Anda di halaman 1dari 24

BENTUK-BENTUK DESENTRALISASI

DAN PARADIGMA GOVERNANCE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Ayu Hidayati Rizkiani 16.11.457


2. Deli Panora 16.11.453
3. Muhammad Tomi 16.11.468
4. Suryana 16.11.309
Kelas : 6.D Reguler Sore
Dosen Pembimbing : Sukhaidi, S.Ag.,S.Sos.,MSA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


SATYA NEGARA PALEMBANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Kesatuan adalah suatu bentuk negara dimana kekuasaan atau
kedaulatan negara sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah pusat, namun dalam
pelaksanaan kekuasaan dan kedaulatannya tersebut dapat melimpahkan sebagian
kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak otonomi (negara kesatuan dengan
sistem desentralisasi). Dengan demikian keterikatan antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah tidak mungkin dilepaskan (Budiardjo1995).
Indonesia menganut model negara kesatuan yang menerapkan
desentralisasi. Penegasan ini terlihat dalam UUD 1945 pasal 18 yang
menyebutkan bahwa: “pembagian daerah indonesia atas besar dan kecil dengan
bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang (UU)
dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat
istimewa”.
Berpijak pada hal itu, maka sepanjang kurun waktu pelaksanaan
pemerintahan di Indonesia, setiap rezim pemerintahan berupaya melaksanakan
amanat itu dengan menerapkan sistem desentralisasi disetiap masa pemerintahan.
Meskipun dengan derajat desentralisasi yang berbeda-beda. Penerapan itu
diwujudkan dengan diberlakukannya UU mengenai pemerintahan daerah dari
masa ke masa, diantaranya: UU No. 1 Tahun 1945, UU No. 22 Tahun 1948, UU
No.1 Tahun 1957, UU No. 18 Tahun 1965, UU No. 5 Tahun 1974, UU No. 22
Tahun 1999, UU No. 32 Tahun 2004, dan UU No. 23 Tahun 2014.
Pada dekade awal abad ke-21, Bangsa Indonesia menghadapi gelombang
besar pada masa reformasi berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi,
desentralisasi, dan globalisasi. Sekalipun keadaan serupa pernah terjadi pada
beberapa kurun waktu yang Ialu/ namun tuntutan saat ini mangandung nuansa
yang berbeda sesuai dengan kemajuan zaman.
Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 1


wilayah pemerintahan negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan
pemerintahan, termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi
perekonomian antar daerah dan antarbangsa berlangsung lebih efisien. Kunci
keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan kunci dari daya
saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan kepastian
kebijakan publik
Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing dan
kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan kepastian
kebijakan publik.
Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat yang
perlu dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur
dan prinsip tata kelola (good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
negara, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari desentralisasi?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari desentralisasi?
3. Apa tujuan desentralisasi?
4. Apa saja ciri-ciri dari desentralisasi?
5. Bagaimana dampak desentralisasi?
6. Apa pengertian dari paradigma dan governance?
7. Apa saja prinsip-prinsip pokok paradigma governance?
8. Bagaimana paradigma governance dan implikasinya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini, yaitu agar pembaca:
1. Untuk mengetahui pengertian desentralisasi
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk desentralisasi
3. Untuk mengetahui tujuan desentralisasi

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 2


4. Untuk mengetahui ciri-ciri desentralisasi
5. Untuk mengetahui dampak desentralisasi
6. Untuk mengetahui pengertian paradigma dan governance
7. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pokok paradigma governance
8. Untuk mengetahui paradigma governance dan implikasinya

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 3


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Desentralisasi


Desentralisasi adalah penyerahan Kekuasaan Pemerintahan Daerah oleh
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi. pengertian
ini sesuai dengan Undang-undang nomor 23 tahun 2014. Dengan adanya
desentralisasi maka muncul otonomi bagi suatu pemerintahan daerah.
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara
sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya
dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali
dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi
sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia. Seperti
yang telah dijelaskan di atas, bahwa desentralisasi berhubungan dengan otonomi
daerah. Sebab, otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk
menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan
serta bantuan dari pemerintah pusat. Adanya desentralisasi akan berdampak
positif pada pembangunan daerah-daerah tertinggal dalam suatu negara
hingga daerah otonom tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat
memajukan pembangunan nasional.

2.2 Bentuk-bentuk Desentralisasi


Dalam desentralisasi terdapat tiga bentuk desentralisasi di antaranya
adalah desentralisasi administratif, desentralisasi politik, dan desentralisasi
ekonomi. Membedakan berbagai konsep tersebut berguna untuk melihat banyak
dimensi untuk menjamin keberhasilannya dan untuk mengoordinasikannya.
Berikut penjelasan ketiga bentuk desentralisasi tersebut :
1. Desentralisasi Administratif : desentralisasi ini bertitik tolak dan berpegang
bahwa tidak mungkin membuat semua keputusan seluruh bagian wilayah
ditentukan di pusa. Karena memang pemerintah pusat senantiasa kekurangan
informasi, kebutuhan, dan karakteristik daerah-daerhanya. Untuk itu

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 4


desentralisasi ini diperlukan untuk meredistribusikan kewenangan, tanggung
jawab, dan sumberdaya finansial untuk menyediakan pelayanan publik di
antara berbagai tingkat pemerintahan. Desentralisasi administratif dalam
penerapannya dibagi menjadi tiga bentuk yaitu dekonsentrasi, delegasi, dan
devolusi.
2. Desentralisasi Politik : dalam desentralisasi ini melihat bahwa demokrasi
mengharuskan pemberian pilihan kepada warganegara tentang bagaimana
sumberdaya digunakan dan pelayanan diberikan dalam komunitasnya.
Desentralisasi yang tercermin dalam pemerintahan lokal otonom
meningkatkan kesempatan partisipasi dan akuntabilitas, melalui pendalaman
demokrasi dan peningkatan legitimasi demokrasi. Jadi desentralisasi bentuk
ini memberi warganegara atau wakilnya lebih banyak kekuasaan untuk
membuat keputusan dengan demikian lebih banyak memberi pengaruh dalam
merumuskan dan mengimplemantasikan kebijakan untuk mendukung
demokrasi.
3. Desentralisasi Ekonomi : desentralisasi ini dapat memperbaiki alokasi
sumberdaya. Keputusan mengenai penggunaan sumberdaya yang terbaik
haruslah merefleksikan kebutuhan, prioritas, dan keinginan warga lokal yang
akan menanggungnya.

UU RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Penjelasan


Tentang Desentralisasi)
Penjelasan tentang Desentralisasi (pengertian desentralisasi dan
pembagian bentuk desentralisasi) tersebut termuat dalam UURI Nomor 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan Daerah, yaitu pada BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1
dan Pasal 2.
Pasal 1 ayat 7 menyebutkan "Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Republik Indonesia",
selanjutnya daerah otonom disini dijelaskan pada ayat 6 yang intinya itu adalah
daerah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 5


berwenang mengartur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat, dmikian pada ayat 1 dan ayat 2 di jelaskan tentang Pemerintahan Pusat
dan Pemerintahan Daerah, dan begitu pula dengan ayat-ayat yang lain. Jadi sesuai
dengan subpembahasan pertama tadi, bahwa desentralisasi transfer atau
pengahlian kewenangan untuk menjalankan fungsi public dari pemerintahan pusat
ke pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 2 ayat 7 menyebutkan "Hubungan wewenang, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan
administratif dan kewilayahan antar susunan pemerintahan", ayat 6 menjelaskan
hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumberdaya lainnya
dilaksanakan secara adil dan selaras. Demikian dengan ayat-ayat lainya. Hal ini
menjelaskan bahwa untuk melihat dimensi-dimensi dalam desentralisasi ini
melihat keselarasan sumberdaya dengan kebutuhan masyarakat sekitar yang
tercermin dalam tiga bentuk desentralisasi di atas.

2.3 Tujuan Desentralisasi


Pemberlakukan sistem desentralisasi tentunya ada tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Adapun beberapa tujuan desentralisasi adalah sebagai berikut:
1. Mencegah Pemusatan Keuangan
Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat melimpahkan
kewenangan pengelolaan keuangan kepada pemerintah daerah. Dengan begitu,
maka penganggaran dan realisasi keuangan daerah dapat terlaksana untuk
peningkatan kesejahteraan umum di daerah tersebut.
2. Bentuk Demokrasi Pemerintah Daerah
Sistem desentralisasi juga merupakan bentuk usaha pendemokrasian
pemerintah daerah untuk melibatkan masyarakat agar turut bertanggungjawab
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
3. Perbaikan Ekonomi Sosial di Daerah
Desentralisasi juga akan membantu pemerintah daerah untuk menyusun
berbagai program dalam upaya perbaikan ekonomi sosial di tingkat daerah.

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 6


2.4 Ciri-Ciri Desentralisasi
Ada beberapa karakteristik tertentu yang terdapa pada sistem
desentralisasi. Menurut Smith (1985), ciri-ciri desentralisasi adalah sebagai
berikut:
1. Adanya pendelegasian/ pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk dapat melaksanakan fungsi tertentu dari
pemerintahan.
2. Adanya wewenang pemerintah daerah untuk menetapkan dan melaksanakan
suatu kebijakan yang bertujuan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
daerahnya.
3. Adanya kewenangan dalam menetapkan dan mengatur norma hukum yang
berlaku secara umum dan juga yang sifatnya abstrak.
4. Penerima wewenang adalah daerah otonom, dimana fungsi yang diserahkan
dapat dirinci atau fungsi yang tersisa.
5. Adanya kewenangan untuk menetapkan norma hukum yang bersifat individual
dan juga konkrit.
6. Daerah otonoma berada di luar hirarki organisasi pemerintah pusat.
7. Menunjukkan pada pola hubungan antra organisasi.
8. Terciptanya political variety dan diversity of structur di dalam sistem politik.

2.5 Dampak Desentralisasi


Pada pelaksanaannya, sistem desentralisasi memiliki dampak positif dan
negatif bagi berbagai bidang kehidupan di suatu daerah. Berikut ini adalah
dampak desentralisasi di beberapa bidang penting dalam kehidupan
bermasyarakat:
1. Bidang Sosial Budaya
 Dampak positif desentralisasi pada bidang sosial budaya misalnya
terbentuknya dan semakin kuatnya ikatan sosial budaya di setiap daerah
sehingga pengembangan kebudayaan daerah semakin baik.

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 7


 Namun, terdapat dampak negatifnya juga. Misalnya, timbulnya persaingan
antar daerah otonom yang saling berlomba menonjolkan kebudayaan
masing-masing sehingga dapat melunturkan rasa persatuan dan kesatuan.
2. Bidang Politik
 Dampak positif desentralisasi pada bidang politik terlihat dari semakin
aktifnya pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya karena memiliki
wewenang membuat dan memutuskan kebijakan tertentu.
 Sedangkan dampak negatifnya adalah timbulnya euforia berlebihan
sehingga kewenangan tersebut berpotensi disalahgunakan untuk
kepentingan pribadi, golongan, dan kelompok tertentu.
3. Bidang Ekonomi
 Dampak positif desentralisasi pada bidang ekonomi yaitu adanya
kewenangan pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya alam,
sehingga pendapatan daerah dan masyarakatnya akan semakin meningkat.
 Namun, hal tersebut disertai dengan dampak negatif yang mungkin terjadi.
Misalnya potensi terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh pejabat
daerah sehingga timbul praktik KKN.
4. Bidang Keamanan
 Dampak positif desentralisasi pada bidang keamanan yaitu timbulnya rasa
memiliki dan melakukan upaya mempertahankan NKRI dengan kebijakan
tertentu yang dapat meredam keinginan untuk terpisah dari NKRI.
 Sedangkan dampak negatifnya terhadap keamanan adalah timbulnya
potensi konflik antar daerah ketika suatu daerah merasa tidak puas dengan
sistem terkait Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.6 Bentuk Kegiatan Utama Desentralisasi

Desentralisasi dapat dilakukan melalui empat bentuk kegiatan utama,


yaitu:
1. Dekonsentrasi wewenang administratif
Dekonsentrasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen pusat
kepada perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan atau

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 8


pelimpahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk
membuat keputusan.
2. Delegasi kepada penguasa otoritas
Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan
manajerial untuk melakukan tugas –tugas khusus kepada suatu organisasi
yang secara langsung berada di bawah pengawasan pusat.
3. Devolusi kepada pemerintah daerah
Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit
pemerintahan di luar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-
fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk dilaksanakan secara mandiri.
Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif untuk merujuk
pada situasi di mana pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada
pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan , keuangan dan
manajemen.
4. Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta
Yang di sebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta
atau privatisasi adalah menyerahkan beberapa otoritas dalam perencanaan dan
tanggung jawab admistrasi tertentu kepada organisasi swasta.

2.7 Pengertian Paradigma dan Governance


Untuk memahami perkembangan paradigma dalam ilmu administrasi
negara, perlu diketahui terlebih dahulu apa makna dari paradigma. Secara
etimologis, kata “paradigm” berasal dari bahasa Yunani “paradeigma” yang
berarti pola ( pattern) atau contoh (example). Oxford English Dictionary
merumuskan paradigma sebagai “ a pattern or model, an exemplar”.
Secara umum paradigma diartikan sebagai :
1. Cara kita memandang sesuatu (point of view), sudut pandang, atau keyakinan
(belief).
2. Cara kita memahami dan menafsirkan suatu realitas.
3. Paradigma seperti ‘peta’ atau ‘kompas’ di kepala. Kita melihat atau
memahami segala sesuatu sebagaimana yang seharusnya.

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 9


Sedangkan governance di artikan sebagai mekanisme, praktek dan tata
cara pemerintah dan warga yang mengatur sumber daya serta memecahkan
masalah publik. Dalam konsep governance, pemerintah hanya menjadi salah satu
aktor yang menetukan, Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu
berarti adanya redifinisi pada peran masyarakat. Dapat dikatakan bahwa good
governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
soliddan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar
yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi
baik secara politik maupun administratif.

2.8 Prinsip-prinsip Pokok Paradigma Governance


1. Participation
Partisipasi oleh pria dan wanita adalah kunci good governance. Partisipasi
dapat langsung maupun melalui institusi perwakilan yang legitimate.
Partisipasi harus informatif dan terorganisir. Ini mensyaratkan adanya
kebebasan berasosiasi dan berekspresi di satu sisi dan sebuah civil society
yang kuat dan terorganisir di sisi lain.
2. Rule of law
Good governance memerlukan sebuah kerangka legal atau hukum dan
peraturan yang ditegakkan secara komprehensif. Ia juga memerlukan
perlindungan penuh terhadap HAM, terutama bagi kaum minoritas. Proses
enforcement hukum yang imparsial membutuhkan lembaga peradilan yang
independen dan kepolisian yang juga imparsial dan tidak korup.
3. Transparency
Transparansi mengandung arti bahwa pengambilan dan
pengimplementasian keputusan dilakukan dalam tata cara yang mengukuti
hukum dan peraturan. Ia juga berarti bahwa informasi tersedia secara
bebas dan dapat diakses langsung oleh mereka yang akan dipengaruhi oleh
keputusan tersebut. Informasi yang tersedia haruslah dalam bentuk dan
media yang mudah dimengerti.

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 10


4. Responsiveness
Good governance memerlukan institusi dan proses didalamnya yang
mencoba untuk melayani semua stakeholders dalam kerangka waktu
tertentu yang sesuai.
5. Consensus oriented
Ada lebih dari satu aktor dan banyak sudut pandang dalam suatu
komunitas. Good governance memerlukan mediasi dari kepentingan-
kepentingan yang berbeda di masyarakat dalam rangka mencapai sebuah
konsensus umum dalam masyarakat yang merupakan kepentingan atau
keputusan yang terbaik yang dapat dicapai untuk seluruh masyarakat. Ini
memerlukan perspektif luas dan jangka panjang mengenai apa yang
diperlukan untuk pengembangan manusia secara berkesinambungan. Ini
hanya dapat dicapai melalui pemahaman yang baik atas konteks historis,
kultural dan sosial di komunitas atau masyarakat tersebut.
6. Equity and inclusiveness
Keberadaan sebuah masyarakat bergantung pada proses memastikan
bahwa seluruh anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kepentingan
didalamnya dan tidak merasa dikucilkan dari mainstream masyarakat
tersebut. Ini memerlukan semua kelompok, terutama yang paling lemah,
memiliki kesempatan untuk meningkatkan atau mempertahankan
keberadaan mereka.
7. Effectiveness and efficiency
Good governance berarti bahwa output dari seluruh proses dan institusi
tepat sasaran atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat disamping efisien
dalam pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya. Konsep efisiensi
dalam konteks good governance juga mencakup penggunaan sumber daya
alam dengan memperhatikan kesinambungan dan perlindungan
lingkungan.
8. Accountability
Akuntabilitas adalah salah satu kebutuhan utama dalam good governance.
Tidak hanya untuk institusi pemerintahan, melainkan juga sektor swasta

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 11


dan organisasi-organisasi civil society harus bisa diakun oleh publik dan
stakeholders-nya. Secara umum, sebuah organisasi atau institusi
bertanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh tindakan-
tindakan atau keputusan-keputusan mereka. Akuntabilitas tidak mungkin
ditegakkan tanpa adanya transparansi dan supremasi hukum.
9. Participation
Partisipasi oleh pria dan wanita adalah kunci good governance. Partisipasi
dapat langsung maupun melalui institusi perwakilan yang legitimate.
Partisipasi harus informatif dan terorganisir. Ini mensyaratkan adanya
kebebasan berasosiasi dan berekspresi di satu sisi dan sebuah civil society
yang kuat dan terorganisir di sisi lain.
10. Rule of law
Good governance memerlukan sebuah kerangka legal atau hukum dan
peraturan yang ditegakkan secara komprehensif. Ia juga memerlukan
perlindungan penuh terhadap HAM, terutama bagi kaum minoritas. Proses
enforcement hukum yang imparsial membutuhkan lembaga peradilan yang
independen dan kepolisian yang juga imparsial dan tidak korup.
11. Transparency
Transparansi mengandung arti bahwa pengambilan dan
pengimplementasian keputusan dilakukan dalam tata cara yang mengukuti
hukum dan peraturan. Ia juga berarti bahwa informasi tersedia secara
bebas dan dapat diakses langsung oleh mereka yang akan dipengaruhi oleh
keputusan tersebut. Informasi yang tersedia haruslah dalam bentuk dan
media yang mudah dimengerti.
12. Responsiveness
Good governance memerlukan institusi dan proses didalamnya yang
mencoba untuk melayani semua stakeholders dalam kerangka waktu
tertentu yang sesuai.
13. Consensus oriented
Ada lebih dari satu aktor dan banyak sudut pandang dalam suatu
komunitas. Good governance memerlukan mediasi dari kepentingan-

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 12


kepentingan yang berbeda di masyarakat dalam rangka mencapai sebuah
konsensus umum dalam masyarakat yang merupakan kepentingan atau
keputusan yang terbaik yang dapat dicapai untuk seluruh masyarakat. Ini
memerlukan perspektif luas dan jangka panjang mengenai apa yang
diperlukan untuk pengembangan manusia secara berkesinambungan. Ini
hanya dapat dicapai melalui pemahaman yang baik atas konteks historis,
kultural dan sosial di komunitas atau masyarakat tersebut.
14. Equity and inclusiveness
Keberadaan sebuah masyarakat bergantung pada proses memastikan
bahwa seluruh anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kepentingan
didalamnya dan tidak merasa dikucilkan dari mainstream masyarakat
tersebut. Ini memerlukan semua kelompok, terutama yang paling lemah,
memiliki kesempatan untuk meningkatkan atau mempertahankan
keberadaan mereka.
15. Effectiveness and efficiency
Good governance berarti bahwa output dari seluruh proses dan institusi
tepat sasaran atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat disamping efisien
dalam pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya. Konsep efisiensi
dalam konteks good governance juga mencakup penggunaan sumber daya
alam dengan memperhatikan kesinambungan dan perlindungan
lingkungan.
16. Accountability
Akuntabilitas adalah salah satu kebutuhan utama dalam good governance.
Tidak hanya untuk institusi pemerintahan, melainkan juga sektor swasta
dan organisasi-organisasi civil society harus bisa diakun oleh publik dan
stakeholders-nya. Secara umum, sebuah organisasi atau institusi
bertanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh tindakan-
tindakan atau keputusan-keputusan mereka. Akuntabilitas tidak mungkin
ditegakkan tanpa adanya transparansi dan supremasi hukum.

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 13


2.9 Paradigma Governance dan Implikasinya
Administrasi publik sebenarnya sudah ada sejak dahulu, yakni sejak
masyarakat mulai dapat mengorganisasikan diri dan kelompoknya dalam bentuk
sistem penataan pemerintahan. Dasar-dasar pemikiran administrasi publik modern
diletakkan oleh Woodrow Wilson yang dituangkan dalam tulisannya “The Study
of Administration” pada tahun 1883.
Dalam perjalanannya ilmu Administrasi Publik (Negara) mengalami
dinamika, baik yang muncul karena perkembangan praktek yang semakin
kompleks ataupun karena diskursus yang terjadi di kalangan akademisi.
Administrasi publik pun mengalami perubahan makna (redefinisi) dengan
beberapa sebab :
1. Adanya fenomena globalisasi, sehingga mendorong perlunya efisiensi
nasional
2. Pemerintah seringkali menjadi sumber inefisiensi, sehingga perlu pengurangan
peran pemerintah
3. Terjadi penguatan peran pasar dan civil society, deregulasi dan debirokratisasi
4. Banyak kegiatan yang penting bagi kepentingan publik tidak lagi dilakukan
oleh birokrasi publik

Selain itu, ada “perubahan paradigma” :


1. Dari orientasi serba negara ke pasar
2. Dari otorisasi ke demokrasi
3. Dari sentralisasi ke desentralisasi
4. Dari publik yang menekankan kekuasaan negara/pemerintah (state centred) ke
publik yang menekankan peranan pasar dan warga negara (governance).
Perkembangan administrasi publik tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan berbagai paradigma dalam ilmu administrasi publik. Menurut
Nicholas Henry (1995) dalam Mariana (2010) terdapat 5 paradigma ilmu
administrasi publik :
1. Paradigma dikotomi politik dan administrasi publik (1900-1926). Fokusnya
terbatas pada masalah-masalah organisasi dan penyusunan anggaran dalam

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 14


birokrasi pemerintahan, politik dan kebijakan merupakan substansi ilmu
politik. Dalam paradigma ini para administrator dianggap tidak perlu campur
tangan dalam kegiatan dan proses politik, ia hanya pelaksana keputusan yang
dibuat politisi.
2. Paradigma prinsip-prinsip administrasi (1927-1937). Paradigma ini muncul
sebagai akibat dari interaksi yang intensif antara para administrator dengan
pihak politisi dan swasta. Ciri paradigma ini adalah diserapnya prinsip-prinsip
manajemen secara luas untuk diterapkan dalam ruang lingkup administrasi.
3. Paradigma administrasi negara sebagai ilmu politik (1950-1970). Dalam
paradigma ini lokus ilmu administrasi publik berusaha untuk diredefinisikan,
yaitu pada birokrasi pemerintahan.
4. Paradigma administrasi negara sebagai ilmu administrasi (1956-1970). Dalam
paradigma ini ilmu administrasi menyajikan fokus dan bukannya lokus.
Nampaknya mulai tumbuh kesadaran untuk mengadopsi disiplin ilmu lainnya
untuk menyempurnakan studi ilmu administrasi publik.
5. Paradigma administrasi publik sebagai administrasi publik (1970). Lokus
administrasi publik bukan semata-mata pada ilmu administrasi murni,
melainkan pada teori organisasi, yakni pada bagaimana dan mengapa
organisasi-organisasi itu bekerja, bagaimana dan mengapa orang-orang
berperilaku dalam organisasi, serta bagaimana dan mengapa keputusan-
keputusan itu diambil.
Kelima paradigma di atas dikenal pula dengan istilah paradigma Old
Public Administration (OPA) yang berlangsung di era sebelum 1970-an.
Selanjutnya ada dua paradigma lain sesuai dengan masanya (periode) yakni tahun
1970 sampai 2003 dikenal dengan paradigma New Public Management (NPM)
dan tahun 2003 sampai sekarang dikenal dengan paradigma New Public Service
(NPS) (Saptawan, 2010).
Pada tahun 1992 muncul paradigma yang bersifat reformatif yaitu
Reinventing Government yang dicetuskan oleh David Osborne dan T. Gaebler
(1992). Di dalam paradigma ini pemerintah harus bersifat (Pasolong, 2011) :

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 15


1. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan haruslah menjadi pengarah dari para
pelaksana.
2. Pemerintah sebagai pemilik masyarakat haruslah lebih memberdayakan
masyarakat.
3. Pemerintah sebagai institusi yang hidup dalam kompetisi haruslah
menyuntikkan semangat persaingan kepada masyarakat untuk
mengembangkan dirinya dengan menghadirkan lembaga swasta dalam
menangani masalah-masalah yang biasanya dimonopoli pemerintah.
4. Pemerintah sebagai lembaga yang mempunyai misi haruslah lebih memberi
kebebasan kepada masyarakat untuk berkeasi.
5. Pemerintah sebagai sebuah pabrik yang berorientasi kepada hasil dalam
strategi pembiayaannya.
6. Pemerintah sebagai pelayan masyarakat haruslah lebih mementingkan
kepuasan pelanggan.
7. Pemerintah sebagai badan usaha harus pandai-pandai mencari uang bukan
hanya pintar membelanjakannya.
8. Pemerintah sebagai yang memiliki daya antisipatif harus mencegah daripada
menanggulangi.
9. Pemerintah sebagai pemegang kewenangan harus menggeser pola kerja hirarki
ke model kerja partisipasi dan kerja sama.
10. Pemerintah sebagai pihak yang berorientasi kepada pasar harus mendongkrak
perubahan lewat penguasaannya terhadap mekanisme pasar.
Paradigma Reinventing Government juga dikenal sebagai New Public
Management (NPM) dan menjadi begitu populer ketika prinsip “Good
Governance” diimplementasikan. Menurut Vigoda (dalam Pasolong, 2011) ada 7
prinsip NPM, yakni:
1. Pemanfaatan manajemen profesional dalam sektor publik
2. Penggunaan indikator kinerja
3. Penekanan yang lebih besar pada kontrol output
4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil
5. Pergeseran pehatian ke kompetisi yang lebih tinggi

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 16


6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen
7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam
penggunaan sumber daya.
Sedangkan good governance memiliki beberapa karakteristik (Purwanto
dan Kumorotomo, 2005; dalam Juwari, 2010), antara lain ;
1. Participation. Setiap warga negara memiliki hak untuk berpatisipasi dalam
pembuatan keputusan.
2. Rule of law. Hukum harus bersifat adil dan diimplementasikan tanpa pandang
bulu.
3. Transparancy. Informasi yang ada di lembaga-lembaga publik harus dapat
dipahami dan dimonitor oleh publik.
4. Responsivness. Lembaga-lembaga publik harus mencoba merespon kebutuhan
stakeholders.
5. Consensus orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang
berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik.
6. Equity. Semua warga negara memiliki kesempatan yang sama dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
7. Effectiveness and effiency. Proses penyelenggaraan pemerintahan harus
mencapai hasil dengan menggunakan resources yang efisien.
8. Accountability. Para pembuat keputusan baik di sektor pemerintahan, sektor
swasta, dan masyarakat bertanggung jawab pada publik dan stakeholders.
9. Stategic vision. Para pemimpin harus memiliki perspektif yang jelas tentang
good governance.
Pada tahun 2003 muncul lagi paradigma yaitu The New Public Service
(NPS) oleh JV. Denhardt & RB. Denhardt (2003). Keduanya menyarankan untuk
meninggalkan prinsip administrasi klasik dan NPM, dan beralih ke NPS. NPS
lebih diarahkan pada democracy, pride, and citizen (demokrasi, kebanggaan, dan
warga negara) daripada market, competition, and customers (pasar, kompetisi, dan
pelanggan) seperti sektor privat. Oleh sebab itu nilai-nilai demokrasi,
kewarganegaraan, dan pelayanan untuk kepentingan publik sebagai norma

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 17


mendasar lapangan administrasi publik. Public servants do not deliver customers
service, they deliver democracy (dalam Pasolong, 2011).
Menurut Budiati (2010) dewasa ini perkembangan organisasi publik
cenderung mengarah kepada pendekatan New Public Management yang
mengutamakan outcome, inovasi, dan kreativitas serta pendekatan New Public
Sevice yang mengutamakan pelayanan publik. Maka dari itu, para birokrat
Indonesia dituntut lebih siap dan memiliki skill sesuai dengan kedua pendekatan
tersebut. Tak hanya itu, tuntutan tersebut juga ditambah dengan hadirnya era
perdagangan bebas yang mau tidak mau harus dihadapi.

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 18


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut UU NO. 23 TAHUN 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
Tujuan dari desntralisasi, sebagai berikut: mencegah pemusatan keuangan;
sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan; Penyusunan
program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat local sehingga
dapat lebih realistis. Penyelenggaraan urusan pemerintahan, didasarkan pada
kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efesiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.
Desentralisasi terdapat tiga bentuk desentralisasi di antaranya adalah
desentralisasi administratif, desentralisasi politik, dan desentralisasi ekonomi.
Membedakan berbagai konsep tersebut berguna untuk melihat banyak dimensi
untuk menjamin keberhasilannya dan untuk mengoordinasikannya.
Tata kepemerintahan yang baik secara umum ditandai dengan
diterapkannya prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas sebagai landasan
awalnya. Prinsip tersebut kini lebih dikenal dengan prinsip Tata Kelola Yang Baik
(Good Governance) yang mengatur hubungan antara pemerintan, masyarakat dan
dunia usaha. Dengan terciptanya Paradigma Governance yang baik di Indonesia
maka diyakini akan dapat mewujudkan pemerintahan yang baik, dan bila telah
terciptanya pemerintahan yang baik maka dengan sendirinya pula tindakan
korupsi yang selama banyak dilakukan oleh pejabat publik atau orang-orang yang
bekerja di bidang pemerintahan akan mampu dicegah bahkan mungkin tindak
pidana korupsi oleh pejabat pemerintahan tidak akan terjadi lagi karena inti dari
prinsip good governance tersebut benar-benar mengedepankan kepentingan
masyarakat diatas kepentingan pribadi dan golongan, Prinsip good governace
membuat keseimbangan kinerja antara pemerintah sebagai pelayan publik dan

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 19


masyarakat sebagai yang dilayani. Good governace mengedepankan kepentingan
umum diatas kepentingan lainnya, kepentingan bangsa dan negara menjadi yang
utama dan didalam mengelola tata pemerintahan ini good governance
menyertakan peran masyarakat dalam turut membangun bangsa, suara dan
pendapat masyarakat dijadikan suatu pertimbangan. Keterbukaan dan
pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola pemerintahan ini juga menjadi
sesuatu hal yang wajib dan boleh diketahui oleh masyarakat, supremasi dan
penegakan hukum turut diutamakan dalam mengatur jalannya roda pemerintahan.

3.2 Saran
Dengan makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat memahami
tentang arti dari desentralisasi, bentuk-bentuk desentralisasi, jenis-jenis
desentralisasi, dan bagaimana studinya di Indonesia serta memahami dampak dari
sistem desentralisasi ini serta paradigma governance dan implikasinya. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Penulis juga mengharapkan kritik yang
membangun agar penulis bisa lebih baik lagi.

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 20


DAFTAR PUSTAKA

http://04locker.blogspot.com/2009/03/desentralisasi-tiga-bentuk.html

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-desentralisasi.html

http://wuriantos.blogspot.com/2013/02/paradigma-governance-dan-
implikasinya.html#.XHSOIOQzbIU

http://yathimaryathie.blogspot.com/2017/01/makalah-desentralisasi.html

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 21


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang bentuk-bentuk desentralisasi dan paradigma
governance.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang bentuk-bentuk
desentralisasi dan paradigma governance ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, Februari 2019

Penyusun

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 22i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4


2.1 Pengertian Desentralisasi ............................................................................. 4
2.2 Bentuk-bentuk Desentralisasi ...................................................................... 4
2.3 Tujuan Desentralisasi ............................................................................................ 6
2.4 Ciri-Ciri Desentralisasi .......................................................................................... 7
2.5 Dampak Desentralisasi .......................................................................................... 7
2.6 Bentuk Kegiatan Utama Desentralisasi ....................................................... 8
2.7 Pengertian Paradigma dan Governance ....................................................... 9
2.8 Prinsip-prinsip Pokok Paradigma Governance ............................................ 10
2.9 Paradigma Governance dan Implikasinya .................................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 19


1.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19
1.2 Saran ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

Satya Negara Kelas 6.D Reguler Sore| 23


ii

Anda mungkin juga menyukai