BAB I
PENDAHULUAN
kegiatan utamanya menerima uang dalam bentuk simpanan. Kemudian bank juga
dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkan. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk mentransfer,
memindahkan uang, atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran1,
seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Bank merupakan salah satu pihak yang tepat bagi salah satu upaya
maupun jangka panjang. Kegiatan atau usaha perbankan tersebut dapat membantu
Salah satu fungsi perbankan adalah sebagai penyalur dana kepada masyarakat
dengan cara memberikan kredit, sehingga melahirkan hubungan hukum antara bank
Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan Pasal 1 angka 18 bahwa “Nasabah Debitur adalah nasabah yang
1
Djoni S. Gozali dan Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta,
hal. 134
2
memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang
bersangkutan ”. Demikian pula yang dimaksud “kredit” yang berasal dari bahasa
“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga”. Dari sini dikitehaui, bahwa pemberian kredit bank itu
merupakan suatu perjanjian antara bank dengan pihak peminjam (nasabah debitur).
Perjanjian kredit akan selalu didahului dengan suatu penelitian yang sangat
ketat serta mendetail mengenai kelayakan dari usaha yang memohon kredit tersebut,
kegiatan/jenis usahanya, keabsahan usaha jaminan yang akan diserahkan. Hal ini
dimaksudkan agar dana kredit tersebut dapat mencapai tujuan yang telah
dikembalikan tepat pada waktu yang telah diperjanjikan. Namun demikian, betapapun
2
Muchdarsyah Sinungan, 1983, Dasar-Dasar dan Teknik Managemen Kredit, Jakarta: Bina
Aksara, hal.12.
3
ketatnya persyaratan yang harus dilalui sebelum dana kredit dicairkan, dalam praktek
ternyata tidak semua dana kredit dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya, dan tidak semua proses pembayaran kredit dapat berjalan lancar.
meminimalisir resiko atas dana yang telah dislurkan kepada nasabah/debitur maka
atau agunan dalam permohonan kredit. Pemberian kredit oleh suatu Bank
menurut KUHPer, segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari
dengan meningkatnya kredit yang bermasalah atau kredit macet atas kredit yang
diberikan. Bahaya yang timbul dari kredit macet adalah tidak terbayarnya kembali
yang terjadi membuktikan bahwa kredit yang bermasalah atau kredit macet banyak
terjadi sebagai akibat pemberian persetujuan kredit yang tidak begitu ketat.
Kredit bermasalah atau macet memberikan dampak yang kurang baik bagi
3
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio,
profitabilitas bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan bank dalam mengelola kredit
yang disalurkan.
kemampuan, modal agunan dan prospek usaha debitur. Disamping itu disertai juga
agunan atau jaminan dimana untuk dapat memperoleh tambahan keyakinan dalam
sebagai berikut :
1. Untuk menjaga harta bank dalam bentuk kredit, karena dengan diserahkan
jaminan kepada bank, maka bank berhak memperoleh pelunasan atas hasil
harta pemilik (debitur) sebagai jaminan bank yang secara moril debitur akan
4
Rudy Tri Santoso, 1996, Kredit Usaha Perbankan, Yogjakarta: Andi Yogyakarta, hlm. 188.
5
lembaga jaminan yang akan melindungi atau menjamin pemgembalian dana pinjaman
yang disalurkan. Kegiatan pinjam meminjam uang atau transaksi bisnis tersebut yang
jaminan utang oleh pihak debitur kepada pihak kreditur. Jaminan utang dapat berupa
benda sehingga merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa janji penanggungan
pelunasan utang itupun tidak dibatasi macam ataupun bentuknya, yang jelas
kebendaan tersebut harus mempunyai nilai secara “ekonomis” serta memiliki sifat
tidak akan menjadikan suatu “beban” bagi kreditur untuk menjual lelang pada
waktunya, yaitu pada saat mana debitur secara jelas melalaikan kewajibannya, sesuai
dengan ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku dalam perjanjian pokok yang
dalam kasus kredit, menjadikan suatu motivasi bagi penulis untuk membahas tentang
kredit, terutama untuk mengurangi resiko terjadinya kredit macet. Oleh karena itu
Lestari Denpasar?
materi-materi yang dijabarkan tersebut tidak akan menyimpang dari pokok penelitian
yang dibahas.
apakah yang mempengaruhi adanya kredit macet pada PT BPR Lestari Denpasar dan
skripsi dapat dibandingkan perbedaannya dengan skripsi terdahulu yang sejenis, yaitu
:
7
Denpasar Denpasar?
macet?
ditetapkan undang-undang?
8
3 Made Gede Dwidya Penyelesaian Kredit Macet 1. Apa dasar hukum perjanjian
Santhika Atas Kredit Tanpa Agunan kredit tanpa agunan atas kredit
dan menengah?
Pada pokoknya tujuan penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu,
sebagai berikut :
Penelitian ini diharapkan oleh penulis agar dapat memberikan manfaat bagi
pada khususnya. Disamping itu juga, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
perbankan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman, acuan dan
panduan bagi kalangan dibidang perbankan, khususnya penelitian ini dapat dijadikan
dasar untuk lebih berhati-hati dalam memberikan kredit bank terutama bagi
hukum, asumsi dan proposisi untuk menerangkan atau sebagai landasan dalam
pemikiran-pemikiran teoritis, oleh karenanya ada hubungan timbal balik yang erat
10
antara teori dengan kegiatan pengumpulan dan pemgelolaan data, analisa, serta
kontruksi data.
cepat yang mereka butuhkan. Dalam proses pengkreditan atau pemberian kredit
terlebih dahulu harus melakukan perjanjian kredit atau perjanjian pokok. Menurut
Prof. Subekti, S.H. suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal, dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang
perjanjian kredit merupakan perbuatan hukum yang melahirkan perikatan antara dua
pihak atau lebih yang menggunakan uang sebagai objek dari perjanjian, dimana point
dalam pengertian ini adalah pemenuhan prestasi antara pihak yang menggunakan
uang sebagai objeknya dan objek tersebut berupa benda/barang yang dapat
dipersamakan dengan uang. Mengenai bentuk perjanjian ini tidak ada bentuk yang
pasti karena tidak ada peraturan yang mengaturnya, dan didalam buku III
KUHPerdata tidak terdapat juga ketentuan yang khusus mengatur perihal Perjanjian
kredit. Namun dengan berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas
untuk menentukan isi dari perjanjian kredit sepanjang tidak bertentangan dengan
5
H.R Daeng Naja, 2015, Hukum Kredit Dan Bank Garansi The Bankers Hand Book, PT.
Undang-Undang, yang jelas perjanjian kredit selalu dibuat dalam bentuk tertulis dan
mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian.
Syarat sahnya suatu perjanjian secara umum diatur dalam pasal 1320
yaitu :
Keempat unsur/syarat pokok tersebut harus ada agar suatu perbuatan hukum
dapat disebut dengan perjanjian yang sah. Keempat unsur tersebut selanjutnya di
golongkan ke dalam dua unsur pokok yang menyangkut subjek yang mengadakan
perjanjian (unsur subjektif) dan unsur pokok lainnya yang menyangkut dengan objek
kesepakatan secara bebas dari para pihak yang melakukan perjanjuan dan kecakapan
dari pihak yang melaksanakan perjanjian. Sedangkan unsur objektif disini meliputi
keberadaan objek yang diperjanjikan, dimana objek tersebut haruslah sesuatu yang
perjanjian baku (standar contract) yang telah disediakan oleh pihak bank sebagai
pilihan menerima atau menolak tanpa adanya kemungkinan proses negoisasi atau
tawar menawar. Apabila pihak dari debitur menerima semua ketentuan dan
menandatangani perjanjian kredit tersebut dengan disertai juga jaminan dan nantinya
Agar penelitian hukum dapat dikatakan sebagai karya tulis ilmiah, maka harus
memenuhi unsur metodis, artinya bahwa pencarian dan pembahasan serta penuangan
keterangan dan kemudian menuangkan dalam bentuk tulisan ini dipakai metode
sebagai berikut :
metode atau pendekatan dari aspek empiris, yaitu dengan suatu metode dengan
kebenaran yang akurat di dalam penulisan skripsi ini. Penelitian empiris yang
6
Oey Hoey Tiong, 1984, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia
dilakukan dalam penulisan skripsi ini lebih banyak menelaah dan mengkaji data
primer yang diperoleh dilapangan yang kemudian didukung oleh data sekunder yang
atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dimasyarakat. Penelitian ini
Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini
1. Data Primer
Data primer yang dipergunakan dalam penulisan usulan proposal ini bersumber
data yang diperoleh dari pihak-pihak yang terlibat langsung atau responden yang
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri atas bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder.
1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat
yaitu :
a. Kamus Hukum,
yaitu :
a. Penelitian Kepustakaan
15
data yang terdapat dalam buku, artikel, dokumen resmi dan menganalisa untuk
b. Penelitian Lapangan
Dalam penulisan skripsi ini, pengolahan dan analisa terhadap data yang
deskriptif yaitu memilih dan meringkas data yang diperoleh menjadi data lengkap
yang relevan dengan permasalahannya yang mana untuk selanjutnya dianalisa. Dan
dalam hal data tersebut dahulu disusun secara sistematis, kemudian baru dianalisa
permasalahn yang dihadapi. Sampel yang digunakan lebih bersifat non probabilitas,
Dalam penelitian dengan teknik analisis kualitatif atau yang sering disebut analisis
kualitatif ini maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun
data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara dan tema diklasifikasikan,
dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk
memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif
dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut secara
hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data
BAB II
2.1 Kredit
Kata dasar kredit berasal dari bahasa latin credere yang mempunyai arti
kepercayaan, atau credo yang mempunyai arti saya percaya. 7 Contohnya seorang
nasabah debitur memperoleh kredit dari bank, adalah tentu orang yang mendapat
kepercayaan dari bank.8 Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukanlah perkataan
yang asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat
dikota kota besar, namun sampai didesa desa pun kata kredit tersebut sudah sangat
populer. Istilah kredit berasal dari kata italia, credere yang artinya kepercayaan, yaitu
bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Apa yang telah dijanjikan itu
7
Firdaus Rachmat dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori,
Masalah, Kebijakan dan Aplikasi Lengkap dengan Analisis Kredit, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 1.
8
Suharningsih, 2011, Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Kredit Dengan Jaminan “Barang
Prinsip penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan dan kehati hatian. Indikator
kepercayaan ini adalah kepercayaan moral, komersial, finansial, dan agunan. Bila
transaksi kredit terjadi, maka akan dapat kita lihat adanya pemindahan materi dari
yang akan memberikan kredit kepada orang yang diberikan kredit, sehingga yang
memberi kredit menjadi yang berpiutang, sedangkan yang diberi kredit yang
terhutang.
bank, supaya produktif, aman dan giro wajib minimalnya tetap sehat. Manajemen
perkreditan akan dapat dilakukan dengan baik jika didasarkan perhitungan yang
matang dan terpadu dari pendapatan, keamanan, dan giro wajib minimalnya. Oleh
karena itu, pimpinan bank dituntut agar melaksanakan perencanaan, alokasi, dan
pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang
Pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
19
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
pembelian atau suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan
perjanjian. Jadi adakalanya kredit dinyatakan hanya sebagai “janji untuk membayar
hutang” atau sebagai izin untuk menggunakan modal orang lain .Ia mengacu pada
upaya seseorang untuk menggunakan barang dagangan seseorang, dengan janji akan
Dari Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyediaan uang
kepada pihak ketiga atas dasar kepercayaan dengan perjanjian tertulis bahwa akan
dahulu dengan pihak peminjam, namun sebelum hal terjadi pihak peminjam
mengajukan proposal terlebih dahulu kepada pihak perbankkan untuk dianalisa dalam
20
hal latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang
diberikan. Hal ini dilakukan agar pihak perbakkan menjadi yakin serta bahwa
nasabah adalah orang yang tepat untuk diberikan pinjaman. Pemberian kredit yang
tanpa melalui tahap analisis akan dapat menyebabkan kerugian bagi piahak
perbakkan itu sendiri karena akan dapat menimbulkan kredit macet di kemudian hari,
hal inilah yang terjadi di banyak tubuh perbakkan pada tahun 1997 dimana banyak
standar BI. Bila kita tilik lebih jauh maka bisa kita lihat banyak terdapat KKN pada
saat pengajuan proposal pinjaman sehingga analisis tidak dilakukan sesuai prosedur,
hasilnya adalah yang bisa kita lihat yang terjadi pada tahun 1997 dimana banyak
terjadi kredit macet sehingga likuiditas bank umum tertentu tidak memenuhi syarat
mana adalah kepercayaan dari bank selaku kreditor untuk memberikan pinjaman
kepada debitor di mana debitor akan mengembalikan seluruh pinjaman beserta bunga
yang harus dibayarnya kepada kreditor pada jangka waktu yang telah disepakati
persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitor antara lain jelasnya tujuan
21
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar- benar
b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian dengan yang
akan diterima pada masa yang akan datang . Dalam bentuk unsur waktu ini,
terkandung pengertian nilai dari uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya
dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.
c. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat
dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian dengan yang
akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi
hari depan itu maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat
diperhitungkan.
9
Hermansyah, S.H., M.Hum., Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Cetakan ke-4,
10
Drs. Thomas Suyatno, et. al., Dasar-Dasar Perkreditan, Cetakan ke-11, (Jakarta: PT.
d. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa, namun karena kehidupan modren
Sedangkan menurut Prof. DR. H. Veithzal Rivai, M.B.A. dan Andria Veithzal, B.
Acct., M.B.A., unsur-unsur yang terdapat di dalam kredit adalah sebagai berikut :11
a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit
yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji
membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa
d. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada
penerima kredit.
11
Prof. DR. H. Veithzal Rivai, M.B.A., Andria Permata Veithzal, B.Acct, M.B.A., Credit
Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa,
Bankir, dan Nasabah, Cetakan I, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006), hal. 5.
23
essensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi
kredit sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang akan datang.
Produsen memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi dan
konsumsi.
f. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun di
pihak penerima kredit. Resiko di pihak pemberi kredit adalah resiko gagal bayar
antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh
pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang
dijaminkan.
Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti
biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan
sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat
dalam pemberian suatu fasilitas kredit tidak jarang terjadi suatu resiko kemacetan.
Akibat dari kemacetan ini kredit tidak dapat ditagih sehingga menimbulkan kerugian.
Menurut Arthesa pengertian kredit macet adalah kredit yang sejak jatuh tempo
tidak dapat dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan Menurut Rivai ada beberapa pengertian kredit macet atau bermasalah
yaitu:
dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda
bersangkutan
25
untuk membayar kembali kredit sehingga belum mencapai atau memenuhi target
e. Kredit dimana terjadi cedera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian
bersagkutan
g. Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet serta
mengalami risiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami rugi yang
potensial.
Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan kredit macet berawal dari tahap
perencanaan, tahap analisis, dan tahap pengawasan. Hal-hal yang menjadi penyebab
timbulnya kredit macet tersebut perlu disadari oleh bank agar bank dapat mencegah
atau menangani dengan baik. Adapun beberapa penyebab kredit macet sebagai
berikut:
b. Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan kredit
nasabah
f. Terlalu agresif
27
i. Pejabat kredit mudah dipengaruhi, diintimidasi, atau dipaksa oleh calon nasabah
e. Nasabah serakah
3. Faktor Exsternal
sektor real, financial dan ekonomi menimbulkan pengaruh yang merugikan keada
dihadapi oleh pemilik dan pengelola perusahaan. Satu kunci menuju pengelolaan
sukses dari suatu usaha aadalah kemampuan mengantisipasi perubahan dan cukup
fleksibel dalam mengelola usahanya. Sebagai akibat gagalnya pengelola dengan tepat
a. Kondisi perekonomian
b. Perubahan-perubahan peraturan
29
c. Bencana alam
30
BAB III
pembayaran pokok dan bunga dalam suatu perjanjian kredit. Dengan melihat lancar
atau tidaknya pembayaran suatu kredit maka dapat menggambarkan kualitas kredit itu
sendiri. 12
12
Dahlan Siamat, 1993, Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, hal.112
13
H.R.Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.304
31
melampaui 1 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari 1 bulan, atau
belum melampaui 3 bulan bagi kredit yang masa angsurannya 2 bulanan sampai 3
bulanan, atau belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya 4
melampaui 2 bulan bagi kredit dengan masa angsurannya kurang dari 1 bulan, atau
melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa
2. Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 bulan bagi kredit yang masa
angsurannya kurang dari 1 bulan, atau melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6
Apabila suatu kredit tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar yang
termasuk bunganya atau kredit tidak dapat di selamatkan, tetapi angunannya masih
32
3. Jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar, baik dari segi hukum maupun
dan atau bunga tepat, memiliki mutasi rekening yang aktif, dan bagian dari kredit
tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari,
14
Hermansyah, SH.,M.Hum., 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta,
hal.66
33
baru.
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari, sering terjadi
yang diperjanjikan lebih dari 90 hari, terdapat indikasi masalah keuangan yang
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari, sering terjadi
cerukan yang bersifat permanen, terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari, terjadi
kapitalisasi bunga, dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit
5. Kredit Macet, yaitu apabila memenuhi kriteria terdapat angsuran pokok dan
atau bunga yang telah melampaui 270 hari, kerugian operasional ditutup dengan
pinjaman baru, dan dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
Kredit dalam dunia perbankan dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
mengatakan, ketika kredit dianggap mulai bermasalah, dapat dilihat dari kolektibilitas
kredit yang dimulai dari lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Saat kredit
untuk membayar bunga dan kredit/kewajiban pokok yang sudah jatuh tempo,
sekali. Apabila kredit bermasalah dibiarkan terus menerus, maka akan berdampak
pada kelangsungan hidup suatu usaha perkoperasian itu sendiri, seperti koperasi tidak
usaha bank itu sendiri. (Wawancara dengan Nyoman Suardana, sebagai ketua bagian
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor penyebab kredit macet yang berasal dari pihak
16
Mahmoedin, 2004, Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal.51
35
kredit. Analisis kredit merupakan hal yang penting dalam pemberian kredit,
dimana calon nasabah peminjam kredit harus memberikan laporan keuangan dan
kredit atau dengan menganalisa kredit, pihak bank dapat menurunkan nominal
pinjaman pada kredit tersebut apabila data-data nasabah kurang dianggap akurat.
dilihat dari pencairan dana kredit sebelum dokumen kredit selesai, surat teguran
atas tunggakan pada debitur tidak disertai dengan tindakan riil, koperasi jarang
mengadakan analisa cash-flow yaitu analisa mengenai keluar masuknya uang kas
pada koperasi, komunikasi anatara pihak koperasi dengan pihak nasbah kurang
lancar, dan tidak diterapkannya sistem & prosedur tertulis mereka sehingga
koperasi dianggap lemah karena tidak bisa menjalankan sistem mereka sendiri.
c. Adanya campur tangan yang berlebihan dalam keputusan kredit. Campur tangan
yang berlaku.
dimaksud dalam hal ini adalah penambahan kredit tanpa jaminan yang cukup, serta
36
biaya tidak memadai, modal jangka panjang tidak cukup sehingga koperasi
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor penyebab kredit macet yang berasal dari
pihak nasabah.
krisis moneter mempunyai dampak yang luas terhadap kegiatan ekonomi terutama
pada sektor-sektor usaha disamping masih relatif tingginya tingkat bunga sebagai
bunga kredit.
b. Pemanfaatan iklim dunia perbankan yang tidak sehat oleh nasabah yang tidak
bertanggung jawab. Hal ini sering kali dimanfaatkan oleh beberapa nasabah
prinsip pemberian kredit yang sehat dengan menawarkan persyaratan kredit yang
lebih ringan dalam jumlah yang besar. Sehingga kredit yang diberikan kepada
orang yang bersangkutan selebihnya akan digunakan untuk tujuan lain yang
37
bersifat pribadi.
kematian, kebakaran pada tempat usahanya, pencurian, maupun hal-hal lain yang
bersifat musibah.
terjadinya kredit macet pada PT BPR Lestari tersebut cenderung disebabkan oleh
2. Adanya itikad tidak baik dari pihak nasabah sehingga menyebabkan tidak
lancarnya pembayaran kredit. Masih ada beberapa nasabah yang bersifat seperti
ini, melihat pembayaran awalnya baik-baik saja namun setelah bulan berikutnya
tidak ada pembayaran selanjutnya. Dalam pengawasannya, debitur ini sedang tidak
itikad dari debitur itu sendiri yang sengaja melakukan hal seperti itu. Biasanya hal
ini cenderung dilakukan oleh nasabah yang jumlah pinjaman kreditnya kecil tanpa
38
jaminan.
3. Adanya penyalahgunaan kredit oleh nasabah. Hal ini terjadi karena apa yang
Misalnya: dikatakan pada saat nasabah meminjam kredit untuk menambah modal
(Wawancara dengan Nyoman Suardana, sebagai ketua bagian kredit pada PT BPR
BAB IV
penyalur dana masyarakat, oleh karena itu kredit sebagai aktiva produktif merupakan
sumber penghasilan utama dari bank. Apabila kredit tersebut di belakang hari
mengalami kredit macet, maka hal itu akan berpengaruh pada penghasilan yang
dan keuntungan bank, maka setiap adanya gejala yang mensyaratkan adanya kredit
Penyelesaian kredit macet ada dua cara, yaitu melalui jalur hukum dan jalur non
hukum. Salah satu upaya penyelesaian kredit macet melalui jalur non hukum adalah
kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat dalam
Kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu,
17
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif dan
angsuran bunga menjadi pokok Kredit baru yang dapat disertai dengan
Perkreditan Rakyat mengatur mengenai tata cara, larangan, serta kewajiban dalam
dan
menghindari :
(PPAP); dan/atau
42
namun tidak terbatas pada pengakuan kerugian yang timbul dalam rangka
huruf a.
restrukturisasi, dan
yang berlaku.
(PPAP) dan pendapatan bunga yang telah diakui secara akrual, apabila :
dan/atau
tertulis dari nasabah. Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan untuk nasabah
Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan untuk kredit dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet. Restrukturisasi kredit wajib didukung dengan analisis
kredit dapat dilakukan paling banyak tiga kali dalam jangka waktu perjanjian kredit.
Restrukturisasi kredit kedia dan ketiga dapat dilakukan paling cepat enam bulan
disebutkan di atas, dapat pula dilakukan eksekusi agunan, baik itu melalui penjualan
jaminan kredit harus terlebih dahulu diusahakan penjualan di bawah tangan apabila
debitur masih mau bekerja sama (cooperative), namun apabila tidak dapat tercapai
18
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000), hal.147
45
pelelangan.
(2), yang berbunyi :“Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan,
dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan
semua pihak”.
umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan
pengumuman lelang.19
19
Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang,
hipotek telah diambil alih untuk menunjukkan salah satu bentuk jaminan hak ayas
tanah. Di dalam Pasal 1162 KUHPerdata, hipotek adalah suatu hak kebendaan atas
pelunasan dari perikatan. Objek hipotek dapat berupa tanah yang diatur di dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, kapal yang diatur di
dalam Pasal 314 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan
Konvensi Internasional tentang Piutang Maritim dan Mortgage 1993 yang ditetapkan
yang terakhir adalah objek pesawat udara yang diatur di dalam Undang-Undang
tersebut didaftarkan, akan diterbitkan grosse akta hipotek kapal berdasarkan Pasal
224 HIR. Grosse tersebut punya status yang sama dengan putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, dengan menggunakan grosse akta hipotek
20
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Hipotek, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti,
1991), hal 15
47
b) Pemegang hipotek punya hak menjual sendiri kapal yang dibebani hipotek
dimaksud
Hal ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 1198 dalam Kitab Undang- Undang
Hukum Perdata, yaitu kreditur yang memegang hipotek yang telah terdaftar, dapat
menuntut haknya atas barang tak bergerak yang terkait itu, biar di tangan siapa pun
barang itu berada, untuk diberi urutan tingkat dan untuk dibayar menurut urutan
pendaftarannya.
Untuk semua kapal yang berada di luara wilayah Indonesia, kreditor dapat
Upaya penyelesaian kredit macet yang dilakukan pada PT BPR Lestari Denpasar
dilakukan dengan berbagai cara, tergantung bagaimana prospek dari nasabah tersebut.
48
maupun teguran secara lisan kepada debitur agar dapat melaksanakan kewajiban
pembayaran kredit utama berupa angsuran kredit, demi memperbaiki status kreditnya.
Apabila sudah kembali normal maka pihak PT BPR Lestari akan melanjutkan proses
Apabila terguran tidak mendapatkan hasil, maka pihak PT BPR Lestari akan
menggunakan tahap kedua, yaitu memberi surat peringatan kepada nasabah. Adapun
memberikan surat peringatan sebanyak tiga kali berturut-turut. Apabila pihak debitur
tetap tidak beritikad baik untuk memenuhi kewajibannya, maka pihak PT BPR
Upaya apa saja untuk penyelamatan kredit terhadap PT BPR Lestari selain
Dalam hal ini nasabah diberikan keringanan dalam hal jangka waktu, yang
waktu diberikan maksimal 8 bulan untuk kredit tanpa jaminan sedangkan dengan
jaminan tergantung dari jumlah tunggakan, kemampuan debitur dan umur dari
jaminan debitur karena dari tahun ketahun barang akan mengalami penurunan
harga.
perjanjian, baik jangka waktu, jadwal pembayaran, maupun syarat yang lain
3) Restructuring(penataanulang)
BPR Lestari. Apabila segala langkah alternatif tidak memberikan penyelesaian secara
berkala, maka pihak PT BPR Lestari secara tegas akan mengambil alih barang
jaminan nasabah yang digunakan saat melakukan perjanjian kredit. Barang jaminan
debitur akan dijadikan sebagai pengganti dari jumlah hutang debitur. Proses
pengambilan barang jaminan nasabah tidaklah sulit, karena pihak nasabah memang
jaminan sudah diambil alih oleh pihak PT BPR Lestari maka akan dijual kembali
untuk menutupi hutang dari pihak nasabah. Apabila hasil penjualan melebihi hutang,
Apakah ada jalan terakhir untuk menyelesaikan kredit macet apabila tidak ada
alihan barang jaminan merupakan jalan terakhir untuk menutupi hutang yang dimiliki
oleh nasabah. Hal ini dikarenakan tidak ada jalan keluar lagi untuk menutup hutang
yang dimiliki nasabah, sedangkan PT BPR Lestari harus tetap menjaga stabilitas
keuangan mereka dari tahun ke tahun agar tidak terjadinya hal yang tidak diinginkan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berikut:
1. Terjadinya kredit macet pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor penyebab kredit macet
yang berasal dari pihak bank itu sendiri. Dan faktor eksternal merupakan faktor
penyebab kredit macet yang berasal dari pihak nasabah. Sedangkan faktor terjadinya
kredit macet pada PT BPR Lestari Denpasar adalah adanya kegagalan/musibah yang
itikad tidak baik dari pihak nasabah sehingga menyebabkan tidak lancarnya
2. Penyelesaian kredit macet yang ditempuh oleh PT BPR Lestari Denpasar adalah
melalui jalur negosiasi dan akan memberikan peringatan maupun teguran secara lisan
Apabila terguran tidak mendapatkan hasil, maka pihak PT BPR Lestari akan
menggunakan tahap kedua, yaitu memberi surat peringatan kepada nasabah. Apabila
pihak debitur tetap tidak beritikad baik untuk memenuhi kewajibannya, maka pihak
53
PT BPR Lestari akan melakukan upaya penyitaan barang jaminan dan akan lelang
untuk menutupi hutang dari pihak nasabah. Apabila hasil penjualan melebihi hutang,
5.2 SARAN
Adapun saran yang penulis buat dari permasalahan dalam penulisan ini sebagai
berikut:
1. Untuk menghindari atau mengurangi resiko terjadinya kredit macet dalam proses
pemberian kredit kepada debitur perlu dilakukan proses analisis yang cermat oleh
pemilik, pengurus atau pegawai bank yang memiliki itikad tidak baik dengan
semaksimal mungkin dan pihak debitur sebaiknya lebih mematuhi peraturan yang ada
dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, karena pada dasarnya bank
debitur bertanggung jawab atas beban yang diberikan oleh pihak kreditur dan tidak
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Djoni S. Gozali dan Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Sinar Grafika,
Jakarta.
Drs. Thomas Suyatno, et. al., Dasar-Dasar Perkreditan, Cetakan ke-11, (Jakarta: PT.
Firdaus Rachmat dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori,
Alfabeta, 2009).
H.R Daeng Naja, 2015, Hukum Kredit Dan Bank Garansi The Bankers Hand Book,
Aksara, 1983.
Oey Hoey Tiong, 1984, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Prof. DR. H. Veithzal Rivai, M.B.A., Andria Permata Veithzal, B.Acct, M.B.A.,
Persada, 2006).
Rudy Tri Santoso, 1996, Kredit Usaha Perbankan, Yogjakarta: Andi Yogyakarta.
Press, Malang.
H.R.Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti,
Bandung
Jakarta
Djoni S.Gazali, 2010, Pengertian dan Dasar Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif dan
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Hipotek, Jakarta: PT. Citra Aditya
Bakti, 1991)
Perundang-undangan
DAFTAR INFORMAN
Umur : 54 tahun