PENDAHULUAN
1
Memasuki abad ke-21 pariwisata dunia mengalami perkembangan pesat.
Di satu sisi hal itu akan membuka banyak peluang bagi pemenuhan kebutuhan dan
perolehan manfaat dari aktivitas pariwisata, tetapi di sisi lain juga melahirkan
tantangan dan masalah yang tidak sederhana. Pasar wisata global di masa depan
menuntut tersedianya produk yang beragam, unik, dan bermutu tinggi (high value
production of unique commodities) dan cenderung meninggalkan produk wisata
berskala massal. Implikasinya, terutama bagi Indonesia sebagai salah satu negara
tujuan wisata, adalah semakin besarnya kebutuhan sumber daya manusia
pariwisata yang berkualitas dan kompeten, baik di lingkungan pemerintah,
industri, masyarakat, maupun perguruan tinggi. Sumber daya manusia tersebut
dituntut tidak hanya mampu memahami dinamika dan kompleksitas pariwisata,
tetapi juga mampu merumuskan kebijakan dan melakukan pengelolaan pariwisata
secara tepat ( Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada 2016).
Kabupaten Sumba Barat Daya atau juga biasa disingkat SBD merupakan
salah satu kabupaten dengan ibukotanya yang bernama Tambolaka, dimana letak
kabupaten ini berada dipulau Sumba dan juga temasuk dalam bagian Propinsi
Nusa Tenggara Timur (BPS, 2014). Di kabupaten ini, terdapat beranekaragam
objek wisata yang masih terjaga kelestariannya dan memiliki keunikan tersendiri
bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi objek-objek wisata tersebut berada.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki potensi objek
wisata yang dapat dipromosikan sebagai destinasi wisata karna keunikan akan
unsur alam, budaya dan baharinya. Kondisi alam sekitar juga menunjang
panorama setiap objek wisata karena masih berupa bentangan bukit-bukit luas,
aliran sungai maupun danau, hutan-hutan tropis, dan berbagai corak flora dan
fauna liar. Beberapa objek wisata di kabupaten ini telah banyak dijelajah dan
dikunjungi oleh berbagai wisatawan lokal maupun mancanegara, namun hanya
ada beberapa yang memiliki akses jalan serta cukup tersedia sarana dan prasarana,
yaitu Pantai Mananga Aba, Pantai Oro, Pantai Kawona, Pantai Newa, Pantai
Waikelo, Rumah Budaya Sumba, Danau Air Asin Weekuri, dan Air Terjun Pabeti
Lekera (DPEK, 2014).
2
Saat ini, keberadaannya objek wisata di kabupaten Sumba Barat Daya
sudah mulai banyak di ekspos ke kalangan wisatawan lainnya melalui wisatawan
yang sudah pernah berkunjung dibeberapa lokasi objek wisata di kabupaten ini.
Namun bagi sebagian orang yang belum pernah berkunjung atau baru pertama
kali datang ke kabupaten ini akan menjadi kesulitan saat bertanya kemana atau
kepada siapa untuk mengetahui secara jelas posisi dan letak yang dituju ketika
ingin menuju ke lokasi dari masing-masing objek wisata yang ada. Terkadang,
apabila wisatawan ingin mencari lokasi biasanya hanya mengandalkan proses
pencarian dengan bertanya lansung kepada masyarakat sekitar yang dijumpai
untuk mengetahui arah jalan menuju lokasi objek wisata. Pencarian tidak hanya
terbatas pada satu tempat saja tetapi juga melakukan proses pencarian hampir
disetiap area persinggahan, kerena wisatawan harus mencari lokasi tersebut
melalui suatu tempat menuju ke tempat lainnya. Proses pencarian seperti ini tentu
saja akan memakan banyak waktu dan tenaga dalam menemukan lokasi wisata
yang dituju bahkan wisatawan terkadang bisa menjadi tersesat.
Pemanfaatan dan penggunaan media internet maupun media promosi
lainnya seperti brosur masih memiliki kendala dalam memberikan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan wisatawan, yakni mendapatkan informasi mengenai
pencarian lokasi dan menemukan lokasi wisata yang sesuai dengan cepat dan
mudah secara real time. Kebanyakan para wistawan mengakses informasi wisata
menggunakan perangkat smartphone hanya sekedar browsing tanpa mengetahui
sumber yang jelas ataupun juga tersedianya aplikasi khusus yang dapat diakses
dalam melakukan pencarian lokasi wisata maupun informasi wisata lainnya.
Kondisi seperti ini juga menjadi salah satu kendala bagi pemerintah daerah dalam
mempromosikan objek wisata di kabupaten Sumba Barat Daya.
Membicarakan tentang kenaikan kunjungan wisatawan tidak luput dari
teknik pemasaran yang tepat dan juga tidak dapat jalan tanpa adanya komunikasi
yang baik dari perusahaan yang nantinya akan disampaikan pada konsumen,
karena dalam bidang komunikasi dan pemasaran merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan bagaimana
pengaruh komunikasi dalam kegiatan pemasaran, bagaiamana hubungan keduanya
3
akan mempermudah pelaksanaan pemasaran. Penggunaan strategi komunikasi
dalam pemasaran adalah hal yang sangat penting dan berdampak positif pada
perusahaan yaitu menarik konsumen dan juga memberikan citra positif bagi
perusahaan.
Upaya untuk meningkatkan jumlah wisatawan, maka disusun suatu strategi
komunikasi. Menurut Prof. Anwar Arifin (1984: 10) dalam bukunya yang
berjudul “Strategi Komunikasi” mengatakan bahwa Strategi Komunikasi adalah
keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna
mencapai tujuan. Mengacu pada pernyataan di atas maka diambil kesimpulan
bahwa perumusan strategi komunikasi yang efektif harus benar-benar melihat
kondisi dan situasi dan juga jangka waktu yang tepat dan benar. Setiap perusahaan
memiliki teknik pemasaran masing-masing. Bauran promosi (Integrated
Marketing Communication) adalah teknik pemasaran yang digunakan untuk
mengenalkan produk agar menarik konsumen dan membeli produk yang
ditawarkan perusahaan. Adapun teknik pemasaran ini juga digunakan oleh Dinas
Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur dalam mempromosikan
wisatanya. Wisata yang ada di pulau Sumba khususnya di Sumba Barat Daya, ,
Nusa Tenggara Timur saat ini menjadi tempat liburan yang dikujungi oleh
wisatawan lokal maupun mancanegara. Keindahan alam dan budayanya yang
bagus serta unik menjadi penarik wisatawan untuk berkunjung ke pulau Sumba.
Berikut merupakan hasil rekapitulasi kunjungan wisatawan ke Sumba
Barat Daya dari tahun 2010 – 2017 yang disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hasil Rekapitulasi Kunjungan Wisatawan Kab. Sumba Barat Daya
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1.200 4.144 1.934 4.553 4.008 4.322 2.445 3.777
4
Berawal dari fenomena di atas maka peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian yang berjudul “Kajian Manajemen Pengembangan Pariwisata (Studi
pada Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur)”.
5
BAB II
6
Ketiga penelitian oleh Yeremias Otmard Dewa dalam skripsi D4
Pariwisata Fakultas Pariwisata (2011) berjudul,”Pariwisata Kampung Tradisional
Wogo di Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kajian Sosial Budaya
Terhadap Pengembangan Daya Tarik Wisata)”. Hasil penelitian Dewa
menunjukkan belum optimalnya peran stakeholdersterutama Pemerintah Provinsi
NTT dan Pemerintah Kabupaten Ngada dalam mengelola sumber daya pariwisata
di wilayahnya, sehingga hampir semua sumber daya yang memiliki potensi
pariwisata seperti kampung tradisional Wogo belum terkelola secara baik padahal
wisatawan yang datang menunjukkan pujian dan masyarakat lokal sangat
mendukung pengembangan kepariwisataan. Ada pun persamaan penelitian Dewa
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kesamaan lokus yaitu Provinsi
NTT namun berbeda kabupaten. Perbedaan mendasar lain adalah jika penelitian
Dewa dilakukan pada kampung tradisional dengan fokus kepada sumber daya
pariwisata dan pandangan wisatawan/masyarakat terhadap pengembangan
pariwisata maka penelitian ini berfokus kepada peran dan implementasi strategi
pengembangan pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba
Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
7
(Yoeti, 1992). Tinjauan tentang konsep pariwisata relevan digunakan dalam
penelitian ini sebagai pembatas dan penciri bahwa penelitian ini bukan masuk ke
dalam ranah ilmu pemerintahan atau ilmu politik melainkan melihat fenomena
peran dan implementasi strategi pengembangan yang dilaksanakan oleh
Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT dari perspektif ilmu
pariwisata.
8
2.2.3 Pembangunan
Pembangunan adalah perubahan yang terencana oleh suatu badan atau
organisasi sosial. Sebagai sebuah proses pembangunan meliputi banyak aspek
seperti kajian akademis, penganggaran, kapasitas, kapabilitas, politik, sosial,
budaya dan hukum. Tujuan pembangunan adalah untuk mencapai suatu target
yang sebelumnya tidak atau belum tercapai. Sehingga jika pembangunan terwujud
diharapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan esensi dan sasaran
pembangunan tersebut terutama masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dalam penelitian ini konsep pembangunan difokuskan kepada sektor pariwisata di
Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT. Bagaimana Disbudpar Kabupaten
Sumba Barat Daya, Provinsi NTT mewujudkan pembangunan kepariwisataan
akan dapat dilihat dengan aplikasi dari konsep pembangunan tersebut.
2.2.4 Peran
Setiap manusia atau masyarakat memiliki status atau kedudukan dan
peranan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dilingkungannya sendiri.
Status merupakan posisi dalam sistem sosial, sedangkan peranan adalah pola
perilaku yang terkait pada status tertentu. Peran adalah aspek dinamis dari status
(kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka individu tersebut menjalankan suatu peran. Peran
lebih menunjukkan kepada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah proses
menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat serta di atur oleh
norma-norma yang berlaku (Soekanto 1993). Terkait dengan teori struktural
fungsional yang digunakan dalam penelitian ini, jelas peran sangat memberikan
gambaran dan pemahaman tentang bagaimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur melaksanakan
kinerjanya mulai dari pimpinan sampai kepada tingkat staf sesuai dengan Tupoksi
masing-masing.
2.2.5 Impelementasi
Impelementasi adalah suatu proses menjadikan suatu konsep yang tertuang
dalam perencanaan untuk mencapai tujuan yang dimaksud suatu organisasi.
9
Ketika konsep dan perencanaan masih sebatas pemikiran, kesepakatan maupun
tertuang dalam peraturan maka implementasi adalah tindakan kongkret untuk
merealisasikannya. Dalam penelitian ini konsep implementasi memiliki peran
penting karena membantu penelitia melihat perencanaan yang dimiliki oleh
Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT dan bagaimana
dilaksanakan sebagai suatu program. Sehingga akan terlihat jelas peran dan
keaktifan dari instansi Disbudpar melakukan Tupoksinya.
2.2.6 Strategi
Awal istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti
jendral yang dalam arti sempit berarti seni kepemimpinan seorang jendral tempur
(Matlof dalam Purwanto, 2012). Strategi adalah rencana yang disatukan,
menyeluruh dan terpadu mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan
tantangan lingkungan serta dirancang untuk memastikan tujuan utama perusahaan
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh suatu perusahaan (Lawrence R.
Jauch dan W.F. Glueck dalam Purwanto, 2012). Mendukung konsep di atas,
strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Stephanie K.
Marrus, dalam Sukristono (1995), Husein, U, 2005). Secara khusus,strategi
merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-
menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu
dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan(Hamel dan Prahalad, 1995).
Strategi dalam penelitian adalah cara atau upaya mewujudkan program kerja
berkaitan dengan kemampuan, kelemahan, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan
dan anggaran pendanaan di SKPD Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya.
Secara umum segala kegiatan mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan
dan strategi sangat menentukan keberhasilan suatu misi untuk mencapai tujuan
10
yang dimaksud dalam hal ini mencakup Bidang kebudayaan, Bidang Kesenian,
Bidang Pemasaran dan Penyuluhan Pariwisata dan Bidang Pengembangan Produk
Wisata di Kantor Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya.
11
b. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek atau daya tarik wisata lain
c. Prasarana menuju objek atau daya tarik wisata terpelihara dengan baik
d. Tersedia fasilitas wisata
e. Dilengkapi dengan sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan sarana-
sarana pendukung lainnya.
Selanjutnya jika suatu daerah berkeinginan untuk mengembangkan
pariwisata sebagai suatu industri maka perlu mengambil kebijaksanaan sebagai
berikut:
1. Menentukan secara tegas suatu keputusan apa tujuan pengembangan pariwisata
di daerah tersebut
2. Memberikan beberapa pertimbangan ditinjau dari segi ekonomi, apakah
keuntungan dari pembangunan pariwisata akan baikbagi daerah di mana
kegiatan kepariwisataan itu dikembangkan maupun bagi perekonomian secara
keseluruhan
3. Bila telah sampai pada suatu kesimpulan bahwa pariwisata penting bagi suatu
daerah maka dipersiapkan suatu studi tentang pengembangan yang akan
diadakan berikutnya dengan memperhatikan pasar potensial yang diharapkan
dari mana wisatawan akan datang.
Supaya pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan secara harmonis,
disarankan harus sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut (Manuaba,1999) :
1. Harus ada proses perencanaan dan partisipasi masyarakat
2. Harus ada kepastian, adanya keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial
budaya dan masyarakat
3. Hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola sedemikian
rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang
4. Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak sumber daya alam
5. Perkembangan pariwisata tidak boleh terlalu cepat, diawali dari skala kecil atau
sedang
6. Lokasi pengembangan harus ada keharmonisan antara kebutuhan wisatawan,
tempat dan masyarakat setempat
12
7. Keberhasilan daripada aktivitas tergantung pada keharmonisan antara
pemerintah, masyarakat, dan pengelola industri pariwisata
8. Pendidikan yang mengarah kepada pengertian sosio-kultural pada setiap
tingkat masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata termasuk juga
perilaku wisatawan harus secara serius diorganisasikan.
9. Peraturan Perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya harus
dikeluarkan dan dilaksanakan sekaligus merevitalisasikan
10. Investor dan wisatawan harus bisa menghormati kebiasaan norma dan nilai
setempat, sedangkan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dihindari dan
dampak positif dimanfaatkan.
Beberapa konsep pengembangan di atas dalam penelitian ini akan
diaplikasikan untuk dapat melihat implementasi strategi pengembangan
pariwisata, sehingga secara alamiah akan terlihat substansi apa dari strategi
pengembangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang sulit diimplementasikan dan langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk perbaikan strategi pengembangan pariwisata kedepan.
13
service), Pembangunan (development), Pemberdayaan (empowering), dan
pengaturan (regulation). Sementara itu Administrasi Negara (LAN,2010)
memaparkan peran strategis birokrasi pemerintahan dalam mewujudkan visi misi
bangsa, yaitu:
1. Perumusan kebijakan Negara/pemerintahan (melaksanakan peran atau fungsi
regulasi).
2. Penyedia atau produsen dan penyalur barang dan jasa layanan pemerintah
kepada masyarakat (melaksanakan peran atau fungsi pelayanan).
3. Pemberdayaan warga masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi melalui
pembangunan diberbagai sektor (melaksanakan peran atau fungsi
pemberdayaan).
4. Peran atau fungsi dan perlindungan masyarakat dari berbagai gangguan.
5. Peran atau fungsi pengelolaan asset atau kekayaan Negara. Ruang lingkup
birokrasi dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat kabupaten dalam hal ini
Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.Secara aplikatif
Disbudpar Kabupaten Sumba Barat Daya tidak dapat lepas dari kaidah
birokrasi secara umum sebagai sistem kinerja yang dianut di Indonesia.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa
Tenggara Timur. Penelitian akan dilakukan mulai bulan November 2020 sampai
selesainya penelitian.
16
3.6 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan
responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2015). Peneliti melakukan
pra-penelitian dengan pihak save you sneakers sebelum penelitian akan
dilaksanakan.
2. Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara terbuka, yaitu wawancara yang akan
dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi
jawabannya. kepada beberapa subjek penelitian yang telah dipilih berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan dan akan di berikan pertanyaan sesuai dengan draft.
Akan tetapi pertanyaan akan berkembang sesuai dengan temuan yang ada di
lapangan saat wawancara nanti. Peneliti menggali informasi tentang manajemen
pengembangan pariwisata oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa
Tenggara Timur dan apabila sewaktu - waktu peneliti merasa masih kurang data
yang telah didapatkan setelah penelitian dilakukan maka peneliti dapat
menggunakan media komunikasi yang ada untuk melengkapi data yang
dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Peneliti mengambil dokumen tertulis yaitu mengenai arsip lembaga dan dokumen
resmi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya. Selanjutanya dokumen
tersebut menjadi data sekunder dalam penelitian ini. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
a. Visi, Misi Dinas Pariwisata.
b. Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) dari Dinas Pariwisata.
c. Struktur Organisasi di Dinas Pariwisata.
d. Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pariwisata.
17
kondensasi data (data condensation), menyajikan data (data display), dan menarik
simpulan atau verifikasi (conclusion drawing and verification). Kondensasi data
merujuk pada proses pemilihan (selecting), pengerucutan (focusing),
penyederhanaan (simplifiying), peringkasan (abstracting), dan transformasi data
(transforming) (dikutip dari jurnal Andi misna, 2015). Secara lebih terperinci,
langkah-langkah sesuai teori Miles, Huberman dan Salda (2014) akan diterapkan
sebagaimana berikut:
Pengumpulan
Data
Penyajian Data
Kondensasi Data
Penarikan
Kesimpulan
Gambar 1.3 Bagan Interaktif Miles, Haberman dan Saldana (Sugiyono: 2005
dalam Muslimin: 2016)
Dari gambar model analisa data menurut Miles dan Huberman di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari metode yang di lakukan yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci secara umum,
analisinya terutama tergantung pada keterampilan integratif dan interpretatif dari
peneliti. Interpretasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk
angka, data kaya rincian dan panjang.
2. Kondensasi Data (Data Condensation)
Miles dan Huberman ( 2014 : 10) “ data condensation refers to the prosess of
selecting data, focusing, simplifying, abstracting, and transforming the data
that appear in written-up field notes or transcriptions.” Dalam kondensasi data
18
merujuk kepada proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksi dan mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan
maupun transkip. Letak perbedaan antara reduksi data dengan kondensasi data
ialah terletak pada bagaimana cara penyederhanaan data. Reduksi data
cenderung memilah kemudian memilih, sedangkan kondensasi menyesuaikan
seluruh data yang dijaring tanpa harus memilah (mengurangi) data.
3. Penyajian Data
Langkah berikut setelah kondensasi data adalah penyajian data yang dimaknai
oleh Miles dan Huberman (1992) sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan mencermati penyajian data tersebut, peneliti akan lebih
mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk
mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Dari beberapa tahap yang telah dilakukan
dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dari analisis yang telah
dilakukan serta mengecek ulang dengan bukti yang telah ditemukan di
lapangan. Peneliti akan mengambil kesimpulan terkait kegiatan manajemen
pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya, Nusa
Tenggara Timur dalam promosi wisata dan juga berdasarkan bukti, data dan
juga temuan yang valid berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Husein Umar. (2005), Metode Penelitian Untuk Tesis Dan Bisnis, Jakarta:
Grafindo.
20
Ryaas Rasyid. (2000). Makna Pemerintahan. PT. Mutiara Sumber Daya Widya,.
Jakarta.
Muhadam Labolo. (2006). Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta; PT. Raja
Grafindo Persada
21