasian penggunaan
pencahayaan alami maka persentase tersebut dapat ditekan.
Masalah yang kemudian muncul adalah tentang kenyamanan visual yang ditimbulkan
oleh pencahayaan alami dalam ruang. Pengguna bangunan pada dasarnya menghendaki
adanya pencahayaan alami. Sebuah review pada reaksi pengguna terhadap lingkungan
dalam bangunan menyatakan bahwa tersedianya pencahayaan alami secara optimal sangat
diinginkan karena memenuhi dua kebutuhan dasar manusia: kebutuhan visual untuk
melihat baik bidang kerja maupun ruangan dan untuk mengalami stimulasi lingkungan
dari efek pencahayaan tersebut (Boyce, 1998 dalam IEA,2000).
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya alami
yaitu matahari yang merupakan energy yang tidak terbatas dan tidak dapat habis, dengan
cahayanya yang kuat tetapi bervariasi menurut jam, musim, dan tempat. Namun karena bumi
berorientasi terhadap matahari, maka satu bagian bumi hanya dapat menikmati sinar matahari
maksimal selama 12 jam. Untuk itu, diperlukan pemanfaatan secara maksimal terhadap
sumber pencahayaan alami, yaitu matahari. Pada penggunaan pencahayaan alami diperlukan
jendela-jendela yang besar, dinding transparan dan dinding yang dilobangi.
Pencahayaan alami ini mempunyai banyak keuntungan, yaitu menghemat biaya dan
menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman serta tidak membutuhkan perawatan
instalasi seperti pencahayaan buatan. Namun kerugiannya ada pada intensitas cahaya yang
tidak dalam kendali manusia. Akibatnya, hasil pencahayaan kerap kali tidak konsisten. Pada
umumnya pencahayaan alami diperoleh melalui pintu jendela atau dengan cara memasang
jendela kaca diatap. Diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-
kurangnya 1/6 daripada luas lantai untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar
penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:
Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif, perlu dikenali ke beberapa
sumber cahaya utama yang dapat dimanfaatkan :
1. Shading / Pembayangan
Penggunaan orientasi yang maksimal yaitu ke arah utara dan selatan untuk
membuat pembayangan dan pengalihan cahaya matahari lebih efisien dan lebih mudah
dibandingkan dengan penggunaan kaca rendah tranmisi (lowtransmission glass).
Dikarenakan dengan menggunakan kaca rendah tranmisi, tidak dapat menghilangkan
kebutuhan pembayangan dikarenakan 10 persen dari penerangan matahari dari kaca
rendah transmisi masih terlalu besar. Orientasi ke timur dan barat pembayangan yang
permanen tidak dapat mengontrol silau saat fajar dan saat senja.
Maksimalkan view ke luar bangunan dan blokview yang tidak bagus dengan
penggunaan elemen pembayangan yang sangat besar atau kecil, tergantung view yang
ingin di perlihatkan. Maksimalkan juga view ke dalam/interior dengan menciptakan
pemandangan yang indah untuk dilihat.
Untuk merancang pencahayaan dengan baik tidak cukup hanya memperhatikan strategi-
strategi diatas saja, tapi perhatikan dari mulai skala yang lebih besar yaitu dengan
memperhatikan rancangan bangunan, baru kemudian mengarah ke skala yang lebih kecil,
seperti elemen dari bangunan tersebut.
Pendekatan lain yang sering dilakukan untuk memasukkan cahaya dari samping
adalah dengan meletakkan jendela pada elemen vertikal atau dinding. Jendela, selain
untuk memasukkan cahaya dan menciptakan akses visual dari dan ke dalam bangunan,
juga kerap difungsikan untuk sirkulasi udara, bagi terciptanya pergerakan dan
pergantian udara di dalam ruang.
Jendela dibagi menjadi tiga bagian area yaitu rendah, tengah dan tinggi. Orientasi
sudut pemantulan cahaya dan bentuk langit-langit diasumsikan sama dengan kasus ini.
1. Jendela Rendah
Bentuk jendela rendah
menghasilkan bentuk pencahayaan
yang merata dapat mendistribusikan
pantulan cahaya kedalam bangunan.
Dengan menggunakan jendela rendah
memungkinkan dinding bagian atas
dan langit-langit akan terkesan gelap.
Hal tersebut dapat diatasi dengan
meminimalisir daerah depan dengan
memiringkan langit-langit kebawah
menuju kepala jendela dan meletakan
jendela rendah berdekatan dengan
dinding tegak lurus.
Jendela rendah dapat memiliki view tergantung besarnya jendela tersebut,
terlihat pada contoh gambar diatas. Gambar kedua dengan skala jendela rendah
yang kecil ruangan tersebut tidak memiliki view yang memuaskan. Dengan
demikian unsur privasi merupakan masalah untuk penggunaan jendela rendah,
sulit mengkombinasikan unsur privasi dengan beberapa view dan cahaya
dibangunan rendah dengan jendela rendah.
2. Jendela Tinggi
Keuntungan dari jendela tinggi adalah menghasilkan penyebarancahaya
terbaik saat langit mendung, selain itu jendela tinggi dapat menghasilkan cahaya
dengan tingkat privasi dan keamanan yang lebih baik dari jendela lain.
3. Jendela Tengah
Memasukkan cahaya dari atas sangat berbeda dengan memasukkan cahaya dari
samping. Cahaya yang dimasukkan melalui bagian atas umumnya memiliki kuantitas
cahaya yang lebih tinggi dan lebih stabil disbanding cahaya yang dimasukkan dari
bagian samping.
Cahaya dari samping sangat bergantung pada posisi matahari dan pantulan dari
permukaan atau perkerasan pada bidanghorisontal. Sebagian besar cahaya alami yang
masuk dari sisi samping bukannya merupakan cahaya matahari langsung (sunlight),
melainkan cahaya pantulan langit (skylight).
Cahaya yang masuk melalui bagian atas merupakan kombinasi cahaya matahari
dan cahaya pantulan langit. Cara memasukkan cahaya alami dari bagian atas yang
sangat sering dilakukan adalah dengan menggunakan skylight. Dalam konteks
memasukkan cahaya alami dari bagian atas, skylightmerupakan jalan cahaya yang
disediakan melalui bagian atas bangunan dengan menggunakan bidang transparan, baik
berupa kaca, plastik, polikarbonat, maupun bidan transparan lainnya.
Bentuk skylightsendiri sangat variatif. Ada yang hanya bidang datar, mengikuti
bidang atap, berbentuk segitiga, kubah, setengah lingkarang, seperempat lingkaran,
serta kombinasi di antaranya.