Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH


Fakultas Hukum

IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
DESENTRALISASI
12/01/24 1
Sebagai sebuah konsep, desentralisasi mempunyai berbagai
pengertian
 Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
 Menurut International Encyclopedia of Social Science (1968:
370), desentralisasi adalah sebuah terminologi yang merefer
kepada transfer kekuasaan-kekuasaan dari sebuah
pemerintah pusat kepada otoritas yang berfungsi secara
spesial dan legal personal berbeda (sebagai contoh,
peningkatan tingkat otonomi dari sebuah pemerintah daerah
atau sebuah perusahaan publik atau BUMN)
 Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan desentralisasi
sebagai penugasan dan responsibiltas dari aspek keuangan,
politik dan administrasi yang diberikan kepada tingkatan-
tingkatan pemerintahan yang lebih rendah (Litvack, Ahmad
dan Bird, 1998: 7).
 Berdasarkan beberapa definisi di atas, konsep desentralisasi
berhubungan dengan transfer kekuasaan dan kewenangan
dari level pemerintahan yang tinggi kepada yang lebih
rendah dalam suatu sistem pemerintahan.
 Definisi desentralisasi menjelaskan bahwa sebagai konsep,
ternyata desentralisasi mempuyai berbagai bentuk seperti
dekonsentrasi, delegasi maupun devolusi. Gelombang
demokratisasi, good governance dan globalisasi telah
menjadikan desentralisasi sebagai tuntutan besar bukan
hanya bagi negara-negara maju tapi juga negara-negara
berkembang
 konsep desentralisasi dapat dihubungkan dengan berbagai
aktor dan juga mekanisme dari sebuah sistem
pemerintahan, konsep desentralisasi dalam tulisan ini dapat
secara umum diberi karakteristik sebagai transfer dari tugas-
tugas, resources dan kekuatan politik kepada level
menengah (regions) dan level yang lebih rendah
(communities) dalam kerangka hubungan yang sekooperatif
mungkin
 pengertian desentralisasi juga berhubungan dengan delegasi
yang berarti transfer pembuatan keputusan pemerintah dan
kewenangan administratif atau kewajiban untuk secara hati-
hati menjabarkan tugas untuk institusi dan organisasi
dibawah kontrol tidak langsung pemerintah atau semi
independen
 Negara adalah suatu organisasi dalam suatu
wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang
sah dan ditaati oleh rakyatnya. Indonesia
merupakan negara kesatuan sebagaimana
ditegaskan dalam pasal 1 ayat (1) UUD tahun
1945. “Negara Indonesia ialah negara Kesatuan
yang berbentuk republik.”
 Kekuasaan negara itu terbagi antara
pemerintah pusat dan daerah. Kekuasaan asli
terdapat di tingkat pusat, sedangkan
kekuasaan daerah berasal dari pusat yang
diatur secara tegas. Pelimpahan kekuasaan
bersumber dari pusat kepada tingkatan yang
lebih rendah atau pengambil alihan kebijakan
maupun pemindah tanggung jawab
kewenangan oleh daerah yang bersumber dari
pusat. Hal ini yang di kenal dalam lingkungan
masyarakat kita sebagai otonomi daerah.
 Dari sudut pandang ketatanegaraan, negara Indonesia yang
memiliki wilayah dan jumlah penduduk yang relatif banyak
tidaklah memungkinkan lagi semua urusan pemerintahan
dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Tidak ada sebuah negara
yang secara penuh hanya menggunakan asas sentralisasi saja
dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Sebaliknya, juga
tidak mungkin penyelenggaraan pemerintahan hanya
didasarkan pada asas desentralisasi saja.
 Dalam menjalankan fungsinya, negara mempunyai kekuasaan.
Pembagian kekuasaan negara terbagi menjadi dua, yaitu;
Pertama, Pembagian kekuasaan secara horisontal atau
pemisahan kekuasaan (distribution of powers / separations of
powers) yang melahirkan kekuasaan legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Kedua, areal division of power, pembagian kekuasaan
secara vertikal (pembagian kekuasaan berdasarkan wilayah),
yang melahirkan desentralisasi dan otonomi daerah.
 Pada konteks ini, desentralisasi merupakan instrumen yang
digunakan dalam rangka areal division of powers. Pembagian
kekuasaan secara vertikal bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan antara pemerintah dan daerah. Pembagian
kekuasaan ini dilakukan dengan membentuk daerah otonom
yang berfungsi sebagai organ yang menerima penyerahan
kekuasaan dari pemerintah atau dapat disebut dengan
desentralisasi.
 Kompleksitas konsep desentralisasi secara umum dapat
dikategorikan kedalam dua perspektif utama, yakni political
decentralisation perspective dan administrative
decentralisation perspective.
 Perspektif desentralisasi politik mendefinisikan desentralisasi
sebagai devolusi kekuasaan (devolution of power) dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Poin penting
yang menarik untuk digarisbawahi di sini adalah bahwa
substansi desentralisasi tidak lain tidak bukan adalah
“devolution of power”, tetapi tidak dibatasi pada struktur
pemerintahan.
 Perspektif desentralisasi administrasi lebih menekankan
definisi desentralisasi sebagai delegasi wewenang
administratif (administrative authority) dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah.
 Perbedaan dari pandangan politik dan administratif
berimplikasi pada perbedaan dalam merumuskan tujuan
utama yang hendak dicapai. Secara umum, perspektif
desentralisasi politik lebih menekankan tujuan yang hendak
dicapai pada aspek politis, antara lain: meningkatkan
keterampilan dan kemampuan politik para penyelenggara
pemerintah dan masyarakat, serta mempertahankan
integrasi nasional.
Tujuan Desentralisasi
Dari sisi kepentingan pemerintah pusat, ada
beberapa tujuan utama desentralisasi, yaitu :
1. Pendidikan politik (political education). Melalui
praktik desentralisasi, diharapkan masyarakaat
belajar mengenali dan memahami berbagai
persoalan sosial, ekonomi, dan politik. Supaya,
masyarakat awam mengerti masalah yang terjadi di
daerah, seperti pemilihan legislatif.
2. Untuk melatih kepemimpinan (to provide training in
political leadership). Sehingga, kita berasumsi
bahwa pemerintah daerah sebagai wadah untuk
latihan (training) bagi para politisi yang akan
bermain dinasional.
3. Untuk menciptakan stabilitas politik (to create
political stability). Dengan harapan, kebijakan dari
desentralisasi akan mewujudkan kehidupan sosial
yang harmonis dan kehidupan politik yang stabil.
Dari sisi kepentingan pemerintah daerah,
tujuan desentralisasi adalah untuk :
1. Mewujudkan persamaan politik (political equality).
Memberi kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi masalah politik di tingkat lokal, serta
berkarya di negeri sendiri.
2. Menciptakan peningkatan kemampuan pemerintah
daerah dalam memperhatikan hak-hak
komunitasnya, yang meliputi hak untuk ikut serta
dalam proses pengambilan keputusan dan
implementasi kebijakan di daerah, serta hak untuk
mengontrol pelaksanaan pemerintahan daerah.
3. Supaya pemerintah daerah dianggap lebih
mengetahui berbagai masalah yang dan sekaligus
meningkatkan akselerasi pembangunan sosial dan
ekonomi di daerah.
 Tujuan desentralisasi administrasi (administrative
decentralisation perspective) lebih ditekankan pada
aspek efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan ekonomi di
daerah serta untuk meningkatkan kemampuan
pemerintah daerah dalam menyediakan public
good and services, serta untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembangunan ekonomi di
daerah.
 Desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka
berpikir perspektif state-society relations, secara
tegas diartikulasi bukan sebagai tujuan akhir.
Tetapi, hanya sebagai alat atau sarana untuk
mendekatkan negara (state) kepada masyarakat
(society). Sehingga, antara keduanya dapat
tercipta interaksi yang dinamis serta birokrasi yang
cepat. Baik dalam proses pengambilan keputusan
maupun pada tahap implementasi kebijakan. Final
yang hendak dicapai dalam konsep desentralisasi
tidak lain adalah demokratisasi, kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.
 Kecenderungan perubahan penyelenggaraan
pemerintahan adalah adanya pergeseran dari yang
sentralistik ke pemerintahan yang desentralistik
 Peran Pemerintah Pusat dalam hal ini akan berubah
dari sistem yang bersifat managerial authority ke peran
kepemimpinan (leadership role) dalam pemerintahan
yang terdiri dari berbagai pemerintahan daerah.
Budaya pemerintahan juga akan mengalami perubahan
dengan kecenderungan-kecenderungan sbagai berikut:
a. Dari pola pemerintahan birokratik ke model
pemerintahan yang melibatkan partisipasi
masyarakat (partisipatif);
b.Dari command and control kepada pola baru yang
mementingkan akuntabilitas terhadap hasil-hasil
yang dicapai;
c.Dari yang secara internal dituntut menjadi kompetitif
dan inovatif;
d.Dari yang bersifat tertutup menjadi terbuka;
e.Dari yang tidak mentolerir resiko menjadi terbuka
terhadap resiko keberhasilan / kegagalan
Bentuk desentralisasi sangat dipengaruhi oleh:
ukuran negara, tingkat perbedaan antar daerah
(etnis, geografis, budaya), ideologi politik,
tradisi-tradisi daerah serta pengaruh asing.
Bentuk-bentuk sistem desentralisasi antara
lain:
a.Sistem Federal, dimana negara-negara bagian
memiliki hak dan kekuasaan yang dijamin oleh
konstitusi, seperti di Amerika Serikat.
b.Sistem Kesatuan, dengan otonomi terbatas maupun
dengan otonomi luas dimana pemerintah daerah
merupakan hasil ciptaan pemerintah pusat.
c.Sistem Paralel, yaitu sistem pemerintahan daerah
yang paralel dengan administrasi dekonsentrasi.
d.Sistem Integrasi antara Dekonsentrasi dan
Desentralisasi, dimana Kepala Daerah juga
merupakan wakil pemerintah pusat di daerah yang
bersangkutan.
 Keberhasilan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
keberhasilan pembangunan nasional dalam kerangka NKRI. Desentralisasi
merupakan paradigma yang memperkokoh pembangunan daerah dewasa
ini. Paradigma desentralisasi tersebut, tidak saja semata-mata merupakan
reaksi atas praktik pembangunan nasional yang sentralistik, sebagaimana
diterapkan sedemikian rupa pada masa Orde Baru, tetapi sudah menjadi
tuntutan mendasar yang harus diterapkan dengan mengimplementasikan
konsep otonomi daerah secara luas. Segi positif penerapan kebijakan
desentralisasi adalah:
1. Paradigma desentralisasi juga selaras dengan prinsip pemerintahan yang
demokratis, dengan adanya pengaturan kewenangan yang seimbang antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Desentralisasi tidak menafikkan
peran dan kewenangan pemerintah pusat. Asas dekonsentrasi tetap harus
dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik, seiring sejalan (sinergis) dengan laju
implementasi otonomi daerah.
2. Desentralisasi juga mencegah terjadinya pemusatan kekuasaan, yang dapat
menimbulkan munculnya pemerintahan yang otoriter, serta mendorong
demokratisasi di tingkat lokal, karena rakyat lebih mempunyai peluang untuk
terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan di wilayahnya masing-masing
(grass roots democracy).
3. Desentralisasi menciptakan efisiensi pemerintahan, karena sebagian urusan
urusan pemerintahan diselenggarakan oleh satuan-satuan pemerintahan tingkat
daerah, sehingga memperpendek rentang birokrasi bila dibandingkan dengan
pengendalian dari Pusat.
4. Dari segi sosiokultural, desentralisasi menyebabkan kepentingan rakyat di
daerah-daerah yang memiliki kekhususan-kekhususan tertentu dapat tertangani
dengan lebih baik.
5. Desentralisasi membuat pembangunan dapat berjalan dengan lebih baik dan
terarah, karena dilakukan langsung oleh satuan-satuan pemerintahan di tingkat
daerah
Implementasi paradigma desentralisasi di Indonesia,
selaras dengan konstitusi (UUD Negara RI 1945)
dilakukan untuk memperkuat format negara kesatuan
(NKRI), bukan dalam format negara federal
(federalisme). Kerangka otonomi daerah secara luas di
Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat berjalan
secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan
di berbagai bidang di daerah, dalam memperkuat NKRI.
Dengan implementasi otonomi daerah secara luas
dalam kerangka penguatan NKRI, maka diharapkan :
1. Akan muncul kemandirian yang digerakkan oleh kreativitas
dan inovasi daerah dalam mengoptimalisasikan berbagai
potensi sumberdaya yang ada, baik sumberdaya manusia
maupun sumberdaya alam, untuk kepentingan kemajuan dan
kesejahteraan daerah dan dengan demikian otomatis akan
mendukung atau memperkokoh pembangunan nasional dalam
bingkai NKRI.
2. Tata hubungan antara pusat-daerah diharapkan akan menjadi
lebih proporsional, harmonis dan produktif dalam rangka
penguatan integrasi (persatuan dan kesatuan) bangsa dan
pembangunan nasional. Dengan demikian, tidak akan ada lagi
keluhan-keluhan dari daerah atas kebijakan pemerintah pusat
yang dinilai tidak adil. Demikian pula, tidak akan ada lagi
resistensi dan gejolak terkait dengan hubungan pusat-daerah.
 Pergerakan antara sentralisasi dan desentralisasi sangat jelas
terlihat dari rumusan Undang-undang tentang Pemerintahan
Daerah yang ada, baik sebelum dan setelah era reformasi.
Sebelum era reformasi, berlaku UU No. 5 tahun 1974 tentang
Pemerintahan Daerah. Pada saat itu, terjadi turbulensi di bidang
politik, ekonomi, sosial dan budaya, sampai diundangkannya UU
No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Setelah itu, kini
telah berlaku UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Membandingkan pokok-pokok pikiran antara UU No. 5 tahun 1974
dengan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004, ada
perbedaan mendasar, yaitu :
1. Dari sisi filosofis. UU No. 32 tahun 2004 filosofinya adalah
keseragaman atau uniformitas, sedangkan UU No. 22 tahun 1999
dan UU No. 32 tahun 2004 filosofinya adalah keanekaragaman
dalam kesatuan.
2. Dari aspek pembagian satuan pemerintahan. UU No. 5 tahun 1974
menggunakan pendekatan tingkatan (level approach), ada
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. Sedangkan, UU No 22 tahun
1999 menggunakan pendekatan besaran dan isi otonomi (size
and content approach), ada daerah yang besar dan ada daerah
yang kecil berdasar kemandirian masingmasing, ada daerah dengan isi
otonomi terbatas dan ada daerah yang otonominya luas. Sementara,
UU No. 32 tahun 2004 menggunakan pendekatan besaran dan isi
otonomi (size and content approach), dengan menekankan pada
urusan yang berkeseimbangan dengan azas eksternalitas,
akuntabilitas dan efisiensi.
3.Fungsi utama pemerintahan daerah, menurut UU No. 5
tahun 1975 adalah sebagai promotor pembangunan,
sedangkan menurut UU No. 22 tahun 1999 sama
dengan UU No. 32 tahun 2004 yaitu sebagai pemberi
pelayanan masyarakat.
4.Terkait dengan penggunaan azas penyelenggaraan
pemerintah daerah. Menurut UU No. 5 tahun 1974
adalah seimbang antara desentralisasi, dekonsetrasi
dan tugas pembantuan pada semua tingkatan.
Sementara pada UU No. 22 tahun 1999, desentralisasi
terbatas pada daerah provinsi dan pada luas daerah
kabupaten/kota, dekonsentrasi terbatas pada
kebupaten/kota dan luas pada provinsi, tugas
pembantuan yang seimbang pada semua tingkatan
pemerintahan sampai ke desa. Sedangkan, menurut
UU No. 32 tahun 2004, desentralisasi diatur
berkesimbangan antara daerah provinsi,
kabupaten/kota, desentralisasi terbatas pada
kabupaten/kota dan luas pada provinsi, tugas
pembantuan berimbang pada semua tingkatan
pemerintahan.
 Bagaimanapun, otonomi Daerah merupakan
kewenangan untuk membuat kebijakan (mengatur) dan
melaksanakan kebijakan (mengurus) berdasarkan
perkara sendiri. Sehingga, masyarakat yang berada
pada satu teritori tertentu adalah pemilik dan subyek
Otonomi daerah. Hal ini, membawa konsekwensi
perlunya partisipasi aktif dari masyarakat dalam setiap
tahap penyelenggaraan otonomi.
 Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk
pengejawantahan dari proses desentralisasi.
Kepentingannya adalah upaya untuk lebih mendekati
tujuan-tujuan diselenggarakannya pemerintahan untuk
mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih baik, yang
adil dan makmur. Dua tema adil dan makmur dalam
konteks ini berarti terciptanya suatu tatanan yang
demokratis dan masyarakat yang sejahtera di daerah.
Kebijakan desentralisasi akan mendorong terciptanya
tatanan yang demokratis dan mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
 Desentralisasi akan menumbuhkan modal sosial dan
tradisi kewargaan di tingkat lokal. Partisipasi demokratis
warga akan membiakkan komitmen warga yang luas
maupun hubungan-hubungan horizontal, kepercayaan
(trust), toleransi, kerjasama, dan solidaritas yang
membentuk komunitas sipil (civil community). Ikatan sipil
yakni; solidaritas sosial dan partisipasi masal yang
merentang luas, yang pada gilirannya akan berkorelasi
tinggi dengan kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas
kehidupan demokrasi.
 Penerapan Otonomi Daerah akan mendorong peningkatan
kesejahteraan rakyat daerah, khususnya rakyat miskin.
Dengan Otonomi Daerah, rakyat miskin akan lebih mudah
mengakses sumberdaya dan mengembangkan potensinya
untuk dapat meningkatkan kemajuan daerah masing-
masing, sehingga kesenjangan antardaerah dan pusat
dapat diperkecil. Karena, pemberontakan dan aksi-aksi
separatis di dearah-daerah, pada dasarnya menurut
sebagian ahli bersumber dari penilaian daerah yang tidak
menerima secara adil sebagian besar kekayaan negara
yang bersumber dari daerah. Jadi akar dari tuntutan
politik itu adalah tuntutan keadilan ekonomi, pembagian
kue yang kurang adil antara pusat dan daerah.
 Mendasarkan UU No. 32/2004 dan UU No. 33/2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat-Daerah,
desentralisasi dalam konteks otonomi daerah
diwujudkan dalam bentuk transfer kewenangan,
tanggungjawab dan keuangan (fiskal).
 Transfer kewenangan secara sempit dipahami dan
dipraktikkan melalui penyerahan urusan secara luas
kepada daerah dan pemangkasan instansi vertikal
(dekonsentrasi) yang dulu terdapat di daerah.
 Desentralisasi keuangan diwujudkan dengan menata
kembali perimbangan keuangan dan juga memberikan
kewenangan pada daerah untuk menggali dan
membelanjakan sumber-sumber keuangan daerah.
Secara teoretis, perluasan wewenang pemerintah
daerah akan mendorong terciptanya apa yang oleh B.C
Smith (1985) sebut dengan tanggungjawab daerah
(local accountability), yakni kiranya dapat
meningkatkan kemampuan dan akuntabilitas
pemerintah daerah terhadap masyarakat di daerah.
 Otonomi daerah terkait erat dengan otonomi luas,
nyata dan bertanggungjawab. Otonomi luas maksudnya
bahwa kewenangan sisa (residu) justru berada di
tangan Pusat (seperti pada negara federal); dan nyata
berarti kewenangan menyangkut kepentingan daerah
yang diperlukan, tumbuh, hidup, serta berkembang di
daerah; dan bertanggungjawab karena kewenangan
yang diserahkan harus diselenggarakan demi
pencapaian tujuan otonomi daerah, yaitu peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik dengan efetivitas pemerintahan daerah,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan
pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah dan antar daerah.
 Otonomi seluas-luasnya atau keleluasaan (discretion)
juga mencakup kewenangan yang utuh dan bulat
dalam penyelenggaraannya melalui perencanaan,
implementasi, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
Kewenangan yang dialihkan ke daerah disertai pula
penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan
prasarana, dan sumber daya manusia.
 Transfer kewenangan dari pusat ke daerah seperti ini
sebenarnya berdasarkan prinsip negara kesatuan
dengan semangat “federalisme”. Sejumlah kewenangan
yang dikelola pusat hampir sama dengan yang dikelola
oleh pemerintah di negara federal: hubungan luar
negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter,
dan agama, serta berbagai jenis urusan yang memang
lebih efisien ditangani secara sentralistik oleh pusat,
seperti kebijakan makro ekonomi, perimbangan
keuangan, standarisasi nasional, administrasi
pemerintahan, pengembangan teknologi tinggi serta
badan usaha milik negara.
 Daerah propinsi memiliki kewenangan yang bersifat
lintas kabupaten/kota, sementara itu kabupaten dan
kota memiliki kewenangan wajib diantaranya: (1)
pekerjaan umum, (2) kesehatan, (3) pendidikan dan
kebudayaan, (4) pertanian, (5) perhubungan, (6)
industri dan perdagangan, (7) penanaman modal, (8)
lingkungan hidup, (9) pertahanan, (10) koperasi, dan
(11) tenaga kerja.
 Penentuan jenis kewenangan yang diserahkan kepada
propinsi lebih didasarkan pada kriteria efisiensi dan
efektivitas pemerintahan daerah daripada kriteria
politik. Artinya, jenis kewenangan yang dipandang lebih
efisien dan efektif diselenggarakan oleh propinsi
daripada pusat ataupun kabupaten/kota. Tentu saja
dengan kekecualian bagi kewenangan yang diserahkan
kepada propinsi khusus dan istimewa.
 Dari segi tujuan yang dicapai dengan otonomi daerah
(jenis dan jumlah kewenangan), tampaknya
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan infrastruktur
lebih menonjol sebagai sasaran yang akan dicapai dari
pada peningkatan pelayanan publik kebutuhan dasar
dan kesejahteraan rakyat.
 Menurut UU No. 32/2004, sebagian besar otonomi
daerah diberikan kepada Kabupaten dan Kota atas
dasar pertimbangan budaya, politik (demokrasi), dan
ekonomi lokal.
 Implementasi desentralisasi akan melahirkan tata
pemerintahan daerah yang efektif dan efisien. Dengan
desentralisasi dan otonomi daerah, pemerintah daerah
akan lebih jelas mengetahui kebutuhan masyakat lokal.
Pemerintah daerah merupakan pihak yang paling dekat
dengan rakyat. Secara tidak langsung, pemerintah
daerah berwibawa untuk bertindak sebagai
penghubung antara pemerintahan pusat dengan rakyat.
Dengan implementasi desentralisasi, tata pemerintahan
yang efektif akan tercapai sehingga tindakan untuk
memperbiki dengan segera dapat diambil sekiranya
terjadi masalah dalam pelaksanaan proses
pemerintahan atau pembangunan.
 Selain dari itu, implementasi kebijakan desentralisasi
juga dapat memperbaiki ketajaman perencanaan dan
pengurusan di dalam birokrasi pusat dalam rangka
menyelesaikan masalah sosial, ekonomi dan politik
negara. Implementasi desentralisasi dapat mengurangi
beban tugas yang terpaksa ditanggung oleh
pemerintah pusat melalui penyerahan kekuasaan dan
tanggungjawab kepada unit-unit pengelola
pemerintahan daerah.
SEKIAN
TERIMA KASIH

23

Anda mungkin juga menyukai