Anda di halaman 1dari 13

Vol. 5 No.

1, Juli - Desember 2014 ISSN 2087 - 5576

MULTIDIMENSIONAL SCALING: STRATEGI MEMASARKAN DESTINASI


PARIWISATA BALI

I Nyoman Sudiarta1, I Wayan Suardana2 dan Nyoman Ariana3


1,2
Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
3
Program Studi D4 Pariwisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.
1,2
Mahasiswa Program Doktor Pariwisata, Universitas Udayana-Bali
Surel : 1 sudiarta.nyoman@yahoo.co.id,
2
suar.dana@yahoo.co.id,
3
ramabharga@gmail.com

ABSTRACT

Various strategies used by the company, organization, and a tourism destination to be


able to win the competition and retain customer loyalty even increase. This paper aims to
develop a research model using one of the multivariate analysis tool that call
Multidimensional Scaling (MDS) and Coresponden Analysis (Anacor) so that it can be known
the position of 12 tourist attraction in Bali, namely the similarities, differences and
preferences of domestic tourists. Twelve of tourist attraction in Bali, Kuta and Sanur is the
attractiveness of the most known and desirable while the less popular and less known is
Medewi beach. Medewi Beach perceived as a tourist attraction because of its location differs
considerably compared with Kuta. Tourist attraction which is also considered to have to be
defferent is Tanah Lot and Sanur. While the rest are considered to have equal or proximity
including Tanjung Benoa, Tulamben, Kuta, Nusa Dua and Ubud. Tanah Lot and Ubud are
considered to have more advantages in terms of art and culture and spiritual destination.

Keywords: competition, position, tourist attraction, multidimensional scaling, Bali

I. PENDAHULUAN zation atau UNWTO mencatat pertum-


Seiring perjalanan waktu, tanpa buhan kepariwisataan dunia berkisar
disadari globalisasi akan melanda kawasan antara 3 sampai 4 persen pertahun. Jumlah
ASEAN pada tahun 2015. Konsekuensinya wisatawan di seluruh dunia pada tahun
adalah semua orang dan organisasi harus 2013 mencapai 1 triliun lebih dan diper-
sudah siap dan menjadi bagian dari kirakan pada tahun 2030 mencapai 1,8
globalisasi ini. Dalam konteks pariwisata triliun (WTO, 2014). Sebaran kunjungan
globalisasi merupakan bagian yang tak wisatawan dunia mencapai 563 juta,
terpisahkan, karena sesungguhnya perja- dikawasan Eropa dan 56 juta di kawasan
lanan manusia dari dan keseluruh dunia Asia dan Pasifik. Sedangkan di kawasan
adalah bagian dari globalisasi bahkan di- Amerika mencapai 168 juta. Pertumbuhan
anggap sebagai awal dari globalisasi. Bila wisatawan dunia pada tahun 2014 dika-
globalisasi identik dengan persaingan wasan Asia dan Pasifik mencapai 5-6
maka industri pariwisata berada dalam persen, Afrika diperkirakan 4-5 persen,
posisi persaingan tidak hanya dalam Eropa dan Amerka hanya sebesar 3-4 per-
konteks dunia namun di kawasan Asean sen dan timur tengah diperkirakan
dan juga Nasional (Reisinger, 2009: 8; mencapai 5 persen. Asia dan Pacifik
Khee Giap et al 2014; WTO: 2007; adalah pasar potensial bagi wisatawan
UNWTO, 2011). manca-negara maupun wisatawan dalam
Walaupun persaingan sangat ketat negeri.
United Nation World Tourism Organi-
Jurnal Ilmiah Hospitality Management 13
ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014

Jumlah kunjungan wisatawan dunia II. KAJIAN PUSTAKA


dikawasan ASEAN mencapai 89 juta A. Manajemen Destinasi Pariwisata
wisatawan, yang tersebar di Malaysia Destinasi pariwisata sebagai bagian
sebanyak 25 juta, disusul Thailand seba- dari sistem kepariwisataan merupakan
nyak 22 juta kemudian Singapura dan suatu tempat atau unit geografi yang
Indonesia mencapai masing-masing 14 dan didalamnya terdapat berbagai stakeholders
8 juta pada tahun 2014. Kamboja dan pariwisata, mulai dari pemerintah dan
Vietnam pada tahun yang sama sudah swasta dan juga masyarakat yang terlibat
mencapai 3,5 dan 6,8 juta wisatawan langsung maupun tidak langsung.
mancanegara. Gambaran kunjungan wisa- Destinasi pariwisata juga dianggap sebagai
tawan menunjukkan adanya persaingan suatu produk dalam konsteks pariwisata
yang sangat ketat. Setiap negara berlomba sebagai suatu bisnis. Beberapa literatur
untuk menarik wisatawan untuk berkun- pemasaran (pariwisata) menyebutkan
jung dengan berbagai strategi yang ber- destinasi pariwisata sebagai tempat dimana
variasi. bertemu-nya konsumen dan produsen
Kunjungan Wisatawan bertemunya wisatawan dengan berbagai
Mancanega-ra dan Nusantara ke Bali fenomena yang ada pada suatu destinasi
mencapai masing-masing 3,3 juta dan 6,9 pariwisata. Sebagai suatu tempat maka
juta Wisatawan Nusantara, pada tahun dari sisi pemasaran, destinasi pariwisata
2013 dari 245 juta wisatawan yang dipasarkan sebagai sebuah tempat,
berkunjung di keseluruh Indonesia. Jumlah sehingga muncul istilah marketing places
kunjungan tersebar di 8 kabupaten dan (Kotlet et al. 1993: 21). Artinya produk
kota Denpasar dan masing-masing daya pariwisata dapat juga berupa tempat atau
tarik wisata, di kabupaten Tabanan place. Seperti yang digambarkan oleh
sebanyak 4,5 juta, Gianyar se-banyak 1,6 Kotler dan Keller (2009: 6), bahwa entitas
juta, kabupaten Badung seba-nyak 1 juta, yang dapat dipasarkan terdiri dari 10 item,
kabupaten Buleleng sebanyak 743 ribu, mulai dari barang, jasa, acara, pengalaman,
Bangli sebanyak 500 ribu, kabupaten orang, tempat, properti, organisasi,
Karangasem sebanyak 460 ribu, Kota informasi dan ide.
Denpasar sebanyak 380 ribu dan Dalam konteks pariwisata, entitas
Kabupaten Klungkung sebanyak 286 ribu produk pariwisata merupakan akumulasi
wisatawan. Jumlah kunjungan tertinggi pengalaman wisatawan. Seberapa baik
wisatawan mancanegara dan nusantara atau buruk pengalaman yang dirasakan
dicapai oleh kabupaten Tabanan disusul oleh wisatawan, menggambarkan seberapa
kabupaten Gianyar dan Badung, masing- baik atau buruk produk yang ditawarkan
masing 4 juta, 1,5 juta dan 1 juta. Variasi stakeholders pariwisata kepada
kunjungan wisatawan menggambarkan wisatawan.
terjadinya persaingan pada masing-masing Walaupun pemasaran destinasi
daya tarik wisata. Mengapa wisatawan pariwisata sebagai suatu tempat namun
lebih menyukai berkunjung ke daya tarik tempat yang dimaksud tidak hanya fisik
wisata Tanah Lot? di kabupaten Tabanan semata namun sebagai suatu tempat
yang mencapai 3 juta wisatawan dan dimana pengalaman wisatawan dirasakan
mengapa jumlah kunjungan ke pantai dan dite-rima. Karena pada destinasi
Medewi di kabupaten Negara hanya 2.850 pariwisata berbagai entitas yang
wisatawan. Apakah strategi yang perlu dipasarkan teraku-mulasi dalam bentuk
dilakukan oleh masing-masing pengelola kualitas pengalaman mulai dari pelabuhan,
daya darik wisata?. Penelitian ini mencoba tempat menginap mengunjungi objek
mengungkap fenomena ini menggunakan sampai membeli cendera mata dan kembali
pendekatan multidimensional scaling atau ke negarnya. Destiansi pariwisata tidak
yang dikenal dengan MDS. dipandang sebagai tempat yang fisik

14 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014 ISSN 2087 - 5576

semata namun tempat dimana pengalaman berlangsung. Fase stagnan atau tidak
yang terbaik dirasakan oleh wisatawan berkembang, fase ini dicirikan oleh tidak
serta produsen pariwisata pada destinasi bertambahnya kedatangan wisatawan
pariwisata. bahkan menunjukkan adanya penurunan
Sebagai suatu tempat, sebuah dan banyaknya keluhan-keluhan. Hal ini
destinasi pariwisata selalu dikaitkan disebabkan tidak dilakukannya konsolidasi
dengan kemampuan dalam menerima dengan baik.
tekanan dari aktivitas pariwisata tanpa Fase konsolidasi dimaksudkan agar
mengalami kerusakan (Cooper et al 1993: semua komponen pariwisata, melakukan
88), yang lebih dikenal dengan carrying evaluasi yang mendasar terhadap sebuah
capacity. Sejalan dengan pemikiran destinasi pariwisata. Fase stagnasi
Cooper et al 1993, penulis berpandangan mengan-dung dua permasalahan, yaitu
bahwa sebuah destinasi pariwisata akan masalah peremajaan dan penurunan.
diminati dan memberikan manfaat bagi Artrinya pada fase stagnasi ini dapat
semua pihak, ketika dapat menerima dilakukan pere-majaan atau pembaharuan
berbagai tekanan tanpa mengalami dengan cara, manajer destinasi pariwisata
kerusakan. Artinya sebuah destinasi dituntut untuk melakukan investigasi atas
pariwisata harus selalu dievaluasi sehingga berbagai per-masalahan negatif yang
dalam perkembangan-nya tidak mengalami terjadi sehingga perlu dilakukan strategi
penurunan atau kerusakan. Karena tidak pemasaran secara terus menerus. Dengan
mungkin menjual “tempat” yang demikian akan dapat dihindari fase
mengalami kerusakan. Hal ini sejalan pula penurunan. Fase penurunan terjadi ketika
dengan konsep pemba-ngunan pariwisata manajemen lupa untuk melakukan
berkelanjutan yang menekankan pada kegiatan evaluasi dan pemasaran yang
pembangunan yang memberikan manfaat berkelanjutan. Manajemen lupa untuk
saat ini dan dimasa mendatang. menjaga kualitas produk atau destinasi
Konsep lainnya yang terkait pariwisata.
dengan destinasi pariwisata sebagai suatu Maka usaha-usaha untuk memper-
tempat adalah evolusi sebuah destinasi tahankan dan mengembangkan produk
pariwisata, yang dikenal dengan tourist (baca destinasi pariwisata) dapat dilakukan
area life cycle yang dikembangkan oleh dengan melakukan penelitian yang terinte-
Butler pada tahun 1980 an (Cooper et al. grasi tentang faktor-faktor yang mem-
1993: 90; Butler,1980; WTO, 2007: 16). pengaruhi penurunan suatu produk dan
Sebuah destinasi pariwisata digambarkan strategi untuk mengatasinya.
dengan tujuh status atau posisi. Pertama B. Elemen Destinasi Pariwisata
posisi explorasi, dimana sebuah destinasi Elemen suatu destinasi pariwisata
pariwisata baru dikembangkan. Kedua digambarkan secara beragam oleh para
fase sebuah destinasi pariwisata mulai pemerhati (seperti Mill dan Morrison,
menda-patkan tanggapan dari konsumen, 2009:7; 2012: 7; Cooper et al. 1993: 3).
dimana wisatawan mulai berdatangan. Tiga diantaranya berturut-turut 1) Mill
Fase ketiga disebut dengan posisi dan Morrisson, 2012, 2) Cooper et al,
berkembang atau development, wisatawan 1993, 3) WTO, 2007). Menurut Mill dan
yang datang mulai banyak yang diimabngi Morrison, 2012, Destinasi Pariwisata (DP)
oleh berkembang-nya berbagai komponen sering disebut dengan bauran destinasi
yang terkait pariwisata. Fase selanjutnya parwisata atau Destination Mix (DM),
adalah fase konsolidasi, yang yang digambarkan dengan elemen-
menunjukkan pentingnya dilakukan elemen: Facilities, Infrastructure,
konsolidasi dengan berbagai komponen Transportation dan Hospitality (FITH).
sebagai bentuk evaluasi ter-hadap Sedangkan menurut Cooper et al., (1993:
perkembangan pariwisata yang telah 81), elemen destinasi pariwisata terdiri

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 15


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014

dari empat elemen yang sering disebut menurut World Tourism Organization
dengan 4A yang terdiri atas: a) Acces, b) (WTO, 2007), terdiri dari enam elemen,
Amenities, c) Attraction, dan d) Ancillary. seperti disajikan pada tabel 1.
Sedangkan elemen destinasi pariwisata

Tabel 1. Elemen Destinasi Pariwisata


No Peneliti Elemen Destinasi Pariwisata
1 Cooper et al., (1993) Amenity Access Attractions Ancilary - -
2 WTO (2007) Human Image and
Amenity Access Atractions Price
resources Character
3 Mill dan Morrison Facility Infrastructure Transport Hospitality - -
(2012)
Sumber : Studi Kepustakaan, 2014

Cooper et al (1993) menggambar- holistic/ attri-bute”. Lebih lanjut 34 item


kan destinasi pariwisata dengan 4 elemen, atau indikator dimaksud adalah: daya tarik
WTO, 2007 menggambarkan dengan 6 alam, harga, iklim, tempat atau aktivitas,
elemen atau variabel, Hsu et., 2008 dan kehidupan malam atau entertainment,
Mill and Morrison menggambarkan DP fasilitas, aktivi-tas dialam liar,
dengan 4 variabel. Tiga komponen utama infrastruktur, arsitektur, museum, pantai,
dari destinasi pariwisata terdiri atas prasa- fasilitas belanja, fasilitas akomodasi, kota,
rana, sarana dan atraksi wisata. Artinya festival, informasi, kemacetan, kebersihan,
sebuah destinasi pariwisata adalah gabung- keamanan, pe-ngembangan ekonomi,
an dari berbagai elemen yang memberikan aksesibilitas, urba-nisasi, komersialisasi,
pengalaman yang berbeda namun dengan stabilitas politik, hospitaliti, budaya,
tujuan yang sama, untuk memuaskan makanan dan minuman, relaksasi,
pengalaman akhir wisatawan. atmosfir, petualangan, kesempat-an
C. Destinasi Pariwisata sebagai Suatu mengembangkan pengetahuan, orientasi
Citra keluarga, kualitas layanan dan reputasi
Destinasi pariwisata juga (Echtner dan Ritchie, 2003).
dipandang sebagai suatu citra (WTO, Penelitian empiris beberapa
2007: 1; Pike, 2008: 199; Pan and Li, peneliti menggambarkan pentingnya
2011; Coban, 2012), sebagai ilustrasi, memahami citra destinasi pariwisata, yang
destinasi pariwisata Bali memiliki citra berpenga-ruh terhadap pengambilan
sebagai destinasi wisata budaya. keputusan seorang atau kelompok
Wisatawan Mancanegara dan Nu-santara wisatawan melaku-kan perjalanan wisata
tertarik datang ke Bali karena keunikan ke suatu destinasi pariwisata (Chen and
budaya Bali. Disamping keunikan Tsai, 2007; Della dan Micera, 2007;
alamnya. Citra destinasi pariwisata (CDP), Schuster, et al. 2008; Molina et al, 2010).
digambarkan Etchtner dan Ritchie (2003), Citra destinasi pariwisata digambarkan
dengan komponen fungsional dan dapat memperkuat citra sebuah hotel.
psikologi, keunikan dan yang umum serta Demikian pula sebaliknya, citra sebuah
holistik dan atribut. Citra destinasi hotel dapat memperkuat citra destinasi
pariwisata menurut Echtner dan Ritchie pariwisata. Dengan demikian destinasi
terdiri dari 34 indikator. CDP menurut pariwisata menjual produk yang disebut
Etchtner dan Ritchie (2003), sebagai “a dengan citra.
bundle of attraction and developed a D. Persaingan Destinasi Pariwisata
three-axes approach for measuring Elemen penting dari suatu destinasi
destination image consisting of functional/ parwisata adalah persaingan, karena secara
psychology-cal, common /unique and logika pada destinasi pariwisata terjadi
16 Jurnal Ilmiah Hospitality Management
Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014 ISSN 2087 - 5576

persaingan antar berbagai stakeholders Infrastruktur, 12) Hospitaliti, 13) Ketatnya


serta antara berbagai daya tarik wisata pasar, 14) Entertainment, 15) Kualitas
(Crouch dan Ritchie, 1999; Ritchie dan layanan atau pengalaman, 16). Kemauan
Crouch, 2003; Lopez et al., 2004; politik, 17) Posisi atau branding, 18)
Vengesayi, 2003). Sehingga setiap desti- Enterpris, 19). Tersedianya sumberdaya,
nasi pariwisata dituntut untuk mampu 20). Pemasaran (Crouch, 2007: 25).
meraih pangsa pasar dan memenangkan Atribut utama yang menentukan
persaingan tersebut. World Tourism persaingan menurut Crouch, 2007: 25)
Organization atau WTO (2007: 41), terdiri atas atribut: 1) Fisiografi dan Iklim,
menggambarkan persaingan suatu 2) Kebudayaan dan Sejarah, 3) Sarana
destinasi pariwisata dengan tiga elemen Pariwisata, 4) Gabungan Aktivitas, 5). Per-
utama yaitu harga, perbedaan dan fokus. hatian atau Citra, 6) Even Khusus, 7)
Elemen pertama menghasilkan Entertainment, 8) Prasarana, 9) Aksesibi-
stra-tegi yang berbasis harga, yang dikenal litas dan 10) Posisi atau Branding (Crouch,
dengan cost leadership. Suatu destinasi 2007: 26). Sejalan dengan pemikiran
pariwisata menggunakan harga sebagai penulis, bahwa elemen persaingan sebuah
elemen persaingan. Strategi kedua adalah destinasi adalah bagaimana mempersiap-
strategi perbedaan yang sering dikenal kan faktor penentu utama, yaitu: prasarana
dengan differentiation, basisnya adalah dan sarana serta aktivitas pada suatu
memenangkan persaingan didasarkan pada destinasi pariwisata. Mewahnya sarana
berbagai perbedaan yang dimiliki atau akomodasi dan daya tarik wisata tanpa
menjual produk yang berbeda dibanding- didukung oleh prasarana seperti jalan raya
kan dengan destinasi pariwisata atau daya yang memadai akan menyebabkan
tarik wisata lainnya. Misalnya produk ketidak-puasan dan menyebabkan
yang ditawarkan memiliki keunggulan hilangnya ke-inginan untuk berkunjung
dalam kualitas dan layanan. Elemen ketiga kembali pada suatu destinasi pariwsata.
adalah fokus, produsen harus berani III. METODE PENELITIAN
mengambil resiko untuk bertarung dengan A. Rancangan Penelitian
produk yang berbeda, bukan produk yang Penelitian ini merupakan penelitian
sama. kuantitatif dengan menggunakan salah satu
Destinasi pariwisata misalnya metode analisis multivariat yaitu Multi-
dapat menawarkan produk yang unik na- dimensional Scaling (MDS) dan dan Co-
mun berbasis teknologi. Crouch (2007: 24- respondence Analysis (Hair et al., 1998:
32) menggambarkan persaingan destinasi 519). Penelitian ini juga didukung metode
pariwisata menggunakan 36 atribut yang kualitatif dengan melakukan kegiatan
dapat dibagi menjadi dua bagian besar, fokus grup dan wawancara dengan
yakni faktor utama dan faktor sub bagian. pengelola daya tarik wisata serta
Faktor utama terdiri dari 5 atribut dengan wisatawan, sehingga melengkapi data
label 1) Core Resources and Attraction, 2) kuantitatif (Jennings, 2001: 133).
Destination Management, 3) Qualifying B. Lokasi Penelitian
and Amplifying Determinats, 4) Deter- Penelitian ini dilakukan di Bali, pada
minant Policy, Planning and Development, 12 daya tarik wisata (Kuta, Tanjung
5) Supporting factor and Resources. Benoa, Jimbaran, Nusa Dua, Sanur,
Sedangkan sub faktor terdiri dari 31 Medewi, Tanah Lot, Ubud, Kintamani,
indikator diantaranya: 1) Fisiografi dan Lembongan, Tulamben dan Lovina).
iklim, 2) Gabungan aktivitas, 3) Budaya C. Penentuan Sumber Data
dan sejarah, 4) Superstruktur pariwisata, 5) Sumber data dapat dibagi menjadi dua
Kemanan dan kenyamanan, 6) Biaya dan yaitu 1) data sekunder dan 2) data primer.
nilai, 7) Aksesibilitas, 8) Even khusus, 9) Data sekunder dalam penelitian ini
Perhatian atau citra, 10) Lokasi, 11) diperoleh dari 1). Dinas Pariwisata

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 17


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014

Provinsi Bali, 2). Badan pusat statistik apabila daya tarik wisata yang ada sangat
provinsi Bali serta dari literaratur melalui mirip dengan daya tarik wisata lainnya
internet, koran dan buku bacaan serta (misalnya Kuta memiliki kemiripan
artikel yang terkait dengan penelitian ini. dengan daya tarik wisata Sanur).
Sedangkan data primer diperoleh melaui Sedangkan skor 2 apabila kedua daya tarik
penyebaran kuesioner, fokus grup dan wisata kurang memiliki kemiripan, skor 3
wawancara dengan responden serta apabila kedua daya tarik wisata memiliki
observasi pada objek dan daya tarik wisata kemiripan dan perbedaan, skor 4 keduanya
yang ada di Bali. memiliki banyak perbedaan, sedangkan
D. Analisis Data skor 5 apabila kedua daya taik wisata
Penelitian ini menggunakan pen- sangat berbeda (misalnya Kuta sangat
dekatan positivisme atau penelitian kuanti- berbeda dengan Kintamani). Adapun
tatif menggunakan analisis statistik multi- berbandingan daya tarik wisata terdiri atas
dimensinal scaling dan analisis kores- 66 pasangan.
pondensi. Hasil Analisis MDS dengan proses
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ALSCAL memiliki kelayakan yang baik
A. Pengetahuan tentang daya tarik bila nilai RSQ sebesar 0,1 atau mendekati
wisata nilai 1. RSQ menggambarkan kedekatan
Berdasarkan kuesioner yang antara data dengan peta perseptual. Bahwa
diberikan kepada responden pada 12 daya data jarak antar objek terpetakan dalam
tarik wisata yang ada di Bali, 100 respon- perceptual map. Sedangkan nilai STRESS
den menyatakan pandangannya sebagai menggambarkan bahwa hasil output men-
berikut: Kuta dan Sanur adalah daya tarik dekati keadaan yang sebenarnya atau
wisata yang paling banyak dikunjungi dan tidak. Nilai STRESS sebesar 0,5
diketahui oleh responden. Sebesar 100 mengindikasi-kan bahwa output yang
persen Wisatawan Nusanatra menyatakan dihasilkan semakin mirip dengan keadaan
pernah berkunjung dan mengetahui Kuta yang sebenarnya (semakin mendekati nol
dan Sanur (posisi nomor 1). Posisi kedua output dikatakan semakin mirip dengan
adalah Nusa Dua dan Jimbaran. Ubud dan keadaan yang sebenarnya.
Tanah Lot adalah daya tarik ketiga yang C. Posisi Daya Tarik Wisata di Bali
paling banyak dikunjungi dan diketahui Berdasarkan hasil perhitungan per-
oleh responden. Daya tarik yang paling hitungan MDS, maka dihasilkan empat (4)
jarang dikunjungi dan kurang diketahui posisi kelompok daya tarik wisata dari 12
adalah pantai Medewi di Kabupaten daya tarik wisata yang dievaluasi oleh
Jembrana. Wisatawan Nusantara dalam bentuk dua
B. Analisis Multidimensional Scaling dimensi atau koordinat.
(MDS) Adapun posisi kelompok daya tarik
MDS adalah salah satu teknik wisata tersebut adalah sebagai berikut:
multivariat untuk menganalisis hubungan 1) Kelompok daya tarik wisata pada
interdependensi atau saling ketergantungan kuadaran I hanya Pantai Medewi
antar varaibel (Hair, et al.,1998:519; San- yang terletak di kabupaten Jem-
toso dan Tjiptono, 2001: 321). Adapun brana, dengan dimensi 1 negatif
sofware yang dewasa ini digunakan untuk dan dimensi 2 positif.
analisis MDS adalah SPSS dengan Dipersepsikan memiliki perbedaan
kemampuan membuat ALSCAL dan dibandingkan dengan daya tarik
INDSCAL.Daya tarik wisata Kuta wisata lainnya.
dibandingkan dengan 11 daya tarik 2) Kelompok daya tarik wisata pada
lainnya, dari segi kemiripan (similiarity) kuadran II adalah Tanjung Benoa,
dan perbedaan atau sangat tidak mirip. Tulamben, Kuta, Nusa Dua, dan
Dengan skor penilaian 1 sampai 5. Skor 1 Jimbaran serta Ubud, dengan ko-

18 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014 ISSN 2087 - 5576

ordinat dimensi 1 positif dan Pemandangan Alam, 2) Seni dan Budaya,


dimensi 2 juga positif. Kelompok 3) Heritage, 4) Festival dan special even,
daya tarik wisata ini dipersepsikan 5) Kehidupan malam, 6) Akomodasi, 7)
memiliki persamaan dibandingkan Pelayanan transportasi lokal, 8) Pusat
dengan kelompok daya tarik wisata belanja, 9) Pelayanan makanan dan minu-
lainnya. man, 10) Pelayanan makanan dan minu-
3) Kelompok daya tarik wisata pada man, 11) Fasilitas yang tersedia di daya
kuadran III adalah Tanah Lot dan tarik wisata, 12) Fasilitas airport, 13) Kua-
Sanur, dengan koordinat dimensi 1 litas informasi di daya tarik wisata, 14)
positif dan dimensi 2 negatif. Memiliki fasilitas internet, 15) Fasilitas
Dipersepsikan memiliki perbedaan kesehatan, 16) Kemacetan, 17) Keamanan,
atau kurang memiliki kemiripan 18) Kebersihan, 19) Harga Akomodasi,
dibandingkan dengan daya tarik 20) Harga makanan dan minuman. 21)
wsiata lainnya. Harga transportasi, 22) Harga di pusat
4) Kelompok daya tarik wisata pada belanja, 23) Respon dan keramahan di
kuadran IV adalah Kintamani, daya tarik wisata, 24) Keramahan pegawai
Lembongan dan Lovina, berada di pusat belanja.
pada koordinat dimensi 1 negatif E. Keterbatasan dan Penelitian Dimasa
dan dimensi 2 negatif. Dipersepsi- Mendatang
kan juga memiliki persamaan atau Tidak dapat dipungkiri setiap
berdekatan dengan kelompok daya penelitian sudah pasti memiliki keterba-
tarik wisata lainnya. tasan. Maka penelitian ini memiliki keter-
Dengan demikian dari 12 batasan karena hanya menggunakan res-
daya tarik wsiata yang di evaluasi ponden nusantara saja. Jumlah sampel
oleh Wisatawan Nusantara, posisi masih terbatas sebanyak 100. Dimasa yang
daya tarik wisata dapat akan datang dapat dikembangkan meng-
dikelompok-kan menjadi empat gunakan responden mancanegara dan
posisi relatif, dua kelompok daya nusantara sehingga hasilnya dapat diper-
tarik wisata diposisikan memiliki bandingkan. Keterbatasan lainnya adalah
persamaan, kemiripan, atau lokasi penelitian hanya menggunakan 12
kedekatan (kuadran II dan III) dan daya tarik wisata di Bali, dimasa men-
dua kelompok memiliki datang dapat diperluas sampai ke luar Bali
diposisikan memiliki perbedaan seperti di Jawa dan luar Jawa sehingga
atau berjauhan (kuadran I dan IV). dapat mewakili posisi persaingan destinasi
D. Analisis Korespondensi pariwisata di Indonesia. Diharapkan
Hair et al., (1998: 522) menyatakan adanya replikasi penelitian yang sama
bahwa tujuan analisis MDS adalah untuk pada lokasi berbeda sehingga memperoleh
mentranformasi penilaian konsumen ten- hasil yang konsisten. Hal ini sejalan
tang persamaan (similarity) dan preferensi dengan kaidah penelitian ilmiah, yang
(preference) dalam satu ruang yang harus dapat diuji kembali.
disebut ruang multidimensional. Evaluasi V. SIMPULAN DAN SARAN
per-samaan menggunakan MDS dan A. Kesimpulan
penilaian preferensi menggunakan analisis Adapun kesimpulan peenelitian ini
kores-pondensi atau ANACOR (Hair et al., dapat disajikan sebagai berikut:
1998: 522; Santoso dan Tjiptono, 2001: 1. Kuta dan Sanur adalah salah satu daya
321). tarik wisata yang paling digemari oleh
Dua belas daya tarik wisata Wisatawan Nusantara. Sedangkan pan-
dievaluasi menggunakan 24 indikator yang tai Medewi di kabupaten Jembrana
diadaptasi dari penelitian sebelumnya. merupakan daya tarik yang kurang
Adapun indikator tersebut adalah: 1) diminati.

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 19


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014

2. Berdasarkan analisis MDS daya tarik Bursan, Rinaldi. 2006. Analisis Pengaruh
wisata di Bali dapat digambarkan Dimensi Wisata terhadap Loyalitas
dengan empat posisi dua posisi Wisatawan (Studi Kasus di
memiliki persamaan dan dua posisi Provinsi Lampung), Jurnal Bisnis
memiliki perbedaan, dengan demikian dan Manajemen, Vol. 3, No.1,
dua posisi memerlukan strategi yang hal.1-13.
berbeda dalam menarik wisatawan. Buttler, R.W. 1980. The Concept of A
3. Preferensi wisatawan nusantara ter- Tourist Area Life Cycle of
hadap 12 daya tarik wisatata digam- Evaluation: Implication For Mana-
barkan dengan empat posisi, dimana gement of Resources, Canadian
masing-masing posisi memiliki keung- Geografer, XXIV, 1, pp. 5-12.
gulan berdasarkan preferensi mereka. Crouch, Geoffrey I dan Ritchie, J.R. Brent.
Empat kelompok preferensi tersebut 1999. Tourism Competitiveness,
adalah daya tarik yang memiliki and Societal Prosperity, Journal of
keunggulan sarana dan prasarana, Business Research, 44, pp. 137-
memiliki keunikan karena lokasi jauh 152.
dari keramaian, memiliki keunikan Crouch, Geoffry I. Modelling Destination
seni budaya dan spiritual serta Competitiveness A Survey and
keunggulan karena letaknya Analysis of The Impact of Compe-
berdekatan. titiveness Attributes, Austra-lia:
B. Saran Sustainable Tourism CRC.
Berdasarkan kesimpulan penelitian Cooper, Chris; Fletcher, John; Gilbert,
ini, dapat disarankan sebagai berikut: David and Wanhill, Stephen.1993.
1. Adanya daya tarik yang kurang Tourism Prnciples & Practice.
diminati dan diketahui, perlu dilakukan UK: Pitman Publishing.
strategi promosi yang lebih intensif Chen, Ching-Fu,and Tsai, DungChun.
baik yang dilakukan oleh pemerintah 2007. How destination image and
maupun manajer pengelola daya tarik evaluative factors affect
wisata. Karena daya tarik wisata pantai behavioral intentions?, Tourism
Medewi diminati oleh Wisatawan Management, 28, pp. 1115-1122.
Mancanegara sebagai tempat surfing Coban, Suzan. 2012. The Effect of the
dan masih alami serta jauh dari Image of Destination on Tourist
keramaian. Satisfaction and Loyalty: The Case
2. Persaingan antar daya tarik wisata akan of Cappadocia, European Journal
meningkatkan berbagai strategi pe- of Social Sciences, Vol. 29, No.2,
masaran yang berbasis pada potensi pp. 222-232.
pada masing-masing daya tarik wisata Della Corte, Valentina and Micera,
dan kebutuhan pelanggan. Roberto. 2007. Destination Image
3. Keunggulan yang dimiliki masing- Analysis and Management: Result
masing daya tarik wisata dapat menjadi of An Empirical Research The
strategi untuk positioning atau Case of Nafles, VI International
pencitra-an suatu destinasi pariwisata. Congress” Marketing Trends”,
DAFTAR PUSTAKA Ecole Superieure deCommerce de
Anuar, Ahmad Nazrin., Ahmad, Habibah., Paris ESCP-EAP, January 26-27,
Jusoh, Hamzah., Hussain, Mohd pp. 2- 27.
Yusof. 2012. The Roles of Tourism Dolnicar, Sara and Leisch, Friedrich. 2004.
System toward Development of Geographical or Behavioral
Tourist Friendly Destination Segmentation? The Pros and Cons
Concept. Asian Social Science, for Destination Marketing, Procee-
Vol. 8, No.6, pp.146-155. ding of the International Research

20 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014 ISSN 2087 - 5576

Conference of the Council of Kotler, Philip and Keller, Kevin lane.


Australia University Hospitality 2009. Manajemen Pemasaran.
and Tourism Education. Edisi 13. Jakarta: Erlangga.
Echtner, Charlotte M and Ritchie J.R. Kotler, Philip., Haider, Donald and Irving
Brent. 2003. The Meaning and Rein. 1993. Marketing Places,
Measurement of Destination New York: The Free Press.
Image. The Journal of Tourism Lai, Kun and Li, Yiping. 2012. Core-
Studies. Vol. 17, No.1, pp. 37 – 48. Periphery Structure of Destination
Ferreira Lopez, Sergio Dominique. 2011. Image Concept, Evident and
Destination image: Origin, De- Implication. Annal of Tourism
velopment and Implication. Research, Vol. 39, No. 3, pp. 1359-
PASSOS, Vol. 9, No. 2, pp. 305- 1379.
315. Mill, Christie and Morrison, Alastair M.
Garay, luis and Canoves, Gemma. 2011. 2009. The Tourism System, sixh
Life Cycles, Stages and Tourism edition, USA: Kendall Hunt.
History, The Catalonia (Spain) ______. 2012. The Tourism System,
Experience, Annal of Tourism seventh edition, USA: Kendall
Research, Vol. 38, No. 2, pp. 651- Hunt.
671. Murdy, Samantha, Pike, Steven D and
Gudono. 2011. Analisis Multivariat, Ling, Ian. 2012. The development
Yogyakarta: BPFE of a Model to measure destination
Hair, Joseph F, JR., Anderson, Rolf E., brand performance accros travel
Tatham, Ronald L., Black, William contexts. Proceedings of ANZMAC
C.1998. Multivariate Data Analy- Conference, Perth Western Aus-
sis, With Reading, Fith Edition, tralia.
New Jersey: Prentice Hall Matos, Nelson., Mendes, Julio., Valle
International. Patricia. 2012. Revisiting the desti-
Hsu, Cathy., Killion, Les., Brown, nation image construct through a
Graham., Gross Michael.J., Huang, conceptual model, Dos Algarves. A
Sam. 2008. Tourism Marketing: An multidisplinary e journal, No. 21,
Asia Pacific Perspective. Australia: Revista da ESGHT/ UAig.
John Wiley. Mohamad, Mahadzirah., Ali, Abdul
Hanzaee, Kambiz Heidarzarzadeh., Manan., Ab Ghani, Nur Izzati.
Bigleli, Fariba., Khanzadeh, 2011. A Structural Model of Desti-
Mahmoud and Javanbakht, Arezu. nation Image, Tourists’
2012. Asssesing Patients Satisfaction and Destination
Behavioral Intentions through Loyalty, Interna-tional Journal of
Service Quality and Perceived Business and Management Studies,
Value. Journal Basic Applied Vol. 3, No. 2, pp. 167-177.
Research, Vol.2, No.10, pp.10686- Murdy, Samantha, Pike, Steven D., Ling,
10692. Ian. 2012. The development of a
Jengkin, Olivia H. 1999. Understanding model to measure destination brand
and Measuring Tourist Destination performance accross travel con-
Images, International Journal of texts. Australia New Zealand
Tourism Research, Vol.1, pp, 1-15. Marketing Academy Conference.
Kim, Hyounggon and Richardson, Sarah Pan, Bing and Li, Xiang (Robert). The
L. 2003. Motion Picture Impacts on Long Tail of Destination Image
Destination Images, Annal of and Online Marketing. 2011. Annal
Tourism Research, Vol.30, No.1, of Tourism Research, Vol.38,
pp. 216-237. No.1, pp. 132-152.

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 21


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014

Parasuraman, A., Zeithaml, Valarie A., Three Hudson River Valley, New
Berry, Leonard L. 1985. A York Communities, Proceeding of
Conceptual Model of Service Qua- the 2008 Northeastern Recreation
lity and Its Implications for Future Research Symposium GTR-NRS-
Research. Journal of Marketing, P-42, pp. 251-256.
Vol. 49 (Fall 1985), pp. 41-50 Thagunna, Karan Singh and khanal,
Pike, Steven. 2008. Destination Garima. 2013. Dimension
Marketing: an Integrated Affecting the Purchasing Behavior
Marketing Com-munication of nevalese Women, International
Approach. Oxford: Butterworth- Review of Management and
Heinemann. Marketing, Vol.3,No.1, pp.10-19.
Plog, Stanley. 2001. Why Destination Vengesayi, Sebastian. 2003. A Conceptual
Areas Rise and Fall in Popularity. Model of Tourism Destination
Cornell Hotel and Restaurant Competitiveness and Attractive-
Administration Quarterly, 42, 3, ness, ANZMAC 2003 Conference
pp. 13-24. Proceedings, Adelaide 1-3 Dese-
Ritchie, J.R. Brent and Crouch, Geoffrey I. mber 2003.
2003.The Competitive Destination World Tourism Organization. 2007. A
A Sustainable Tourism Perspective, Practical Guide to Tourism
UK: CABI. Destination Management. Spain:
Shostack, G. Lynn. 1977. Breaking Free World Tourism Organization.
from Product Marketing. Journal World Tourism Organization. 2011.
of Marketing, April, 1977, pp. 73- Handbook on Tourism Product
80. Development. Madrid: World
Smith, Stephen L.J. 1994. The Tourism Tourism Organization and Euro-
Product, Annal of Tourism pean Travel Commission (ETC).
Research, Vol. 21, No.3, pp. 582- Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika
595. Multivariat Terapan, Yogyakarta:
Supranto, J. Analisis Multivariat Arti & UPP STIM YKPN.
Interpretasi. 2010. Jakarta: Rineka Alegre, Joaquin dan Garau, Jaume. 2010.
Cipta. Tourist Satisfaction and Dissatis-
Santoso, Singgih dan Tjiptono, Fandy. faction, Annal of Tourism
2001. Riset Pemasaran: Konsep Research, Vol 27, No. 1, pp. 52-79.
dan Aplikasi dengan SPSS, Anonim.2009. Indonesia di Peringkat 81
Jakarta: PT Elek Media Pariwisata Dunia. Kompas. com.
Komputindo. htm. Kamis 5 Maret 2009. 11.45.
Sudiarta, I Nyoman., Suardana, I Wayan., wib.
Ariana, Nyoman. 2014. Under- Anonim.2010. Bali Dalam Angka. Den-
standing the Behavior of Tourist: pasar: Badan Pusat Statistik Pro-
A strategy to Build Positioning of vinsi Bali.
Tourism Destination (Case Study Anomim. 2010. Statistik Pariwisata Bali.
Bali), Seminar Proceeding, Denpasar: Dinas Pariwisata Pro-
International Seminar On Tourism vinsi Bali
Sustainable Tourism Development Chacko, Harsha E. 1997.Positioning a
Based On Tourism Behavior, 24-26 Tourism Destination To Gain A
February, pp. 229-236. Competitive Edge.[cited 26 Meret
Schuster, Rudy M., Sulivan, Laura., 2012) available from: http://www.
Kuehn, Diane. 2008. Using hotel-online.com/ Trends/ Asia
Destination Image To Predic Pacific Journal/ Position Destina-
Visitors International To Revisit tion. html. 9:14 PM.

22 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014 ISSN 2087 - 5576

Davidson, Thomas Lea.2005. What are Lilien, L. Gary; Kotler Philip; Moorthy, K
travel and tourism: are they an Sridhar, 1992. Marketing Models.
industry? In Theobal, William F. New Jersey: Prentice Hall.
2005.,editors. Global Tourism. Lo, May Chiun; Mohamd, Abang Azlan;
(third edition).USA: Songan, Peter; Yeo Alvin
Elsevier- Butterworth-Heinemann. W.2012.Rural Tourism Positioning
Echtner, Charlotte M and Ritchie J.R. Strategy: A Community Perspec-
Brent. 2003. The Meaning and tive. 2012 International Conference
Measurement of Destination on Economic Marketing Mana-
Image. The Journal of Tourism gement.IPEDR Vol.28.2012 IAC-
Studies. Vol. 17, No.1, pp. 37 – 48. SIT Press Singapore
Goeldner, Charles R and Ritchie, J.R. Mathieson, A and Wall, G. 1992. Tourism
Brent. (2006). Tourism, Principles, Economic, Physical and Social
Practice, Philosophies (Tenth Impact. London: Longman.
Edition). New Jersey, Wiley & Malhotra, Naresh.K. Basic Marketing
Sons Research:application to contempo-
Hair, Joseph F, JR., Anderson, Rolf E., rary issues (International edition).
Tatham, Ronald L., Black, William Canada: Prentice Hall Interna-
C.1998. Multivariate Data Analy- tional.Inc.
sis, With Reading, Fith Edition, Matos, Nelson; Mendes, Julio da Costa;
New Jersey: Prentice Hall Valle, Patricia Oom do. 2011. The
International. impact of Tourism Expereineces in
Hsu, Cathy., Killion,Les., Brown, Graham; Destination Image The Case of The
Gross Michael.J ;Huang 2008. Algarve. Book of Proceeding
Tourism Marketing: An Asia Vol.II. International Conference on
Pacific Perspective. Australia: Tourism & Management Studies –
John Wiley. Algarve. Pp.1057 – 1059.
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/ Mill and Morrison, Alastair. 2009. The
2013/07/13/posisi-industri-pariwi- Tourism System, sixth edition,
sata USA: Kendall Hunt.
Kotler, Philip.2000. Manajemen Pema- Mohamed, Badaruddin., Omar, Shida
saran (Edisi Milenium), Jakarta: Irwana., Muhibudin, Masitah.,
Pearson Education dan Prehanll- Shamsudin, Nurhashiki. .2009.
indo. Measuring The Competitiveness of
Kotler,Philip;Bowen,John T; Makens, Malaysian Tourism Cities Through
JamesC.2010. Marketing for The Application of Multi
Hospitality and Tourism (Fifth Dimentional Scaling Analysis:
Edition). New Jersey: Pearson. Paper disampaikan pada APTA,
Prentice Hall. Incheon Korea: Emerging Tourism
Kotler dan Keller.2009. Manajemen and Hospitality Trends 9-12 Juli
Pemasaran. edisi 13 jilid 1.(Bob 2009. pp 230 – 239.
Sabran, Penterj) Jakarta: Erlangga. Moutinho,Luiz. (2000). Tourism
Khee, Gian Tan et al., 2014. Asia Marketing Research. In:
Competitiveness Institute (ACI), Moutinho,L. Strategic
ACI Policy Paper Series No. Management in Tourism. UK.
2/2014. Lee Kuan Yew Asia CAB International Wallingford
Competitiveness Institutre. Oxon. pp.79-120
Leiper, Neil.2004.Tourism Management. Michailidis, Anastasios and Chatzitheo-
Australia: Pearson Education. dorodis, Fotis. 2006. Scenarios
Analysis of Tourism Destinations.

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 23


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014

Journal of Social Sciences 2(2):41- Santoso, Singgih. 2011. Structural


47. Equation Modeling (SEM). Konsep
Njuguna,John I. 2009. Strategy dan Aplikasi dengan AMOS 18,
Positioning For Sustainable Jakarta: PT Elex Media
Competitive Adv-antage: An Komputindo.
Organizational Learn-ing Shaw, Margaret.1992. Positioning and
Approach. KCA Journal of Price: Merging Theory, Strategy,
Business Management;Volume 2, and Tactics. Journal of Hospitality
Isuue 2.pp. 32-43. & Tourism Research; 15;2.pp 31-
Pike, Steven.2008..Destination Marketing: 39
an Integrated marketing communi- Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasar-
cation approach.Butterworth-Hei- an. Yogyakarta: Penerbit ANDI
nemann.Oxford Theobalt. 2005. Global Tourism, Third
Prentice, Richard and Andersen, Vivien. Edition,USA: Elsevier.
2003. Festival as Creative Des- UNWTO. 2011. Hand book on Tourism
tination. Annal Tourism Research. Product Development, Madrid:
Vol.30.No 1.pp 7 -30 World Tourism Organization
Power, John; Haberlin, David; Foley, (UNWTO) and European Tourism
Anthony. 2005. Developing The Commision (ETC
Positioning of The Irish Rural UNWTO World Tourism Barometer.
Tourism Product – The Role of Volume.10 Januari 2012.
Image and Market Focus. Paper Wijaya, Tony.2010.Analisis Multivariat:
Presented at the Tourism & Teknik Olah Data Untuk Skripsi,
Hospitality Research in Ireland: Tesis dan
Exploring the Issues Conferences – Disertasi Menggunakan SPSS.
University of Ulster 14 th – 15th Yogyakarta: Universitas Atma
June 2005 Jaya.
Reisinger,Yvette. 2009. International Wiranatha, Agung Suryawan; Priantjaya,
Tourism:Cultures and Behaviours. Putu; Pujaastawa, I.B.G; Satria-
UK:Elsevier Ltd. wan, Ketu; Raka Dalem, A.A
Ritchie, J.R, and Crouch, Geoffry I. 2010 Gede.2008. Analisis Kebutuhan
A Model of destination Competi- Akomodasi dan Transportasi Pari-
tiveness/ Sustainability: Brazilian wisata Bali. Denpasar. Puslit
perspectives, Revista de Adminis- Kebudayaan dan Kepariwisataan
tracao Publica. Vol. 44, No., pp: Unud Bekerjasama dengan Dinas
1049-66. Pariwisata Provinsi Bali
Sainaghi, Rugerro; Canali, Silvia. 2011. Wiranatha, Agung Suryawan dan Puja-
Exploring The Effects of astawa, I.B.G. 2009. Analisis pasar
Destination’s Posisioning on Wisatawan Nusantara 2009. Den-
Hotel’s Performance: The Milan pasar: Dinas Pariwisata Provinsi
Case.Tourismos: An International Bali
Multidisciplinary. Journal of World Tourism Organization. 2007. A
Tourism. Volume 6 Number 2, Practical Guide To Tourism
Autum.pp 121-138 Destination Management, Spanyol:
World Tourism Organization.

24 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 5 No. 1, Juli - Desember 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 25

Anda mungkin juga menyukai