Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320162891

Pengembangan Destinasi Wisata pada Tingkat Tapak Lahan dengan


Pendekatan Analisis SWOT

Article · September 2017

CITATIONS READS

8 5,627

1 author:

Hary Hermawan
Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta
52 PUBLICATIONS   124 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DAMPAK SOSIAL-BUDAYA PENGEMBANGAN DESA WISATA NGLANGGERAN View project

metode penelitian View project

All content following this page was uploaded by Hary Hermawan on 02 October 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

Pengembangan Destinasi Wisata Pada Tingkat Tapak


Lahan Dengan Pendekatan Analisis Swot
Hary Hermawan
STP ARS Internasional, haryhermawan8@gmail.com

ABSTRAK

Kunjungan wisatawan ke Yogyakarta dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terjadi ketimpangan kunjungan wisata antar
kabupaten yang cukup mencolok karena kualitas destinasi wisata antar Kabupaten belum merata.
Artikel ini mencoba untuk menggali konsep dalam pengembangan destinasi yang berbasis alam
di Kawasan Puspo Ardi, dikaji dengan pendekatan SWOT. Hasil analisis merujuk pada strategi
memperbaiki kelemahan untuk mengambil peluang (WO). Aplikasi dalam pengembangan
destinasi tingkat tapak lahan, meliputi : Penataan taman atau landscaping; Pembangunan sarana
wisata dan aksebilitas; Rekomendasi menggarap potensi daya tarik alam budaya serta potensi
flora khas yang ada untuk dikemas menjadi daya tarik wisata yang indah, unik dan otentik
dengan penataan taman atau landscaping sebagai kesan pertama dan icon wisata Puspo Ardi,
Pengadaan faslititas mulai yang paling dasar seperti tempat parkir, plang penujuk, tempat duduk
umum, gazebo, toilet, parkir dan seterusnya, dan pembangunan daya tarik yang iconik, atau
instagramable untuk memaksimalkan potensi pasar anak muda dengan trend selfi.

Kata kunci: Pengembangan destinasi, daya tarik wisata, tapak lahan, landskaping

ABSTRACT

Tourist visits to Yogyakarta from year to year experienced a fairly rapid growth. But it can not
be denied that there is still an imbalance in tourist visits between districts is quite striking
because the quality of tourist destinations between districts has not been evenly distributed. This
article attempts to explore concepts in the development of natural-based destinations in the
Puspo Ardi region, studied by the SWOT approach. The results of the analysis refer to the
strategy of fixing weaknesses to take opportunities (WO). Applications in the development of
land-level destination sites, including: Arrangement of parks or landscaping; Development of
tourism facilities and accessibility; The construction of the Recommendations on the Group of
natural charm and culture group flora typical tourist attraction to be included in a beautiful,
unique and authentic with a garden or landscape configuration as the first impression and a
tourist icon Puspo Ardi, the procurement of the start faslititas the most basic such as parking,
mark penujuk, General seating, gazebo, toilets, parking and so on, and the development of
iconik attractions, or instagramable to maximize the Group's young market with trends selfie.

Keywords: Destination development,tourism attraction, tread land, landscaping

PENDAHULUAN kenaikan sebesar 16,06% dibanding tahun


Kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa 2014 sebanyak 199.864 orang. Sedangkan
Yogyakarta (DIY) dari tahun ke tahun jumlah wisatawan nusantara mengalami
mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. kenaikan sebesar 32,59% dibanding tahun
Menurut rangkuman data statistik statistik 2014 sebanyak 1.194.148 orang.
kepariwisataan tahun 2015, jumlah Pertumbuhan berdasarkan angka statistik
wisatawan mancanegara yang menginap di diatas menggambarkan peluang yang sangat
Hotel Bintang Yogyakarta mengalami potensial bagi pengembangan usaha

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 64
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

destinasi wisata di Daerah Istimewa kembali, akibat rendahnya kualitas daya


Yogyakarta (DIY). Bahkan pernah tarik destinasi.
dikatakan bahwa potensi DIY menduduki Padahal daya tarik wisata yang berkualitas
peringkat kedua setelah Bali (Muallidin, merupakan faktor kunci yang sangat
2007). menentukan minat berkunjung wisatawan
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika (Basiya & Rozak, 2012); (Sopyan &
masing-masing Kabupaten/ Kota di Widiyanto, 2015); dan (Nasution et al.,
Yogyakarta berlomba-lomba 2009)..
mengembangkan destinasi wisata baru, Albarq (2014) mengatakan bahwa minat
berharap mampu menarik kunjungan berkunjung wisatawan berarti sama dengan
wisatawan sebanyak mungkin ke minat pembelian. Dalam dimensi
daerahnya. Akan tetapi, jika dikaji lebih pemasaran minat beli akan dipengaruhi oleh
jauh, angka kunjungan di atas ternyata stimulus-stimulus serta perasaan positif
belum dapat terserap secara merata pada terhadap suatu produk atau biasa disebut
setiap kabupaten dan kota di persepsi positif (Susanto & Kotler, 2000).
D.I.Yogyakarta. Sedangkan dalam pariwisata stimulus yang
Ketimpangan kunjungan wisata antar membentuk daya tarik wisata meliputi:
kabupaten di Yogyakarta masih terlihat keunikan, keindahan, keaslian, dan nilai
cukup mencolok. Sebagai gambaran Kota (value destinasi) (Undang-Undang Nomor
Yogyakarta berhasil meraih kunjungan 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
sebanyak 5.251.352 wisatawan, Kabupaten 2009).
Sleman dengan kunjungan 4.223.958 Puspo Ardi merupakan salah satu puncak di
wisatawan, sedangkan Kabupaten dalam kawasan pegunungan menoreh
Kulonprogo hanya mampu menarik Kulon Progo yang sedang diinisiasi oleh
kunjungan wisatawan sebanyak 904.972 masyarakat lokal setempat untuk
wisatawan (Statistik Kepariwisataan, dikembangkan menjadi destinasi wisata.
2015). Padahal jika dilihat dari sumber daya Akan tetapi, wacana tersebut sampai saat
alamnya Kabupaten Kulonprogo termasuk ini belum menemukan desain serta konsep
daerah cukup potensial bagi pengembangan pengembangan yang jelas. Padahal telah
kepariwisataan. Isu perpindahan bandara menjadi pemahaman umum bahwa kunci
internasional dari Kota ke Kabupaten sukses dari pengembangan destinasi wisata
Kulonprogo merupakan magnet bisnis yang ditentukan dari konsep dan perencanaan
bagus bagi pengusaha bisnis pariwisata daya tarik destinasi yang matang.
untuk berinvestasi (Prianggoro & Oleh karena itu, kajian-kajian serta dimulai
Kurniawan, 2016). dari level tapak lahan serta konsep
Sayangnya potensi pengembangan perencanaanya merupakan hal penting
pariwisata di Kulonprogo masih dihantui sebelum dilakukan pembangunan.
masalah klasik tentang kurangnya inovasi Berdasarkan permasalahan diatas, artikel ini
maupun konsep-konsep baru masih menjadi mencoba untuk menggali perumusan ide,
persoalan dalam pengembangan daya tarik atau konsep dalam pengembangan destinasi
destinasi. Otonomi daerah memberikan yang berbasis pada kawasan alam
kewenangan kepada masing-masing perbukitan “Puspo Ardi” di Dusun
kabupaten/ kota, namun disisi lain justru Talunombo, Desa Sidomulya, Kabupaten
menimbulkan persaingan bauran produk Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta
yang belum terspesialisasi (Prihatno, 2010). (DIY), dikaji dengan pendekatan Kekuatan
Destinasi-destinasi wisata baru yang (Strengs), Kelemahan (Weakness), Peluang
bermunculan cenderung monoton, konsep (Opportunities), dan Ancaman (Treaths)
yang ditawarkan cenderung itu-itu saja. atau lebih dikenal dengan analisis SWOT.
Sehingga, destinsi wisata yang banyak
bermunculan cenderung kurang diminati.
Akibatnya banyak destinasi wisata yang
hanya sebentar tenar sesaat kemudian redup

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 65
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

KAJIAN PUSTAKA Daya tarik alam dapat berwujud


Destinasi Wisata pegunungan, pantai, hutan, sungai dan
Pitana (2009), destinasi adalah tempat yang sebagainya. Sedangkan daya tarik budaya
dikunjungi dengan waktu yang signifikan dapat berupa ide-ide, gagasan, nilai, atau
selama perjalanan seseorang dibandingkan norma, pola aktifitas atau pola tindakan
dengan tempat lain yang dilalui selama manusia dalam masyarakat, maupun benda-
perjalanan (misalnya daerah transit). benda hasil karya manusia
Menurut Penggolongan destinasi menurut (Koenjaraningrat, 2005).
Kusudianto dalam Pitana & Diarta (2009) Daya tarik wisata dalam penelitian
adalah seperti berikut : 1. Destinasi sumber terdahulu telah terbukti menjadi salah satu
daya alam seperti iklim, pantai, hutan; 2. faktor utama yang wajib diperhitungkan
Destinasi sumber daya budaya seperti dalam perencanaan destinasi wisata, karena
tempat bersejarah, museum, teater, dan akan sangat menentukan tingkat kepuasan
masyarakat lokal; 3. Fasilitas rekreasi wisatawaan (Naidoo, Ramseook-
seperti taman hiburan. 4. Event seperti Munhurrun, & Seegoolam, 2011).
Pesta Kesenian Bali, Pesta Danau Toba, Sarana Wisata (Ammenities)
pasar malam dan sebagainya. Baud Bovy & Lawson (1998) dalam
Ditinjau dari askpek fisik, Puspo Ardi bukunya “Tourism and Recreation
termasuk destinasi wisata berwujud sumber Handbook of Planning and Design”
daya alam dengan potensi budaya situs mengatakan bahwa amenitas merupakan
Damarwulan. semua bentuk fasilitas yang memberikan
Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor pelayanan bagi wisatawan untuk segala
10 tentang Kepariwisataan bahwa unsur kebutuhanya selama tinggal atau
produk wisata atau destinasi setidaknya ada berkunjung pada suatu daerah tujuan
3 yaitu : Attraksi/ daya tarik wisata, wisata, contohnya hotel, motel, restaurant,
Ammenities dan Aksebilities biasa disingkat bar, discotheques, kafa, shopping center,
3 A pariwisata. Pengembangan destinasi souvenir shop. Perusahaan-perusahaan
wisata pada tingkatan tapak lahan inilah yang memberi pelayanan bila mereka
setidaknya memperhitungkan 3 poin kunci datang berkunjung pada suatu destinasi
tersebut. wisata.
Daya Tarik Wisata (Attractions) Untuk memenuhi kebutuhan perjalanan
Menurut Pendit (2002), daya tarik wisata wisata perlu disediakan fasilitas, mulai dari
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang pemenuhan kebutuhan sejak berangkat dari
menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan tempat tinggal wisatawan, selama berada di
dilihat. destinasi pariwisata, maupun pada saat
Daya tarik wisata disebutkan secara lebih wisatawan kembali ke tempat semula
spesifik menjadi tiga jenis, yaitu: daya tarik (Suryadana, 2015).
wisata alam, daya tarik wisata budaya, Aksebilitas
maupun daya tarik wisata buatan (Undang- Aksesibilitas yang baik akan menentukan
undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang mudah atau tidaknya lokasi untuk
Kepariwisataan). dijangkau. Selain itu Jaringan jalan juga
Daya tarik wisata alam merupakan segala merupakan salah satu yang berpengaruh
sesuatu yang memiliki keunikan, terhadap kelancaran pelayanan umum yang
keindahan, keaslian serta nilai berupa sangat penting (Sumarabawa, 2013).
keanekaragaman alam hasil ciptaan Tuhan Aksebilitas sangat penting dalam
YME. Sedangkang daya tarik wisata pengembangan destinasi wisata karena
budaya adalah segala sesuatu yang menjamin keterjangkauan, serta efetifitas
memiliki keunikan, keindahan, keaslian dan efisiensi bagi kunjungan wisatawan.
serta nilai berupa keanekaragaman hasil Tapak Lahan
budaya manusia (Undang-undang Nomor Tapak adalah lahan dengan luas tertentu
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan). yang dialokasikan untuk pembangunan
suatu fasilitas bagi kegiatan manusia,

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 66
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

termasuk salah satunya kegiatan pariwisata. peluang pengembangan (opportunities),


Lokasi tapak dapat dilihat dari sisi serta kemungkinan faktor-faktor luar yang
geografis dan dari sisi guna lahan. Oleh menjadi ancaman (treaths) (Rangkuti,
karena itu lokasi merupakan salah satu 2011).
aspek yang menentukan karakter tapak Kemudian dirumuskan strategi serta
(Rustiadi, 2009). kemungkinan konsep baru dalam
Permasalahan tapak lahan pada arsitektur pengembangan objek untuk dikembangkan
perencanaan destinasi alam salah satunya menjadi destinasi wisata.
ada pada pemilihan vegetasi atau tanaman, Pendekatan Perencanaan Strategik
yang disesuaikan dengan fungsi. Sehingga Perencanaan strategis muncul dan diminati
keberadaan vegetasi mampu menjadi berkaitan dengan semakin terbatasnya
indikator kondisi tapak yang dinamis. sumber daya internal organisasi dan
Pemilihan vegetasi disesuikan fungsi banyaknya tantangan eksternal yang
(Kurniawan, 2010). Vegetasi untuk taman dipengaruhi kinerja dan peran organisasi
pada destinasi pariwisata tentu (Baiquni, 2004).
dipertimbangkan juga mengenai masalah Suatu perencanaan yang strategis
estetika dan daya tariknya untuk mengandung unsur efektif dan efisien
menimbulkan kesan positif bagi wisatawan. dalam menggali sumber daya. Perencanaan
strategis dalam hubungannya dengan
METODE PENELITIAN pengembangan kawasan dibutuhkan
Pendekatan kualitatif dengan analisis literatur yang aktual dan relevan dengan
SWOT dipilih untuk menggali data serta kondisi dan konsep perencanaan kawasan
merumuskan konsep pengembangan (Hunger & Wheelen, 2001).
destinasi yang berbasis pada kawasan Manajemen strategis mengamati lingkungan
perbukitan “Puspo Ardi” di Dusun eksternal untuk melihat kesempatan dan
Talunombo. ancaman serta mengamati lingkungan
Selain itu pendekatan kualitatif digunakan internal melihat kekuatan dan kelemahan.
untuk memperoeh gambaran diskriptif yang Faktor-faktor lingkungan itu disebut dengan
lebih luas mengenai fenomena yang SWOT yaitu Strengths, Weaknesses,
diamatai (Moleong, 1995). Karena, Opportunities, and Threats (Hunger &
pendekatan kualitatif dipandang mampu Wheelen, 2001).
menggali pemaknaan terhadap fenomena
secara lebih mendalam (Creswell, 1994). PEMBAHASAN
Fenomena yang dimaksud mengenai Gambaran Umum Pucak Puspo Ardi
potensi kawasan perbukitan di Dusun dan Masyarakat Dusun Talunombo
Talunombo yang bernama “Puspo Ardhi.” Puncak Puspo Ardi terletak di Dusun
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik Talunombo/ Desa Sidomulyo, Kecamatan
observasi langsung terhadap kawasan untuk Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
memperoleh data diskriptif. Didukung Istimewa Yogyakarta (DIY). Puspo Ardi
dengan data dari narasumber (key person) terletak di dataran tinggi pegunungan
untuk memberikan penilaian terhadap menoreh memiliki bentang alam yang unik.
variabel-variabel pada objek teramati Puspo Ardi diapit beberapa barisan
(judment value). Adapun pihak-pihak yang pegunungan menawarkan potensi
menjadi keyperson dalam penentuan nilai pemandangan alam yang unik serta
judgement adalah 1) Kepala Desa Sido bentangan pegunungan lain yang
Mulyo; 2) Dhimas Setyo Nugroho mengelilingi puncak tertinggi (Puspa
(akademisi pariwisata); 3) Ivas (praktisi Ardhi) menghadirkan resonansi suara-suara
pariwisata). air suangai yang lembut, unik jika didengar.
Analisis data yang digunakan adalah Kawasan ini memiliki iklim tropis
analisis SWOT dengan melihat faktor- pegunungan dengan suhu siang hari sekitar
faktor yang menjadi kekuatan objek 25ºC dan cenderung kering.
(strengs), kelemahan objek (weakness),

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 67
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

Batuan yang ada di desa Sido mulyo juga beristirahat, dan menikmati pemandangan
cukup unik yang sering dinamai dengan dengan nyaman dan aman; 3. Belum
watu gembel (kemungkinan adalah tersedia plang-plang penunjuk seperti tanda
campuran brangkal batuan andesit dan larangan, maupun plang informasi yang
endapan yang menjadi satu bongkahan- mampu membuat destinasi wsiata menjadi
bongkahan batuan yang besar). Sedangkan hidup 4. Belum tersedia sarana air bersih
tanah pada kawasan ini adalah tanah liat dengan kapasitas yang mencukupi; 5.
berwarna merah. Aksebilitas/ jalur menuju lokasi yang
Flora dan fauna yang berkembang di sempit, sehingga rawan untuk mobil yang
kawasan ini adalah flora dan fauna khas berpapasan; 6. Belum tersedia pusat
pegunungan yang mampu beradaptasi di cinderamata dan oleh-oleh yang dapat
iklim kering. Flora khas yang biasa menjadi ciri khas Desa Sidomulyo.
ditananam di dataran tinggi maupun Peluang pengembangan destinasi wisata
tanaman liar yang mampu beradaptasi, Puspo Ardhi masih sangat terbuka lebar
antara lain: 1. Tanaman buah seperti : mengingat perkembangan ekonomi, sosial-
sirsak, pisang, kakao, duwet; 2. Tanaman budaya, teknologi, serta permintaan produk
umbi-umbian salah satunya ketela/ pariwisata itu sendiri yang sangat baik.
singkong; 3 Tanaman obat : jahe, laos, Peluang ditinjau dari sudut pandang
serai, dan lainya; 4. Tanaman hias seperti : teknologi, saat ini adalah mulai tumbuhnya
Anggrak tanah, Bunga bangkai masarakat online, pengguna internet, atau
amorphophallus paeniifolius (suweg); 5. yang lebih dikenal sebagai netizen di
Tanaman kayu seperti : akasia dan mahoni Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
merupakan tanaman terbanyak di kawasan Negara dengan pertumbuhan pengguna
ini. internet paling besar di Asia (Kertajaya,
Ditinjau berdasarkan aspek demografi, 90% 2013). Fonomena penggunaan sosial media
warga Desa Sidomulyo bekerja sebagai sebagai media sharing foto-foto berwisata
petani. Potensi budaya yang ada berupa sesama pengguna media sosial terutama
cerita rakyat Damarwulan (Tokoh pada melalui Instagram, dipandang penulis
masa Kerajaan Majapahit), beserta sebagai media promosi yang paling efektif
petilasanya. Selain itu, Desa Sidomulyo dan efisien untuk saat ini. Ditinjau dari
memiliki berbagai kesenian tradisional sudut padang sosial menunjukan
seperti ketoprak, tari tradisional, orkes kecenderungan bahwa semakin banyak
dangdut, perjanjen (sholawat) dan lainya. masyarakat yang mulai menyadari bahwa
Pengembangan destinasi wisata Puspa pariwisata merupakan kebutuhan yang
Ardhi sebelumnya telah diinisiasi cukup penting bagi kehidupanya.
masyarakat, berupa pembangunan sarana Petumbuhan ekonomi diduga menjadi
prasarana seperti pembetonan jalan setapak, faktor yang mendorong masyarakat untuk
pendapa, tempat parkir, toilet dan berwisata. Data statistik membuktikan
seterusnya. Pada tahun 2012 Pemkab bahwa pertumbuhan permintaan produk
Kulonprogo juga telah meresmikan Dusun wisata di Kbupaten Kulonprogo dari tahun
Talunombo di Desa Sidomulyo sebagai ke tahun semakin meningkat;
destinasi wisata (Kepala Desa Sidomulyo,
2016).
Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi di
lapangan terlihat bahwa kawasan ini masih
memiliki beberapa kelemahan sebagai
sebuah destinasi wisata, antara lain: 1.
Kawasan masih belum tertata rapi, bahkan
taman sebagai first impresion belum ada; 2.
Belum tersedia Sarana Wisata: gazebo- Gambar 1: Pertumbuhan wisatawan ke
gazebo dan tempat duduk di titik-titik yang Kulonprogo
dapat digunakan wisatawan untuk Sumber: (Statistik Kepariwisataan, 2015)

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 68
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

Motivasi berwisata untuk bersenang- faktor positif (kekuatan dan peluang)


senang, atau sekedar berfoto selfi menjadi sebagai berikut : 1 untuk nilai sangat lemah,
hal umum dikalangan masyarakat saat ini, 2 untuk nilai lemah, 3 untuk nilai kuat dan
terutama kalangan muda. 4 untuk nilai sangat kuat. Sedangkan untuk
Prospek perkembangan pariwisata di menilai faktor negatif (kelemahan dan
Kulonprogo dimasa yang akan datang ancaman) digunakan skala dengan pola
diprediksi akan semakin meningkat dengan sebagai berikut : 1 untuk nilai sangat kuat),
dibangunya Bandara Internasional Kulon 2 untuk nilai kuat, 3 untuk nilai lemah, dan
Progo, tentu akses menuju destinasi dengan 4 untuk nilai sangat lemah.
moda transportasi udara akan semakin Nilai bobot ditentukan tergantung seberapa
mudah. penting faktor tersebut, sesuai hasil kajian
Ananlisis Internal-Ekternal teori-teori kepariwisataan. Jumlah
Data diperoleh dengan metode observasi/ keseluruhan nilai bobot maksimal adalah
pengamatan, kemudian ditentukan skor satu (1). Untuk mempermudah pemberian
kinerja objek dengan cara penilaian nilai skor dan bobot digunakan bagan
(judgement) dari para narasumber sesuai internal faktor strategi (IFAS) dan eksternal
bidang keahlianya. Skala penilaian untuk faktor strategi (EFAS) sebagai berikut :
Tabel 1: Analisis Internal Faktor (IFAS)
No Internal Faktor (IFAS) Skor Bobot Jumlah
Kekuatan
1 Kekayaan alam yang beraneka ragam dan serta memiliki kunikan 4 0.2 0.8

2 Keindahan pemandangan alam 3 0.2 0.6


3 Kenaka ragaman potensi flora yang dimiliki 3 0.1 0.3
Kelemahan
Kurangnya fasilitas : Plang petunjuk, parkir, toilet, tempat duduk yang
1 nyaman dst 2 0.05 0.1
2 Penataan kawasan/ fisik objek belum maksimal sebagai first Impresion 1 0.1 0.1
3 Aksebilitas seperti jalan dan moda transportasi sangat minim 2 0.05 0.1
4 Belum ada cinderamata khas sebagai unsur memorabiliti 1 0.05 0.05
5 Belum terlihat adanya upaya promosi 1 0.05 0.05
6 Pengemasan daya tarik masih minim oleh pengelola 1 0.1 0.1
7 Air bersih dan akses sinyal telepon/ internet sangat minim 2 0.1 0.2
Total 1 2.4

Tabel 2: Analisis Eksternal Faktor (EFAS)


No Eksternal Faktor (EFAS) Skor Bobot Jumlah
Peluang
1 Pertumbuhan teknologi komunikasi dan pengguna internet 4 0.2 0.8

2 Meningkatnya wisatawan muda dengan ternd selfi 4 0.1 0.4


3 Pertumbuhan kunjungan wasata di Yogyakarta 2 0.05 0.1
4 Pembangunan bandara internasional di Kabupaten Kulonprogo 3 0.15 0.45
Ancaman
1 Keterjangkauan lokasi rendah dibanding destinasi lain 3 0.2 0.6
2 Destinasi wisata lain di daerah sekitar banyak (persaingan) 1 0.3 0.3
Total 1 2.7

Dari kedua bagan diatas diketahui bahwa


nilai internal faktor strategi sebesar 2,4 atau
dibulatkan satu digit menjadi 2 (lemah).
Sedangkan nilai ekternalnya faktor strategi
adalah 2,7 atau dibulatkan satu digit menjadi
3 (kuat). Kemudian untuk merumuskan
strategi pengembangan penulis menggunakan
diagram bantu berikut :

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 69
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

1. Upaya meningkatkan daya tarik dengan


landscaping (penataan taman)
Untuk merepresentasikan nama Destinasi
Wisata Puspha Ardhi yang memiliki arti
sebagai Bunga Gunung, maka penataan
taman dianggap sangat penting. Selain itu
taman di sekitar pintu masuk sampai pendopo
merupakan first impression tamu, yang
menentukan kesan pertama apakah destinasi
ini menarik atau tidak. Kesan pertama yang
memikat akan membuat wisatawan semakin
penasaran dan tertarik untuk mencoba
Gambar 2: Diagram SWOT berwisata lebih jauh lagi. Dalam perencanaan
Karena nilai IFAS sebesar 2 sedangkan nilai taman di Destinasi Wisata Puspa Ardhi,
EFAS 3 maka dengan alat bantu diagram diatas konsep taman bergaya eropa cocok
dipilihlah strategi memperbaiki kelemahan untuk diaplikasikan di area pintu masuk ke arah
mengambil peluang atau weaknese to oprtunity pendopo.
(WO). Taman bergaya eropa adalah konsep taman
Adapun strategi perbaikan kelamahan yang yang menekankan kepada perpaduan tanaman
dapat diterapkan pada level pengembangan hias yang mudah dibentuk dengan seni
tapak lahan sebagai berikut : 1. Menggarap geometri dan perpaduan warna-warna
potensi daya tarik alam budaya serta potensi tanaman hias yang indah. Berikut merupakan
flora khas yang ada untuk dikemas menjadi salah satu contoh desain lanskape yang dapat
daya tarik wisata yang indah, unik dan digunakan.
otentik dengan penataan taman atau
landscaping sebagai icon wisata Puspo Ardi
2. Pengadaan faslititas mulai yang paling
dasar seperti tempat parkir, plang penujuk,
tempat duduk umum, gazebo, toilet, parkir
dan seterusnya; 3. Memaksimalkan potensi
pasar anak muda dengan trend selfi dengan
pembangunan daya tarik yang iconik, atau
dalam bahasa populer dikenal dengan istilah
instagramable.
Selain itu rekomendasi memaksimalkan
Gambar 3a: Salah Satu Sudut di Puspo Ardi
peluang dengan cara melakukan upaya (sebelum)
promosi melalui media elektronik dan
internet, seperti pembuatan website, sosial
media dan lain sebagainya. internet dipilih
sebagai media paling efektif mengingat
peluang pasar (pengguna internet / sosial
media) sangat besar. Maksimalkan potensi
pasar anak muda dengan trend selfi dengan
pembangunan prasarana dan daya tarik yang
iconik, atau instagramable.
Berdasarkan hasil analisis data yang merujuk
pada strategi memperbaiki kelemahan untuk Gambar 3b: Kemungkinan Desain Taman yang
Dapat Diadaptasi (asumsi setelah penataan),
mengambil peluang atau weaknese to
Sumber :
oprtunity (WO), maka dirumuskan beberapa https://sixtotenallaroundtheworld.wordpress.com,
rekomendasi konsep pengambangan dan diakses 20 Juli 2017
perbaikan atau penataan ulang kawasan Taman bergaya eropa dipilih karena
perbukitan Puspo Ardi sebagai berikut : keindahanya berupa perpaduan tanaman hias

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 70
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

dan bunga yang warna-warni, tidak terkesan Sebagai pewarna Aneka bunga
monoton dengan alam asli yang dominan dan penghias seperti amarilis,
hijau. bunga kertas,
Sedangkan area depan pendapa dan lainya mawar, kamboja,
adenium dan
menggunakan konsep taman bergaya jawa/
sebagainya
bali dengan disesuaikan alur cerita rakyat
Sumber : Arifin (2010)
Dammar Wulan sebagai kearifan lokal
dengan penggunaan patung-patung.
Pembuatan taman dapat diimplementasikan
dengan bekerjasama dengan sponsor,
seniman seni supa, atau akademisi dari
Sekolah Seni di Yogyakarta.
2. Mengoptimalkan pemandangan di
puncak 1
Puncak 1 memang memiliki pemandangan
yang cukup menarik, namun area ini
merupakan area batu gembel yang paling
besar jumlahnya. Batu gembel sendiri juga
merupakan potensi daya tarik tersendiri jika
Gambar 4a: Jalur Pejalan Kaki Belum Tertata mampu digali informasi yang benar mengenai
(sebelum penataan) sejarah atau fase geologi terbentuknya
dengan bekerja sama dengan ahli-ahli
geologi. Kemudian hasil riset diterangkan
dalam sebuah media (papan informasi) agar
menghasilkan narasi/ cerita yang mampu
membuat wisatawan tertarik untuk
mempelajarinya.

Gambar 4b: Kemungkinan Desain Jalur Pejalan


Kaki yang Dapat Diadaptasi (asumsi setelah
penataan), Sumber :
https://djangki.wordpress.com, diakses 20 Juli
2017
Berikut adalah bagan fungsi tanaman dalam
pembuatan taman serta jenis tanaman yang Gambar 5 : Puncak 1 Puspo Ardhi
dapat digunakan pada tanah liat.
Oleh karena itu untuk area ini pembangunan
Tabel 3 yang sifatnya permanen (semen beton)
Fungsi dan Contoh Jenis Tanaman untuk diminimalkan, namun disediakan gazebo
Aplikasi Pembuatan Taman yang sifatnya natural (berbahan kayu) serta
Fungsi Contoh tanaman tidak terletak tepat diatas batu gembel.
Penutup tanah Rumput gajah, Pemberian gazebo di sekitar puncak 1 juga
rumput jepang. cukup penting mengingat area ini minim
Sebagai pagar/list The-tehan, pucuk tanaman perindang sehingga cukup panas.
merah 3. Mengoptimalkan pemandangan di
Sebagai tirai/ Bambu kuning,
puncak 2
penutup area atau bamboo cina
Puncak dua lebih ideal dibanding puncak
Sebagai perindang Cemara, pinus,
beringin, akasia pertama karena pada dasarnya kawasan ini
Sebagai penunjuk Pohon palem juga memiliki pemandangan menarik dengan
arah yang dijejer view Uatara, barat dan selatan.
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 71
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

Puncak 2 menjadi lebih menarik llagi berkat penguna; c. Gazebo kayu juga lebih ramah
suara2 alam yang terdengar jelas karena lingkungan selain itu bahan kayu mudah
resonansi gelombang suara oleh bentang alam didapatkan di lokasi.
pegunungan sehingga mampu menentramkan
jiwa. Puncak 2 sudah cukup sejuk karena
kawasan ini cukup rindang oleh pohon
akasia, namun tetap diperlukan area untuk
istirahat dan bersantai pengunjung dengan
pembuatan kursi-kursi dari kayu maupun besi
yang di buat semenarik mungkin sehngga
wisatawan betah berlama lama di area ini.
Kemungkinan di diami pengunjung lebih
lama dengan kepadatan yang lebih banyak di Gambar 7: Contoh Desain Gasibu yang Serasi
bandingkan puncak lain, sehingga perlu dengan Alam, Sumber :
difikirkan mengenai aspek keamanan dan http://arroundofjogja.blogspot.co.id, Diakses 20
kenyamanan yang lebih, selain pembangunan Juli 2017
gazebo-gazebo kecil juga penting untuk
dibuatkan pagar pembatas yang cukup kuat. 6. Papan informasi
Pemberian papan informasi permanen sangat
penting sebagai panduan wisatawan, papan
informasi meliputi : a. nama area destinasi
yang menjadi point of view; b. Papan
petunjuk; c. Papan larangan; d. Petunjuk jalan
dan lain sebagainya.
7. Pembangunan toilet dan kamar mandi
Pembangunan toilet dengan memperhatikan
higyene dan sanitasi dengan pemasangan
keramik agar mudah dibersihkan dan tidak
Gambar 6a : Puncak 2 Puspo ardhi menyerap bau. Perlu juga memperhatikan
masalah keamanan dengan pembuatan kamar
mandi umum yang tertutup rapat.
8. Pembangunan parkir
Pembangunan parkir dilakukan dengan
mempertimbangkan jumlah pengunjung dan
moda transportasi yang digunakan. Bekerja
sama dengan warga sekitar bukit yang
memiliki pekarangan cukup luas dirasa
sangat perlu untuk menambah daya tampung
Gambar 6b : Konsep Puncak 2 Mengadaptasi
sarana parkir.
Pagar Permanen, Sumber : 9.Pembangunan aksebilitas/ rekayasa jalur
http://www.piknikdong.com, diakses 20 Juli 2017 Aksebilitas menuju dan keluar dari lokasi
diperlukan rekayasa jalur yang sedikit extra,
4. Pembangunan gasibu sebagai sarana mengingat jalur utama menuju lokasi sangat
wisata sempit untuk mobil berpapasan maka perlu
Pemberian gazebo dimaksudkan sebagai difikirkan jalur akses lain untuk keluar area
tempat beristirahat dan berteduhnya (pulang). Dalam teori pariwisata, satu
wisatawan. Pembangunanan Gazebo dipilih destinasi sedikitnya memiliki 3 jalur akses,
dari bahan kayu alam karena beberapa alasan jalur masuk area, jalur keluar dan satu jalur
sebagai berikut: a. Selain terkesan natural alternatif.
juga terkesan tradisional; b. Bahan kayu tidak Selain itu plangisasi disepanjang jalur juga
terlalu mencolok (kontras) dan mampu sangat diperlukan untuk mempermudah
bersinergi menimbulkan energy positif bagi wisatawan menuju dan keluar lokasi

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 72
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

Selain perencanaan teknis, penting juga media) sangat besar. Maksimalkan potensi
implementasi upaya pemasaran untuk pasar anak muda dengan trend selfi dengan
maksimalisasi peluang dengan cara sebagai pembangunan prasarana dan daya tarik yang
berikut : iconik, atau instagramable.
10. Pembuatan website resmi
Pembuatan website yang aktif
mempromosikan destinasi wisata sangat perlu DAFTAR PUSTAKA
mengingat mayoritas pasar saat ini adalah Albarq, A. N. (2014). Measuring the Impacts
netizent. Website digunakan utuk of Online Word-of-Mouth on Tourists’
mengenalkan daya tarik wisata yang dimiliki Attitude and Intentions to Visit Jordan:
dan juga sebagai customer servis yang dapat An Empirical Study. International
digunakan untuk menjalin relasi dengan Business Research, 7(1), 14.
pelanggan.
11. Pengelolaan media sosial Arifin, H. S. (2010). Tanaman dan Desain
Acount media sosial penting untuk Penanaman.
digunakan, facebook atau instagram dapat Baiquni, M. (2004). Manajemen Strategis.
digunakan untuk memaksimalkan potensi Buku Ajar.
pasar anak muda dengan trend selfi dengan
pembangunan prasarana dan daya tarik yang Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012). Kualitas
iconik, atau instagramable. Mengingat Daya Tarik Wisata, Kepuasan dan Niat
banyaknya segmen anak muda yang senang Kunjungan Kembali Wisatawan
memamerkan destinasi baru yang Mancanegara di Jawa Tengah. Jurnal
dikunjunginya di isntagram telah terbukti Ilmiah Dinamika Kepariwisataan,
ampuh diterapkan di destinasi lain. 11(2).

PENUTUP Baud-Bovy, M., & Lawson, F. (1998).


Hasil analisis SWOT merujuk pada strategi Tourism and Recreation: Handbook of
memperbaiki kelemahan untuk mengambil Planning and Design. Butterworth-
peluang atau weaknese to oprtunity (WO). Heinemann Ltd.
Rekomendasi strategi perbaikan kelamahan
yang dapat diterapkan dalam pengembangan Creswell, J. W. (1994). Research Design–
Puspo Ardi pada level tapak lahan meliputi : Qualitative, Quantitative, and Mixed
1. Menggarap potensi daya tarik alam budaya Method. London: SAGE Publications.
serta potensi flora khas yang ada untuk
dikemas menjadi daya tarik wisata yang Hunger, J. D., & Wheelen, T. L. (2001).
indah, unik dan otentik dengan penataan Strategic Management. 1996. Fifth
taman atau landscaping sebagai kesan Editions. Addison-Wesley Publishing
pertama dan icon wisata Puspo Ardi 2. Company, Inc. Agung J.(penterjemah).
Pengadaan faslititas mulai yang paling dasar
seperti tempat parkir, plang penujuk, tempat Kertajaya, H. (2013). Tourism Marketing 3.0.
duduk umum, gazebo, toilet, parkir dan Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
seterusnya; 3. Pembangunan daya tarik yang
iconik, atau instagramable untuk Koenjaraningrat. (2005). Pengantar
memaksimalkan potensi pasar anak muda Antropologi II, Pokok-pokok Etnograf
dengan trend selfi. (2nd ed.). Jakarta: Rineka Cipta.
Sedangkan rekomendasi memaksimalkan
peluang dengan cara melakukan upaya Moleong, L. (1995). Metode penelitian.
promosi melalui media elektronik dan Bandung: Remaja Rosda Karya.
internet, seperti pembuatan website, sosial
media dan lain sebagainya. internet dipilih Muallidin, I. (2007). Model pengembangan
sebagai media paling efektif mengingat pariwisata berbasis masyarakat di kota
peluang pasar (pengguna internet / sosial Yogyakarta. Jurnal Penelitian BAPEDA

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 73
Pariwisata, Vol. IV No. 2 September 2017

Yogyakarta, (2). from


http://visitingjogja.web.id/assets/upload
Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., & s/files/bank_data/Buku_Statistik_Kepari
Seegoolam, P. (2011). An Assessment wisataan_DIY_2015_05092016040516.
of Visitor Satisfaction with Nature- pdf, diakses 5 Juni 2017
Based Tourism Attractions.
Sumarabawa, I. G. A. dkk. (2013).
Nasution, S., Nasution, M. A., & Damanik, J. Ketersediaan Aksesibilitas Serta Sarana
(2009). Persepsi Wisatawan dan Prasarana Pendukung Bagi
Mancanegara Terhadap Kualitas Objek Wisatawan Di Daerah Wisata Pantai
dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Pasir Putih, Desa Prasi, Kecamatan
Sumatera Utara. Karangasem. Jurnal Pendidikan
Geografi, 3(1), 1–14. Retrieved from
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPG/
Pendit, N. S. (2002). Ilmu Pariwisata. article/download/1220/1084, Diakses 03
Jakarta: Pradnya Paramita. Juni 2017

Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Suryadana, M. V. O. (2015). Pengantar


Yogyakarta: andi. Pemasaran Pariwisata. Bandung
Indonesia: Alfabeta.
Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi
Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Susanto, A. B., & Kotler, P. (2000).
Manajemen Pemasaran di Indonesia.
Prianggoro, A. A., & Kurniawan, A. (2016). Jakarta: Salemba.
Persepsi Masyarakat dan Potensi
Reorientasi Usaha Berkaitan Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
Pembangunan Bandara Internasional di Tentang Kepariwisataan, Sekretariat
Kulon Progo. Jurnal Bumi Indonesia, Negara. Jakarta § (2009). Indonesia.
5(1).
PROFIL PENULIS
Prihatno, P. (2010). Memulihkan Citra Penulis adalah dosen di STP ARS
Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Internasional Bandung, saat ini mengampu
Meningkatkan Jumlah Wisatawan. mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis
Wahana Informasi Pariwisata: MEDIA Pariwisata.
WISATA.

Rangkuti, F. (2011). SWOT: Balanced


Scorecard. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Sopyan, S., & Widiyanto, I. (2015). Analisi


Pengaruh Daya Tarik Wisata dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Minat
Berkunjung Ulang Pengunjung dengan
Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel
Intervening (Studi pada Cagar Budaya
Gedung Lawang Sewu). Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.

Statistik Kepariwisataan. (2015). D.I.


Yogyakarta Indonesia: Dinas Pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta. Retrieved

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 74

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai