Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

1.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Ada pun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pertama,

penelitian dilakukan oleh Andryano Febrian Bambar (2015) dalam skripsi

Program Studi S1 Destinasi Pariwisata berjudul “Perencanaan Fasilitas

Pariwisata di Kampung Wae Rebo, Desa Satarlenda, Kabupaten Manggarai

Tengah, Nusa Tenggara Timur”. Dari hasil penelitian menunjukkan pola

kunjungan wisatawan dan perencanaan fasilitas pariwisata di Wae Rebo Desa

Satar Lenda Kabupaten Manggarai Tengah, Provinsi NTT.

Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu pada

lokus penelitian, di Provinsi Nusa Tenggara Timur namun berbeda kabupaten.

Perbedaan utama adalah fokus penelitian yaitu tentang kampung tradisional dan

perencanaan sedangkan peneliti yang lakukan adalah berfokus kepada Peran dan

Implementasi Strategi Pengembangan Pariwisata oleh Disbudpar Kabupaten

Sumba Tengah, Provinsi NTT.

Kedua, penelitian skripsi D4 Pariwisata yang dilakukan oleh Agus

Wikanatha yang berjudul “Peran Disparda Provinsi Bali dalam Recovery

Pariwisata Pasca bom Bali” (2010) dengan hasil penelitian berupa kendala-

kendala yang dihadapi oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan langkah-langkah

strategis yang diambil bersama pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota se-

Bali, aparat keamanan, Bali Tourism Board (BTB), PHRI Provinsi Bali, Lembaga

Adat dan Agama serta masyarakat.

1
Persamaan penelitian adalah kesamaan lokus kepada Dinas Pariwisata dan

perbedaannya adalah pada substansi permasalahan, jika penelitian Agus

Wikanatha adalah cenderung melihat upaya keluar dari krisis, sedangkan

penelitian yang akan dilakukan berfokus kepada peran dan implementasi strategi

pengembangan Disbudpar Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara

Timur.

Ketiga penelitian oleh Yeremias Otmard Dewa dalam skripsi D4

Pariwisata Fakultas Pariwisata (2011) berjudul,”Pariwisata Kampung Tradisional

Wogo di Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kajian Sosial Budaya

Terhadap Pengembangan Daya Tarik Wisata)”. Hasil penelitian Dewa

menunjukkan belum optimalnya peran stakeholdersterutama Pemerintah Provinsi

NTT dan Pemerintah Kabupaten Ngada dalam mengelola sumber daya pariwisata

di wilayahnya, sehingga hampir semua sumber daya yang memiliki potensi

pariwisata seperti kampung tradisional Wogo belum terkelola secara baik padahal

wisatawan yang datang menunjukkan pujian dan masyarakat lokal sangat

mendukung pengembangan kepariwisataan.

Ada pun persamaan penelitian Dewa dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah kesamaan lokus yaitu Provinsi NTT namun berbeda kabupaten.

Perbedaan mendasar lain adalah jika penelitian Dewa dilakukan pada kampung

tradisional dengan fokus kepada sumber daya pariwisata dan pandangan

wisatawan/masyarakat terhadap pengembangan pariwisata maka penelitian ini

berfokus kepada peran dan implementasi strategi pengembangan pariwisata Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara

Timur.

2
2.2 Tinjauan Teori dan Konsep

2.2.1 Pariwisata

Pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang

terdiri dari 3 unsur yaitu (Wahab dalam Yoeti, 1992) :

a. Man artinya orang yang melakukan perjalanan wisata

b. Space artinya daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan

c. Time artinya waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal

di daerah tujuan wisata

Berdasarkan 3 unsur diatas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata

adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar dan mendapat pelayanan secara

bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau diluar negeri

meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu, suatu negara

atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beranekaragam

dan berbeda dengan apa saja yang dialami dimana ia memperoleh pekerjaan tetap

(Yoeti, 1992).

Tinjauan tentang konsep pariwisata relevan digunakan dalam penelitian

ini sebagai pembatas dan penciri bahwa penelitian ini bukan masuk ke dalam

ranah ilmu pemerintahan atau ilmu politik melainkan melihat fenomena peran dan

implementasi strategi pengembangan yang dilaksanakan oleh Disbudpar

Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NTT dari perspektif ilmu pariwisata.

2.2.2 Teori Struktural Fungsional

Teori Struktural fungsional dipandang relevan dalam penelitian ini untuk

dapat melihat bagaimana struktur di Disbudpar Kab. Sumba Tengah, Provinsi

NTT dapat berfungsi melaksanakan peran dan mengimplementasikan strategi

3
pengembangan pariwisata diwilayahnya. Menurut Sanderson (1993) strategi

fungsionalisme struktural adalah gagasan tentang kebutuhan-kebutuhan

masyarakat. Penganut teori ini mengadopsi sistem kerja biologis sebagai sistem

sosial kehidupan individu dalam suatu masyarakat. Pemikiran fungsionalisme

struktural sebagai suatu sistem seperti disampaikan Parson, menetapkan empat

persyaratan fungsional yaitu : (1) setiap sistem harus menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, (2) setiap sistem harus memiliki suatu alat untuk memobilisasi

sumber daya untuk mencapai tujuan, (3) setiap sistem harus mempertahankan

koordinasi internal kesatuannya dan (4) setiap sistem harus mempertahankan

dirinya sedapat mungkin dalam keadaan yang seimbang (equilibirium).

Sebagai satu kesatuan secara struktural Disbudpar Kabupaten Sumba

Tengah, dibawah hirarki Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Tengah. Pemda

Kabupaten Sumba Tengah berada dibawah Provinsi NTT.Sehingga teori struktural

fungsional tepat digunakan untuk dapat memahami peran Disbudpar Kabupaten

Sumba Tengah dalam melaksanakan fungsinya dan bagaimana implementasi

strategi pengembangan yang telah dilakukan dalam suatu organisasi pemerintahan

yaitu Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Sumba, Provinsi Nusa

Tenggara Timur.

2.2.3 Pembangunan

Pembangunan adalah perubahan yang terencana oleh suatu badan atau

organisasi sosial. Sebagai sebuah proses pembangunan meliputi banyak aspek

seperti kajian akademis, penganggaran, kapasitas, kapabilitas, politik, sosial,

budaya dan hukum. Tujuan pembangunan adalah untuk mencapai suatu target

yang sebelumnya tidak atau belum tercapai. Sehingga jika pembangunan terwujud

4
diharapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan esensi dan sasaran

pembangunan tersebut terutama masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dalam penelitian ini konsep pembangunan difokuskan kepada sektor

pariwisata di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NTT. Bagaimana Disbudpar

Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NTT mewujudkan pembangunan

kepariwisataan akan dapat dilihat dengan aplikasi dari konsep pembangunan

tersebut.

2.2.4 Peran

Setiap manusia atau masyarakat memiliki status atau kedudukan dan

peranan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dilingkungannya sendiri.

Status merupakan posisi dalam sistem sosial, sedangkan peranan adalah pola

perilaku yang terkait pada status tertentu. Peran adalah aspek dinamis dari status

(kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya maka individu tersebut menjalankan suatu peran. Peran

lebih menunjukkan kepada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah proses

menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat serta di atur oleh

norma-norma yang berlaku (Soekanto 1993).

Terkait dengan teori struktural fungsional yang digunakan dalam

penelitian ini, jelas peran sangat memberikan gambaran dan pemahaman tentang

bagaimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi

Nusa Tenggara Timur melaksanakan kinerjanya mulai dari pimpinan sampai

kepada tingkat staf sesuai dengan Tupoksi masing-masing.

5
2.2.5 Impelementasi

Impelementasi adalah suatu proses menjadikan suatu konsep yang tertuang

dalam perencanaan untuk mencapai tujuan yang dimaksud suatu organisasi.

Ketika konsep dan perencanaan masih sebatas pemikiran, kesepakatan maupun

tertuang dalam peraturan maka implementasi adalah tindakan kongkret untuk

merealisasikannya.

Dalam penelitian ini konsep implementasi memiliki peran penting karena

membantu penelitia melihat perencanaan yang dimiliki oleh Disbudpar Kabupaten

Sumba Tengah, Provinsi NTT dan bagaimana dilaksanakan sebagai suatu

program. Sehingga akan terlihat jelas peran dan keaktifan dari instansi Disbudpar

melakukan Tupoksinya.

2.2.6 Strategi

Awal istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti

jendral yang dalam arti sempit berarti seni kepemimpinan seorang jendral

tempur (Matlof dalam Purwanto, 2012). Strategi adalah rencana yang disatukan,

menyeluruh dan terpadu mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan

tantangan lingkungan serta dirancang untuk memastikan tujuan utama

perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh suatu perusahaan

(Lawrence R. Jauch dan W.F. Glueck dalam Purwanto, 2012).

Mendukung konsep di atas, strategi didefinisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka

panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar

tujuan tersebut dapat dicapai (Stephanie K. Marrus, dalam Sukristono (1995),

Husein, U, 2005). Secara khusus,strategi merupakan tindakan yang bersifat

6
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan

berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di

masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang

dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan

inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi

inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam

bisnis yang dilakukan(Hamel dan Prahalad, 1995).

Strategi dalam penelitian adalah cara atau upaya mewujudkan program

kerja berkaitan dengan kemampuan, kelemahan, misi, tujuan, sasaran, arah

kebijakan dan anggaran pendanaan di SKPD Disbudpar Kabupaten Sumba Tengah.

Secara umum segala kegiatan mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan

dan strategi sangat menentukan keberhasilan suatu misi untuk mencapai tujuan

yang dimaksud dalam hal ini mencakup Bidang kebudayaan, Bidang Kesenian,

Bidang Pemasaran dan Penyuluhan Pariwisata dan Bidang Pengembangan Produk

Wisata di Kantor Disbudpar Kabupaten Sumba Tengah.

2.2.7 Pengembangan Pariwisata

Menurut Sammeng (2001), Pengembangan adalah suatu bentuk evolusi

dengan konotasi positif atau sekurang-kurangnya bermakna “ tidak jalan

ditempat“. Pengembangan dikaitkan dengan dua hal yakni proses dan tingkat

perkembangan sesuatu. Menurut Pearce dalam Sammeng (2001), lima konteks

dan konotasi istilah pengembangan yaitu :

1. Pertumbuhan Ekonomi

2. Modernisasi

3. Pemerataan keadilan

7
4. Transformasi sosio ekonomi

5. Pengorganisasian kembali tata ruang

Pengembangan kepariwisataan di Indonesia mencakup multi dimensi yaitu

ekonomi, sosial budaya, politik, dan pelestarian lingkungan. Pengembangan

wisata merupakan upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta

menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih

memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional dengan lebih meningkatkan

kemudahan dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan menurut Pendit (2006).

Secara lebih khusus, aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan

dan pengembangan pariwisata adalah (Yoeti, 1999) :

a. Karakteristik Wisatawan

b. Fasilitas Transportasi

c. Atraksi Wisata

d. Fasilitas Pelayanan

e. Informasi dan Promosi

Aspek-aspek sepatutnya diidentifikasi sehingga akan memudahkan suatu

daya tarik wisata menentukan product style. Penciptaan product style yang baik

dalam pengembangan daya tarik wisata memiliki beberapa syarat yaitu (Yoeti,

1999) :

a. Objek atau daya tarik wisata harus menarik untuk disajikan maupun

dipelajari

b. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek atau daya tarik wisata lain

c. Prasaranamenuju objek atau daya tarik wisata terpelihara dengan baik

d. Tersedia fasilitas wisata

8
e. Dilengkapi dengan sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan

sarana-sarana pendukung lainnya.

Selanjutnya jika suatu daerah berkeinginan untuk mengembangkan

pariwisata sebagai suatu industri maka perlu mengambil kebijaksanaan sebagai

berikut :

1. Menentukan secara tegas suatu keputusan apa tujuan pengembangan

pariwisata di daerah tersebut

2. Memberikan beberapa pertimbangan ditinjau dari segi ekonomi, apakah

keuntungan dari pembangunan pariwisata akan baikbagi daerah di mana

kegiatan kepariwisataan itu dikembangkan maupun bagi perekonomian

secara keseluruhan

3. Bila telah sampai pada suatu kesimpulan bahwa pariwisata penting bagi

suatu daerah maka dipersiapkan suatu studi tentang pengembangan yang

akan diadakan berikutnya dengan memperhatikan pasar potensial yang

diharapkan dari mana wisatawan akan datang.

Supaya pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan secara harmonis,

disarankan harus sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut (Manuaba,1999) :

1. Harus ada proses perencanaan dan partisipasi masyarakat

2. Harus ada kepastian, adanya keseimbangan, adanya sasaran ekonomi,

sosial budaya dan masyarakat

3. Hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola

sedemikian rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang

4. Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak sumber daya alam

9
5. Perkembangan pariwisata tidak boleh terlalu cepat, diawali dari skala kecil

atau sedang

6. Lokasi pengembangan harus ada keharmonisan antara kebutuhan

wisatawan, tempat dan masyarakat setempat

7. Keberhasilan daripada aktivitas tergantung pada keharmonisan antara

pemerintah, masyarakat, dan pengelola industri pariwisata

8. Pendidikan yang mengarah kepada pengertian sosio-kultural pada setiap

tingkat masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata termasuk

juga perilaku wisatawan harus secara serius diorganisasikan.

9. Peraturan Perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya harus

dikeluarkan dan dilaksanakan sekaligus merevitalisasikan

10. Investor dan wisatawan harus bisa menghormati kebiasaan norma dan nilai

setempat, sedangkan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dihindari

dan dampak positif dimanfaatkan

Beberapa konsep pengembangan di atas dalam penelitian ini akan

diaplikasikan untuk dapat melihat implementasi strategi pengembangan

pariwisata, sehingga secara alamiah akan terlihat substansi apa dari strategi

pengembangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Tengah

Provinsi Nusa Tenggara Timur yang sulit diimplementasikan dan langkah-langkah

yang harus dilakukan untuk perbaikan strategi pengembangan pariwisata kedepan.

2.2.8 Birokrasi (Organisasi Pemerintahan)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kashiko, 2006 dalam Jata, 2011),

birokrasi didefinisikan sebagai system pemerintahan yang dijalankan oleh

pegawai pemerintahan merupakan sistem yang menjalankan wewenang dan

10
kekuatan serta kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu

Negara atau bagian-bagiannya.

J.B. Kristiadi (1994, dalam Sedana, 2010), mengatakan bahwa birokrasi

merupakan struktur organisasi dari sector pemerintahan, yang memiliki ruang

lingkup tugas-tugas yang luas serta memerlukan organisasi besar dengan sumber

daya manusia yang besar pula jumlahnya dalam rangka menjalankan tugas Negara

untuk memenuhi pencapaian tujuan yang ditentukan. Kartasapoetra (1994)

mengatakan birokrasi adalah pelaksanaan perintah-perintah secara organisatoris

yang harus dilaksanakan sedemikian rupa dan secara sepenuhnya pada

pelaksanaan pemerintahan melalui instansi-instansi atau kantor-kantor.

Rasyid (2000) dalam Labolo (2006) membagi tugas pemerintahan menjadi

empat bagian, yaitu fungsi pelayanan (public service), Pembangunan

(development), Pemberdayaan (empowering), dan pengaturan (regulation).

Sementara itu Administrasi Negara (LAN,2010) memaparkan peran

strategis birokrasi pemerintahan dalam mewujudkan visi misi bangsa, yaitu :

1. Perumusan kebijakan Negara/pemerintahan (melaksanakan peran

atau fungsi regulasi).

2. Penyedia atau produsen dan penyalur barang dan jasa layanan

pemerintah kepada masyarakat (melaksanakan peran atau fungsi

pelayanan).

3. Pemberdayaan warga masyarakat yang kurang mampu secara

ekonomi melalui pembangunan diberbagai sektor (melaksanakan

peran atau fungsi pemberdayaan).

11
4. Peran atau fungsi dan perlindungan masyarakat dari berbagai

gangguan.

5. Peran atau fungsi pengelolaan asset atau kekayaan Negara.

Ruang lingkup birokrasi dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat

kabupaten dalam hal ini Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara

Timur.Secara aplikatif Disbudpar Kabupaten Sumba Tengah tidak dapat lepas dari

kaidah birokrasi secara umum sebagai sistem kinerja yang dianut di Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai