Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata telah menjadi salah satu penggerak utama perekonomian global
dengan tingkat perkembangan yang sangat cepat. Perkembangan pariwisata
sebagai industri yang mengutamakan jasa dan pelayanan menunjukan peran yang
sangat menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Fakta tersebut
kemungkinan disebabkan oleh begitu besarnya minat masyarakat dunia yang
mulai memandang bahwa berwisata merupakan suatu kebutuhan. Dapat
dibayangkan dengan jumlah penduduk dunia yang begitu besar dan seandainya
30% sepakat memandang pariwisata merupakan kebutuhan hidup maka betapa
kayanya negara-negara yang menjadikan sektor jasa ini sebagai sumber
pendapatan (Toda, 2016).
Kegiatan pariwisata dan obyek wisata di suatu daerah akan menyebabkan
terciptanya lapangan kerja baru, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya.
John M. Bryden (1973) dalam Abdurrachmat dan E. Maryani (1998: 79-80)
menyatakan bahwa:
Suatu penyelenggaraan kegiatan pariwisata dan obyek wisata dapat
memberikan setidaknya 5 (lima) butir dampak positif, yaitu penyumbang
devisa negara, menyebarkan pembangunan, menciptakan lapangan kerja,
memacu pertumbuhan ekonomi melalui dampak penggandaan (multiplier
effect), wawasan masyarakat tentang bangsabangsa di dunia semakin luas,
dan mendorong semakin meningkatnya pendidikan serta keterampilan
penduduk. Akan tetapi di samping dampak positif, adapun dampak negatif
yang timbul dari pariwisata secara ekonomi, yaitu semakin ketatnya
persaingan harga antar sektor, harga lahan yang semakin tinggi,
mendorong timbulnya inflasi, bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi
dari Negara terhadap pariwisata, meningkatnya kecenderungan impor,
menciptakan biaya biaya yang banyak, perubahan sistem nilai dalam
moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan dalam masyarakat dan
memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang serta
dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalisme,
rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi air, udara, tanah, dsb.

1
Memasuki abad ke-21 pariwisata dunia mengalami perkembangan pesat.
Di satu sisi hal itu akan membuka banyak peluang bagi pemenuhan kebutuhan dan
perolehan manfaat dari aktivitas pariwisata, tetapi di sisi lain juga melahirkan
tantangan dan masalah yang tidak sederhana. Pasar wisata global di masa depan
menuntut tersedianya produk yang beragam, unik, dan bermutu tinggi (high value
production of unique commodities) dan cenderung meninggalkan produk wisata
berskala massal. Implikasinya, terutama bagi Indonesia sebagai salah satu negara
tujuan wisata, adalah semakin besarnya kebutuhan sumber daya manusia
pariwisata yang berkualitas dan kompeten, baik di lingkungan pemerintah,
industri, masyarakat, maupun perguruan tinggi. Sumber daya manusia tersebut
dituntut tidak hanya mampu memahami dinamika dan kompleksitas pariwisata,
tetapi juga mampu merumuskan kebijakan dan melakukan pengelolaan pariwisata
secara tepat ( Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada 2016).
Kabupaten Sumba Barat Daya atau juga biasa disingkat SBD merupakan
salah satu kabupaten dengan ibukotanya yang bernama Tambolaka, dimana letak
kabupaten ini berada dipulau Sumba dan juga temasuk dalam bagian Propinsi
Nusa Tenggara Timur (BPS, 2014). Di kabupaten ini, terdapat beranekaragam
objek wisata yang masih terjaga kelestariannya dan memiliki keunikan tersendiri
bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi objek-objek wisata tersebut berada.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki potensi objek
wisata yang dapat dipromosikan sebagai destinasi wisata karna keunikan akan
unsur alam, budaya dan baharinya. Kondisi alam sekitar juga menunjang
panorama setiap objek wisata karena masih berupa bentangan bukit-bukit luas,
aliran sungai maupun danau, hutan-hutan tropis, dan berbagai corak flora dan
fauna liar. Beberapa objek wisata di kabupaten ini telah banyak dijelajah dan
dikunjungi oleh berbagai wisatawan lokal maupun mancanegara, namun hanya
ada beberapa yang memiliki akses jalan serta cukup tersedia sarana dan prasarana,
yaitu Pantai Mananga Aba, Pantai Oro, Pantai Kawona, Pantai Newa, Pantai
Waikelo, Rumah Budaya Sumba, Danau Air Asin Weekuri, dan Air Terjun Pabeti
Lekera (DPEK, 2014).

2
Saat ini, keberadaannya objek wisata di kabupaten Sumba Barat Daya
sudah mulai banyak di ekspos ke kalangan wisatawan lainnya melalui wisatawan
yang sudah pernah berkunjung dibeberapa lokasi objek wisata di kabupaten ini.
Namun bagi sebagian orang yang belum pernah berkunjung atau baru pertama
kali datang ke kabupaten ini akan menjadi kesulitan saat bertanya kemana atau
kepada siapa untuk mengetahui secara jelas posisi dan letak yang dituju ketika
ingin menuju ke lokasi dari masing-masing objek wisata yang ada. Terkadang,
apabila wisatawan ingin mencari lokasi biasanya hanya mengandalkan proses
pencarian dengan bertanya lansung kepada masyarakat sekitar yang dijumpai
untuk mengetahui arah jalan menuju lokasi objek wisata. Pencarian tidak hanya
terbatas pada satu tempat saja tetapi juga melakukan proses pencarian hampir
disetiap area persinggahan, kerena wisatawan harus mencari lokasi tersebut
melalui suatu tempat menuju ke tempat lainnya. Proses pencarian seperti ini tentu
saja akan memakan banyak waktu dan tenaga dalam menemukan lokasi wisata
yang dituju bahkan wisatawan terkadang bisa menjadi tersesat.
Pemanfaatan dan penggunaan media internet maupun media promosi
lainnya seperti brosur masih memiliki kendala dalam memberikan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan wisatawan, yakni mendapatkan informasi mengenai
pencarian lokasi dan menemukan lokasi wisata yang sesuai dengan cepat dan
mudah secara real time. Kebanyakan para wistawan mengakses informasi wisata
menggunakan perangkat smartphone hanya sekedar browsing tanpa mengetahui
sumber yang jelas ataupun juga tersedianya aplikasi khusus yang dapat diakses
dalam melakukan pencarian lokasi wisata maupun informasi wisata lainnya.
Kondisi seperti ini juga menjadi salah satu kendala bagi pemerintah daerah dalam
mempromosikan objek wisata di kabupaten Sumba Barat Daya.
Membicarakan tentang kenaikan kunjungan wisatawan tidak luput dari
teknik pemasaran yang tepat dan juga tidak dapat jalan tanpa adanya komunikasi
yang baik dari perusahaan yang nantinya akan disampaikan pada konsumen,
karena dalam bidang komunikasi dan pemasaran merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan bagaimana
pengaruh komunikasi dalam kegiatan pemasaran, bagaiamana hubungan keduanya

3
akan mempermudah pelaksanaan pemasaran. Penggunaan strategi komunikasi
dalam pemasaran adalah hal yang sangat penting dan berdampak positif pada
perusahaan yaitu menarik konsumen dan juga memberikan citra positif bagi
perusahaan.
Upaya untuk meningkatkan jumlah wisatawan, maka disusun suatu strategi
komunikasi. Menurut Prof. Anwar Arifin (1984: 10) dalam bukunya yang
berjudul “Strategi Komunikasi” mengatakan bahwa Strategi Komunikasi adalah
keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna
mencapai tujuan. Mengacu pada pernyataan di atas maka diambil kesimpulan
bahwa perumusan strategi komunikasi yang efektif harus benar-benar melihat
kondisi dan situasi dan juga jangka waktu yang tepat dan benar. Setiap perusahaan
memiliki teknik pemasaran masing-masing. Bauran promosi (Integrated
Marketing Communication) adalah teknik pemasaran yang digunakan untuk
mengenalkan produk agar menarik konsumen dan membeli produk yang
ditawarkan perusahaan. Adapun teknik pemasaran ini juga digunakan oleh Dinas
Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur dalam mempromosikan
wisatanya. Wisata yang ada di pulau Sumba khususnya di Sumba Barat Daya, ,
Nusa Tenggara Timur saat ini menjadi tempat liburan yang dikujungi oleh
wisatawan lokal maupun mancanegara. Keindahan alam dan budayanya yang
bagus serta unik menjadi penarik wisatawan untuk berkunjung ke pulau Sumba.
Berikut merupakan hasil rekapitulasi kunjungan wisatawan ke Sumba
Barat Daya dari tahun 2010 – 2017 yang disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hasil Rekapitulasi Kunjungan Wisatawan Kab. Sumba Barat Daya
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1.200 4.144 1.934 4.553 4.008 4.322 2.445 3.777

Dapat dilihat dari tabel kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara


sejak tahun 2010 sampai tahun 2017 di Sumba Barat Daya. Diketahui tingkat
tertinggi jumlah wisatawan ada pada tahun 2013 yaitu dengan jumlah 4.553 orang
dan kunjugan terendah ada pada tahun 2010 dengan jumlah wisatawan 1.200
orang. sejak tahun 2013 persentase jumlah wisatawan mengalami kenaikan dan
juga penurunan, pada tahun 2017 jumlah wisatawan hanya mencapai 3.777 orang.

4
Berawal dari fenomena di atas maka peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian yang berjudul “Kajian Manajemen Pengembangan Pariwisata (Studi
pada Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur)”.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana dampak pembangunan Pariwisata bagi pendapatan ekonomi Daerah
dan untuk kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT?
b. Bagaimana usaha pemerintah Nusa Tenggara Timur mendorong promosi
Pariwisata yang Berkelas Dunia?
c. Apa saja faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan
Aktivitas Komunikasi Pemasaran oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya,
Nusa Tenggara Timur?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Menganalisis dampak pembangunan Pariwisata bagi pendapatan ekonomi
Daerah dan untuk kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumba Barat Daya,
NTT.
b. Menganalisis upaya pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara
Timur mendorong promosi Pariwisata yang Berkelas Dunia.
c. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan Aktivitas Komunikasi Pemasaran oleh Dinas Pariwisata Sumba
Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Akademis
Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan kepuasan intelektual
tentang pelaksanaan kajian manajemen pariwisata khususnya yang dikelola
oleh Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota.
b. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan, pertimbangan dan evaluasi mengenai manajemen
pengembangan pariwisata kedepannya oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat
Daya, Nusa Tenggara Timur dalam mempromosikan pariwisata.

5
BAB II

LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya


Ada pun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pertama,
penelitian dilakukan oleh Andryano Febrian Bambar (2015) dalam skripsi
Program Studi S1 Destinasi Pariwisata berjudul “Perencanaan Fasilitas Pariwisata
di Kampung Wae Rebo, Desa Satarlenda, Kabupaten Manggarai Tengah, Nusa
Tenggara Timur”. Dari hasil penelitian menunjukkan pola kunjungan wisatawan
dan perencanaan fasilitas pariwisata di Wae Rebo Desa Satar Lenda Kabupaten
Manggarai Tengah, Provinsi NTT. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan
penelitian ini yaitu pada lokus penelitian, di Provinsi Nusa Tenggara Timur
namun berbeda kabupaten. Perbedaan utama adalah fokus penelitian yaitu tentang
kampung tradisional dan perencanaan sedangkan peneliti yang lakukan adalah
berfokus kepada Peran dan Implementasi Strategi Pengembangan Pariwisata oleh
Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT.
Kedua, penelitian skripsi D4 Pariwisata yang dilakukan oleh Agus
Wikanatha yang berjudul “Peran Disparda Provinsi Bali dalam Recovery
Pariwisata Pasca bom Bali” (2010) dengan hasil penelitian berupa kendalakendala
yang dihadapi oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan langkah-langkah strategis
yang diambil bersama pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota seBali, aparat
keamanan, Bali Tourism Board (BTB), PHRI Provinsi Bali, Lembaga Adat dan
Agama serta masyarakat. Persamaan penelitian adalah kesamaan lokus kepada
Dinas Pariwisata dan perbedaannya adalah pada substansi permasalahan, jika
penelitian Agus Wikanatha adalah cenderung melihat upaya keluar dari krisis,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan berfokus kepada peran dan
implementasi strategi pengembangan Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

6
Ketiga penelitian oleh Yeremias Otmard Dewa dalam skripsi D4
Pariwisata Fakultas Pariwisata (2011) berjudul,”Pariwisata Kampung Tradisional
Wogo di Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kajian Sosial Budaya
Terhadap Pengembangan Daya Tarik Wisata)”. Hasil penelitian Dewa
menunjukkan belum optimalnya peran stakeholdersterutama Pemerintah Provinsi
NTT dan Pemerintah Kabupaten Ngada dalam mengelola sumber daya pariwisata
di wilayahnya, sehingga hampir semua sumber daya yang memiliki potensi
pariwisata seperti kampung tradisional Wogo belum terkelola secara baik padahal
wisatawan yang datang menunjukkan pujian dan masyarakat lokal sangat
mendukung pengembangan kepariwisataan. Ada pun persamaan penelitian Dewa
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kesamaan lokus yaitu Provinsi
NTT namun berbeda kabupaten. Perbedaan mendasar lain adalah jika penelitian
Dewa dilakukan pada kampung tradisional dengan fokus kepada sumber daya
pariwisata dan pandangan wisatawan/masyarakat terhadap pengembangan
pariwisata maka penelitian ini berfokus kepada peran dan implementasi strategi
pengembangan pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba
Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2.2 Tinjauan Teori dan Konsep


2.2.1 Pariwisata
Pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang
terdiri dari 3 unsur yaitu (Wahab dalam Yoeti, 1992):
a. Man artinya orang yang melakukan perjalanan wisata
b. Space artinya daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan
c. Time artinya waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di
daerah tujuan wisata
Berdasarkan 3 unsur diatas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata
adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar dan mendapat pelayanan secara
bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau diluar negeri
meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu, suatu negara
atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beranekaragam
dan berbeda dengan apa saja yang dialami dimana ia memperoleh pekerjaan tetap

7
(Yoeti, 1992). Tinjauan tentang konsep pariwisata relevan digunakan dalam
penelitian ini sebagai pembatas dan penciri bahwa penelitian ini bukan masuk ke
dalam ranah ilmu pemerintahan atau ilmu politik melainkan melihat fenomena
peran dan implementasi strategi pengembangan yang dilaksanakan oleh
Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT dari perspektif ilmu
pariwisata.

2.2.1 Teori Struktural Fungsional


Teori Struktural fungsional dipandang relevan dalam penelitian ini untuk
dapat melihat bagaimana struktur di Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya,
Provinsi NTT dapat berfungsi melaksanakan peran dan mengimplementasikan
strategi pengembangan pariwisata diwilayahnya. Menurut Sanderson (1993)
strategi fungsionalisme struktural adalah gagasan tentang kebutuhan-kebutuhan
masyarakat. Penganut teori ini mengadopsi sistem kerja biologis sebagai sistem
sosial kehidupan individu dalam suatu masyarakat. Pemikiran fungsionalisme
struktural sebagai suatu sistem seperti disampaikan Parson, menetapkan empat
persyaratan fungsional yaitu: (1) setiap sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, (2) setiap sistem harus memiliki suatu alat untuk memobilisasi
sumber daya untuk mencapai tujuan, (3) setiap sistem harus mempertahankan
koordinasi internal kesatuannya dan (4) setiap sistem harus mempertahankan
dirinya sedapat mungkin dalam keadaan yang seimbang (equilibirium). Sebagai
satu kesatuan secara struktural Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya, dibawah
hirarki Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya. Pemda Kabupaten
Sumba Barat Daya berada dibawah Provinsi NTT.Sehingga teori struktural
fungsional tepat digunakan untuk dapat memahami peran Disbudpar Kabupaten
Sumba Barat Daya dalam melaksanakan fungsinya dan bagaimana implementasi
strategi pengembangan yang telah dilakukan dalam suatu organisasi pemerintahan
yaitu Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Sumba Barat Daya,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

8
2.2.3 Pembangunan
Pembangunan adalah perubahan yang terencana oleh suatu badan atau
organisasi sosial. Sebagai sebuah proses pembangunan meliputi banyak aspek
seperti kajian akademis, penganggaran, kapasitas, kapabilitas, politik, sosial,
budaya dan hukum. Tujuan pembangunan adalah untuk mencapai suatu target
yang sebelumnya tidak atau belum tercapai. Sehingga jika pembangunan terwujud
diharapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan esensi dan sasaran
pembangunan tersebut terutama masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dalam penelitian ini konsep pembangunan difokuskan kepada sektor pariwisata di
Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT. Bagaimana Disbudpar Kabupaten
Sumba Barat Daya, Provinsi NTT mewujudkan pembangunan kepariwisataan
akan dapat dilihat dengan aplikasi dari konsep pembangunan tersebut.

2.2.4 Peran
Setiap manusia atau masyarakat memiliki status atau kedudukan dan
peranan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dilingkungannya sendiri.
Status merupakan posisi dalam sistem sosial, sedangkan peranan adalah pola
perilaku yang terkait pada status tertentu. Peran adalah aspek dinamis dari status
(kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka individu tersebut menjalankan suatu peran. Peran
lebih menunjukkan kepada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah proses
menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat serta di atur oleh
norma-norma yang berlaku (Soekanto 1993). Terkait dengan teori struktural
fungsional yang digunakan dalam penelitian ini, jelas peran sangat memberikan
gambaran dan pemahaman tentang bagaimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur melaksanakan
kinerjanya mulai dari pimpinan sampai kepada tingkat staf sesuai dengan Tupoksi
masing-masing.

2.2.5 Impelementasi
Impelementasi adalah suatu proses menjadikan suatu konsep yang tertuang
dalam perencanaan untuk mencapai tujuan yang dimaksud suatu organisasi.

9
Ketika konsep dan perencanaan masih sebatas pemikiran, kesepakatan maupun
tertuang dalam peraturan maka implementasi adalah tindakan kongkret untuk
merealisasikannya. Dalam penelitian ini konsep implementasi memiliki peran
penting karena membantu penelitia melihat perencanaan yang dimiliki oleh
Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT dan bagaimana
dilaksanakan sebagai suatu program. Sehingga akan terlihat jelas peran dan
keaktifan dari instansi Disbudpar melakukan Tupoksinya.

2.2.6 Strategi
Awal istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti
jendral yang dalam arti sempit berarti seni kepemimpinan seorang jendral tempur
(Matlof dalam Purwanto, 2012). Strategi adalah rencana yang disatukan,
menyeluruh dan terpadu mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan
tantangan lingkungan serta dirancang untuk memastikan tujuan utama perusahaan
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh suatu perusahaan (Lawrence R.
Jauch dan W.F. Glueck dalam Purwanto, 2012). Mendukung konsep di atas,
strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Stephanie K.
Marrus, dalam Sukristono (1995), Husein, U, 2005). Secara khusus,strategi
merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-
menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu
dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan(Hamel dan Prahalad, 1995).
Strategi dalam penelitian adalah cara atau upaya mewujudkan program kerja
berkaitan dengan kemampuan, kelemahan, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan
dan anggaran pendanaan di SKPD Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya.
Secara umum segala kegiatan mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan
dan strategi sangat menentukan keberhasilan suatu misi untuk mencapai tujuan

10
yang dimaksud dalam hal ini mencakup Bidang kebudayaan, Bidang Kesenian,
Bidang Pemasaran dan Penyuluhan Pariwisata dan Bidang Pengembangan Produk
Wisata di Kantor Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya.

2.2.7 Pengembangan Pariwisata


Menurut Sammeng (2001), Pengembangan adalah suatu bentuk evolusi
dengan konotasi positif atau sekurang-kurangnya bermakna “ tidak jalan
ditempat“. Pengembangan dikaitkan dengan dua hal yakni proses dan tingkat
perkembangan sesuatu. Menurut Pearce dalam Sammeng (2001), lima konteks
dan konotasi istilah pengembangan yaitu:
1. Pertumbuhan Ekonomi
2. Modernisasi
3. Pemerataan keadilan
4. Transformasi sosio ekonomi
5. Pengorganisasian kembali tata ruang Pengembangan kepariwisataan di
Indonesia mencakup multi dimensi yaitu ekonomi, sosial budaya, politik, dan
pelestarian lingkungan.
Pengembangan wisata merupakan upaya memupuk rasa cinta tanah air dan
bangsa, serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam
rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional dengan lebih
meningkatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan menurut
Pendit (2006). Secara lebih khusus, aspek-aspek yang perlu diketahui dalam
perencanaan dan pengembangan pariwisata adalah (Yoeti, 1999):
a. Karakteristik Wisatawan
b. Fasilitas Transportasi
c. Atraksi Wisata
d. Fasilitas Pelayanan
e. Informasi dan Promosi Aspek-aspek sepatutnya diidentifikasi sehingga akan
memudahkan suatu daya tarik wisata menentukan product style.
Penciptaan product style yang baik dalam pengembangan daya tarik wisata
memiliki beberapa syarat yaitu (Yoeti, 1999):
a. Objek atau daya tarik wisata harus menarik untuk disajikan maupun dipelajari

11
b. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek atau daya tarik wisata lain
c. Prasarana menuju objek atau daya tarik wisata terpelihara dengan baik
d. Tersedia fasilitas wisata
e. Dilengkapi dengan sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan sarana-
sarana pendukung lainnya.
Selanjutnya jika suatu daerah berkeinginan untuk mengembangkan
pariwisata sebagai suatu industri maka perlu mengambil kebijaksanaan sebagai
berikut:
1. Menentukan secara tegas suatu keputusan apa tujuan pengembangan pariwisata
di daerah tersebut
2. Memberikan beberapa pertimbangan ditinjau dari segi ekonomi, apakah
keuntungan dari pembangunan pariwisata akan baikbagi daerah di mana
kegiatan kepariwisataan itu dikembangkan maupun bagi perekonomian secara
keseluruhan
3. Bila telah sampai pada suatu kesimpulan bahwa pariwisata penting bagi suatu
daerah maka dipersiapkan suatu studi tentang pengembangan yang akan
diadakan berikutnya dengan memperhatikan pasar potensial yang diharapkan
dari mana wisatawan akan datang.
Supaya pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan secara harmonis,
disarankan harus sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut (Manuaba,1999) :
1. Harus ada proses perencanaan dan partisipasi masyarakat
2. Harus ada kepastian, adanya keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial
budaya dan masyarakat
3. Hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola sedemikian
rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang
4. Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak sumber daya alam
5. Perkembangan pariwisata tidak boleh terlalu cepat, diawali dari skala kecil atau
sedang
6. Lokasi pengembangan harus ada keharmonisan antara kebutuhan wisatawan,
tempat dan masyarakat setempat

12
7. Keberhasilan daripada aktivitas tergantung pada keharmonisan antara
pemerintah, masyarakat, dan pengelola industri pariwisata
8. Pendidikan yang mengarah kepada pengertian sosio-kultural pada setiap
tingkat masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata termasuk juga
perilaku wisatawan harus secara serius diorganisasikan.
9. Peraturan Perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya harus
dikeluarkan dan dilaksanakan sekaligus merevitalisasikan
10. Investor dan wisatawan harus bisa menghormati kebiasaan norma dan nilai
setempat, sedangkan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dihindari dan
dampak positif dimanfaatkan.
Beberapa konsep pengembangan di atas dalam penelitian ini akan
diaplikasikan untuk dapat melihat implementasi strategi pengembangan
pariwisata, sehingga secara alamiah akan terlihat substansi apa dari strategi
pengembangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang sulit diimplementasikan dan langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk perbaikan strategi pengembangan pariwisata kedepan.

2.2.8 Birokrasi (Organisasi Pemerintahan)


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kashiko, 2006 dalam Jata, 2011),
birokrasi didefinisikan sebagai system pemerintahan yang dijalankan oleh
pegawai pemerintahan merupakan sistem yang menjalankan wewenang dan
kekuatan serta kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu
Negara atau bagian-bagiannya. J.B. Kristiadi (1994, dalam Sedana, 2010),
mengatakan bahwa birokrasi merupakan struktur organisasi dari sector
pemerintahan, yang memiliki ruang lingkup tugas-tugas yang luas serta
memerlukan organisasi besar dengan sumber daya manusia yang besar pula
jumlahnya dalam rangka menjalankan tugas Negara untuk memenuhi pencapaian
tujuan yang ditentukan. Kartasapoetra (1994) mengatakan birokrasi adalah
pelaksanaan perintah-perintah secara organisatoris yang harus dilaksanakan
sedemikian rupa dan secara sepenuhnya pada pelaksanaan pemerintahan melalui
instansi-instansi atau kantor-kantor. Rasyid (2000) dalam Labolo (2006) membagi
tugas pemerintahan menjadi empat bagian, yaitu fungsi pelayanan (public

13
service), Pembangunan (development), Pemberdayaan (empowering), dan
pengaturan (regulation). Sementara itu Administrasi Negara (LAN,2010)
memaparkan peran strategis birokrasi pemerintahan dalam mewujudkan visi misi
bangsa, yaitu:
1. Perumusan kebijakan Negara/pemerintahan (melaksanakan peran atau fungsi
regulasi).
2. Penyedia atau produsen dan penyalur barang dan jasa layanan pemerintah
kepada masyarakat (melaksanakan peran atau fungsi pelayanan).
3. Pemberdayaan warga masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi melalui
pembangunan diberbagai sektor (melaksanakan peran atau fungsi
pemberdayaan).
4. Peran atau fungsi dan perlindungan masyarakat dari berbagai gangguan.
5. Peran atau fungsi pengelolaan asset atau kekayaan Negara. Ruang lingkup
birokrasi dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat kabupaten dalam hal ini
Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.Secara aplikatif
Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya tidak dapat lepas dari kaidah
birokrasi secara umum sebagai sistem kinerja yang dianut di Indonesia.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metodologi
kualitas sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2004: 3).
Karena analisis data pada penelitian kualitatif menghasilkan data yang deskriptif
maka peneliti ingin mengetahui Manajemen Pengembangan Pariwisata oleh Dinas
Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.

3.2 Tipe Penelitian dan Dasar Penelitian


Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang berusaha mendiskripsikan atau menggambarkan/melukiskan
fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti secara sistematis, factual
dan akurat (Kusumayadi dan Sugiarto, Endar : 2000). Menurut Kriyanto, 2006:69
riset dengan menggunakan tipe deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan realitas
yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antara variabel. Oleh karena itu
peneliti nantinya akan terjun langsung kelapangan dengan mempersiapkan
instrumen atau draft wawancara kepada subjek penelitian untuk mendapatkan
data. Adapun alasan peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif,
karena peneliti bisa menjelaskan secara detail terkait Manajemen Pengembangan
Pariwisata oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan dasar penelitian yang digunakan adalah natural atau alamiah
(naturalistic research method) karena penelitian ini dilakukan dengan apa adanya
dan tidak ada rekayasa. Peneliti tidak berusaha memanipulasi apapun pada
penelitian kali ini, tetapi melakukan studi terhadap suatu fenomena yang sedang
diteliti. Semuanya dilihat dalam konteks alamiah.

15
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa
Tenggara Timur. Penelitian akan dilakukan mulai bulan November 2020 sampai
selesainya penelitian.

3.4 Sumber Data


Dalam penelitian ini Subjek merupakan orang yang dianggap mampu
memberikan informasi maupu data-data yang diperlukan oleh peneliti, sehingga
peneliti dapat mengumpulkan informasi maupun data dengan metode yang telah
ditentukan sebelumnya. Teknik penentuan Subjek penelitian ini dipilih
menggunakan Purposive sampling yang di pilih berdasarkan kriteria Subjek yang
diperlukan. Adapun syarat-syarat sebagai seorang Subjek untuk memenuhi
penelitian adalah:
1. Bekerja pada Dinas Pariwisata minimal 1 tahun dalam dinas terkait.
Diasumsikan dalam waktu 1 tahun, subyek telah mengetahui perkembangan
pariwisata yang telah terjadi di lapangan setelah dilakukan komunikasi
pemasaran.
2. Menduduki posisi yang strategis dalam seksi atau bidang tertentu dan terkait
dengan keikutsertaan serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan juga
evaluasi.
3. Bersedia diwawancarai, direkam dan dipublikasikan dalam hasil penelitian.

3.5 Jenis Data Penelitian


Peneliti menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan sekunder:
1. Data Primer
Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan
dan wawancara (in-depth interview) langsung dengan informan penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan melalui sumber tidak langsung, yaitu melalui literatur-
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku, jurnal, dan internet
mengenai manajemen pengembangan pariwisata.

16
3.6 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan
responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2015). Peneliti melakukan
pra-penelitian dengan pihak save you sneakers sebelum penelitian akan
dilaksanakan.
2. Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara terbuka, yaitu wawancara yang akan
dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi
jawabannya. kepada beberapa subjek penelitian yang telah dipilih berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan dan akan di berikan pertanyaan sesuai dengan draft.
Akan tetapi pertanyaan akan berkembang sesuai dengan temuan yang ada di
lapangan saat wawancara nanti. Peneliti menggali informasi tentang manajemen
pengembangan pariwisata oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa
Tenggara Timur dan apabila sewaktu - waktu peneliti merasa masih kurang data
yang telah didapatkan setelah penelitian dilakukan maka peneliti dapat
menggunakan media komunikasi yang ada untuk melengkapi data yang
dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Peneliti mengambil dokumen tertulis yaitu mengenai arsip lembaga dan dokumen
resmi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya. Selanjutanya dokumen
tersebut menjadi data sekunder dalam penelitian ini. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
a. Visi, Misi Dinas Pariwisata.
b. Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) dari Dinas Pariwisata.
c. Struktur Organisasi di Dinas Pariwisata.
d. Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pariwisata.

3.7 Teknik Analisis Data


Data dianalisis dengan menggunakan beberapa langkah sesuai teori Miles,
Huberman dan Saldana (2014) yaitu menganalisis data dengan tiga langkah:

17
kondensasi data (data condensation), menyajikan data (data display), dan menarik
simpulan atau verifikasi (conclusion drawing and verification). Kondensasi data
merujuk pada proses pemilihan (selecting), pengerucutan (focusing),
penyederhanaan (simplifiying), peringkasan (abstracting), dan transformasi data
(transforming) (dikutip dari jurnal Andi misna, 2015). Secara lebih terperinci,
langkah-langkah sesuai teori Miles, Huberman dan Salda (2014) akan diterapkan
sebagaimana berikut:

Pengumpulan
Data

Penyajian Data

Kondensasi Data

Penarikan
Kesimpulan

Gambar 1.3 Bagan Interaktif Miles, Haberman dan Saldana (Sugiyono: 2005
dalam Muslimin: 2016)

Dari gambar model analisa data menurut Miles dan Huberman di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari metode yang di lakukan yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci secara umum,
analisinya terutama tergantung pada keterampilan integratif dan interpretatif dari
peneliti. Interpretasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk
angka, data kaya rincian dan panjang.
2. Kondensasi Data (Data Condensation)
Miles dan Huberman ( 2014 : 10) “ data condensation refers to the prosess of
selecting data, focusing, simplifying, abstracting, and transforming the data
that appear in written-up field notes or transcriptions.” Dalam kondensasi data

18
merujuk kepada proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksi dan mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan
maupun transkip. Letak perbedaan antara reduksi data dengan kondensasi data
ialah terletak pada bagaimana cara penyederhanaan data. Reduksi data
cenderung memilah kemudian memilih, sedangkan kondensasi menyesuaikan
seluruh data yang dijaring tanpa harus memilah (mengurangi) data.
3. Penyajian Data
Langkah berikut setelah kondensasi data adalah penyajian data yang dimaknai
oleh Miles dan Huberman (1992) sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan mencermati penyajian data tersebut, peneliti akan lebih
mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk
mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Dari beberapa tahap yang telah dilakukan
dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dari analisis yang telah
dilakukan serta mengecek ulang dengan bukti yang telah ditemukan di
lapangan. Peneliti akan mengambil kesimpulan terkait kegiatan manajemen
pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa
Tenggara Timur dalam promosi wisata dan juga berdasarkan bukti, data dan
juga temuan yang valid berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan.

3.8 Uji Keabsahan Data


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber.
Sebagai teknik keabsahan data untuk mengetahui manajemen pengembangan
pariwisata di Sumba Barat Daya oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data-data yang
diperoleh dari wawancara dengan semua subjek dan informan penelitian.

19
DAFTAR PUSTAKA

Toda. (2016). Arah Pembangunan Nusa Tenggara Timur Sebagai Provinsi


Pariwisata Berkelas Dunia” Jurnal Penelitian. Tidak Dipublikasikan

John M. Bryden. (1973). “Tourism and Development. xv Newyork: Cambridge


University

Abdurachmat, I dan E Maryani. (1997 dan 1998). Geografi Ekonomi. Jurusan


Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung

Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Bandung:


ARMIC

Bambar, Andryano Febrian. (2015). Perencanaan Fasilitas Pariwisata Di


Kampung Wae Rebo Desa Satarlnda Kabupaten Manggarai Tengah Nusa
Tenggara Timur”. Skripsi. Denpasar: Universitas Udayana. Tidak
Diterbitkan.

Yoeti. A Oka. (1992). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa Offset

Sanderson, Stepen K. (1993). Sosiologi Makna: Sebuah Pendekatan Terhadap


Realitas Sosial. Jakarta: Rajawali Press.

Soekanto, Soerjono. (1993). Kamus Sosiologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada,

Purwanto, Iwan. (2012). Manajemen Strategi. Bandung : Yrama Widya

Sukristono. (1995). Strategic management in action. Jakarta:PT.Gramedia pustaka


utama

Husein Umar. (2005), Metode Penelitian Untuk Tesis Dan Bisnis, Jakarta:
Grafindo.

Hamel dan Prahalad. Management. New Delhi: Tata McGraw

Sammeng, Andi Mappi. (2001). Cakrawala Pariwisata. Jakarta : Balai Pustaka.

Pendit, S. (2006). Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradnya


Paramita, cetakan ke- delapan (edisi revisi) Jakarta.

Kartasapoetra, G. (1994). Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

20
Ryaas Rasyid. (2000). Makna Pemerintahan. PT. Mutiara Sumber Daya Widya,.
Jakarta.
Muhadam Labolo. (2006). Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta; PT. Raja
Grafindo Persada

Moleong, Lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta

Misna, Andi., “Formulasi Kebijakan Alokasi Dana Desa Di Desa Kandolo


Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Kutai Timur”. Jurnal Administrasi
Negara, vol. 3, No. 2, 2015: 521-533)

Muslimin. (2016). Metode Bidang Penelitian Sosial. Telkom: Universitas


Muhammadiyah Malang Press

Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. (2014). Qualitative Data Analysis


(terjemahan). Jakarta : UI Press.

21

Anda mungkin juga menyukai