Anda di halaman 1dari 6

Forum ini akan membahas dua permasalahan yang terkait dengan  konsep dasar pemerintahan daerah dan

pemerintahan daerah di Indonesia.

1. Desentralisasi dalam pandangan Rondinelli (1983:18) mencakup dekonsentrasi, devolusi, delegasi, dan
privatisasi. Dalam konteks Negara kesatuan, penerapaan asas desentralisasi maupun sentralisasi yang
dihaluskan menjadi dekonsentrasi bukan bersifat dikotomi melainkan kontinuum.  Diskusikan arti
pernyataan di atas dan tunjukkan bentuk-bentuk penerapannya di Indonesia.

2.  Untuk menjawab diskusi ini, anda harus mempelajari terlebih Desentralisasi menurut Rondinelli,
ditambah dengan definisi sentralisasi, dekonsentrasi, delegasi, dan privatisasi dari sumber lainnya.
Kemudian sesuaikan penerapannya dan bentuknya di Indonesia, baik dalam pemerintahan daerah maupun
struktur yang lain.)

3. Benyamin Hoessein (2001:3) menjelaskan bahwa local government memiliki tiga makna. Dalam
makna tersebut menjelaskan tentang pemerintah daerah dan pemerintahan daerah. Pemahaman
masyarakat umum lebih banyak memaknai pemerintahan daerah juga sebagai pemerintah daerah. Begitu
pula yang dimaksud daerah otonom maknanya hanya mengacu pada pemerintah daerah yang memiliki
otonomi

Silahkan diskusikan, apakah anda setuju dengan makna pemerintah daerah sama dengan pemerintahan
daerah?, begitupula makna daerah otonom sebagai pemerintah daerah yang memiliki otonomi? (Berikan
alasan saudara dengan berdasar pada konsep local government)

Bagaimanakah mekanisme hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, berdasarkan UUD 1945 dan
UU No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah? , dan bagaimana prakteknya saat ini?

(Untuk menjawab soal diskusi no 3 ini, silahkan pelajari terlebih dahulu mengenai materi modul 2 KB 2.
Hubungan Pusat dan Daerah dan UU No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah)

Petunjuk dalam melakukan diskusi : Silahkan anda kemukakan pendapat anda dengan berdasar pada teori,
bersumber dari BMP, data sebagai studi kasus, dan juga dasar hukum yang berlaku saat ini. Jangan lupa
cantumkan sumber referensi
1. Desentralisasi dibagi menjadi empat macam yaitu, Desentralisasi administratif (Dekonsentrasi),
Delegasi, Desentralisasi Politik (Devolusi), dan Transfer fungsi dari pemerintahan pusat kepada Non-
government Institution.
Dekonsentrasi: Desentralisasi dekosentrasi pada prinsipnya merupakan bentuk desentralisasi nir
ekstensif (kurang luas) lebih kepada pergeseran beban kerja dari kantor-kantor pusat departemen
pemerintah kepada pejabat staff yang berkantor di luar ibukota negara. Terbuka kemungkinan tidak
diberinya wewenangan memutuskan bagaimana fungsi-fungsi yang diemban atau dibebankan
kepadanya seharusnya dilaksanakan. Namun juga dimungkinkan pelaksanaan dekosentrasi secara
lebih ekstensif melalui pembentukan sistem “Field administration” dengan pemberian kebebasan
kepada staff atau pejabat setempat membuat keputusan rutin serta menyuarakan implementasi
kebijakan sesuai dengan kondisi lokal. Dalam hal ini sedikit banyak pemerintah pusat masih memberi
kerangka pedoman pelaksanaan. Sedangkan Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 1, ayat 8
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai
wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Delegasi: Melimpahkan kewenangan manajerial dan pembuatan keputusan, khususnya dalam
menjalankan fungsi-fungsi publik khusus atau tertentu pada organisasi-organisasi tertentu yang hanya
dikontrol secara tidak langsung oleh departemen pusat. Tidak jarang, dalam menjalankan fungsi-
fungsi yang dibebankan kepadanya ternyata organisasi mempunyai tingkatan yang lebih independen.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan contoh
desentralisasi pada tingkatan delegasi. Dalam praktek sistem pemerintahan seringkali dikenal sebagai
tugas pembantuan atau Medebewind, dimana pemerintah pusat membuat kebijakan dan menyediakan
anggarannya. Untuk pelaksanaan kegiatan diserahkan sepenuhnya kepada aparat dan staff pemerintah
daerah mempertanggungjawabkan keberhasilannya kepada pemerintah pusat dan mendelegasikan
kekuasaan pelaksanaan program tersebut kepada daerah.
Devolusi: Devolusi merupakan bentuk desentralisasi tertinggi, desentralisasi paling extensif. Prinsip-
prinsipnya meliputi: pemberian otonomi penuh dan kebebasan tertentu pada pemerintah daerah, serta
kontrol yang relatif kecil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah; pemerintah daerah
memiliki wilayah yang kewenangan hukumnya jelas dan berhak menjalankan segala kewenangan
guna melaksanakan fungsi-fungsi publik dan pemerintah; pemerintah daerah diharuskan memberikan
kekuasaan yang cukup untuk menggali sumber-sumber yang diperlukan untuk dapat menjalankan
semua fungsi-fungsinya baik dalam pelayanan publik dan pemerintahan atau politik; pemerintah
daerah sebagai institusi yang dikembangkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan
menyediakan pelayanan optimal dapat bermanfaat, serta sebagai satuan pemerintahan yang
masyarakatnya mempunyai hak untuk mempengaruhi keputusan-keputusannya. Namun sayangnya
bentuk desentralisasi devolusi ini jarang dipraktekkan di Indonesia, juga di negara-negara
berkembang.
Transfer fungsi/penyerahan pemerintahan kepada Non-government Institution: Desentralisasi bentuk
ini diberikan melalui perencanaan dan tanggungjawab administratif, fungsi-fungsi publik dari
pemerintah kepada tenaga sukarela (voluntary), swasta, lembaga-lembaga non-pemerintah. Dalam
kasus tertentu pemerintah melakukan transfer perencanaan dan tanggungjawab administratif kepada
organisasi di luar pemerintah secara paralel. Misalkan kepada industri nasional dan asosiasi
perdagangan, organisasi profesional atau organisasi gerejawi, partai-partai politik, koperasi-koperasi.
Hak yang diberikan dapat berupa ijin, peraturan, pengawasan anggota mereka di dalam melakukan
fungsi-fungsi yang sebelumnya dikontrol oleh pemerintah.

2. Desentralisasi merupakan upaya pemerintah pusat untuk memberdayakan aparat-aparat yang berada
di tingkat bawah agar dapat meningkatkan kemampuan dalam memperoleh informasi yang lebih baik
mengenai keadaan masyarakat di daerah-daerah yang tentu saja tidak dapat dilakukan oleh
pemerintah pusat secara sendiri, karena disamping upaya sentralis tersebut tidak efektif dan efisien,
sentralisasi hanya akan memperlambat jalannya pembangunan dari segi materiil maupun moril,
sebagai bukti dapat dilihat pada era rezim Presiden Soeharto di Indonesia dimana segala upaya
pembangunan di fokuskan untuk dilakukan oleh pemerintahan pusat, bukan dilakukan oleh
pemerintahan di daerah masing-masing, hal ini menyebabkan banyaknya kesenjangan antara daerah
satu dengan yang lainnya, dan efeknya begitu terasa hingga kini walaupun saat ini sudah diterapkan
desentralisasi, yaitu Kota-Kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Balikpapan masih menjadi
barometer masyarakat untuk melakukan urbanisasi karena di Kota-Kota tersebut pembangunan dan
PAD jelas lebih tinggi dari daerah lain, dengan harapan bahwa masyarakat dapat mendapatkan hidup
yang layak ketika berada di Kota tersebut.

Akan tetapi desentralisasi bukanlah semata-mata tentang penyerahan kewenangan dan tugas
memimpin secara penuh terhadap para kepala daerah, pemerintah pusat tetap menunjukkan
akuntabilitasnya dalam mengatur perundang-undangan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
desentralisasi merupakan upaya pemerintah daerah untuk meringankan beban kinerja pemerintah
pusat dalam hal memberikan layanan kepada daerahnya masing-masing atas kebijakan dan
perundang-undangan dari pemerintah pusat. Sehingga pemerintah pusat dapat memfokuskan
pembangunannya tidak hanya pada daerah-daerah, akan tetapi di tingkat Nasional secara keseluruhan.
3. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Disini pemerintah daerah terdiri dari pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten.
Pemerintah pusat mempunyai banyak tugas, oleh karena itu untuk mengurangi beban tugas dari
pemerintah pusat maka pemerintah pusat melimpahkan wewenang kepada pemerintah daerah untuk
mengurusi segala urusan di daerah agar pemerintahan berjalan efektif dan efisien yang melibatkan
seluruh tatanan pemerintahan di Indonesia. Berikut ini Pembagian urusan dan kewenangan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diatur dalam Pasal 10 UU Nomor 32 Tahun 2004
menyatakan bahwa :
1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan
Pemerintah.
2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan.
3) Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Politik luar negeri
b. Pertahanan
c. Keamanan
d. Yustisi
e. Moneter dan fiskal nasional
f. Agama.
Terhadap urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, dalam ayat (4) dan ayat (5) Pasal
10 diatur bahwa :
1) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat
melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil Pemerintah di
daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa
2) Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan pemerintahan
tersebut, Pemerintah dapat :
a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan;
b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah; atau
c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas pembantuan.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas,
Akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar strata dalam
pemerintahan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut merupakan pelaksanaan hubungan
kewenangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antar
pemerintahan. daerah yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem
pemerintahan.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang
berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah.
Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,
pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan. Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan
pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan. Urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi
:
1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan
2) Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
4) Penyediaan sarana dan prasarana umum
5) Penanganan bidang kesehatan
6) Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial
7) Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota
8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
9) Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota
10) Pengendalian lingkungan hidup
11) Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota
12) Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan
14) Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota
15) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota.
Maesaroh. 2012. “Kebijakan Desentralisasai dan Pemberdayaan Birokrasi
Lokal”. Di akses melalui

http://eprints.undip.ac.id/964/1/Artikel_Maesaroh.pdf
(29/03/2013)

Slideshare. 2011. “Pembangunan Melalui Desentralisasi”. Di akses melalui


http://www.slideshare.net/adysintang/desentralisasi-10721553
(29/03/2013)

Anda mungkin juga menyukai