Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Desentralisasi dan Bagian-bagian

Sistem Desentralisasi
Pengertian Desentralisasi – Istilah desentralisasi merupakan kebalikan dari istilah sentralisasi.
Jika sentralisasi merupakan sistem pemerintahan terpusat, maka desentralisasi merupakan sistem
pemerintahan yang tidak terpusat atau dengan kata lain dibagi-bagi menjadi beberapa bagian
pemerintahan. Dalam sistem desentralisasi, pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk menjalankan berbagai macam aktivitas terkait pemerintahan di daerah
tersebut.

Definisi dan Pengertian Desentralisasi Menurut Para Ahli


Sills

Menurut Sills, desentralisasi merupakan aktivitas penyerahan wewenang dari tingkat


pemerintahan yang lebih tinggi ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah, baik di bidang
legislatif, administratif, maupun yudikatif.

Soejipto

Menurut Soejipto, pengertian desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan yang dilakukan


pemerintah kepada pihak lainnya untuk dilaksanakan. Desentralisasi dapat diibaratkan sebagai
suatu sistem pemerintahan yang pelaksanaannya berkebalikan dengan sistem sentralisasi.

Koesoemahatmadja

Menurut Koesoemahatmadja, desentralisasi dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu dekonsentrasi
dan desentralisasi ketatanegaraan / desentralisasi politik.

 Dekonsentrasi merupakan pelimpahan kekuasaan dari alat perlengkapan negara di posisi


yang tinggi kepada bawahannya sebagai upaya untuk melancarkan pelaksanaan tugas
pemerintah.
 Desentralisasi politik merupakan pelimpahan kekuasaan yang dijalankan oleh pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah sebagai upaya untuk meningkatkan keotonomian
lingkungan daerah.

United Nations

Menurut United Nations, desentralisasi merupakan sebuah proses kewenangan yang dilakukan
oleh pusat kepada daerah. Proses kewenangan ini dilakukan melalui dua macam cara yaitu
dengan cara devolusi kepada badan otonomi daerah, dan dengan jalan delegasi kepada pejabat-
pejabat yang ada di daerah.

Salusu
Menurut Salusu, pengertian desentralisasi adalah kewenangan yang relatif besar, terutama
dalam aktivitas pembuatan berbagai macam keputusan penting yang didelegasikan secara luas ke
tingkat bawah dari organisasi menggunakan mata rantai komando.

Jha Mathur

Menurut Jha Mathur, desentralisasi merupakan aktivitas pelimpahan kewenangan dari


pemerintah pusat dengan jalan dekonsentrasi pendelegasian kantor wilayah atau pun dengan
jalan devolusi kepada pejabat daerah atau pun badan-badan yang ada di daerah.

Bagian-bagian Sistem Desentralisasi

Secara umum, desentralisasi dapat dibagi menjadi tiga macam bagian, yaitu :

Desentralisasi Politik

Desentralisasi politik merupakan pelimpahan kekuasaan / kewenangan di bidang politik. Dalam


hal ini pemerintah pusat menyerahkan sepenuhnya kewenangan politik daerah kepada
pemerintahan daerah tersebut.

Desentralisasi Administratif

Desentralisasi administratif merupakan pelimpahan kekuasaan / kewenangan di bidang


administratif pemerintahan. Dalam penjalanan desentralisasi ini, pemerintah pusat hanya
melimpahkan aktivitas administratifnya saja tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan
lainnya.

Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal merupakan pelimpahan kekuasaan / kewenangan di bidang keuangan


pemerintahan. Desentralisasi fiskal dijalankan dengan cara memberi wewenang sepenuhnya
kepada pemerintah daerah untuk mengatur keuangan daerahnya tanpa campur tangan pemerintah
pusat (hanya bertindak sebagai pengawas dan pemberi bantuan saja).

Demikianlah sedikit tulisan mengenai pengertian desentralisasi beserta dengan bagian-bagian


yang ada di dalamnya. Semoga bermanfaat ya!
POLITIK DESENTRALISASI DI TINJAU DARI ASPEK PEMERINTAHAN
Study Kasus : Pembagian Ekspoitasi Kekayaan Alam di Setiap Daerah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik Desentralisasi


Istilah “politik” (politics) sering dikaitan dengan bermacam-macam kegiatan dalam sistem
politik ataupun negara yang menyangkut proses penentuan tujuan maupun dalam melaksanakan
tujuan tersebut. Politik menurut Miriam Budiardjo (1977:8) ialah bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menetukan tujuan-tujuan dari
sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Juga pengertian politik lebeih konpeherensif
tentang politik juga dikemukakan oleh seorang pakar politik Ramlan Surbaki, (1992:10-11) yaitu
interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu. Laswel mengemukakan bahwa “Politik adalah masalah siapa mendapat apa;
kapan dan bagaimana?” (Laswel, 1972: 128). Sedangkan menurut Easton, “Sistem politik adalah
keseluruhan dari interaksi-interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif
(berdasarkan wewenang) untuk dan atas nama masyarakat (1965). Politik adalah proses
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses
pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain:
 politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)
 politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara

 politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan


kekuasaan di masyarakat
 politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.

Menurut Cholisin politik ialah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama.
Desentarlisasi yang bearti pelimpahan atau penyerahan wewenang dari pemerintahan pusat
kepada satuan-satuan pemerintahan di bawahnya untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Pemdaerahan pemerintahan atau pemberian wewenang oleh pemerintahan pusat kepada
pemerintahan daerah untuk mengatur daerahnya sendiri (Partanto, 104). Satu hubungan
kekuasaan yang direorganisasi melalui kedua UU tersebut adalah desentralisasi, yang berarti
penyerahan kewenangan dari pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah. Dengan
desentralisasi, diharapkan ‘jarak’ antara rakyat dengan pembuat kebijakan menjadi lebih dekat
baik secara politik maupun geografis, sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan
akan lebih sesuai dengan hajat hidup rakyat. Desentralisasi adalah konsep yang mengakomodir
pandangan Dunia Ketiga. Karena politik desentralisasi dalam konteks isu-isu global merupakan
bagian dari paket dukungan terhadap proses-proses demokratisasi di negara-negara Dunia
Ketiga. Jadi politik desentralisasi tidak dapat dibaca sebagai munculnya kesadaran baru dari
pemerintah pusat atas ‘sesat pikir’nya di masa lalu. Namun, pelaksanaan desentralisasi lebih
dipahami sebagai tanggapan atas desakan eksternal akibat bangkrutnya perekonomian nasional
dan beban utang luar negeri yang melambung tinggi
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari
rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi
maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah
istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan
kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir
ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi
sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, bahwa desentralisasi berhubungan dengan otonomi daerah. Sebab, otonomi
daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun, mengatur, dan mengurus
daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat. Jadi dengan
adanya desentralisasi, maka akan berdampak positif pada pembangunan daerah-daerah yang
tertinggal dalam suatu negara. Agar daerah tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat
memajukan pembangunan nasional.
Kelemahan dari Sistem Disentralisasi adalah yang pertama : permasalahan keterlambatan di
terbitkanya PP (Peraturan Presiden) tentang pembagian urusan. Kedua : masih engan dan
setengah hati pemerintah dalam mendelegasikan kewenangan kepada daerah, hal ini terlihat dari
masih adanya balai pelaksanaan teknis pusat di daerah yang di bentuk oleh departemen teknis,
pelaksanaan pembiayaanya bersumber dari pusat yang konsekuensinya berkurang inovasi dan
kreatifitas di daerah dalam melaksanakan ke wenanganya. Ketiga ; sistem hukum dan
pembuktian terbalik masih absurd atau kabur sehinga muncul keraguan satuan kerja dalam
melaksanakan program atau kegiatan di daerah. Keempat ; adalah Belum optimalnya
pengelolahan sumber daya yang berakibat pada rendahnya PAD, hal ini berimplikasi pada
rendahnya Rasio PAD terhadap APBD. Kelima;belum optimalnya penerapan sangsi dan
penghargaan bagi sumber daya manusia aparatur di daerah.
Keenam; pemekaran yang semakin terus berlanjut di daerah ini adalah ego bagaimana
berbagi bagi kekuasaan atau orang tidak mendapat bagian kekuasaan di daerah mencoba
memekarkan daerah yang akan menghabiskan APBN negara. Ketujuh; Korupsi pemindahan
ladang korupsi dari pusat kedaerah. Kedelapan; konflik vertikel dan herizontan, misalnya dalam
pelaksanaan pilkada. Ketujuh;Kelemahan sistem disentralisasi adalah munculnya pilkada
langsung yang banyak menghabiskan dana dan rawan konflik. Ongkos yang di bayar untuk
pilkada (Ongkos Demokrasi) sangat mahal di Indonesia adalah konsekuensi pelaksanaan otonomi
daerah.
Kelebihan desentralisasi Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa akan kuat bila dibangun di
atas sistem yang kongruen, keterkaitan secara sistemik antara komponen-komponen yang berada
di dalamnya, termasuk hubungan antara pusat dan daerah. Dalam hal ini kelebihan sistem
disentralisasi dapat di simpulkan Pertama disentralisasi, adalah konsep untuk memperkuat
kongruensi ini, di mana Indonesiadibangun secara kokoh dari kemajemukan daerah dan suku-
bangsanya. Kedua disentralisasi, adalah konsep untuk membuat pembangunan daerah lebih baik,
rakyatnya lebih sejahtera, dan karena itu kemudian diharapkan akan semakin memperkuat
negarabangsa Indonesia itu sendiri. ketiga disentalisasi, adalah konsep untuk mencegah
separatisme, dan karena itu sukses Otonomi daerah pada gilirannya diharapkan memperkuat
negara-nangsa Indonesia. Keempat disentralisasi, dibangun dalam konteks demokrasi, dan harus
memperkuat demokrasi itu sendiri. Sudah sekitar satu windu otonomi daerah digelindingkan, dan
sampai hari ini masih banyak yang meragukan apakah otonomi daerah dapat memperkuat
Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa.

2.2 Pengertian Pemerintahan


Pemerintahan dan Pemerintah, pemerintahan merupakan oragan yang terdiri dari Badan,
Lembaga dan Stuktur atau alat-alat perlengkapan negara seperti perangkat keamanan negara
misalnya Polisi, TNI (AD, AU, dan AL). Pemerintahan merupakan badan yang menjalankan
bidang dan tugas atau fungsi sebagai pemerintahan mulai dari lembaga Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif. Pemerintahan jika dipandang secara luas maka terdiri dari semua organ-organ, badan-
badan atau lembaga-lembaga, dan juga alat-alat kelengkapan negara atau aparatur negara yang
menjalankan pelbagai macam kegiatan atau aktivitas untuk menbcapai tujuan negara. Dan juga
Pemerintah dalam arti luas yakni semua lembaga negara yang terdiri dari lembaga-lembaga
legislatif, eksekutif, dan yudikatif menurut pakar John Locke dan Mosteqiueu.
Sedangkan pemerintahan dalam arti sempit terdiri dari eksekutif saja yang menjalankan tugas
dan fungsinya sebagai pemerintahan yang dibantu oleh aparaturnya negara sebagai wakil
presiden dan kabinetnya (departemen), dan juga beberapa lembaga lainnya. Seperti Gubernur,
Bupati, Walikota, Bupati dan jajaran pemerintahan kebawahnya seperti kepala desa, dan lain-
lain.
Dari banyak penjelasan yang ada diatas, menurut Untari pemerintahan merupakan ialah
kumpulan-kumpulan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi, badan, lembaga
atau penjabat negara, dalam usahanya untuk mencapai tujuan negara, dapat diambil kesimpulan
bahwa pemerintahan ialah :
 Proses kegiatan-kegiatan atau aktivitas yang mempunyai fungsi yang bersifat dinamis dan bukan
benda yang bersifat statis.
 Proses atau kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan oleh subyek organisasi, badan, lembaga
atau penjabat pemerintahan bukan oleh swasta.
 Proses kegiatan tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan bersama
antara pemerintahan dengan yang diperintah
 Karena pemerintahan bertujuan untuk mencapai tujuan negara, maka pemerintahan adalah
bagian dari negara dan bukan sebaliknya (Tjengrang 1982:1)
Pemerintahan jika dipandang secara Umum (Universal) merupakan keseluruhan dari semua
struktur dan proses-proses yang ada di dalamnya terdapat proses dan tata cara perumusan
kebijakan dan keputusan yang bersifat mengikat untuk dan atas nama kehidupan bersama
menurut U. Rosental. Pemerintahan juga kegiatan di dalam negara yang bersumber pada
kedaulatan dan kemerdekaan negara. Obyek sasaran dari pemerintahan sendiri meliputi rakyat
yaitu manusianya sendiri yang menempati suatu wilayah dan wilayah Negara itu sendiri terdiri
dari wilayah Darat, Laut dan Udara yang dapat digunakan bagi rakyat untuk digunakan dalam
segala kebutuhan. Suatu pemerintahan juga memiliki Dasar negara yang berfungsi sebagai
landasan dan tujuan negara atau dapat dikatakan arah perjalanannya suatu negara tersebut.
Tidak jauh pula makna dari pemerintahan yang kepemerintahan, pergeseran tersebut
dikarenakan pemaknaan fungsi negara atau the nature of state yang memiliki sifat Negara dan
dalam ilmu politik dari unitary state atau negara yang memusat menjadi ke plural state atau
negara yang beranekaragam. Kedua adalah adanya kesadaran akan pentingnya actor di luar
negara yang juga memiliki kekuasaan seperti swasta atau binis sector dan masyarakat sipil.
ketiga adalah yang sering menjadi kritik kaum marxian yaitu adanya dominasi idiologi neo-
liberalisme dalam kajian politik dan pemerintahan

2.3 Hubungan Politik Desentralisasi dengan Pemerintahan


Sesuai dengan pembahasan yang ada di atas maka hubungan antara politik Desentralisasi
dengan Pemerintahan sangat erat. Karena keduanya kajianya obyeknya adalah negara. Dengan
negaranya yang memiliki tujuan masing-masing pada setiap negara tersebut. Dan negara
memiliki pemerintahan yang pemerintahannya dipimpin oleh Presiden, Raja ataupun Ratu untuk
menjalankan tugas dalam pemerintah.
Dan pertimbangan yang di kaji dalam desentralisasi meliputi berbagai aspek mulai dari
ekonomi, sosial dan politik yang digunakan untuk kemajuan di setiap daerah agar dapat
membentuk dan membangun daerahnya masing-masing. Desentralisasi adalah penyerahan
kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah
tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara
kesatuan Republik Indonesia.
Dari hal yang demikian pemerintahan secara arti smpit yang meliputi lembaga-lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif dan semuanya sudah mulai diberikan wewenang ke daerah
untuk mengkontrol tiap daerahnya masing-masing. Dari hal yang demikian, dalam teknisnya
banyak sekali terjadi kewenangan karena secara otomatis timbul yang dinamakan otonomi
daerah yang banyak sekali disalahgunakan oleh pemerintah daerah. Padahal salah satu dari
konsep desentralisasi adalah yang dianut mengakomodasikan untuk aspirasi kemajemukan
masyarakat dan daerah serta pendemokrasian. Tujuan dibuatnya sistem desentralisasi ialah
pertama : Merupakan nilai-nilai dari komunitas politik yang dapat berupa kesatuan bangsa
(National Unity). Kedua : Pemerintahan demokrasi (democratis government). Ketiga :
Kemandirian sebagai penjelmaan dari otonomi, efisiensi administrasi, dan pembangunan sosial
ekonomi.
Desentralisasi juga memiliki Hubungan dengan daerah otonom dan Pemerintah sendiri yang
merupakan hubungan antar organsasi dan bukan hubungan intra organisasi.yang pertama : Pola
hubungan terdapat ciri “keterpisahan (separateness) dan kemajemukan struktur dalam sistem
pemerintahan secara keseluruhan sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. Kedua : Dearah
otonom subordinate dan dependent terhadap Pemerintah.
2.4 Pembagian Ekspoitasi Kekayaan Alam di Setiap Daerah
Substansi yang Terkandung Dalam Kebijakan yang Menjadi Acuan Dasar dari pembagian
Ekspoitasi kekayaan Alam di Setiap Daerah berujuk kepada Kewenangan pengelolaan kekayaan
alam oleh Pemerintah Pusat dan Daerah diatur dalam Pasal 7 – 13 UU No.22 Th.1999 dan Pasal
6 UU No.25 Th.1999. Secara implisit yang dipilih sebagai daerah otonom oleh kedua UU
tersebut adalah daerah kabupaten/kota. Pasal 7 UU No.22 Th.1999, menyebutkan :
Ayat 1 :
Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali dalam
kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama dan kewenangan bidang lain
Ayat 2 :
Kewenangan di bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kebijakan tentang
perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana
pertimbangan keuangan, sistem administrasi negara, dan lembaga pendayagunaan sumber daya
alam serta teknologi yang strategis, konservasi dan standarisasi nasional
Dalam Pasal 7 ayat 1 ini, jelas ditunjukkan bahwa Pemerintah Pusat hanya mengatur 5 hal
utama yaitu politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal serta agama.
Namun, pada ayat 2, kewenangan ini diperluas ke bidang lain, tanpa ada kejelasan sehingga
dapat ditafsirkan seluas mungkin. Sementara, pasal 10 UU No.22 Th.1999, ayat 1 menyebutkan :
Daerah berwenang mengelola sumber daya alam nasional yang tersedia di wilayahnya dan
bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Ditegaskan kembali dalam pasal ini bahwa daerah juga berwenang mengelola kekayaan alam
dan bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan. Hal ini diperkuat dengan adanya
pasal 11 UU No.22 Th.1999 yang menyebutkan 10 (sepuluh) kewenangan wajib bagi daerah
kabupaten/kota untuk dapat melaksanakan : bidang pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan
hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.
Bahkan, dalam PP No.25 Th.2000 yang pada awalnya ditujukan untuk memperinci
kewenangan Pusat dan Daerah ini, justru membuat Pasal 7 ayat 1 UU No.22 Th.1999 menjadi
rancu. Karena dalam pasal 7 ayat 1, seperti dapat dilihat di atas, wewenang Pemerintah Pusat
dialokasikan hanya pada lima areal utama. Ironisnya, dalam PP 25 wewenang ini merambah
hampir ke seluruh sektor kehidupan. seperti tergambar dalam tabel 1. Dalam PP ini diatur
wewenang pemerintah pusat dan propinsi sebagai daerah otonom. Dari sini kabupaten/kota
terpaksa menerjemahkan sendiri batas-batas kewenangannya
Pusat Propinsi
1. Pertanian 1. Pertanian
2. Kelautan 2. Kelautan
3. Pertambangan dan Energi 3. Pertambangan dan Energi
4. Kehutanan dan Perkebunan 4. Kehutanan dan Perkebunan
5. Perindustrian dan Perdagangan 5. Perindustrian dan Perdagangan
6. Perkoperasian 6. Perkoperasian
7. Penanaman Modal 7. Penanaman Modal
8. Kepariwisataan
9. Ketenagakerjaan 8. Ketenagakerjaan
10. Kesehatan 9. Kesehatan
11. Pendidikan dan Kebudayaan 10. Pendidikan dan Kebudayaan
12. Sosial 11. Sosial
13. Penataan Ruang 12. Penataan Ruang
14. Pertanahan
15. Permukiman 13. Permukiman
16. Pekerjaan Umum 14. Pekerjaan Umum
17. perhubungan 15. perhubungan
18. Lingkungan Hidup 16. Lingkungan Hidup
19. Politik Dalam Negeri dan Adm 17. Politik Dalam Negeri dan Adm
Publik Publik
20. Pengembangan Otonomi Daerah 18. Pengembangan Otonomi Daerah
21. Perimbangan Keuangan 19. Perimbangan Keuangan
22. Kependudukan
23. Olahrags
24. Hukum dan perundang-undangan 20. Hukum dan perundang-undangan
25 Penerangan
Table 1
Wewenang Pemerintah Pusat dan Daerah

2.4.1 Peran Rakyat dan Organisasi-organisasi Non Pemerintah di Daerah.


Desentralisasi adalah salah satu mekanisme untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyat.
Dari sini ruang partisipasi rakyat demi demokratisasi terbuka. Dengan dekatnya ‘jarak’ baik
politik maupun geografis antara rakyat dengan pembuat kebijakan seharusnya, kontrol terhadap
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah semakin besar. Dan belakangan ini
menunjukkan bahwa kontrol baik dari rakyat maupun organisasi non pemerintah di daerah
terhadap perangkat perundang-undangan yang muncul sebagai penjabaran UU diatasnya sangat
lemah. Sehingga sangat mungkin, peraturan-peraturan perundangan ini justru malah bertolak
belakang dari jiwa UU di atasnya tersebut.
Kekayaan alam memang tidak pernah lepas dari berbagai kepentingan, yaitu kepentingan
negara, kepentingan modal dan kepentingan rakyat. Konflik antar kepentingan ini selalu
memposisikan rakyat sebagai pihak yang kalah. Agenda desentralisasi yang dimaksudkan
menyerahkan sejumlah kewenangan dari pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah seharusnya
memposisikan rakyat sebagai pelaku utama pengelolaan kekayaan alam. Namun, dari
pengalaman yang telah dialamu ini menunjukkan bahwa “segala penyakit yang tadinya ada di
pemerintah pusat beralih ke pemerintahan daerah”. Selain landasan undang-undangnya sendiri
yang harus direvisi, political will dari eksekutif dan legislatif di daerah yang belum muncul serta
struktur politik yang ada juga tidak memungkinkan perubahan. Di samping itu, kapasitas pihak
yang terkalahkan selama ini beserta ‘pembela’nya juga masih relatif lemah. Apakah ini akan
dibiarkan terus-menerus berlangsung? Apakah kita akan berdiam diri melihat kerusakan sosial
dan ekologis yang bertambah parah? Semoga TIDAK!
DAFTAR RUJUKAN

Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Unit Percetakan dan Unit Penerbitan UNY;
Yoygakarta
Partanto, Pius A. dkk. Tanpa Tahun. Kamus Ilmiah Populer. Arkola; Surabaya
Untari, Sri. 2006. Ilmu Pemerintahan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang;
Malang
Online (http:wikipedia.com) tahun 2012
Universitas Negeri Malang. 2011 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang:
Universitas Negeri Malang
Iswari, Paramita. 2011. Desentralisasi : Legitimasi Eksploitasi Kekayaan Alam di daerah?
(makalah online)

Pangi Syarwi Chaniago:Desentralisasi dan Politik Lokal



Details
Category: Makalah
Published Date
Written by Pangi Syarwi
Hits: 2109

Oleh: Pangi Syarwi

Desentralisasi di Negara Berkembang

Desentralisasi adalah sebuah mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang


menyangkut pola hubungan antara pemerintah nasional dan pemerintah lokal. Tujuan
otonomi daearah membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu
dalam menangani urusan domestik, sehingga pemerintah pusat berkesempatan
mempelajari, memahami dan merespon berbagai kecenderungan global dan
mengambil manfaat dari padanya. Pemerintah hanya berkonsentrasi pada perumusan
kebijakan makro nasional yang bersifat strategis.

Mengapa disentralisasi perlu, dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas


penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai wahana pendidikan politik di daerah. Untuk
memelihara keutuhan negara kesatuan atau integrasi nasional. Untuk mewujudkan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dimulai dari daerah. Untuk
memberikan peluang kepada masyarakat utntuk membentuk karir dalam bidang
politik dan pemerintahan. Sebagai sarana bagi percepatan pembangunan di daerah.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Essensi Desentralisasi dan Politik Lokal

Negara unitaris, ketika kekuasaan berada di tangan pemerintahan pusat, yang


kemudian diberikan ke pemerintahan lokal, yang menjadi masuk akal kemudian kalau
kewenangan pemerintah pusat lebih besar dibandingkan dengan pemerintahan daerah,
sebab sisa kekuasaan pusat yang dikasih ke daearah, sekali lagi sangat berbeda dengan
pemerintah negara federal, justru sisa kekuasaan daerah yang diberikan kepusat,
sehingga kewenangan pemerintahan lokal lebih besar dibandingkan dengan
pemerintah pusat.

Penulis melihat secara substansi, setelah rezim otoriter tumbang, kemudian


muncullah rezim demokrasi, inilah yang kemudian munculnya pemerintahan lokal
atau sering juga kita sebut dengan otonomi daerah. Sistem pemerintahan yang diwaktu
rezim orde baru terlalu sentralistik, kemudian lahirnya reformasi berubah menjadi
disentralisasi, daerah punya kewenangan untuk mengurus daerahnya sendiri.

Sebab pada masa Orde Baru dengan pemerintahan yang sentralistik, pemerintahan
daerah dikontrol oleh pusat, bahkan yang lebih parah lagi bagaimana pemerintah pusat
memaksakan sistem pemerintahan desa keseluruh Indonesia, akibatnya nilai-nilai
local (local wisdom) hancur, penghargaan pusat kedaerah hilang. Lahirnya
desentralisasi akibat pusat terlalu mengintervensi kebijakan daerah. Dalam
perjalanannya desentralisasi terdapat juga banyak persoalan mulai kita rasakan
terjadinya pemindahan korupsi dari pusat ke daerah. Bupati dan Gubernur tidak lagi
punya titik komando seperti Orde Baru, sehingga saling tumpang tindih
kewenanangan.

Dampak dari globalisasi telah mempengaruhi pasar modal dunia dalam kaitannya
dengan sentralisasi dan desentralisasi khususnya dalam kaitannya dengan
pengambilan keputusan yang melibatkan kehidupan masyarakat. bentuk komitmen
tergadap pengaturan disentralisasi telah terlihat hampir diseluruh dunia. Disentralisasi
dalam waktu dekat akan terlihat sebagai suatu sistem pengaturan alternatif yang
menggunakan pendekatan masyarakat sebagai pusat dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan lokal untuk menciptakan keadilan sosial dan ekonomi. Namun demikian
dibeberapa negara para pemimpinnya khawatir terhadapat disentralisasi kekuasaan.

Penulis melihat ada seolah-olah pusat masih ragu-ragu memberikan kekuasaannya ke


daerah atau sering kita sebut kepala di pegang ekor dilepas, pusat masih setengah-
tengah dalam memberikan kewenangan kedaerah untuk mandiri mengurus daerahnya.
Penulis menyadaari betul, bagaimana ketika pada masa rezim Orde Baru aktor-aktor
daerah tidak terlalu dilibatkan dalam pembangunan daerah karena terlalu dikunci oleh
Orde Baru. Seharusnya pusat tidak mengulang hal yang sama yaitu, tidak terjadinya
tricle down effect dalam pembangunan, kekayaan alam tidak terbagi dengan baik
kepusat. Konsekuensinya tidak terjadinya pemerataan pembangunan antara pusat
dengan daerah, padahal sumber-sumber kekayaan alam untuk pendapatan APBN
berasal dari daerah.

Dalam konteks negara, dibedakan antara desentralisasi di negara berbentuk federal


dengan negara berbentuk kesatuan (unitaris). Dalam negara berbentuk federal, negara
bagian atau provinsi dapat ada lebih dahulu dibanding negara federalnya, sehingga
sumber kekuasaan justru berada di negara bagian atau provinsinya. Pemerintah federal
tidak boleh mencampuri urusan negara bagian atau provinsi kecuali yang telah
ditetapkan dalam konstitusi negara federal. Dengan demikian isi urusan pemerintahan
negara bagian lebih luas dibandingkan isi urusan pemerintahan negara federalnya.
Urusan pemerintahan yang ditangani oleh pemerintah negara federal adalah urusan
moneter, fiskal nasional, politik luar negeri, peradilan tinggi, pertahanan, keamanan
nasional, teknologi tinggi. Selebihnya menjadi urusan pemerintahan negara bagian
atau provinsi.

Logika yang perlu kita bangun adalah, belajar dari Amerika Serikat, bagaimana
pemerintahan negara bagiannya kuat, sebab daerah betul-betul diberi kewenangan
penuh untuk mengurus daerah masing-masing sehingga Presiden AS, persoalan daerah
selesai ditingkat negara bagiannya. Pusat lebih fokus pada persoalan kebijakan yang
penting saja, seperti hubungan luar negeri, militer. Artinya sisa kekuasaan daerah yang
kemudian dikasih ke pusat, kalau Indonesia dibalik, sisa kekuasaan pusat yang dikasih
ke daerah.

Penulis ingin kembali menjelaskan bagimana sejarah Indonesia ini didirikan, sangat
jelas pada tanggal 28 Oktober adalah bagaimana peran pemuda di daerah yang
berjuang untuk cita-cita bangsa yang mardeka, seperti Jong Java, Jong Sumatera dan
Jong Selebes, berkumpul untuk berjuang demi kemerdekaan. Ketika itu belum ada
yang namanya Indonesia yang ada hanya kerajaan-kerajaan kecil, kemudian kerajaan
kecil-kecil atau bekas jajahan colonial Belanda ini menyerahkan daerahnya kepada
pemerintah Pusat yang kemudian diberi nama Indonesia. Jangan lupa, daerah
memberikan tanpa syarat dan secara sukarela. Intinya munculnya disentralisasi adalah
bukti menghargai perjuangan tokoh muda di daerah yang mereka ingin dilibatkan
dalam aktor-aktor pembangunan Indonesia masa depan.

Kalau penulis mengevaluasi perjalanan desentralisi di Indonesia dalam konteks


komtemporer selama ini terjadi perbedaan yang signifikan antara teori dengan
realitasnya. Menurut penulis kelemahan sistem disentralisasi pertama, belum
optimalnya pengelolahan sumber daya yang berakibat pada rendahnya PAD, hal ini
berimplikasi pada rendahnya Rasio PAD terhadap APBD. Kedua, pemekaran yang
semakin terus berlanjut di daerah ini adalah ego bagaimana berbagi bagi kekuasaan
atau orang tidak mendapat bagian kekuasaan di daerah mencoba memekarkan daerah
yang akan menghabiskan APBN negara. Ketiga Korupsi pemindahan ladang korupsi
dari pusat kedaerah. Keempat; konflik vertikel dan herizontan, misalnya dalam
pelaksanaan pilkada .

Pengalaman rezim Orde Baru dengan pendekatan sentralisasinya memperlihatkan


bahwa pendekatan ini memang mampu menstabilkan kondisi politik, osial, dan
ekonomi secara cepat, tapi ternyata ini rapuh dalam jangka panjang tidak mampu
membendung gejolak, karena itu muncul kemudian desakan kepada pemerintah pusat
agar manajemen pemerintahan di kelaola dengan sistem disentralisasi dan
memperluas otonomi daerah pemrintah daerah yang kuat.

Sementara teori Marxis tentang desentralisasi dalam negara kesatuan tidak


dikehendakinya, artinya tidak menginginkan negara sebagai satu kesatuan yang tidak
perlu dibagi-bagi kewenangannya, kalau kita melihat makna yang ingin disampaikan
dalam tulisannya melalui kutipan Meenakshisundaram.

Pertama,asumsi dan pandangannya dengan adanya pembagian atau desentralisasi


punya konsekuensi terciptanya akumulasi modal, yang pada akhirnya akan
memunculkan kembali kaum kapitalis di daerah. Kedua, desentralisasi akan
mempengaruhi pola komsumtif. Artinya komsumsi kolektif yang memberikan
pelayanan atas semua dasar kepentingan kelas, menghasilkan ketidakadilan baru antar
wilayah.

Menurut pandangan penulis, mungkin maksud atau pendapat yang disampaikan diatas
maksudnya adalah berdasarkan konteks politik lokal kekinian yaitu munculnya daerah
otonomi khusus yang menjadikan ketidakadilan bagi daerah lain, seperti Papua dan
Aceh yang punya keistimewaan baru dalam alokasi dana APBN, tapi justru dana
tersebut hanya dinikmati oleh sebagian kaum kapitalis daerah atau elit pmerintah lokal
tidak sampai ketangan rakyat kue tersebut.

Kedua,desentralisasi akan menghindarkan redistrubusi keuangan dan pajak daerah ke


daearah miskin, artinya adalah desentarlisasi menghilangkan tangungjawab kaum
borjoasi untuk mengangkat tingkat kesejahteraan di daerah, yang jelas desentralisasi
menurut marx tidak akan menguntungkan daerah pinggiran dan lebih cenderung
melindunggi daerah kapitalis. Ketiga,terdapat berbagai rintangan mengenai
bagaimana demokrasi lokal akan berjalan dalam suasana desentralisasi. Rintangan ini
mencakup aspek ekologis, politik, dan ekonomi yang menyebabkan demokrasi di
tingkat lokal hanya akan mengalami kegagalan. Menurut pandangan Marxist semua
ini hanya akan dapat ditanggulangi oleh sentralisasi yang bertujuan untuk redistribusi
dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai