Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN ASAS DESENTRALISASI DALAM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Hukum Pemerintahan Daerah
( A)

Dosen Pengampu : Suranto S.H., M.H.

Disusun Oleh :
Fadilla Mariska Putri

E0014139

Rizky Mentari

E0014355

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia meliputi pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut :
Pemerintahan

Daerah

adalah

penyelenggaraan

urusan

pemerintahan

oleh

pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Asas-asas untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah, pada dasarnya ada
4 yaitu Sentralisasi yaitu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan dipusatkan
di pemerintah pusat; Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; Dekonsentrasi yaitu
pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan Tugas
Pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Konsekuensi dari pasal 18 UUD 1945 yang menghendaki adanya pelaksanaan
otonomi daerah, pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan asas desentralisasi dan
dekonsentrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Dalam UUD 1945
Pasal 18 mengharuskan kepada pemerintah untuk melaksanakan politik desentralisasi
dibidang ketatanegaraan. Oleh karena itu, kami sebagai penulis memilih judul
Penerapan Asas Desentralisasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Di
Indonesia untuk dibahas lebih lanjut.

2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Asas Desentralisasi?
2. Bagaimana Penerapan Prinsip Desentralisasi Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Di Indonesia?
3. Bagaimana Hubungan Antara Desentralisasi Dan Good Governance?
4. Apa Kelebihan Dan Kelemahan Asas Desentralisasi?
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Asas Desentralisasi
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Penerapan Prinsip Desentralisasi Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Desentralisasi Dan Good Governance
4. Untuk Mengetahui Kelebihan Dan Kelemahan Asas Desentralisasi

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Asas Desentralisasi


Asas Desentralisasi adalah asas yang menyatakan penyerahan sejumlah urusan
pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah tingkat yang lebih
tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah, sehingga menjadi urusan
yang diserahkan tadi sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah tersebut, baik

mengenai politik kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaannya maupun mengenai


segi-segi pembiayaan. Perangkat pelaksanaannya adalah perangkat daerah sendiri.[1]
Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk
mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Tujuan dari desentralisasi adalah :
a. Mencegah pemusatan keuangan
b. Sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
c. Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat local
sehingga dapat lebih realistis.
Untuk kepentingan pemerintah pusat sedikitnya ada 3 tujuan desentralisai
yaitu: political education,training in political leadership,and for political stability.
Untuk kepentingan pemerintah daerah ada 3 tujuan desentralisasi yaitu : political
equality,local accountability,and local responsiveness
Terdapat Empat bentuk desentralisasi, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Dekonsentrasi wewenang administratif


Delegasi kepada penguasa otorita
Devolusi kepada pemerintah daerah
Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta

2. Penerapan Prinsip Desentralisasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


Di Indonesia
Desentralisasi adalah transfer kewenangan dan tanggungjawab fungsi-fungsi
pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, lembaga semipemerintah, maupun kepada swasta Desentralisasi sendiri terdiri dari empat jenis,
yakni desentralisasi politik, desentralisasi administratif, desentralisasi fiskal, serta
desentralisasi pasar.[2]

1 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Penerbit PT
Rineka Cipta : Jakarta.
2 World Bank, June 2001, Decentralization and Governance: Does Decentralization Improve Public Service
Delivery in Prem-Notes No. 55. Diakses dari:http://hazni.blog.esaunggul.ac.id Pada Tanggal: 3 April 2016

Dari sisi kemanfaatan, desentralisasi dapat lebih tepat meningkatkan efisiensi


dan daya tanggap pemerintah melalui pemenuhan layanan publik yang lebih sesuai
dengan preferensi rakyat. Selain itu, desentralisasi dapat membangkitkan semangat
kompetisi dan inovasi antar pemerintah daerah untuk mencapai kepuasan masyarakat
yang lebih tinggi. Namun disisi lain, kualitas pelayanan publik sering menjadi korban
karena transfer kewenangan sering disalahartikan atau disalahgunakan oleh elit local
yang relatif kurang memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan.
a)

Di Indonesia, desentralisasi juga menjelma dalam dua bentuknya yang positif

dan negatif. Dari hasil kajian dan penelitian menemukan bukti bahwa desentralisasi
berhasil mendorong terwujudnya tiga kondisi penting, yaitu: meningkatnya
kepedulian dan penghargaan terhadap partisipasi masyarakat dalam proses politik di
tingkat lokal;
b)

Perangkat pemerintahan daerah memiliki komitmen yang makin kuat dalam

pemberian layanan serta merasakan adanya tekanan yang berat dari masyarakat agar
mereka meningkatkan kualitas pelayanan publik; dan
c)

Pemerintah daerah saling bekerjasama dan berbagi informasi untuk

menyelesaikan persoalan yang sama-sama mereka hadapi. Walaupun demikian,


beberapa dampak negatif nampaknya tidak dapat dihindari.
Meskipun memiliki dua sisi yang berbeda (manfaat dan kelemahan), namun terdapat
sebuah

kesepakatan

umum

bahwa

desentralisasi

sangat

diperlukan

untuk

mempromosikan sosok pemerintahan yang lebih baik, lebih efektif, dan lebih
demokratis(good

governance). Baik

di

Negara

maju

maupun

berkembang,

desentralisasi merupakan salah satu elemen kunci terhadap agenda reformasi yang
dijalankan di negara yang bersangkutan.
Sebagai sebuah reformasi, desentralisasi tidak akan dapat berhasil tanpa diikuti oleh
langkah-langkah lanjutannya. Dengan kata lain, desentralisasi harus disikapi dan
ditindaklanjuti

dengan

reformasi

birokrasi

sebagau

unsur

penyelenggara

desentralisasi. Dalam kaitan ini, reformasi birokrasi diarahkan pada terciptanya tata
kelola pemerintahan yang baik pada masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan
adanya area perubahan yang berfungsi sebagai tolok ukur keberhasilan reformasi.
Adapun area perubahan dalam reformasi birokrasi tersebut adalah:

a)

Kelembagaan. Perubahan yang ingin diwujudkan pada area ini adalah organisasi

yang tepat fungsi dan tepat ukuran


b)

Budaya organisasi. Capaian akhir yang diharapkan adalah birokrasi dengan

semangat pengabdian, integritas, dan kinerja tinggu atau budaya unggul.


c)

Ketatalaksanaan. Hasil nyata yang ingin diraih pada area ini adalah

terbangunnya sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur,
dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
d)

Regulasi dan Deregulasi. Perubahan yang diinginkan adalah munculnya pola

regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif.


e)

SDM Aparatur. Hasil yang ingin dicapai adalah pegawai yang berintegritas,

kompeten, professional, berkinerja tinggi dan sejahtera.


3. Hubungan Antara Desentralisasi Dan Good Governance
Good Governance (kepemerintahan yan baik) merupakan isu sentral yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan
gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan
penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat
pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain adanya pengaruh globalisasi . Pola
lama penyelenggaraan pemerintahan, kini sudah tidak sesuai lagi dengan tatanan
masyarakat yang sudah berubah. Oleh kareana itu, tuntutan ini merupakan hal yang
wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan
yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik.[3]
Desentralisasi atau pendesentralisasian governance merujuk pada suatu upaya
restrukturisasi atau reorganisasi dari kewenangan yang yang menciptakan tanggung
jawab bersama diantara lembaga-lembaga di dalam governance baik di tingkat pusat,
regional maupun lokal sesuai dengan prinsip saling menunjang yang diharapkan pada
akhirnya

adalah

suatu

kualitas

dan

efektifitas

keseluruhan

3 Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka
Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung, hal 4

dari

sistem governance tersebut termasuk peningkatan kewenangan dan kemampuan


dari governance di tingkat lokal.
Desentralisasi bukan sekedar memindahkan sistem politik dan ekonomi yang
lama dari pusat ke daerah, tetapi pemindahan tersebut harus pula disertai oleh
perubahan kultural menuju arah yang lebih demokratis dan beradab. Melalui
desentralisasi diharapkan akan meningkatkan peluang masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses pengambilan kebijakan yang terkait dengan masalah sosial, politik,
ekonomi. Hal ini sangatlah dimungkinkan karena fokus pengambilan keputusan
menjadi lebih dekat dengan masyarakat.
Melalui proses ini maka desentralisasi diharapkan akan mampu meningkatkan
penegakan hukum, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah dan sekaligus
meningkatkan daya tanggap, transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah.
Beberapa pengalaman empirik memang telah membuktikan bahwa desentralisasi tidak
selalu berbanding lurus dengan terwujudnya good governance. Keberhasilan beberapa
pemerintah daerah dalam membangun kinerja pelayanan publiknya hingga saat ini
masih bisa dihitung dengan jari. Namun demikian pilihan untuk kembali ke arah
sentralisasi tentunya bukanlah pilihan yang bijaksana dan hanya akan bersifat
kontraproduktif belaka.
Pilihan pada desentralisasi sesungguhnya haruslah disikapi dengan penuh
optimisme dan menjadikannya sebagai sebuah tantangan. Caranya adalah melalui
kampanye yang terus menerus akan pentingnya implementasi good governance pada
level pemerintahan daerah. Tentu saja perwujudan desentralisasi yang nyata dan
bertanggung jawab serta keberhasilan good governance di daerah bukanlah suatu hal
yang instan semudah membalikan telapak tangan. Diperlukan komitmen yang kuat,
proses pembelajaran yang terus menerus serta kesabaran kolektif dari segenap
pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah.
Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan
tuntutan untuk mewujudkan negara yang mampu mendukung kelancaran dan
keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan
pembangunan, dengan mempraktekkan prinsip good governance. Selain itu,
masyarakat menutut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh

dalam memerangi KKN, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan mampu
menyediakan servicessebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.
Good governace yang dimaksud adalah proses penyelenggaraan negara dalam
melaksanakan public
terbaiknya

goods dan services disebut governance,

disebut good

governance (kepemerintahan

yang

sedangkan
baik).

pratek

Agar good

governancemenjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komitmen


dan

keterlibatan

semua

pihak

yakni

pemerintah

dan

masyarakat. Good

governance yang efektif menuntut adanya aligment (koordinasi) yang baik dan
integritas, profesional serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian
penerapan konsep good governancedalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintah
Negara merupakan tantangan tersendiri.[4]
Secara sederhana, sejumlah pihak menerjemahkan governance sebagai tata
pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya dalam pengertian struktur dan
manajemen lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (goverment) hanyalah
salah satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance.
Dua aktor lain adalah private sector (sektor swasta) dan civil society (masyarakat).[5]
Oleh karena itu, memahami governance merupakan bentuk pemahaman
bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan
masyarakat dalam suatu aturan main yang disepakati bersama. Lembaga pemerintah
harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan
keamanan yang kondusif. Sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan kegiatan
perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan,
sedangkan masyarakat harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai macam
aktifitas perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol
terhadap jalannya aktifitas-aktifitas tersebut.
Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, prinsip good governace dalam
praktinya adalah dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang
4 Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka
Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung, hal 2.

5 Nimatul Huda, S.H., M. Hum., 2009, Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media, Bandung, hal 13

baik dalam setiap pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan serta tindakan
yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan daerah dalam melaksanakan fungsi
pelayanan publik. Dalam hal ini, warga masyarakat daerah ddorong untuk
berpartsipasi secara konstruktif dalam pengambilan kebjakan di daerah. Selain itu,
penegakan hukum dilaksanakan guna mendukung otonomi daerah dalam konsepsi
NKRI, dan juga para pengambil kebijakan di daerah bertanggung jawab kepada
publik dalam menentukan arah kebijakan daerah sehingga tidak ada lembaga publik
apapun di daerah yang tidak berada dalam jangkauan pengawasan public.[6]
United Nations Development Programme (UNDP) mendifinisikan good
governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara Negara, sektor
swasta dan masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut UNDP kemudian mengajukan
karakteristikgood governance yang saling memperkuatdan tidak dapat berdiri sendiri,
sebagai berikut:
a)

Participation, bahwa setiap warga negara mempunya suara dalam pembuatan

keputusan
b)

Rule of Law, yang berarti kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa

perbedaan, terutama dalam hal hukum dan HAM


c)

Transparency, kebebasan arus informasi

d)

Responsiveness, pertanggungjawaban

e)

Consensus orientation, good governance menjadi perantar kepentingan yang

berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas
f)

Effectiveness and efficiency

g)

Accountability

h)

Strategic vision[7]

6 Hari Sabarno, 2007. Memandu Otonomi Daerah, Menjaga Kesatuan Bangsa, Sinar Grafika, Jakarta,
hal 18
7Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Rangka Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung, hal 8

4. Kelebihan Dan Kelemahan Asas Desentralisasi


a. Kelebihan Asas Desentralisasi
Praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah
daerah memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan desentralisasi,
di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan pendelegasian
wewenang dan memperingan manajemen pemerintah pusat.
b. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
c. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak, pemerintah daerah
tidak perlu menunggu instruksi dari pusat.
d. Hubungan yang harmonis dapat ditingkatkan dan meningkatkan gairah kerja
antara pemerintah pusat dan daerah.
e. Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara
pemerintahan baik pusat maupun daerah.
f. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat segera
dilaksanakan.
g. Bagi organisasi yang besar dapat memperoleh manfaat dari keadaan di
tempat masing-masing.
h. Sebelum rencana dapat diterapkan secara keseluruhan maka dapat
diterapkan dalam satu bagian tertentu terlebih dahulu sehingga rencana dapat
diubah.
i. Risiko yang mencakup kerugian dalam bidang kepegawaian, fasilitas, dan
organisasi dapat terbagi-bagi.
j. Dapat diadakan pembedaan dan pengkhususan yang berguna bagi
kepentingan-kepentingan tertentu.
k. Desentralisasi secara psikologis dapat memberikan kepuasan bagi daerah
karena sifatnya yang langsung.
Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa akan kuat bila dibangun di atas
sistem yang kongruen, keterkaitan secara sistemik antara komponen-komponen yang
berada di dalamnya, termasuk hubungan antara pusat dan daerah. Secara sederhana,
sebenarnya ada beberapa alasan penerapan prinsip desentralisasi dirasa lebih efektif,

yakni karena wilayah Indonesia sangat luas dari Sabang sampai Meraoke dan wilayah
NKRI berbentuk kepulauan, jika penerapan prinsip sentralisasi dipaksakan maka
pemerintahan tidak berjalan dengan baik, selain itu, banyak wilayah NKRI terletak di
daerah terpencil (remote area) yang tentunya membutuhkan perhatian pemerintah
yang bersifat kedaerahan secara langsung.
Dalam hal ini kelebihan sistem desentralisasi dapat di simpulkan, bahwa:
a)

Desentralisasi adalah konsep untuk memperkuat kongruensi ini, di mana

Indonesia dibangun secara kokoh dari kemajemukan daerah dan suku-bangsanya.


b)

Desentralisasi adalah konsep untuk membuat pembangunan daerah lebih baik,

rakyatnya lebih sejahtera, dan karena itu kemudian diharapkan akan semakin
memperkuat negarabangsa Indonesia itu sendiri.
c)

Desentalisasi adalah konsep untuk mencegah separatisme, dan karena itu sukses

otonomi daerah pada gilirannya diharapkan memperkuat negara-nangsa Indonesia


d)

Desentralisasi dibangun dalam konteks demokrasi, dan harus memperkuat

demokrasi itu sendiri. Sudah sekitar beberapa lama ini otonomi daerah dijalankan, dan
sampai hari ini masih banyak yang meragukan apakah otonomi daerah dapat
memperkuat Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa.
e)

Desentalisasi salah satu kelebihanya adalah dapat menghargai kearifan lokal

atau variasi local terbukti penduduk Indonesia yang multicultural, terdiri dari banyak
etnis di Indonesia.

b. Kelemahan Asas Desentralisasi


Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Besarnya organ-organ pemerintahan yang membuat struktur pemerintahan
bertambah kompleks dan berimplikasi pada lemahnya koordinasi.
b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah
dapat lebih mudah terganggu.
c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.

d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan


perundingan yang bertele-tele.
e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh
keseragaman dan kesederhanaan.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang terpapar diatas, maka penulis hendak mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Asas Desentralisasi adalah asas yang menyatakan penyerahan sejumlah urusan
pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah tingkat yang
lebih tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah, sehingga
menjadi urusan yang diserahkan tadi sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah
tersebut, baik mengenai politik kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaannya
maupun mengenai segi-segi pembiayaan. Perangkat pelaksanaannya adalah
perangkat daerah sendiri.

2. Dari sisi kemanfaatan, desentralisasi dapat lebih tepat meningkatkan efisiensi dan
daya tanggap pemerintah melalui pemenuhan layanan publik yang lebih sesuai
dengan preferensi rakyat. Selain itu, desentralisasi dapat membangkitkan
semangat kompetisi dan inovasi antar pemerintah daerah untuk mencapai
kepuasan masyarakat yang lebih tinggi. Namun disisi lain, kualitas pelayanan
publik sering menjadi korban karena transfer kewenangan sering disalahartikan
atau disalahgunakan oleh elit local yang relatif kurang memenuhi standar
kompetensi yang dibutuhkan.
3. Good Governance (kepemerintahan yan baik) merupakan isu sentral yang paling
mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar
yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan
penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya
tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain adanya pengaruh
globalisasi . Pola lama penyelenggaraan pemerintahan, kini sudah tidak sesuai lagi
dengan tatanan masyarakat yang sudah berubah. Oleh kareana itu, tuntutan ini
merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah
dengan melakukan perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan
pemerintah yang baik.
4. Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa akan kuat bila dibangun di atas sistem
yang kongruen, keterkaitan secara sistemik antara komponen-komponen yang
berada di dalamnya, termasuk hubungan antara pusat dan daerah. Secara
sederhana, sebenarnya ada beberapa alasan penerapan prinsip desentralisasi dirasa
lebih efektif, yakni karena wilayah Indonesia sangat luas dari Sabang sampai
Meraoke dan wilayah NKRI berbentuk kepulauan, jika penerapan prinsip
sentralisasi dipaksakan maka pemerintahan tidak berjalan dengan baik, selain itu,

banyak wilayah NKRI terletak di daerah terpencil (remote area) yang tentunya
membutuhkan perhatian pemerintah yang bersifat kedaerahan secara langsung.

2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan yakni:
1. Sudah seharusnya pemerintah pusat mengadakan pengawasan, pembinanaan,
pengembangan dan atau pelatihan-pelatihan khusus dalam rangka peningkatan
SDM pemerintah daerah, sehingga oknum-oknum yang duduk dalam organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia.
Penerbit PT Rineka Cipta : Jakarta.
Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Rangka Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung.
Huda, Nimatul, 2009. Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media, Bandung..
Sabarno, Hari, 2007. Memandu Otonomi Daerah, Menjaga Kesatuan Bangsa, Sinar Grafika,
Jakarta.
Internet :
World Bank, June 2001, Decentralization and Governance: Does Decentralization Improve
Public

Service

Delivery

in Prem-Notes

No.

55.

Diakses

dari:http://hazni.blog.esaunggul.ac.id Pada Tanggal: 3 April 2016

[1] C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Penerbit PT Rineka
Cipta : Jakarta.

[2] World Bank, June 2001, Decentralization and Governance: Does Decentralization Improve Public Service
Delivery in Prem-Notes No. 55. Diakses dari:http://hazni.blog.esaunggul.ac.id Pada Tanggal: 3 April 2016
[4]Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi
Daerah, Mandar Maju, Bandung, hal 4

[3] Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi
Daerah, Mandar

Maju,

Bandung,

hal

4Dr.

Sedarmayanti,

Dra.,

M.Pd,

2003. Good

Governance

(Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung, hal 2.
[4] Nimatul Huda, S.H., M. Hum., 2009, Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media, Bandung, hal 13
[5] Hari Sabarno, 2007. Memandu Otonomi Daerah, Menjaga Kesatuan Bangsa, Sinar Grafika, Jakarta, hal 18
[6] Dr. Sedarmayanti, Dra., M.Pd, 2003. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka
Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung, hal 8

Anda mungkin juga menyukai