Oleh :
1. Riwan
2. Maria Magdalena
3. Maulidya Meisya Ayu Putri
C. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian dari otonomi daerah dan good governance.
2. Mengetahui sejarah dari otonomi daerah dan good governance.
3. Pembagian urusan pemerintahan
4. Menjabarkan hubungan antara otonomi daerah dan good governance.
5. Menjelaskan studi kasus akibat dari korupsi sebagai penyalahgunaan otonomi daerah.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otonomi Daerah dan Good Governance
Indonesia adalah negara demokrasi. Demokrasi adalah prinsip bangsa atau negara
dalam menjalankan pemerintahannya. Semenjak awal bergulirnya era reformasi, demokrasi
semakin sering menjadi perbincangan seluruh lapisan bangsa ini. Demokrasi menjadi kosa
kata umum yang digunakan masyarakat untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini
didasarkan pada pengertian demokrasi menurut Abraham Lincoln. Demokrasi menurut
Abraham Lincoln adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Salah satu perwujudan dari sistem demokrasi di Indonesia adalah otonomi daerah.
Otonomi daerah adalah hal, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini otonomi daerah diatur menurut UU No. 32
Tahun 2004, peraturan ini merupakan revisi dari peraturan sebelumnya tentang otonomi
daerah. Dengan demikian, masyarakat suatu daerah memperoleh kebebasan dalam mengatur
dan membangun daerahnya. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintahan Indonesia di era
reformasi ini berbanding terbalik dengan orde baru. Jika orde baru menerapkan sistem
pemerintahannya secara sentralisasi kepada pemerintah pusat, maka pada era reformasi ini
dengan adanya otonomi daerah, sistem pemerintahannya menjadi desentralisasi. Istilah
otonomi daerah dan desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian kewenangan kepada
organ – organ penyelenggara negara, sedangkan otonomi menyangkut hak yang mengikuti pembagian
wewenang tersebut. Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan pemerintahan mempunyai
visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya: politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU No.32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah merupakan salah lalu instrumen yang merefleksikan keinginan
pemerintah untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hal ini dapat dilihat dari indikator upaya penegakan hukum,
transparansi dan penciptaan partisipasi. Dalam hal penegakan hukum, UU No. 32 Tahun
2004 telah mengatur secara tegas upaya hukum bagi para penyelenggara pemerintahan daerah
yang diindikasikan melakukan penyimpangan.
1. Urusan Pemerintahan
2. Kelembagaan
3. Personil
4. Keuangan
5. Perwakilan
6. Pelayanan Publik
7. Pengawasan.
Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang akan ditata dan dikembangkan serta
direvitalisasi dalam koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun di samping penataan terhadap
tujuan elemen dasar di atas, terdapat juga hal-hal yang bersifat kondisional yang akan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari grand strategi yang merupakan kebutuhan nyata
dalam rangka penataan otonomi daerah di Indonesia secara keseluruhan yaitu penataan
Otonomi Khusus NAD, dari Papua penataan daerah dari wilayah perbatasan , serta
pemberdayaan masyarakat. Setiap elemen tersebut disusun penataannya dengan langkah-
langkah menyusun target ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari
mengidentifikasi gap yang ada antara target yang ingin dicapai dibandingkan kondisi rill yang
ada saat ini.
Sistem akuntabilitas semacam ini maka terdapat keuntungan yang dapat diperoleh yakni,
akuntabilitas lebih dapat terukur tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis semata. Hal ini
merupakan antitesis sistem akuntabilitas dalam UU No. 22 Tahun 1999 di mana penilaian
terhadap laporan pertanggungjawaban kepala daerah oleh DPRD sering kali tidak
berdasarkan pada indikator-indikator yang tidak jelas. Karena akuntabilitas didasarkan pada
indikator kinerja yang terukur, maka laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
daerah tidak mempunyai dampak politis ditolak atau diterima. Dengan demikian maka
stabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat lebih terjaga.
Studi Kasus
BURON 12 TAHUN
Barru - Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Selatan (Sulsel) menangkap Hamka Bin
Tuwo yang telah 12 tahun menjadi buron. Hamka merupakan terdakwa kasus korupsi
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Barru
yang merugikan negara Rp 194 juta.
"Tim Tangkap Buron (Tabur) Intelijen Kejati Sulsel berhasil mengamankan buronan
Kejati Sulsel yaitu seorang laki-laki yang bernama Hamka,Se. Bin Tuwo Kalbu,"
ungkap Kasi Penkum Kejati Sulsel, Soetarmi kepada detik Sulsel, Kamis (9/3/2023).
Kemudian pada tanggal 3 Agustus 2011 lalu, Pengadilan Negeri Barru menjatuhkan
hukuman 2 tahun 2 bulan dan pidana denda Rp 50 juta subsider kurungan selama 3
bulan. Kemudian terdakwa sempat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi
(PT)Makassar, namun pada tanggal 27 September 2011 Pengadilan Tinggi Makassar
menguatkan putusan PN Barru.
"Jadi banding yang dilakukan terdakwa dan jaksa itu putusannya menguatkan putusan
PN Barru," jelasnya.
Terdakwa sempat bebas demi hukum karena masa penahanan yang ditetapkan pengadilan
telah berakhir sehingga tidak ada lagi alasan untuk menahan yang bersangkutan. Tetapi
setelah turun putusan banding terdakwa sudah melarikan diri.
"Jadi masa penahanan dari pengadilan berakhir, sehingga tidak ditahan lagi saat itu, tetapi
saat turun putusan banding untuk menjalani sisa tahanan yang bersangkutan tidak bisa
dihubungi maka ditetapkan sebagai DPO tahun 2011 lalu," paparnya.
"Jadi kalau dihitung sejak putusan tahun 2011 lalu, maka yang bersangkutan menjadi DPO
selama 12 tahun," paparnya.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dengan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Good governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam
mengelola masalah-masalah masyarakat secara baik, efektif, dan efisien.
3. Masih terdapat penyimpangan dalam pelakasaa otonomi daerah oleh pemerintah
daerah contohnya korupsi.
Daftar Pustaka
Arianto,H. 2006. Implementasi Konsep good governance di Indonesia. Forum
Ilmiah Indonesia 3.
Rasul,S.2009. Penerapan good governance di Indonesia Dalam Upaya
Pencegah Tindak Pidana Korupsi. Mimbar Hukum 21 (3); 409-628.
Ubaedillah,A. dan A. Rozak. 2014. Pancasila,Demokrasi,HAM,dan
Masyarakat Madani. Ed revisi Cetakan Kesebelas. ICCE UIN Syarif
Hidayatullah,Jakarta.