Anda di halaman 1dari 8

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah

UNTAG Semarang

FUNGSI SISTEM PEMASYARAKATAN DALAM MEREHABILITASI


DAN
MEREINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN
Sri Wulandari
Sriwulan_@yahoo.co.id

Abstraksi
Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang diletakkan pada landasan Undang – Undang No. 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan. Sistem Pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga
binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan
tidak mengulangi tindak pidana. Karena itu, pemasyarakatan pada hakekatnya adalah proses interaksi
merubah sistim nilai narapidana untuk beradaptasi dengan nilai – nilai yang berlaku di masyarakat melalui
proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan (WBL).
Kata Kunci : Sistem Pemasyarakatan, Warga Binaan Pemaryarakatan (WBL), Rehabilitasi dan Reintegrasi
Sosial.

Abstract
Correctional System is an order on the direction and limits of coaching and the way prisoners based on
Pancasila is placed on the anvil Law - Law No. 12 Year 1995 regarding Correctional. Correctional
systems are maintained in order to form the prisoners in order to be fully human, aware of the error,
improve ourselves and not to repeat the crime. Therefore, correctional essentially the interaction process
change rate system inmates to adapt to values - values that apply in the community through the process of
rehabilitation and social reintegration of prisoners (WBL).
Keywords: Correctional System, Citizens Patronage Pemaryarakatan (WBL), Rehabilitation and Social
Reintegration.

tidak lagi sekedar penjeraan tetapi


juga merupakan suatu usaha
1. PENDAHULUAN rehabilitasi (perbaikan ,
penyembuhan) dan reintegrasi sosial
1.1. Latar Belakang warga binaan pemasyarakatan yang
telah melahirkan suatu sistem
Negara Republik Indonesia adalah pembinaan yang dinamakan sistem
negara hukum, pembangunan hukum pemasyarakatan.
nasional dimaksutkan agar Sistem pemasyarakatan adalah suatu
masyarakat menghayati hak dan tatanan mengenai arah dan batas serta
kewajibannya serta untuk cara pembinaan warga bianaan
meningkatkan pembinaan sikap para pemasyarakatan berdasarkan
pelaksana penegak hukum sesuai Pancasila yang dilaksanakan secara
tugas dan fungsinya masing – masing terpadu antara Pembina, yang dibina
kearah tegaknya hukum, keadilan dan dan masyarakat untuk meningkatkan
perlindungan terhadap harkat dan kualitas warga binaan
martabat manusia berdasarkan pemasyarakatan agar menyadari
Pancasila dan Undang – Undang kesalahan, memperbaiki diri dan
Dasar 1945 serta menjunjung tinggi tidak mengulangi tindak pidana
Hak Asasi Manusia (HAM). sehingga dapat diterima kembali oleh
Negara Indonesia yang berdasarkan lingkungan masyarakat, dapat
Pancasila senantiasa melakukan berperan dalam pembangunan dan
pemikiran – pemikiran baru dapat hidup secara wajar sebagai
mengenai fungsi pemidanaan yang

87
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

warga yang baik dan Untuk melaksanakan sistem


bertanggungjawab. pemasyarakat tersebut, diperlukan
Sistem pemasyarakatan juga keikut sertaan masyarakat baik
merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan mengadakan kerjasama dalam
penegakan hukum pidana. Karena itu pembinaan maupun dengan sikap
pelaksanaannya tidak dapat bersedia menerima kembali warga
dipisahkan dari pengembangan binaan pemasyarakatan yang telah
konsepsi umum mengenai selesai menjalani masa pidananya.
pemidanaan. Pada dasarnya sifat Sisitem pemasyarakatan juga
pemidanaan masih bertolak dari asas bertujuan untuk melindungi
dan sistem pemenjaraan yang masyarakat terhadap kemungkinan
menekankan pada unsur balas diulanginya tindak pidana oleh warga
dendam dan penjeraan. Kondisi ini binaan pemasyarakatan. Karena itu
dipandang sebagai suatu sistem dan dalam pelaksanaan sistem
sarana yang tidak sejalan dengan pemasyarakatan dilakukan
konsep rehabilitasi dan reintegrasi pembinaan rokhani dan jasmani serta
sosial. Karena itu, narapidana bukan memberikan hak – hak mereka untuk
hanya sebagai objek melainkan juga menjalankan ibadah, berhubungan
subjek yang tidak berbeda dari dengan pihak luar baik keluarga
manusia lainnya yang sewaktu – maupun pihak lain, memperoleh
waktu dapat melakukan kesalahan / pendidikan yang layak maupun
kekhilafan yang dapat dipidana. mendapatkan informasi melalui
Lembaga pemasyarakatan (LP) media cetak / elektronik.
adalah tempat untuk melaksanakan Istilah pemasyarakatan dipergunakan
pembinaan narapidana dan anak didik secara resmi sejak 27 April 1964,
pemasyarakatan sedangkan Warga melalui Amanat Presiden pada
Binaan Pemasyarakatan adalah Konferensi Dinas Kepenjaraan di
narapidana, anak didik Lembang Bandung yang
pemasyarakatan dan klien menghasilkan 10 Prinsip
pemasyarakatan. Pemasyarakatan. Sedangkan yang
Warga binaan pemasyarakatan menjadi tugas pokok dan fungsi dari
sebagai insan dan sumber daya Devisi Pemasyarakatan adalah:
manusia harus diperlakukan dengan 1) Pelayanan, Pembinaan dan
baik dan manusiawi dalam suatu Bimbingan dibidang
sistem pembinaan yang terpadu. pemasyarakatan,
Pembinaan dimaksutkan sebagai 2) Pengkoordinasian
upaya untuk menyadarkan narapidana pelaksanaan teknis di bidang
agar menyesali perbuatannya dan Pemasyarakatan,
mengembalikannya menjadi waraga 3) Pengawasan dan
masyarakat yang baik, taat kepada pengendalian pelaksanaan
hukum, menjunjung tinggi nilai – teknis dibidang
nilai moral, sosial dan keagamaan pemasyarakatan.
sehingga tercapai kehidupan
masyarakat yang aman, tertib dan 1.2. Perumusan Masalah
damai yang diletakkan pada satu Bagaimanakah Fungsi Sistem
landasan yuridis Undang – Undang Pemasyarakatan Dalam
No. 12 tahun 1995 tentang Merehabilitasi dan Mereintegrasi
Pemasyarakatan.

88
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Sosial Warga Binaan Pemasyarakatan Dalam BAB I Ketentuan Umum


? Undang – Undang No. 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 ayat
1.3. Tujuan Penelitian (1) menyebutkan bahwa
Penelitian ini dilakukan dengan Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk
maksutuntuk mengkaji dan melakukan pembinaan warga binaan
menganalisa fungsi sistem pemasyarakatan berdasarkan sistem,
pemasyarakatan dalam merehabilitasi kelembagaan dan cara pembinaan yang
dan mereintegrasi sosial warga merupakan bagian akhir dari sistem
binaan pemasyarakatan. pemidanaan dalam tata peradilan
pidana.
Kemudian dalam Pasal 1 ayat (2)
ditegaskan bahwa Sistem
2. Kajian Teori Pemasyarakatan adalah suatu tatanan
mengenai arah dan batas serta cara
2.1. Pengertian dan Ruang pembinaan warga binaan
Lingkup Sistem pemasyarakatan berdasarkan Pancasila
Pemasyarakatan yang dilaksanakan secara terpadu
Pada dasarnya tindakan pemidanaan antara Pembina, yang dibina dan
(penahanan dan pemenjaraan) adalah masyarakat untuk meningkatkan
“upaya paksa” terhadap seseorang kualitas warga binaan pemasyarakatan
yang bertentangan dengan Hak – Hak agar menyadari kesalahan,
Asasi Manusia (HAM). Namun karena memperbaiki diri dan tidak mengulangi
tindakan tersebut dijamin oleh tindak pidana sehingga dapat diterima
perundang – undangan maka tindakan kembali oleh lingkungan masyarakat,
tersebut sah menurut hukum, dimana dapat aktif berperan dalam
Lembaga Pemasyarakatan (LP) / pembangunan dan dapat hidup secara
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) wajar sebagai warga yang baik dan
berfungsi sebagai tempat pelaksanaan bertanggungjawab.
“upaya paksa”. Sistem Pemasyarakatan
Berdasar Keputusan Menteri Hukum diselenggarakan dalam rangka
dan HAM RI No. 28 Tahun 2014 membentuk warga binaan
tanggal 17 Oktober 2014 tentang pemasyarakatan agar menjadi manusia
Organisasi dan Tata Kerja Kantor seutuhnya, menyadari kesalahan,
Wilayah Kementrian Hukum dan memperbaiki diri dan tidak mengulangi
HAM RI, Tugas Pokok dan Fungsi tindak pidana sehingga dapat diterima
Devisi Pemasyarakatan adalah : kembali oleh lingkungan masyarakat,
1. Pelayanan, Pembinaan dan dapat aktif berperan dalam
Bimbingan dibidang pembangunan dan dapat hidup secara
Pemasyarakatan, wajar sebagai warga yang baik dan
2. Pengkoordinasian pelaksanaan bertanggungjawab. Sistem
teknis di bidang pemasyarakatan berfungsi menyiapkan
Pemasyarakatan, warga binaan pemasyarakatan agar
3. Pengawasan dan pengendalian dapat berintegrasi secara sehat dengan
pelaksanaan teknis dibidang masyarakat sehingga dapat berperan
Pemasyarakatan. kembali sebagai anggota masyarakat
yang bebas dan bertanggungjawab.

89
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Sistem pemasyarakatan berfungsi bentuk kejahatan sebagai politik


menyiapkan warga binaan kriminal pemerintahan Kolonial
pemasyarakatan agar dapat berintegrasi terhadap usaha mengurangi angka
secara sehat dengan masyarakat kejahatan. Oleh sebab itu perlakuan
sehingga dapat berperan kembali terhadap pelanggar hukum
sebagai warga masyarakat yang bebas dilaksanakan dengan tidak manusiawi.
dan bertanggungjawab. Hal ini dapat difahami karena dalam
Sistem pembinaan pemasyarakatan sistem kepenjaraan mengandung
dilaksanakan berdasarkan asas : prinsip bahwa narapidana adalah
1. Pengayoman, merupakan objek semata- mata dan
2. Persamaan perlakuan dan penjatuhan pidana dimaksutkan
pelayanan, sebagai tindakan balas dendam,
3. Pendidikan, sehingga dalam pelaksanaan hukuman
4. Pembimbingan, penjara masalah HAM tidak
5. Penghormatan harkat dan diperhatikan / diabaikan.
martabat manusia,
6. Kehilangan kemerdekaan 2.2. Tujuan Sistem
merupakan satu – satunya Pemasyarakatan
penderitaan, dan Dalam Sistem Pemasyarakatan, tujuan
7. Terjaminya hak untuk tetap dari pemasyarakatan adalah bahwa
berhubungan dengan keluarga pemidanaan terhadap seorang
dan orang – orang tertentu. terpidana disamping menimbulkan rasa
Pembinaan warga binaan derita karena hilangnya kemerdekaan
pemasyarakatan dilakukan di Lembaga bergerak, juga membimbing terpidana
Pemasyarakatan (LAPAS) dan agar bertobat, mendidik supaya
pembimbingan warga binaan menjadi seorang anggota masyarakat
pemasyarakatan dilakukan di Balai sosialis Indonesia yang berguna. Dan
Pemasyarakatan (BAPAS). pemidanaan tidak lagi berorientasi
Pembimbingan dan pembinaan pada tujuan pembalasan / penjeraan
diselenggarakan oleh Menteri dan yang bertentangan dengan nilai – nilai
dilaksanakan oleh petugas kemanusiaan melainkan berorientasi
pemasyarakatan. pada rehabilitasi (perbaikan,
Dalam rangka menyelenggarakan penyembuhan) dengan mengarahkan
pembinaan dan pembimbingan warga pemidanaan pada tata perlakuan yang
binaan pemasyarakatan, Menteri dapat bertujuan bukan saja agar para
mengadakan kerjasama dengan instansi narapidana bertobat dan tidak
pemerintah terkait, badan – badan melakukan tindak pidana lagi, tetapi
kemasyarakatan lainnya atau juga melindungi masyarakat dari
perorangan yang kegiatannya seiring tindak kejahatan.
dengan penyelenggaraan sistem Istilah Pemasyarakatan dipergunakan
pemasyarakatan. secara resmi sejak tanggal 27 april
Sejak diperkenalkan oleh Sahardjo, 1964 melalui Amanat Presiden pada
tanggal 5 Juli 1963 negara Indonesia Konferensi Dinas Kepenjaraan di
tidak lagi menganut Sistem Penjara Lembang Bandung, menghasilkan 10
dan beralih ke Sistem Pemasyarakatan. (sepuluh) Prinsip Pemasyarakatan –
Dalam sistem Kepenjaraan tujuan Reintegrasi Sosial yaitu :
pidana penjara adalah untuk 1. Ayomi dan berikan bekal hidup
melindungi masyarakat dari segala agar mereka dapat menjalankan

90
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

peranannya sebagai warga mengenalisa data sekumnder


masyarakat yang baik dan (peraturan perundang – undangan
berguna. didukung dengan Fungsi sistem
2. Bahwa penjatuhan pidana pemasyarakatan dalam merehabilitasi
bukan tindakan balas dendam dan mereintegrasi sosial warga binaan
negara. pemasyarakatan. Data yang terkumpul
3. Berikan bimbingan bukan selanjutnya dilakukan pengananlisaan
penyiksaan supaya mereka secara kualitatif melalui proses koding
bertobat. dan editing selanjutnya disajikan dalam
4. Negara tidak berhak membuat bentuk uraian.
mereka menjadi lebih buruk
dari sebelum dijatuhi pidana.
5. Selama kehilangan 4. Pembahasan.
kemerdekaan bergerak, para Hakekat dari Sistem Pemasyarakatan
warga binaan pemasyarakatan pada dasarnya merupakan buah pikiran
harus dikenalkan dengan untuk menerapkan konsep “Treatment
masyarakat. of Offender” (perlakuan terhadap
6. Pekerjaan yang diberikan pelanggar hukum) dan dapat dianggap
kepada warga binaan menggantikan system kepenjaraan.
pemasyarakatan tidak boleh Menurut kajian penology bahwa
sekedar mengisi waktu, tetapi system kepenjaraan tidak sesuai
lebih diprioritaskan untuk bekal dengan pengakuan terhadap hak dan
hidup setelah nanti kembali ke kebebasan kodrat manusia dalam
masyarakat . kehidupan “personality, sexuality,
7. Bimbingan dan didikan yang security ” selama yang bersangkutan
diberikan kepada warga binaan menjalani pidana penjara.
pemasyarakatan harus Dengan demikian, tujuan pemidanaan
berdasarkan Pancasila. berorientasi pada rehabilitasi (
8. Warga binaan pemasyarakatan perbaikan, pemulihan, penyembuhan),
sebagai orang – orang yang dimana pemidanaan diarahkan lebih
tersesat adalah manusia, dan pada ketata perlakuan yang bertujuan
mereka harus diperlakukan bukan saja agar narapidana bertobat
sebagai manusia. dan tidak melakukan tindak pidana
9. Warga binaan pemasyarakatan lagi, melainkan juga melindungi
hanya dijatuhi pidana hilang masyarakat dari tindak kejahatan.
kemerdekaan sebagai satu – Lembaga Pemasyarakatan sebagai
satunya derita yang dialaminya. ujung tombak pelaksanaan asas
10. Disediakan dan dipupuk sarana pengayoman merupakan tempat untuk
– sarana yang dapat mencapai tujuan melalui pendidikan,
mendukung fungsi rehabilitatif, rehabilitasi dan reintegrasi. Sehingga
korektif dan edukatif dalam tepatlah jika petugas lembaga
sistem pemasyarakatan. pemasyarakatan yang melaksanakan
tugas pembinaan dan pengamanan
warga binaan pemasyarakatan
3. Metode Penelitian. ditetapkan sebagi pejabat fungsional
Penelitian ini dilakukan dengan penegak hukum.
menitik beratkan pada pendekatan Pemasyarakatan yang berarti
yuridis normatif yaitu mengkaji / memasyarakatkan kembali narapidana

91
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

sehingga menjadi warga yang baik dan dan ketertiban yang baik di dalam
berguna pada hakekatnya adalah lembaga pemasyarakatan akan
Rehabilitasi. Dalam proses mempermudah / memperlancar
Resosialisasi narapidana sering pembinaan. Sebaliknya pembinaan
mendapat halangan karena di dalam yang baik akan mempermudah
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) mengatur ataupun memelihara
terjadi juga proses Prisonisasi. keamanan dan ketertiban.
Resosialisasa merupakan suatu proses Pembinaan adalah setiap usaha untuk
interaksi antara narapidana, petugas mendidik, membimbing dan
Lapas dan masyarakat. Proses interaksi mengarahkan suatu kegiatan dengan
termasuk merubah sistem nilai dari berbagai cara dan usaha melalui suatu
narapidana sehingga akan dapat proses yang tertib dan teratur untuk
dengan baik dan efektif beradabtasi mencapai tujuan secara maksimal.
dengan norma – norma dan nilai – nilai Proses pembinaan narapidana dengan
yang berlaku di masyarakat. sistem pemasyarakatan terkandung
Resosialisasi dilaksanakan melalui tujuan, sebagai berikut :
proses Rehabilitasi dan Reintegrasi 1. Agar anak didik
terhadap Warga Binaan pemasyarakatan /
Pemasyarakatan (WBP). narapidana tidak melanggar
Pemasyarakatan sebagai proses bukan hukum lagi,
hanya tujuan pemidanaan, maka fokus 2. Menjadikan anak didik
pemasyarakatan tidak hanya individu pemasyarakatan /
terpidana secara eksklusif melainkan narapidana sebagai peserta
merupakan kesatuan hubungan antara yang aktif dan produktif
terpidana dan masyarakat sehingga dalam pembangunan,
sistem pemasyarakatan mengenal 3. Membantu anak didik
aspek pembinaan institusional dan non pemasyarakatan dan
institusional. Untuk melaksanakan narapidana kelak bahagia
sistem pemasyarakatan tersebut dunia akhirat.
diperlukan keikutsertaan masyarakat Pembinaan Narapidana di Lembaga
baik dengan mengadakan kerjasama Pemasyarakatan (Lapas) ataupun di
dalam pembinaan maupun dengan Rumah Tahanan Negara (Rutan)
sikap bersedia menerima kembali merupakan suatu proses yang
warga binaan pemasyarakatan setelah dijalankan berdasarkan tahapan –
menjalani pidananya. tahapan yang didasarkan pada waktu
Proses pemasyarakatan merupakan dan hasil pembinaan yang dijalani.
suatu proses sejak narapidana / anak Pentahapan ini berguna untuk proses
didik pemasyarakatan masuk ke perbaikan narapidana, tahap – tahap
lembaga pemasyarakatan sampai lepas pembinaan narapidana dibagi dalam
yang sesungguhnya kembali ke tengah tiga (3) tahap yaitu :
– tengah masyarakat. Dalam 1. tahap awal,
pelaksanaan proses pemasyarakatan 2. tahap lanjutan, dan
dilakukan melalui dua segi yaitu segi 3. tahap akhir.
pengamanan dan segi pembinaan. Pada tahap awal / pertama (maksimum
Antara kedua segi tersebut tidak bisa security) narapidana diberikan
dipisahkan karena merupakan dua hal pengawasan mulai dari yang
yang berjalan bersama – sama saling bersangkutan berstatus narapidana
mempengaruhi, artinya pengamanan sampai dengan 1/3 dari masa

92
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

pidananya. Pembinaan tahap ini sama dan saling mempengaruhi artinya


diawali dengan admisi dan orientasi pengamanan dan ketertiban yang baik
sejak narapidana masuk di lembaga di dalam Lembaga Pemasyarakatan
pemasyarakatan, didahului dengan akan mempermudah / memperlancar
masa pengamatan, penelitian dan pembinaan sebaliknya pembinaan yang
pengenalan lingkungan yaitu untuk baik akan mempermudah mengatur
menentukan program pembinaan pemeliharaan pengamanan dan
selanjutnya (paling lama 1 bulan). ketertiban.
Pembinaan tahap ke dua (medium Pembinaan terhadap narapidana di
security) atau tahap lanjutan awal Lembaga Pemasyarakatan (LP)
pertama yaitu sejak berakhirnya berakhir jika narapidana yang
pembinaan tahap awal sampai bersangkutan :
sekurang – kurangnya ½ dari masa 1. Masa pidananya telah
pidana yang sebenarnya. Pada tahap ini habis,
narapidana diberikan kelonggaran 2. Memperoleh pembebasan
untuk beradaptasi di dalam lingkungan bersayarat,
lembaga pemasyarakatan dengan cara 3. Memperoleh cuti
berolahraga / kegiatan lain dengan menjelang bebas,
pengawasan dan pengawalan petugas 4. Meninggal dunia, dalam hal
lembaga pemasyarakatan. demikian narapidana yang
Tahap ketiga (minimum security) atau bersangkutan akan
yang dikenal dengan tahap lanjutan ke dikembalikan kepada
2 (dua) yaitu dimulai sejak berakhirnya keluarganya dan segala
tahap lanjutan pertama sampai dengan beban biaya menjadi
2/3 masa pidana. Pada tahap ini tanggungjawab negara dan
narapidana sudah dapat di asimilasikan bagi narapidana yang telah
di luar lembaga pemasyarakatan untuk selesai menjalani masa
selanjutnya mengikuti pendidikan dan pidananya (bebas) akan
kegiatan lain dengan pengawasan diberi biaya pemulangan ke
petugas lembaga pemasyarakatan. tempat asal atau daerah
Tahap ke empat (Integrograsi) yang domisili tempat tinggalnya.
dikenal dengan tahap akhir yaitu sejak
berakhirnya pembinaan tahap lanjutan
pertama samai dengann berakhirnya 5. Kesimpulan
masa pidana narapidana (paling sedikit Sistem pemasyarakatan merupakan
9 bulan). Pada tahap ini narapidana suatu proses pembinaan narapidana
dapat diusulkan untuk mendapat berdasarkan tahapan – tahapan baik
pembebasan bersyarat, yaitu jika secara institusional dan non
narapidana tersebut telah menjalani institusional, tidak hanya bertumpu
sekurang – kurangnya 2/3 masa pada individu terpidana semata
pidananya atau paling sedikit 9 melainkan sebagai kesatuan antara
(sembilan) bulan dan memenuhi syarat terpidana dan masyarakat. Karena itu
Undang - Undang. tugas dan tanggungjawab lembaga
Dalam pelaksanaan proses Pemasyarakatan kian hari semakin
pemasyarakatan ada dua (2) segi yang berat sejalan dengan tuntutan
tidak dapat dipisahkan yaitu segi masyarakat terhadap rasa keadilan dan
pengamanan dan segi pembinaan, HAM. Untuk mewujutkan semua itu
keduanya harus berjalan bersama – perlu faktor pendukung yaitu sarana,

93
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

prasana dan ketersediaan SDM yang


memadai berkualitas serta berkuantitas
dengan kesejahteraan yang baik.

6. Rekomendasi
Perlu segera diupayakan solusi
dari permasalahan klasik yang
menjadi faktor internal dalam
sistem pemasyarakatan terkait
faktor kemanan dan ketertiban
yang menyangkut over
kapasitas, minimnya sarana dan
prasarana dan SDM yang
kurang memadai baik dari segi
kualitas maupun kuwantitas
sehingga seringkali terjadi
penyimpangan – penyimpangan
dalam pelaksanaan tugas proses
pemasyarakatan.

DAFTAR PUSTAKA
Sekilas Tentang Devisi Pemasyarakatan,
Kementrian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia, Bali, 2015

Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995


Tentang Pemasyarakatan.
Laboratorium Pusat Data Hukum
Fakultas Hukum UAJY. 2007.

Undang – Undang Dasar 1945,


Amandemen 2004.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


No. 28 tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas PP 32 Tahun 1999
Tentang Syarat Dan Tatacara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


No. 99 Tahun 2012 Tentang
perubahan Kedua atas PP No. 32
Tahun 1999 Tentang Syarat Dan
Tatacara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan.

94

Anda mungkin juga menyukai