Anda di halaman 1dari 16

OTONOMI DAERAH

DAN
DESENTRALISASI FISKAL
ANALISIS EKSTERNAL DAN INTERNAL

Oleh :
Fadli Oktarius

(12020113120032)
Ibnu Tata ()

Afnurul Widya Permata

(12020114120013)

Dewi Setyoningrum

(12020114120045)

Dwi Agustin Puspasari

(12020114120048)

Rizky Ayu Nur H

(12020114120043)

Fauziyah Khoirun Nisa

(12020114140130)

Anisa Fatmawati

(12020114120053)

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menulis dan menyusun makalah tentang
Analisis Eksternal dan Internal Lingkungan. Hal dasar yang mendorong
kami untuk menyusun makalah ini adalah mengenai tugas dari mata kuliah
Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal untuk mencapai nilai yang
memenuhi syarat perkuliahan.
Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
terutama dosen pembimbing baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan oleh Penulis.
Penulisan makalah ini jauh dari kesempuranaan, maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,agar
dapat menjadi bahan pertimbangan dan perbaikan untuk makalah ini dimasa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya penulis untuk menambah wawasan.
Semarang, 31 Agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI
JUDUL ..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR ....................................................................................2
DAFTAR ISI .................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah .........................................................................................6
C. Tujuan ............................................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kebijakan Fiskal ............................................................................................7
B. Definisi Pajak ................................................................................................8
C. Teori Konsumsi .............................................................................................12
D. Metode Kajian ...............................................................................................14
BAB III PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Pemungutan Pajak ................................................................15
B. Evaluasi Prinsip Tanggungjawab Sosial (Transparansi) Dalam Pemungutan
Pajak di Indonesia..........................................................................................16
C. Perkembangan Penerimaan Pajak Pusat terhadap Penerimaan Pemerintah dari
Tahun ke Tahun .............................................................................................18
D. Kontribusi Pajak Penghasilan Pada Penerimaan Negara ..............................22
E. Pengaruh Pajak Penghasilan Terhadap Konsumsi .........................................24
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................27
B. Saran ..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................29
LAMPIRAN ..................................................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis lingkungan internal dan eksternal sering dikenal pula dengan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat). Analisis ini digunakan
untuk memahami kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) dan situasi
eksternal (peluang dan hambatan), sehingga dapat diperoleh posisi suatu
organisasi atau isu dalam kontek dan konten yang diemban. Faktor internal
adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan elemen-elemen yang dimiliki oleh
suatuorganisasi baik itu sumberdaya, sumber dana maupun manusianya.Faktor
Eksternal adalah faktor yang tidak dimiliki oleh organisasi atau dengan kata
lain merupakan sesuatu yang berujud peluang dan hambatan dari luar, karena
berada di luar dan dimiliki oleh organisasi atau sistem lain (Max and Majluf,
1991; Hill and Jones, 1992; Rangkuti, 1999). Analisis SWOT harus mengacu
pada visi dan misi organisasi sebagai pengarah dan penentu. Elemen-elemen
internal, sebagai contoh pada pengembangan pariwisata lebih umum disebut
sebagai komponen pariwisata yang dimiliki dianalisis kekuatan (strength) dan
kelemahannya (weaknesses) berdasarkan atas tolok ukur yang diturunkan dari
misi yang harus dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata. Dengan demikian
komponen yang akan dianalisis antara lain komponen produk (objek daya
tarik

wisata,

fasilitas

dan

infrastruktur),

manajemen,

kelembagaan,

sumberdaya manusia, promosi dan pemasaran, serta dampak lingkungan.


Analisis terhadap faktor eksternal juga didasarkan oleh tolok ukur yang
diturunkan dari misi yang diemban oleh Pariwisata. Peluang (opportunities)
dan hambatan (threats) merupakan keluaran dari analisis faktor eksternal.
Hasil analisis yang mampu memberikan indikasi manfaat optimal diukur dari
tujuan yang akan dicapai, akan merupakan tujuan analisis SWOT ini. Analisis
mengenai faktor eksternal akan memunculkan organisasi atau pihak lain yang

merupakan mitra atau kompetitor. Disamping menyangkut institusi atau


organisasi lain, juga terhadap situasi dan kondisi ekonomi, konstelasi politik,
perubahan teknologi pergeseran selera pasar, jaringan informasi dan lain
sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor internal dan eksternal dari PAD?
2. Apa itu analisis SWOT?
3. Bagaimana implementasi analisis SWOT terhadap PAD pada Kabupaten
Sintang?
4.

C. Tujuan
1. Untuk menganalisis perbedaan antara prinsip penerapan desentralisasi dan
sentraisasi di Indonesia?
2. Untuk mengetahui sudah sejauh mana perkembangan desentralisasi sampai
sekarang ini ?
3. Untuk menganalisi pengaruh desentralisasi dan sentralisasi terhadap
lingkungan eksternal dan internal ?

4. Untuk mengetahui serta memahai efektivitas desentralisasi yang telah


diterapkan di berbagai daerah atau kota ?

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sentralisasi
Istilah sentralisasi

diartikan sebagai kegiatan dalam memusatkan seluruh

wewenang atas segala urusan yang menyangkut pemerintahan kepada tingkat


pusat. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia
sebelum adanya otonomi daerah. Bahkan pada zaman kerajaan, pemerintahan
kolonial, maupun di zaman kemerdekaan. Istilah sentralisasi sendiri sering
digunakan dalam kaitannya dengan kontrol terhadap kekuasaan dan lokasi
yang berpusat pada satu titik.
Menurut B.N. Marbun dalam bukunya Kamus Politik mengatakan
bahwa sentralisasi yang pahamnya kita kenal dengan sentralisme adalah pola
kenegaraan yang memusatkan seluruh pengambilan keputusan politik
ekonomi, sosial di satu pusat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa,
sentralisasi adalah penyerahan kekuasaan serta wewenang pemerintahan
sepenuhnya kepada pemerintah pusat. Pemerintah pusat di sini maksudnya
adalah presiden dan Dewan Kabinet. Kewenangan yang dimaksud adalah
kewenangan politik dan kewenangan administrasi. Kewenangan politik adalah

kewenangan membuat dan memutuskan kebijakan sedangkan kewenangan


administrasi adalah kewenangan melaksanakan kebijakan.

Urusan - urusan yang bersifat sentral adalah :


A.

Luar Negeri,

B.

Peradilan,

C.

Hankam,

D.

Moneter dalam arti mencetak uang, menentukan nilai uang, dan

E.

Pemerintahan Umum.

B. Desentralisasi
Desentralisasi adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di
definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem
pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan
dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi yang
sekarang ini menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia
Desentralisasi di bidang pemerintahan adalah pelimpahan wewenang
dari Pemerintah Pusat kepada satuan organisasi pemerintahan di wilayah
untuk meyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari sekelompok
penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Dengan demikian, prakarsa,
wewenang, dan tanggung jawab mengenai urusan yang diserahkan pusat
menjadi tanggung jawab daerah, baik mengenai politik, perencanaan, maupun
mengenai segi pembiayaannya. Perangkat pelaksananya adalah perangkat
daerah itu sendiri.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah penyerahan


urusan pemerintah dari pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang kepada
Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang
efisien.
Tujuan dari desentralisasi adalah :
1. Mencegah pemusatan keuangan,
2. Sebagai

usaha

pendemokrasian

Pemerintah

Daerah

untuk

mengikutsertakan rakyat bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan


pemerintahan, dan
3. Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada
tingkat local sehingga dapat lebih realistis.
Menurut smith, desentalisasi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
1. Penyerahan

wewenang

untuk

melaksanakan

fungsi

pemerintahan tertentu dari pemerintah pusat kepada daerah otonom.


2. Fungsi yang diserahkan dapat dirinci, atau merupakan fungsi yang
tersisa (residual function).
3. Penerima wewenang adalah daerah otonom

4. Penyerahan wewenang berarti wewenang untuk menetapkan dan


melaksanakan kebijakan,wewenang mengatur dan mengurus (regeling
en bestuur) kepentingan yang bersifat lokal.
5. Wewenang mengatur adalah wewenang untuk menetapkan norma
hukum yang berlaku umum dan bersifat abstrak.
6. Wewenang mengurus adalah wewenang untuk menetapkan norma
hukum yang bersifat individual dan konkrit (beschikking, acte
administratif,verwaltungsakt)
7. Keberadaan daerah otonom adalah di luar hirearki organisasi
pemerintah pusat.

8. Menunjukkan pola hubungan antar organisasi.


9. Menciptakan political veriety dan diversity of structur dalam sistem
politik
C. Dekonsentralisasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang administrasi dari
pemerintah pusat kepada pejabat daerah. Pelimpahan wewenang hanya
sebagai kewenangan administrasi saja, sehingga untuk kewenangan politik
tetap berada di tangan pemerintahan pusat. Jadi, dekonsentrasi bisa dikatakan
sebagai kombinasi antara sentralisasi dan desentralisasi.
Dalam Negara kesatuan seperti Indonesia, pelimpahan wewenang
tersebut adalah dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah. Atau perangkat pusat di daerah yang disebut juga dengan instansi

vertikal, yaitu perangkat departemen

atau lembaga pemerintah non

departemen di daerah (Pasal 1 angka 8 UU No.32 Tahun 2004).


Rondinelli menjelaskan bahwa dekonsentrasi adalah penyerahan
sejumlah kewenangan atau tanggung jawab

administrasi kepada cabang

departemen atau badan pemerintah yang lebih rendah.


Ibid, hlm.19. Harold F. Aldefer menjelaskan, pelimpahan wewenang
dalam bentuk dekonsentrasi semata-mata hanya menyusun unit administrasi
baik tunggal ataupun dalam hiearki. Baik itu terpisah ataupun tergabung,
dengan perintah mengenai apa yang seharusnya mereka kerjakan atau
bagaimana mengerjakannya.

Dalam dekonsentrasi tidak ada kebijakan yang dibuat ditingkat


lokal serta tidak ada keputusan fundamental yang diambil. Badan - badan
pusat memiliki semua kekuasaan dalam dirinya sementara pejabat lokal
merupakan bawahan sepenuh

penuhnya dan mereka hanya menjalankan

perintah.
Menurut Smith dekonsentrasi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
1. Pelimpahan wewenang untuk melaksanakan fungsi fungsi tertentu
yang dirinci dari pemrintah pusat kepada pejabat pemerintah pusat
yang ada di daerah.
2. Penerima wewenang adalah pejabat pemerintah pusat yang ada di
daerah.

3. Tidak mencakup kewenangan untuk menetapkan kebijakan dan


wewenang untuk mengatur.
4. Tidak menciptakan otonomi daerah dan daerah otonom tapi
menciptakan wilayah administrasi.
5. Keberadaan

field

administration

berada

dalam

organisasi pemerintah pusat.


6. Menunjukkan pola hubungan kekuasaan intra organisasi.
7. Menciptakan keseragaman dalam struktur politik.
.

D. Otonomi Daerah

hiearki

BAB III
PEMBAHASAN

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4900760/Pengertian_Pendapatan_Disposabel_.
Diunduh, 29 April 2016.
http://putinspirit.blogspot.co.id/2014/05/pendapatan-disposibeldisposibleincome.html. Diunduh, 29 April 2016.
Mangkoesoebroto, Guritno. 2008. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE.
Stiglitz, Joseph.E. 1999. Economics of The Public Sector. New York: W.W.
Norton and Company, Inc.
http://e-journal.uajy.ac.id/325/2/1MIH01722.pdf
http://makalah-pendidikankewarganegaraan.blogspot.co.id/2013/05/makalahsentralisasi-dan-desentralisasi.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19634/4/Chapter%20I.pdf
http://www.eduspensa.com/2015/12/pengertian-sentralisasi-desentralisasidekonsentrasi.html

Anda mungkin juga menyukai