Anda di halaman 1dari 5

Achmad Dima

(170410120093)
Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Padjadjaran
Tugas Sistem Pemerintahan Daerah
Kelebihan dan Kekurangan Desentralisasi
Desentralisasi
Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat
terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan dunia ketiga. Banyak negara
telah melakukan perubahan struktur organisasi pemerintahan ke arah
desentralisasi. Menurut Conyers, minat terhadap desentralisasi ini juga senada
dengan kepentingan yang semakin besar dari berbagai badan pembangunan
internasional. Mengenai desentralisasi, Soenobo Wirjosoegito memberikan
definisi sebagai berikut:
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh badan-badan umum
yang lebih tinggi kepada badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara
mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil
keputusan pengaturan dan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi
dari itu.
Selanjutnya DWP. Ruiter mengungkapkan bahwa menurut pendapat umum
desentralisasi terjadi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu desentralisasi teritorial dan
fungsional, yang dijabarkan sebagai berikut:
Desentralisasi teritorial adalah memberi kepada kelompok yang
mempunyai batas-batas teritorial suatu organisasi tersendiri, dengan demikian
memberi kemungkinan suatu kebijakan sendiri dalam sistem keseluruhan
pemerintahan. Sedangkan desentralisasi fungsional adalah memberi kepada
suatu kelompok yang terpisah secara fungsional suatu organisasi sendiri, dengan
demikian memberi kemungkinan akan suatu kebijakan sendiri dalam rangka
sistem pemerintahan.
Berkaitan dengan desentralisasi terotorial dan fungsional, C.W. Van Der
Pot dalam bukunya yang berjudul Handhoek van Nederlandse Staatrech,
berpendapat:
Desentralisasi akan didapat apabila kewenangan mengatur dan
mengurus penyelenggaraan pemerintah tidak semata-mata dilakukan oleh

pemerintah pusat (central government), melainkan juga oleh kesatuan-kesatuan


pemerintah yang lebih rendah yang mandiri (zelfanding), bersifat otonomi
(teritorial dan fungsional).
Dengan demikian, sistem desentralisasi mengandung makna pengakuan
penentu kebijaksanaan pemerintah terhadap potensi dan kemampuan daerah
dengan melibatkan wakil-wakil rakyat di daerah dengan menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan, dengan melatih diri menggunakan hak yang
seimbang dengan kewajiban masyarakat yang demokratis.
Robert Reinow dalam buku Introduction to Government, mengatakan
bahwa ada 2 (dua) alasan pokok dari kebijaksanaan membentuk pemerintahan di
daerah. Pertama, membangun kebiasaan agar rakyat memutuskan sendiri
sebagian kepentingannya yang berkaitan langsung dengan mereka. Kedua,
memberi kesempatan kepada masing-masing komunitas yang mempunyai
tuntutan yang bermacam-macam untuk membuat aturan-aturan dan
programnya sendiri
Sehubungan dengan otonomi, Muchsan berpendapat bahwa sendi-sendi
otonomi terdiri dari sharing of power (pembagian kekuasaan),distribution of
income (pembagian pendapatan) dan empowering(kemandirian administrasi
pemerintahan daerah). Hipotesanya, semakin kuat sendi-sendi tersebut, semakin
sehat pelaksanaan otonomi daerah, dan sebaliknya.
Kelebihan dan Kekurangan Desentralisasi
Kelebihan Desentralisasi Menurut Josef Riwu Kaho:

Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.

Dalam menghadapi masalah yang mendesak yang membutuhkan tindakan

yang cepat, daerah tidak perlu menunggu instruksi lagi dari pemerintah pusat.

Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena setiap kebutusan

dapat segera dilaksanakan.

Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari pemerintah pusat.

Dapat memberikan kepuasan bagi daerah karena sifatnya lebih langsung.

Kelemahan Desentralisasi :

Karena besarnya organ-organ pemerintah, maka struktur pemerintahan

bertambah kompleks yang mempersulit koordinasi.

Dapat mendorong timbulnya fanatisme daerah.

Wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau golongan serta

dipergunakan untuk mengeruk keuntungan para oknum atau pribadi.

Sulit dikontrol oleh pemerinah pusat.

Terjadinya Korupsi pemindahan ladang korupsi dari pusat kedaerah.

c.

Kebaikan Desentralisasi Menurut J. In Het Veld (Dikutip Oleh Muhammad

Fauzan, 2006 : 59), yaitu :

Memberikan penilaian yang tepat terhadap daerah dan penduduk yang

beraneka ragam.

Meringankan beban pemerintah, karena pemerintah pusat tidak mungkin

mengenal seluruh dan segala kepentingan dan kebutuhan setempat dan tidak
mungkin dapat mengetahui bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut sebaikbaiknya.

Dapat dihindarkan adanya beban yang melampaui batas dari perangkat

pusat oleh sebab tunggakan kerja.

Unsur individu atau daerah lebih menonjol karena dalam ruang lingkup

yang sempit seseorang dapat lebih mempergunakan pengaruhnya daripada


dalam masyarakat yang lebih luas.

Masyarakat setempat dapat kesempatan ikut serta dalam

penyelenggaraan pemerintahan, sehingga ia tidak akan merasa sebagai obyek


saja.

Meningkatkan turut sertanya masyarakat setempat dalam melakukan

kontrol terhadap segala tindakan dan tingkah laku pemerintah.


Pandangan politik yang dianggap tepat dalam wacana publik adalah
bahwa

desentralisasi

merupakan

jalan

yang

meyakinkan,

yang akan

menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman sejarah


selama masa Orde Baru di mana sentralisme membawa banyak akibat
merugikan bagi daerah.

Masalah sentralisasi dan desentralisasi bukan lagi dipandang sebagai


persoalan penyelenggara negara saja. Pada akhirnya kekuatan suatu bangsa
harus diletakkan pada masyarakatnya. Saat ini di banyak wilayah, politik lokal
dikuasai selain oleh orang-orang partai politik juga kelompok-kelompok yang
menjalankan prinsip bertentangan dengan pencapaian tujuan kesejahteraan
umum. Kekuatan kelompok pro pembaruan lemah di banyak daerah dan
langsung harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik local dengan
kepentingan sempit.
Pemerintah pusat seharusnya memperkuat elemen masyarakat untuk
berhadapan dengan kekuatan tadi. Sebagai contoh, KPU daerah diberi wewenang
untuk merekomendasikan penghentian pilkada, bukan melalui gubernur dan
DPRD. Namun, sebagai institusi KPU daerah harus diperkuat secara institusional
dan organisatoris. Meskipun pemerintah pusat mungkin tidak diharapkan untuk
ikut mendorong perubahan sistem politik yang ada sekarang, perbaikan
penegakan hukum di daerah-daerah sangat membantu kekuatan masyarakat pro
perubahan.
Birokrasi sekali lagi adalah alat pemerintah pusat untuk melakukan
perbaikan daerah. Birokrasi, jika dirancang secara sungguh-sungguh, bisa
berperan

sebagai

alat

merasionalisasikan

masyarakat.

Pemerintah

pusat,

misalnya, membantu pemerintah daerah dalam mendesain pelayanan publik


yang akuntabel. Pemerintah daerah sering pada situasi terlalu terpengaruh
dengan kepentingan perpolitikan lokal.
Ada beberapa alasan yang menjadikan model pemerintahan desentralisasi
ini lebih memberi kebaikan dan keuntungan, jika diterapkan dengan benar, yaitu:
1.

Dilihat dari sudut politik, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah


penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat
menimbulkan tirani.

2.

Dalam

bidang

politik

penyelenggaran

desentralisasi

dianggap

sebagai

tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan


dan melatih diri dalam menggunakan hak-hak demokrasi.
3.

Dari sudut teknik organisasi pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan


daerah

(desentralisasi)

adalah

semata-mata

untuk

mencapai

suatu

pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama diurus oleh
pemerintahan setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah. Hal-hal
yang lebih tepat di tangan pusat tetap diurus oleh pemerintahan pusat.

4.

Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat


sepenuhnya ditumpahkan pada kekhususan suatu daerah, seperti geografis,
keadaan penduduk, kegiatan ekonomi watak kebudayaan atau latar belakang
sejarahnya.

5.

Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan


karena pemerintah daerah lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.

Daftar Pustaka
- Khairul Muluk, Desentralisasi Teori, Cakupan dan
Elemen,http://www.publik.brawijaya.ac.id
- Nimatul Huda, Otonomi Daerah; Filosofi, Sejarah Perkembangan dan
Problematika, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.

Anda mungkin juga menyukai