Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Independent Fakultas Hukum

SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA TERORISME DI LEMBAGA


PEMASYARAKATAN KELAS IIB LAMONGAN

Munif Rochmawanto, S.H.,M.H.


Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Islam Lamongan.
munif.rochmawanto@gmail.com

ABSTRAKSI

Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan


Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri,
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima oleh lingkungan masyarakat,
dapat aktif berperan dalam pembangunan, dapat hidup secara wajar sebagai warga negara
yang baik dan bertanggungjawab. Ini berarti bahwa tujuan akhir dari sistem
pemasyarakatan adalah bersatunya kembali Warga Binaan Pemasyarakatan dengan
masyarakat, sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sehingga keberadaan
mantan Warga Binaan di masyarakat nantinya diharapkan mau dan mampu untuk ikut
membangun masyarakat dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat dalam
pembangunan.

Kata Kunci : Narapidana, Terorisme, Lembaga Pemasyarakatan


I. PENDAHULUAN membentuk Warga Binaan
Ketentuan Pasal 1 ke 3 Pemasyarakatan agar menjadi
Undang-Undang Republik manusia seutuhnya, menyadari
Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 kesalahan, memperbaiki diri, dan
tentang Permasyarakatan, tidak mengulangi tindak pidana
menyatakan bahwa :“Lembaga sehingga dapat diterima oleh
Permasyarakatan yang selanjutnya lingkungan masyarakat, dapat aktif
disebut LAPAS adalah tempat berperan dalam pembangunan,
untuk melaksanakan pembinaan dapat hidup secara wajar sebagai
Narapidana dan Anak Didik warga negara yang baik dan
Pemasya-rakatan”. bertanggungjawab. Ini berarti
bahwa tujuan akhir dari sistem
Tujuan sistem
pemasyarakatan adalah bersatunya
pemasyarakatan sebagaimana
kembali Warga Binaan
ditetapkan dalam Pasal 2 Undang-
Pemasyarakatan dengan
undang No. 12 Tahun 1995 tentang
masyarakat, sebagai warga negara
Pemasyarakatan dinyatakan
yang baik dan bertanggung jawab,
bahwa “sistem pemasyarakatan
sehingga keberadaan mantan
diselenggarakan dalam rangka

Page|109
Jurnal Independent Fakultas Hukum

Warga Binaan di masyarakat Selain itu juga ditujukan


nantinya diharapkan mau dan untuk mengetahui kendala-kendala
mampu untuk ikut membangun apa yang dihadapi di Lembaga
masyarakat dan bukan sebaliknya Pemasyarakatan Kelas II
justru menjadi penghambat dalam Lamongan dalam melaksanaan
pembangunan. pembinaan narapidana khusus
teroris. Dengan pendekatan yuridis
Soerjono Soekanto berbicara
normatif penelitian ini diharapkan
mengenai derajat efektivitas suatu
dapat menjadi gambaran yang lebih
hukum ditentukan antara lain oleh
nyata mengenai efektivitas
taraf kepatuhan warga masyarakat
deradikalisasi dalam proses
terhadap hukum, termasuk para
pembinaan narapidana terorisme di
penegak hukumnya. Sehingga
Lembaga Pemasyarakatan Kelas
dikenal suatu asumsi, bahwa :
IIB Lamongan.
“Taraf kepatuhan hukum yang
tinggi merupakan suatu indikator Berdasarkan Latar Belakang
berfungsinya suatu sistem hukum. Masalah tersebut dapat
Dan berfungsi-nya hukum disimpulkan permasalahan,
merupakan pertanda bahwa hukum bagaimana sistem pembinaan
tersebut telah mencapai tujuan narapidana terorisme di Lembaga
hukum, yaitu berusaha untuk Pemasyarakatan Kelas IIB
mempertahankan dan melindungi Lamongan ?
masyarakat dalam pergaulan
II. METODE PENELITIAN
hidup”. Dalam ilmu sosial antara
Oleh karena type penelitian
lain dalam sosiologi hukum,
yang digunakan adalah type
masalah kepatuhan atau ketaatan
penelitian yuridis normatif, maka
hukum atau kepatuhan terhadap
pendekatan masalah yang
kaidah-kaidah hukum pada
digunakan adalah pendekatan
umumnya telah menjadi faktor
perundang-undangan (Statute
yang pokok dalam menakar efektif
Approach). Pendekatan tersebut
tidaknya sesuatu yang ditetapkan
melakukan pengkajian pengaturan
dalam hal ini hukum.1
perundang-undangan yang
1
Soekanto Soerjono, Faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok
Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rajawali,
Jakarta, .1983, hal.62 permasalahan. Selain itu juga

Page|110
Jurnal Independent Fakultas Hukum

digunakan pendekatan konsep Adapun pembinaan yang dilakukan


(Coceptual Approach), pendekatan meliputi ;
ini maksudnya melihat konsep- a. Pembinaan kepribadian
b. Pembinaan kemandirian
konsep terkait dengan pembinaan
c. Pembinaan kesadaran berbangsa
narapidana teroris. dan bernegara.

Untuk pembinaan napi


III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
teroris petugas Lapas harus paham
Program Deradikalisasi di Indonesia
bahwa perlakuan terhadap mereka
dilaksanakn oleh BNPT bekerjasama
juga ada perlakuan khusus baik
dengan berbagai pihak seperti polisi,
dalam pengawasan maupun
Lembaga Pemasyarakatan, BNPT juga
pembinaan Perlakuan terhadap
mendesain program resosialisasi dan
mereka lebih bersifat persuasif
reintegrasi, dengan cara membimbing
namun tidak mengesampingkan
mereka dalam bersosialisasi dan menyatu
kewaspadaan pengamanan.
kembali dengan masyarakat. Selain itu
Berdasarkan data yang
deradikalisasi juga dilakukan melalui jalur
penulis peroleh dari Pegawai dan
pendidikan dengan melibatkan perguruan
Narapidana Terorisme di Lembaga
tinggi, melalui serangkaian kegiatan
Pemasyarakatan Kelas IIB
seperti public lecture, workshop, dan
Lamongan dapat diketahui bahwa,
lainnya, mahasiswa diajak untuk berfikir
terdapat dua spesifikasi tema dalam
kritis dan memperkuat nasionalisme
memandang pembinaan berbangsa
sehingga tidak mudah menerima doktrin
dan bernegara yaitu :
yang destruktif.
a. Sikap cukup menerima Pembinaan
Upaya pemidanaan terhadap pelaku
Berbangsa dan Bernegara
tindak pidana kasus terorisme perlu b. Sikap tidak menerima Pembinaan
Berbangsa dan Bernegara.
pembinaan yang khusus. Penanganan
terorisme sebenarnya suatu perlawanan Berdasarkan tema tersebut
yang ditujukan kepada ideologi yang dapat diketahui bahwa masih ada
dianut teroris beserta penyebarannya. narapidana terorisme yang dapat
Program deradikalisasi menjadi penting dibina baik wawasan berbangsa
karena memiliki peran untuk melepaskan maupun wawasan bernegara, tetapi
ideology yang dianut oleh radikalis-teroris banyak juga yang menolak dengan
dengan menggantikannya dengan ideology tegas dilaksanakannya upacara
Pancasila. kenegaraan.

Page|111
Jurnal Independent Fakultas Hukum

Sistem pembinaan di Lamongan cukup memadai untuk


Lembaga Pemasyarakatan Kelas mendukung proses pembinaan
IIB Lamongan sudah tergolong Narapidana terorisme.
bagus, hal ini dikarenakan
Kendala dalam penerapan program
beberapa hal, yaitu :
deradikalisasi ini muncul dari dua sisi.
a. Lapas Lamongan mempunyai Pamong Pertama, dari sisi program deradikalisasi
yang merupakan salah satu pegawai itu sendiri yang belum memiliki metode
Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB dan alat ukur yang jelas. Fokus dan
Lamongan yang ditunjuk karena sasaran program atau subyek
mempunyai kemampuan dan deradikalisasi juga masih samar. Kedua
kecakapan lebih dalam keagamaan program deradikalisasi hanya bersifat
yang diharapkan mampu mendukung sporadis dan tidak mencakup semua
proses deradikalisasi bagi narapidana sasaran.
terorisme tentunya di dukung oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
semua Pegawai Lapas ; Lamongan merupakan suatu Lembaga
b. Lapas Lamongan menjalin hubungan Pemasyarakatan yang memiliki kualifikasi
kerjasama yang baik dengan BNPT, maximum security. Narapidana yang
TNI, Polri, para Tokoh Agama dan dibinapun bukan kategori rendah, banyak
mantan narapidana terorisme yang narapidana-narapidana yang beresiko
telah kembali berwawasan kebangsaan tinggi dibina di Lembaga Pemasyarakatan
yang tergabung dalam lingkar tersebut, maka penanganan narapidana di
Perdamaian dengan juga berkordinasi sana bukan perkara mudah. Hal inilah
dengan instansi pemasyarakatan yang menjadi kendala Lembaga
lainnya, saling bertukar informasi, Pemasyarakatan Kelas II B Lamongan.
instansi penegak hukum lainnya, IV. KESIMPULAN
pondok pesantren, dan Majelis Ulama Dari hasil pembahasan yang
Indonesia guna pembinaan dan telah diuraikan dalam bab dan sub
pelurusan akhlak. bab, maka dapat disimpulkan
c. Petugas jaga yang kooperatif, hal ini bahwa sistem pembinaan
terbukti dengan pelaksanaan tugas narapidana khusus terorisme di
penjagaan sudah sesuai dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
prosedur tetap yang ada ; B Lamongan dilakukan melalui
d. Fasilitas yang dimiliki oleh Lapas metode-metode pemencaran kamar

Page|112
Jurnal Independent Fakultas Hukum

hunian narapidana terorisme,


dengan metode ini Narapidana
terorisme menjadi bergerombol,
mengurangi akses bertemu,
bertukar pikiran, menyebarkan
paham sesama narapidana
terorisme.
DAFTAR PUSTAKA
A.C Manullang, Menguak Tabu Intelejen
Teror, Motif dan Rezim, Panta Rhei,
Jakarta, Januari 2001.
Johnny Ibrahim, Teori Metode Penelitian
Normatif, Banyu Media Publishing,
Malang 2005.
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian
Hukum. Universitas Air Langga.
Surabaya. 2005.
Soekanto Soerjono, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Rajawali, Jakarta

Page|113

Anda mungkin juga menyukai