Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

Makalah Ini Dibuat Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemerintahan Nasional

DISUSUN OLEH :

Kelompok 10

1. Nurul Husna Tumanggor (105220038)


2. Neli Gustina (105220049)

Kelas : IP 3C
Dosen Pengampu: Agus Fiadi S.IP, M.Si

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS SYARIAH
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2023
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahannya


menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi dan
tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas
pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi. Disamping itu,
sebagai konsekuensi negara kesatuan memang tidak dimungkinkan semua wewenang
pemerintah didesentralisasikan dan diotonomkan sekalipun kepada daerah.

A. Desentralisasi
1. Defenisi Desentralisasi
Desentralisasi adalah transformasi penyelenggaraan pemerintahan dari format
yang sentralistik (serba pusat) menjadi desentralisasi (serba daerah). Sedangkan
menurut UU RI No.32 Tahun 2004 Pasal 1 tentang pemerintahan daerah bahwa
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa ahli juga
menyebutkan beberapa definisi terkait desentralisasi diantaranya :
• Menurut Smith desentralisasi merupakan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab atau kekuasaan untuk menyelenggarakan sebagian atau
seluruh fungsi manajemen dan administrasi pemerintahan dari
pemerintah pusat dan lembaga-lembaganya; pejabat pemerintah atau
perusahaan yang bersifat semi otonom; kewenangan fungsional lingkup
regional atau daerah; lembaga non pemerintah atau lembaga swadaya
masyarakat.
• Menurut Rondenelli desentralisasi berarti pemindahan atau penyerahan
perencanaan, membuat keputusan atau otoritas manajemen dari
pemerintah pusat dan perwakilannya kepada organisasi lapangan, unit-
unit pemerintah yang lebih rendah, badan hukum publik, penguasa
wilayah luas maupun regional, para ahli fungsional, ataupun kepada
organisasi non pemerintah.

2
• Menurut Hendratno desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan
pemerintahan dari pusat kepada daerah-daerah yang mengurus rumah
tangganya sendiri (daerah otonom). Penyerahan kewenangan kepada
daerah otonom berupa otonomi daerah ini adalah sebagai
penyelenggaraan pemerintahan daerah, dimana pemerintahan daerah
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang desentralisasi diatas, maka


desentralisasi dapat diartikan sebagai proses penyerahan wewenang dan
tanggung jawab yang semula adalah urusan pemerintah pusat atau nasional
kepada pemerintah daerah atau lokal agar urusan-urusan tersebut menjadi
wewenang serta tanggung jawab pemerintah daerah.

2. Jenis Desentralisasi
Desentralisasi berdasarkan level atau tingkat kewenangan yang diberikan
kepada pemerintah daerah secara luas dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
a) Deconcentration : penyerahan sejumlah kewenangan atau tanggung jawab
administrasi kepada tingkatan yang lebih rendah dalam kementrian badan
pemerintah.
b) Delegation : perpindahan tanggung jawab fungsi-fungsi tertentu kepada
organisasi diluar struktur birokrasi regular dan hanya di kontrol oleh
pemerintah pusat secara tidak langsung.
c) Devolution : pembentukan dan penguatan unit-unit pemerintah secara
subnasional dengan aktivitas yang substansial berada dikantor pemerintah
pusat.
d) Privatization : memberikan semua tanggung jawab atau fungsi-fungsi
kepada organisasi non-pemerintah atau perusahaan swasta yang independen
dari pemerintah.

Rondinelli membagi jenis desentralisasi berdasarkan bidang kewenangan yang


diberikan kepada pemerintah daerah, yaitu:

3
a) Desentralisasi Politik, desentralisasi yang berkaitan dengan peningkatan
kekuasaan kepada penduduk dan perwakilan politik mereka dalam
pembuatan keputusan publik.
b) Desentralisasi Administrasi, berupa pelimpahan kewenangan layanan
publik kepada pihak lain dalam struktur kelembagaan Negara.
c) Desentralisasi Fiskal, desentralisasi yang berkaitan dengan perbaikan
kinerja keuangan melalui peningkatan keputusan dalam menciptakan
penerimaan dan pengeluaran yang rasional.
d) Desentralisasi Ekonomi atau Pasar, desentralisasi untuk menciptakan
lingkungan yang lebih baik bagi dunia usaha dan menyediakan barang dan
jasa berdasarkan respon terhadap kebutuhan lokal dan mekanisme pasar.

Secara lebih lanjut, Simanjuntak melakukan penyederhanaan jenis


desentralisasi berdasarkan bidang kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah daerah menjadi 3 bagian, yaitu desentralisasi politik, desentralisasi
administrasi dan desentralisasi fiskal, yang diantara ketiganya saling berkaitan
erat satu sama lain dan sebaiknya dilaksanakan bersama-sama agar tujuan
otonomi daerah misalnya kemandirian daerah dapat tercapai.

3. Desentralisasi di Indonesia
Kebijakan desentralisasi di Indonesia diberlakukan berdasarkan
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah pada awal
Januari 2001. Sebagaimana diungkapkan Piliang dalam Noor (2012:61-62)
yang menjelaskan adanya UU No. 22 Tahun 1999, UU No. 25 Tahun 1999, dan
PP No. 105 Tahun 2000 serta pedoman yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri
di atas menunjukkan bahwa awal tahun 2001 merupakan landasan pacu bagi
terjadinya desentralisasi pemerintahan secara massif dan drastis, bahkan bisa
juga disebut sebagai sebuah lompatan yang luar biasa dalam tata kelola
pemerintahan di negara ini. Tentu saja perwujudan dari desentralisasi ini adalah
otonomi daerah, di mana dalam otonomi daerah ini pemerintah daerah memiliki
hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4
4. Daerah Otonom
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Otonomi daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a) Hak Otonomi Daerah
Dalam undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
diatur hak dan kewajiban daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah.
Berikut hak daerah dalam menjalankan otonomi daerah.

• Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.


• Memilih pimpinan daerah.
• Mengelola aparatur daerah.
• Mengelola kekayaan daerah.
• Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
• Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya yang berada di daerah.
• Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.
• Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

b) Kewajiban Otonomi Daerah

• Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan


kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

5
• Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
• Mengembangkan kehidupan demokrasi.
• Mewujudkan keadilan dan pemerataan
• Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
• Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
• Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
• Mengembangkan sistem jaminan sosial.
• Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
• Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
• Melestarikan lingkungan hidup.
• Mengelola administrasi kependudukan.
• Melestarikan nilai sosial budaya.
• Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai
dengan kewenangannya.
• Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

B. Dekonsentrasi
1. Definisi Dekonsentrasi

Dekonsentrasi yaitu penyerahan atau pelimpahan wewenang dari pemerintah


pusat kepada pemerintah daerah yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan
efisiensi dan efektivitas dalam menyelenggarakan pemerintahaan. Penyerahan
wewenang ini hanya terbatas pada wewenang administratif saja. Dalam
wewenang politik, hal ini masih dipegang secara utuh oleh pemerintah pusat.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah pusat melimpahkan urusan pemerintahan
kepada gubernur, bupati, wali kota, dan instansi vertikal lainnya di wilayah
tertentu. Mereka yang mendapat tugas dekonsentrasi berperan
menanggungjawabi urusan pemerintahan umum.

Sedangkan menurut UU RI No.32 Tahun 2004 Pasal 1 tentang pemerintahan


daerah bahwa Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

6
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu.

2. Dekonsentrasi di Indonesia

Indonesia adalah negara yang memiliki 34 provinsi. Meskipun berbeda-beda


dan terpisahkan oleh gugusan pulau, namun seluruh daerah saling terhubung
dan bersatu dalam NKRI. Adapun dasar hukum dekonsentrasi yaitu sebagai
berikut: Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2000, dasar hukum ini mengatur
tentang pertanggungjawaban dan pengelolaan keuangan pada implementasi
dekonsentrasi maupun tugas pembantuan. Kemudian Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 39 Tahun 2001, dasar hukum ini mengatur tentang
penyelenggaraan dekonsentrasi secara umum.

3. Tujuan Dekonsentrasi

Inilah beberapa tujuan dilakukannya dekonsentrasi di Indonesia yaitu di bawah


ini:

• Mendukung efisiensi dan efektivitas penyelenggaran pemerintahan


• Memaksimalkan pengelolaan pembangunan dan pelayanan umum
• Menjaga komunikasi sosial dan budaya antar pemangku kepentingan
• Menjaga keutuhan NKRI
• Menjaga keselarasan pembangunan nasional

C. Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah cerminan dari sistem dan prosedur penugasan
Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa
untuk menyelenggarakan urusan dekonsentrasi. Pemberian tugas pembantuan
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan umum.
Sedangkan menurut UU RI No.32 Tahun 2004 Pasal 1 tentang pemerintahan
daerah bahwa Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah

7
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta
dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan tugas


dan penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan pemerintahan,
dan pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa. Tugas pembantuan yang
diberikan oleh Pemerintah kepada daerah dan/atau desa meliputi sebagian tugas-
tugas Pemerintah yang apabila dilaksanakan oleh daerah dan/atau desa akan lebih
efisien dan efektif.
Tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah provinsi sebagai daerah
otonom kepada kabupaten/kota dan/atau desa meliputi sebagian tugas-tugas
provinsi, antara lain dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan
kota, serta sebagian tugas pemerintahan dalam bidang tertentu lainnya, termasuk
juga sebagian tugas pemerintahan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten dan kota.
Tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada desa
mencakup sebagian tugas-tugas kabupaten/kota di bidang pemerintahan yang
menjadi wewenang kabupaten/kota. pemerintahan dan pembangunan yang disertai
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya
kepada yang memberi penugasan. Tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak
semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan
asas desentralisasi dan asas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andi Pitono. 2012. “Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan.Jurnal Kebijakan Publik (Volume 3,
Nomor 1, Maret 2012).

Bagir Manan. 1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Hanif Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta : PT. Grasindo.

Tim BPHN. “Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang


Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah”.(Naskah
Akademik) Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional.

Utang Rosidin, 2015. Otonomi Daerah dan Desentralisasi.Bandung : Pustaka


Setia, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai