Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PEREKONOMIAN INDONESIA
“Kebijakan Desentralisasi”

DISUSUN OLEH :

Nama: Nim:
Evitasari Br.Tarigan BCA 118 042
Ovella Reuli Filemonica Br. Tarigan BCA 118 002
Rahmad Dianto Lase
Rimma Melati Simbolon BCA 118 043
Theresia Gokmauli Siallagan BCA 118 055

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN 2019/2020
1. Pengertian Desentralisasi
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan desentralisasi? Secara umum, pengertian
desentralisasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah agar dapat mengatur kegiatan di daerah tersebut berdasarkan asas
otonom.Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1974, pengertian desentralisasi adalah
penyerahan urusan pemerintahan dari pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang tersebut
semata-mata bertujuan untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang lebih efektif dan efisien.
Hasil dari pelimpahan wewenang tersebut adalah terbentuknya daerah otonom atau otonomi
daerah, yaitu adanya kebebasan pemerintah daerah tertentu dalam mengatur dan mengurus
kepentingannya sendiri.
Beberapa contoh penerapan sistem desentralisasi, antara lain;

 Kewenangan Dinas Pendidikan dalam mengatur pola pendidikan.


 Kewenangan Dinas Perikanan dalam mengatur potensi perikanan di daerah.
 Proses pemilihan kepala daerah.
 Pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh DPRD

2. Pengertian Desentralisasi Menurut Para Ahli


Agar lebih memahami apa arti desentralisasi, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:

1. Prof. Dr. J. Salusu


Menurut Prof. Dr. J. Salusu, M. A, pengertian desentralisasi adalah kewenangan yang relatif
besar, terutama dalam membuat berbagai keputusan penting, yang didelegasikan dari
organisasi ke tingkat bawah secara luas melalui mata rantai komando.

2. Patrick Sills
Menurut Patrick Sills, pengertian desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah, baik yang menyangkut
bidang legislatif, yudikatif atau administratif.

3. Jha S.N dan Mathur P.C


Menurut Jha S.N dan Mathur P.C, arti desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan dari
pemerintah pusat dengan cara dekonsentrasi pendelegasian kantor wilayah atau dengan
devolusi kepada pejabat daerah atau badan-badan daerah.
4. Henry Maddick
Menurut Henry Maddick (1963), pengertian desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan secara
hukum untuk dapat menangani bidang-bidang atau fungsi-fungsi tertentu kepada daerah
otonom.

5. Irawan Soejipto
Menurut Irawan Soejipto, pengertian desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan
pemerintah kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Soejito mengatakan bahwa desentralisasi
merupakan suatu sistem yang digunakan dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan
dari sentralisasi.

6. Koesoemahatmadja, R. D. H. (Raden Djenal Hoesen)


Menurut Koesoemahatmadja, R. D. H, ada dua bentuk desentralisasi, yaitu dekonsentrasi dan
desentralisasi ketatanegaraan atau desentralisasi politik.

3. Tujuan Desentralisasi
Pemberlakukan sistem desentralisasi tentunya ada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Adapun
beberapa tujuan desentralisasi adalah sebagai berikut:

1. Mencegah Pemusatan Keuangan


Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat melimpahkan kewenangan
pengelolaan keuangan kepada pemerintah daerah. Dengan begitu, maka penganggaran dan
realisasi keuangan daerah dapat terlaksana untuk peningkatan kesejahteraan umum di daerah
tersebut.

2. Bentuk Demokrasi Pemerintah Daerah


Sistem desentralisasi juga merupakan bentuk usaha pendemokrasian pemerintah daerah untuk
melibatkan masyarakat agar turut bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintahan.

3. Perbaikan Ekonomi Sosial di Daerah


Desentralisasi juga akan membantu pemerintah daerah untuk menyusun berbagai program
dalam upaya perbaikan ekonomi sosial di tingkat daerah.

4. Bentuk Desentralisasi

Desentralisasi yang dijalankan mempunyai beberapa bentuk. Menurut Logemann dalam Hanif
Nurcholis, membagi desentralisasi menjadi dua(2) macam yaitu:
 Desentralisasi jabatan (ambtelijke decentralisatie) yaitu pelimpahan kekuasaan dai alat
perlengkapan negara tingkatan lebih atas kepada bawahan guna memperlancar pekerjaan di
dalam melaksanakan tugas pemerintahan.
 Desentralisasi ketatanegaraan (staatkundige decentralisatie) atau desentralisasi politik, yaitu
pelimpahan kekuasaan perundang-undangan dan pemerintahan kepada daerah-daerah
otonom di dalam lingkungannya. Di dalam sentralisasi politik semacam ini, rakyat dengan
menggunakan dan memanfaatkan saluran-saluran tertentu (perwakilan) ikut serta di dalam
pemerintahan dengan batas wilayah daerah masing-masing.
Desentralisasi ini dibagi 2 lagi yaitu:
 Desentralisasi territorial, yaitu penyerahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri dan batas pengaturannya adalah daerah.
 Desentralisasi fungsional, yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus
fungsi tertentu. Batas pengaturannya adalah jenis fungsi.

Pendapat Logemann diperkuat dengan pendapat Bayu Suryaningrat membagi desentralisasi


atas:
 Desentralisasi jabatan, yaitu pemudaran kekuasaan atau lebih tepat pelimpahan
wewenangan dari atasan kepada bawahanny dalam rangka kepegawaian untuk
meningkatkan kelancaran pekerjaan.
 Desentralisasi kenegaraan, yaitu penyerahan kekuasaan untuk mengatur daerah dalam
lingkungannya untuk mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan negara.

Sehubungan dengan pendapat terdahulu, maka Dewi Erowati mengemukakan Bentuk-bentuk


desentralisasi sebagai berikut:
 Desentralisasi politik: menyangkut kerangka kerja konstitusional, legal dan pengaturan
serta masyarakat (partsipasi) menuju informasi dan monitoring, kemampuan manajerial
dan teknis, serta pertanggungjawaban dan transparansi.masyarakat madani
 Desentralisasi administrasi: menyangkut pelayanan publik,
 Desentralisasi Fiskal : menyangkut pertanggungjawabab pembiayaan, pendapatan, transfer
dan pinjaman.

5. Ciri-Ciri Desentralisasi
Ada beberapa karakteristik tertentu yang terdapa pada sistem desentralisasi. Menurut Smith
(1985), ciri-ciri desentralisasi adalah sebagai berikut:

 Adanya pendelegasian/ pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah


daerah untuk dapat melaksanakan fungsi tertentu dari pemerintahan.
 Adanya wewenang pemerintah daerah untuk menetapkan dan melaksanakan suatu
kebijakan yang bertujuan untuk mengatur dan mengurus kepentingan daerahnya.
 Adanya kewenangan dalam menetapkan dan mengatur norma hukum yang berlaku secara
umum dan juga yang sifatnya abstrak.
 Penerima wewenang adalah daerah otonom, dimana fungsi yang diserahkan dapat dirinci
atau fungsi yang tersisa.
 Adanya kewenangan untuk menetapkan norma hukum yang bersifat individual dan juga
konkrit.
 Daerah otonoma berada di luar hirarki organisasi pemerintah pusat.
 Menunjukkan pada pola hubungan antra organisasi.
 Terciptanya political variety dan diversity of structur di dalam sistem politik.

6. Dampak Desentralisasi
Pada pelaksanaannya, sistem desentralisasi memiliki dampak positif dan negatif bagi berbagai
bidang kehidupan di suatu daerah. Berikut ini adalah dampak desentralisasi di beberapa bidang
penting dalam kehidupan bermasyarakat:
1. Bidang Sosial Budaya

 Dampak positif desentralisasi pada bidang sosial budaya misalnya terbentuknya dan
semakin kuatnya ikatan sosial budaya di setiap daerah sehingga pengembangan
kebudayaan daerah semakin baik.
 Namun, terdapat dampak negatifnya juga. Misalnya, timbulnya persaingan antar
daerah otonom yang saling berlomba menonjolkan kebudayaan masing-masing
sehingga dapat melunturkan rasa persatuan dan kesatuan.

2. Bidang Politik

 Dampak positif desentralisasi pada bidang politik terlihat dari semakin aktifnya
pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya karena memiliki wewenang
membuat dan memutuskan kebijakan tertentu.
 Sedangkan dampak negatifnya adalah timbulnya euforia berlebihan sehingga
kewenangan tersebut berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan pribadi,
golongan, dan kelompok tertentu.

3. Bidang Ekonomi
 Dampak positif desentralisasi pada bidang ekonomi yaitu adanya kewenangan
pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya alam, sehingga pendapatan
daerah dan masyarakatnya akan semakin meningkat.
 Namun, hal tersebut disertai dengan dampak negatif yang mungkin terjadi. Misalnya
potensi terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh pejabat daerah sehingga timbul
praktik KKN.

4. Bidang Keamanan

 Dampak positif desentralisasi pada bidang keamanan yaitu timbulnya rasa memiliki
dan melakukan upaya mempertahankan NKRI dengan kebijakan tertentu yang dapat
meredam keinginan untuk terpisah dari NKRI.
 Sedangkan dampak negatifnya terhadap keamanan adalah timbulnya potensi konflik
antar daerah ketika suatu daerah merasa tidak puas dengan sistem terkait Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

7. Perubahan Undang-Undang Otonomi Daerah


Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata
otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari
kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang,
sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk
membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka
memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh
pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah[2] sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami beberapa
kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844).
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau
tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan
yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka
membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.[
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 Ayat 1 - 7, Pasal
18A ayat 1 dan 2, Pasal 18B ayat 1 dan 2.
 Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg Berkeadilan, serta
perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
 Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
 UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun 2004)

8. Implikasi Otonomi Daerah di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan


hukum
Sebagian kalangan menilai bahwa kebijakan Otonomi Daerah di bawah UU 32 Tahun
2004 merupakan salah satu kebijakan Otonomi Daerah yang terbaik yang pernah ada di
Republik ini. Prinsip-prinsip dan dasar pemikiran yang digunakan dianggap sudah cukup
memadai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat dan daerah. Kebijakan Otonomi Daerah
yang pada hakekatnya adalah upaya pemberdayaan dan pendemokrasian kehidupan
masyarakat diharapkan dapat memenuhi aspirasi berbagai pihak dalam konteks
penyelenggaraan pemerintahan negara serta hubungan Pusat dan Daerah.
Jika kita memperhatikan prinsip-prinsip pemberian dan penyelenggaraan Otonomi
Daerah dapat diperkirakan implikasi ke depan dari Otonomi Daerah tersebut. Untuk
mengetahui implikasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan.
Salah satu pendekatan yang kita gunakan disini adalah aspek politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hukum.

Implikasi politik dari Otonomi Daerah


Dari aspek politik , pemberian otonomi dan kewenangan kepada Daerah merupakan
suatu wujud dari pengakuan dan kepercayaan Pusat kepada Daerah. Pengakuan Pusat terhadap
eksistensi Daerah serta kepercayaan dengan memberikan kewenangan yang luas kepada
Daerah akan menciptakan hubungan yang harmonis antara Pusat dan Daerah.[3] Selanjutnya
kondisi akan mendorong tumbuhnya dukungan Daerah terhadap Pusat dimana akhirnya akan
dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Kebijakan Otonomi Daerah sebagai upaya
pendidikan politik rakyat akan membawa dampak terhadap peningkatan kehidupan politik di
Daerah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal

Implikasi ekonomi dari Otonomi Daerah


Dari aspek ekonomi , kebijakan Otonomi Daerah yang bertujuan untuk pemberdayaan
kapasitas daerah akan memberikan kesempatan bagi Daerah untuk mengembangkan dan
meningkatkan perekonomiannya. Peningkatan dan pertumbuhan perekonomian daerah akan
membawa pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di Daerah.
Melalui kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat,
daerah akan berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi, kebutuhan
dan kemampuan. Kewenangan daerah melalui Otonomi Daerah diharapkan dapat memberikan
pelayanan maksimal kepada para pelaku ekonomi di daerah, baik lokal, nasional, regional
maupun global. Bahkan kalau ditelaah lebih lanjut, sejak diberlakukannya otonomi daerah pada
tanggal 1 Januari 2001 lalu, telah terjadi pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada
pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan
fungsi pemerintah daerah. Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Dengan otonomi,
daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa
mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari pemerintah pusat
dan menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan aspirasi masyarakat
(Mardiasmo, 2002).
Sebagai contoh dalam bidang pariwisata yang merupakan sektor riil pemasukan
daerah. Seperti telah disinggung di muka, pelaksanaan otonomi yang diatur dalam UU 32 Tahun
2004, diyakini akan mendorong daerah untuk lebih bersikap mandiri karena memiliki
kewenangan penuh untuk mengurus dan mengontrol daerahnya sendiri. Kemandirian tersebut,
bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih baik, termasuk pengelolaan pariwisata daerah
yang lebih profesional dan mengena. Dengan adanya otonomi, maka otomatis daerah akan
lebih kreatif dalam menggali penerimaan daerahnya. Dampaknya terhadap pariwisata adalah
adanya kesungguhan dalam mengkaii dan melestarikan objek-objek wisata, karena objek itu
menjadi sumber pendapatan penting bagi daerah. Kemandirian ini juga diharapkan akan
memacu kemandirian dalam bidang promosi wisata.

Implikasi sosial budaya dari Otonomi Daerah


Dari aspek sosial budaya, kebijakan Otonomi Daerah merupakan pengakuan terhadap
keanekaragaman Daerah, baik itu suku bangsa, agama, nilai-nilai sosial dan budaya serta
potensi lainnya yang terkandung di daerah. Pengakuan Pusat terhadap keberagaman Daerah
merupakan suatu nilai penting bgi eksistensi Daerah. Dengan pengakuan tersebut Daerah akan
merasa setara dan sejajar dengan suku bangsa lainnya, hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap upaya mempersatukan bangsa dan negara. Pelestarian dan pengembangan nilai-nilai
budaya lokal akan dapat ditingkatkan dimana pada akhirnya kekayaan budaya lokal akan
memperkaya khasanah budaya nasional.

Implikasi hukum dari Otonomi Daerah


Memperhatikan pemikiran dengan menggunakan pendekatan aspek politik, ekonomi,
sosial budaya dan hukum, secara ideal kebijakan Otonomi Daerah merupakan kebijakan yang
sangat tepat dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Hal ini berarti bahwa kebijakan
Otonomi Daerah mempunyai prospek yang bagus di masa mendatang dalam menghadapi
segala tantangan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Namun demikian prospek yang bagus tersebut tidak akan dapat terlaksana jika
berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi tidak dapat diatasi dengan baik. Untuk dapat
mewujudkan prospek Otonomi Daerah di masa mendatang tersebut diperlukan suatu kondisi
yang kondusif diantaranya yaitu :
o Adanya komitmen politik dari seluruh komponen bangsa terutama pemerintah dan lembaga
perwakilan untuk mendukung dan memperjuangkan implementasi kebijakan Otonomi
Daerah.
o Adanya konsistensi kebijakan penyelenggara negara terhadap implementasi kebijakan
Otonomi Daerah.
o Kepercayaan dan dukungan masyarakat serta pelaku ekonomi dalam pemerintah dalam
mewujudkan cita-cita Otonomi Daerah.
Dengan kondisi tersebut bukan merupakan suatu hal yang mustahil Otonomi Daerah
mempunyai prospek yang sangat cerah di masa mendatang. Kita berharap melalui dukungan
dan kerjasama seluruh komponen bangsa kebijakan Otonomi Daerah dapat diimplementasikan
dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
9. Implementasi Desentralisasi Di Indonesia
Demi pelaksanaan demokrasi, sudah saat digunakan system otonomi yang seluas-luasnya
dalam pelaksanaan desentralisasi di Indonesia.

1. Aspek Politik
Dari sudut politik, desentralisasi ini dimaksudkan untuk mendemokrasikan pemerintah
daerah. Masyarakat daerah harus dapat dengan leluasa memilih pemerintahannya sendiri
serta menyusun dan membuat peraturannya sendiri dengan perkataan lain apapun yang
terjadi didaerah adalah dari rakyat, oleh rakyat , dan untuk rakyat. Intervensi pusat
terhadap daerah harus dikurangi dan dibatasi, sehingga kemandirian daerah benar-benar
dapat terwujud.
Dalam bidang politik, ekonomi seluas-luasnya harus ditandai dengan semakin besarnya
wewenang dan kemandirian DPRD. DPRD harus berwenang secara mandiri memilih calon
kepala daerahnya dan kemudian diresmikan mengangkatannya oleh pemerintah pusat.
DPRD juga harus berwenang meminta pertanggung jawaban kepala daerah yang tidak
memenuhi harapan rakyat. Terkait dalam hal ini, maka sangat relevan pecabutan Dwifungsi
ABRI, terutama pengangkatan anggota ABRI dalam lembaga Legislatif dan Eksekutif seperti
Gubernur dan Bupati/Walikota

2. Aspek Teknis
Dari sudut teknis pelaksanaan ini ditujukan untuk memperoleh efesiensi dan efektivitas
dalam penyelenggaraan Penda. Hal ini meliputi urusan rumah tangga mana yang paling
cocok dan paling tepat dikerjakan oleh daerah, bidang pekerjaan apa yang sebaiknya tetap
dilakukan oleh lembaga pemerintah pusat dan bekerjasama yang bagaimana yang bisa
dilakukan oleh beberapa daerah agar memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Dengan
perkataan lain aspek teknis ini bersifat kasualistis, tergantung kepada situasi dan kondisi
masing masing daerah.

3. Aspek Ekonomis
Dalam bidang ekonomi otonomi daerah yang seluas-luasnya harus ditujukan kepada
perubahan pengaturan hubungan antara pusat dan daerah. Undang- undang tentang
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang harus dapat menjamin agar daerah
memperoleh bagian yang lebih proporsional sehingga dapat membiayai kegiatan
pemerintah dan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Pengaturan
tentang pajak daerah, retribusi daerah dan perusahaan daerah juga harus ditinjau kembali
dengan demikian daerah dapat mengembangkan kreasinya dalam mencari berbagai
pendapatan daerah yang potensial.

Anda mungkin juga menyukai