NABIH AMER
Mahasiswa Program Magister Hukum Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jend. Soedirman No. 6, Kota Gorontalo. Kode Pos 96128
e-mail: amer575817@gmail.com
Abstrak
1
Abstract
Dissolution of social organizations which is the absolute authority of the Government based on Law Number 16 of
2017 does not yet reflect the basic principles of a rule of law that requires the protection of human rights and the
distribution of power. Dissolution of social organizations should involve the court to adjudicate related violations
committed by social organizations whose purpose is to avoid subjective decisions made by the government.
This article is entitled Analysis of the Dissolution of Community Organizations in the Rule of Law Perspective This
study will answer two questions as a formulation of the problem namely first, how are the arrangements for
dissolution of social organizations in Indonesia? and Second, what is the ideal mechanism for the dissolution of
social organization in the perspective of the rule of law ?. Both problem formulations will be answered
methodologically using normative legal research, because the author uses this legal research as normative legal
research because the focus is on studying literature studies, statutory regulations and court decisions relating to
the object of research.
Based on the results of the study this article concludes that the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia
emphasizes the importance of a system of checks and balances in which there needs to be a clear division of power
between the executive and judicial functions. This means that in the case of the dissolution of social organizations
it is very important to involve the court in deciding the dissolution of the social organization in Indonesia by
structuring dispute resolution in the courts using the principle of quick, simple and low cost justice so that the
process of dispute resolution of the social organization can be carried out effectively and efficiently.
2
Indonesia, serta menjaga dan memelihara ataukah tidak sama sekali. Ada sebuah
keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan pegangan dalam memahahi negara dengan
Republik Indonesia. Peningkatan peran dan bercirikan prinsip demokras antara lain:
fungsi organisasi kemasyarakatan dalam 1) Adanya kehendak mayoritas dan
pembangunan memberi konsekuensi kehendak minoritas.
pentingnya membangun sistem pengelolaan 2) Kehendak mayoritas tidak bisa
menjadi dominasi absolut.
organisasi kemasyarakatan yang memenuhi
3) Adanya kompromi di antara kehendak
kaidah organisasi kemasyarakatan yang sehat mayoritas dengan kehendak minoritas
sebagai organisasi nirlaba yang demokratis, dalam menyikapi sebuah
profesional, mandiri, transparan, dan permasalahan dan dalam
akuntabel. Oleh karena itu, dinamika pembentukan sebuah tatatan.
organisasi kemasyarakatan dengan segala 4) Tidak ada pemaksaan dalam beragama
kompleksitasnya menuntut pengelolaan dan dan berkeyakinan.
5) Terdapat kebebasan berbicara,
pengaturan hukum yang lebih komprehensif
kebebasan pers, dan pendapat untuk
melalui undang-undang. mengemukakan pendapat dijamin
Kebebasan berserikat dan berkumpul keberadaannya, baik melalui
merupakan salah satu hak kunci (key right) konstitusi ataupun melalui
kesepakatan adat yang terjadi di
dalam HAM, karena dengan kebebasan
sebuah negara.
tersebut manusia dapat menikmati hak dan 6) Kompromi yang sehat menjadikan
kebebasan lainnya yang ditetapkan oleh tidak diketemukannya perbenturan
hukum. Meskipun demikian, kebebasan kepentingan antara kehendak
tersebut bukan merupakan hak yang absolut, mayoritas dan kehendak minoritas
artinya kebebasan tersebut tunduk kepada yang akan biasanya akan berbuah pada
anarki.2
sejumlah pembatasan yang juga harus
ditetapkan dalam undang-undang. Hal ini
Pasca Reformasi, posisi dan peran
bukan saja merupakan cerminan, melainkan
organisasi kemasyarakatan tampak bergeser.
prasyarat dalam sebuah negara demokrasi.
Euforia Reformasi dan demokratisasi Pasca
Pembatasan tersebut diperlukan apabila
Reformasi membuat organisasi
adanya kepentingan untuk melindungi
kemasyarakatan kembali terpolarisasi dalam
keamanan nasional atau keselamatan publik
arus ideologi dan politik. Pasca Reformasi
(national security or public safety), ketertiban
juga ditandai dengan menjamurnya ribuan
umum (public order), perlindungan kesehatan
organisasi kemasyarakatan baru. Kategori
dan moralitas publik (public health or morals),
dan definisi organisasi kemasyarakatan pada
dan perlindungan terhadap hak dan
era ini juga semakin berkembang luas
kebebasan pihak lain.1
dengan beragam persilangan arus
Menurut Hans Kelsen bahwa salah
kepentingan politik dan ideologi baik dalam
satu esensi demokrasi terletak pada ada
skala nasional dan internasional. Keberadaan
tidaknya sebuah kompromi yang
Negara/Pemerintah Pasca Reformasi
menyatukan perbedaan pendapat untuk
seringkali terjebak dalam posisi yang saling
menentukan sebuah tatanan bagi landasan
behadap-hadapan karena dua faktor utama.
sebuah negara. Kompromi menjadi sebuah
Pertama, rendahnya kepercayaan sebagian
syarat utama dalam penentuan apakah
pemimpin Ormas tertentu pada
sebuah negara menganut prinsip demokrasi
Negara/Pemerintah. Kedua, masih dijumpai
1 Latipulhayat, Atip. (2017). Due Process of Law, Jurnal 2 Thalhah, HM. (2009). Teori Demokrasi dalam Wacana
Ilmu Hukum Padjajaran, 4 (2), hlm (i). Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans Kelsen,
Jurnal Hukum, 3 (16). hlm 416-418.
3
adanya kesalahpahaman atas peran bertindak atas nama kehendak rakyat dan
Negara/Pemerintah dihadapan para UUD NRI Tahun 1945.
pendukung Ormas.3 Indonesia yang telah meneguhkan
diri menjadi negara hukum yang demokratis
Selain fenomena tersebut, Pasca
merupakan hal yang wajar apabila tiap tahun
Reformasi juga ditandai adanya tindakan
bermunculan banyak organisasi-organisasi
kekerasan dan anarkisme yang dilakukan
baru, karena konsekuensi logis dari sebuah
Ormas tertentu. Obyek anarkisme ini tidak
negara hukum demokratis menghendaki
lagi semata-mata pada sejumlah kantor
adanya kebebasan dalam mengeluarkan
Pemerintahan. Aksi anarkisme Ormas juga
pendapat, berserikat, dan berkumpul
ditujukan pada institusi media massa. Tidak
sehingga semakin banyak masyarakat yang
hanya itu aksi anarkisme dan kekerasan juga
ingin mendirikan organisasi sebagai wadah
terjadi antar para pendukung Ormas. Akar
untuk mengembangkan potensi kekuatan
penyebab adanya tindakan anarkisme dan
yang mereka miliki dalam rangka turut serta
kekerasan ini adakalanya tidak hanya sebatas
membangun peradaban bangsa.
pada kepentingan politik yang bersifat jangka
Meningkatnya jumlah organisasi
pendek. Lebih dari itu, konflik antar Ormas
kemasyarakatan yang ada paling tidak
seringkali bersumber dari akar konflik yang
bersifat laten, yaitu adanya pertentangan selaras dengan prinsip-prinsip saling
menghormati dan menghargai kebebasan
landasan ideologi yang mereka yakini.Pasca
Reformasi, tampak masih terbuka potensi orang lain sepanjang kebebasan tersebut
tidak bertentangan dengan peraturan
besar dimana perbedaan landasan ideologi
perundang-undangan. Hal ini sangat penting
yang dianut oleh masing-masing Ormas justru
guna menyuburkan kesadaran terhadap
kian mendegradasi imaji ke-Indonesia-an.
pentingnya perjuangan melalui lembaga
Anarkisme yang dilakukan oleh Ormas
sehingga masyarakat akan semakin selektif
tertentu ini tentu sangat kontras dengan
dalam memilih dan berafiliasi dengan
keberadaan Ormas masa Pra Kemerdekaan
organisasi yang memiliki kesamaan ideologi.
dimana mereka secara kolektif menyemaikan
benih Nasionalisme dan ke-Indonesia-an. Permasalahannya adalah belakangan
ini munculnya gerakan-gerakan beberapa
Dinamika Ormas yang demikian tentu jauh
organisasi kemasyarakatan yang bertindak
dari yang diharapkan.4
dengan kekerasan dan anarkis. Tindakan
Eksistensi organisasi kemasyarakatan kekerasan ini seringkali dipicu oleh ego
pada masa kini harus mampu membawa dan sentris kelompok dengan dalih bahwa
memperjuangkan aspirasi dan kehendak hukum sudah tidak berjalan secara mekanis
masyarakat sebagai medium untuk lagi, sehingga dengan mandeknya
melaksanakan kegiatan yang edukatif dan mekanisme hukum itu banyak dari mereka
bernilai sehingga bermanfaat demi mengambil jalan sendiri dengan melakukan
kepentingan bersama yang sejalan dengan penindakan non-hukum yang secara jelas
amanat Pancasila. Walaupun kodrat sebuah melanggar norma hukum. Justru tanpa
organisasi memiliki pasang-surut dalam disadari sesungguhnya tindakan tersebut
menjalankan roda organisasinya, namun merupakan perbuatan melawan hukum dan
semua itu merupakan dinamika yang terus bertentangan dengan Pancasila.
mewarnai kehidupan organisasi Organisasi kemasyarakatan
kemasyarakatan untuk terus berbuat dan merupakan entitas dari kebebasan
3 Fauzi, Gamawan. (2015). Urgensi UU Ormas Dalam 4 Ibid., hlm 61
Memperkokoh NKRI, Jurnal Kementerian Sekretariat
Negara RI, 29, hlm 60.
4
berserikat, berkumpul dan berpendapat yang organisasi kemasyarakatan bubar dengan
dijamin dalam Undang- Undang Dasar sendirinya.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Problematika pembubaran organisasi
Jaminan yang diberikan oleh konstitusi kemasyarakatan ini ada dikarenakan
tersebut semestinya menjadi instrumen maraknya paham anti Pancasila dan
untuk melaksanakan hak dan kewajibannya radikalisme yang justru berkembang bebas
secara konstitusional dengan di Indonesia. Tercatat bahwa dalam
memperhatikan kondisi sosial yang aman Pemerintah Republik Indonesia sebelumnya
dalam mengekspresikan kebebasannya telah terdapat beberapa Organisasi
dihadapan publik. Patut disadari bahwa Kemasyarakatan yang dipandang telah
ternyata kebebasan tersebut seringkali melanggar spirit dan nilai-nilai Pancasila dan
digunakan tanpa kendali dan tanpa batas Konstitusi Undang Undang Dasar Negara
yang mana prinsip-prinsip saling menghargai Republik Indonesia Tahun 1945
dan menghormati kebebasan orang lain tidak diantaranya: 5
10 11
Lihat Pasal 1 angka (1) UU Nomor 16 Tahun 2017. Lihat penjelasan atas UU Nomor 16 Tahun 2017 Pasal
Republik Indonesia, 2017. 59 ayat 4 dan Pasal 59 ayat 4 huruf (c). Republik
Indonesia, 2017.
8
sebagaimana diatur pada Pasal 59 12)Menganut, mengembangkan, serta
menjelaskan sebagai berikut: menyebarkan ajaran atau paham yang
1) Menggunakan nama, lambang, bendera, bertentangan dengan Pancasila.
atau atribut yang sama dengan nama, Mekanisme pembubaran Organisasi
lambang, bendera, atau atribut lembaga Kemasyarakatan berdasarkan Undang-
pernerintahan;
Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang
2) Menggunakan dengan tanpa izin nama,
lambang, bendera negara lain atau Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
lembaga/badan internasional menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
nama, lambang, atau bendera Organisasi Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17
Kemasyarakatan; dan/atau Tahun 2013 tentang Organisasi
3) Menggunakan nama, lambang, bendera, Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang
atau tanda gambar yang mempunyai
diatur pada Pasal 62 yang menjelaskan
persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan nama, lambang, bahwa:12
bendera, atau tanda gambar Organisasi 1) Terhadap Organisasi Kemasyarakatan
Kemasyarakatan lain atau partai politik. yang melakukan pelanggaran diberikan
4) Menerima dari atau memberikan kepada peringatan tertulis 1 kali dalam waktu 7
pihak manapun sumbangan dalam hari kerja sejak tanggal yang diterbitkan
bentuk apapun yang bertentangan peringatan.
dengan ketentuan peraturan perundang- 2) Dalam hal Organisasi Kemasyarakatan
undangan; dan/ atau tidak mematuhi peringatan tertulis
5) Mengumpulkan dana untuk partai dengan jangka waktu yang telah di
politik. tentukan makan Menteri dan Menteri
6) Melakukan tindakan permusuhan
yang menyelenggarakan urusan
terhadap suku, agama, ras, atau
pemerintahan dibidang hukum dan HAM
golongan;
7) Melakukan penyalahgunaan, penistaan, sesuai dengan kewenangannya
atau penodaan terhadap agama yang menjatuhkan sanksi penghentian
dianut di Indonesia; kegiatan.
8) Melakukan tindakan kekerasan, 3) Dalam hal Organisasi Kemasyarakatan
mengganggu ketenteraman dan tidak mengindahkan sanksi penghentian
ketertiban umum, atau merusak fasilitas kegiatan, Menteri dan Menteri yang
umum dan fasilitas sosial; dan/atau menyelenggarakan urusan
9) Melakukan kegiatan yang menjadi tugas pemerintahan dibidang hukum dan HAM
dan wewenang penegak hukum sesuai sesuai kewenangannya melakukan
dengan ketentuan peraturan perundang- pencabutan surat keterangan terdaftar
undangan.
atau pencabutan status badan hukum.
10)Menggunakan nama, lambang, bendera,
atau simbol organisasi yang mempunyai Selanjutnya pada Pasal 80A menegaskan
persamarn pada pokoknya atau bahwa pencabutan status badan hukum
keseluruhannya dengan nama, lambang, Organisasi Kemasyarakatan dinyatakan bubar
bendera, atau simbol organisasi gerakan
berdasarkan Undang-Undang ini.
separatis atau organisasi terlarang;
11)Melakukan kegiatan separatis yang Berdasarkan Pasal 62 dan Pasal 80A tersebut,
mengancam kedaulatan Negara Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai
Kesatuan Republik Indonesia; dan/atau dengan lingkup tugas dan kewenangannya
masih tetap menjatuhkan sanksi
administratif, namun dalam hal ini tidak
12
Lihat Undang Undang No 16 Tahun 2017 tentang
Organisasi Kemasyarakatan pasal 62 dan 80A. Republik
Indonesia, 2017.
9
terdapat putusan pengadilan yang memiliki Selain itu, perlu diperhatikan pula
kekuatan hukum tetap guna memberikan prinsip konstitusi yang menekankan
legalitas dalam hal pembubaran organisasi pentingnya sistem ‘check and balances’
kemasyarakatan. Dengan demikian, aturan (pengawasan dan keseimbangan). Hal ini
diatas menegasikan kewenangan pengadilan terejawantahkan, antara lain, di dalam
untuk memutus sengketa pembubaran jaminan adanya kekuasaan kehakiman yang
organisasi kemasyarakatan sehingga merdeka menurut Pasal 24 UUD 1945.
berkaitan dengan segala bentuk pemberian Jaminan adanya kekuasaan kehakiman yang
sanksi sampai pada pembubaran organisasi merdeka akan berpengaruh juga pada
kemasyarakatan menjadi kewenangan penuh terpenuhinya jaminan akses warga negara
pemerintah. pada peradilan yang merdeka dalam usaha
mereka mempertahankan haknya.
Substansi materi yang mengatur tentang
Bagaimanapun juga, konstitusi telah
pembubaran organisasi kemasyarakatan
mengatur hak untuk mendapatkan
sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 17
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
Tahun 2013 maupun UU Nomor 16 Tahun
kepastian hukum Pasal 28D ayat (1) UUD
2017 perlu dielaborasi dengan prinsip-
1945 yang di dalam sebuah negara hukum
prinsip dasar di dalam konstitusi Republik
Indonesia, yaitu Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 terwujud dengan adanya mekanisme kontrol
atas penggunaan kewenangan yang
yang merupakan pengukuhan dari prinsip
yang dituangkan dalam Penjelasan Umum dijalankan oleh suatu kekuasaan kehakiman
yang merdeka Pasal 1 ayat (3) juncto Pasal 24
UUD 1945 yaitu Negara Indonesia berdasar
UUD 1945.
atas hukum tidak berdasar atas kekuasaan
belaka.
2. Mekanisme Pembubaran Organisasi
Penjelasan UUD 1945 pada masa lalu, Kemasyarakatan Yang Ideal Dalam
secara resmi disebutkan bahwa indonesia Perspektif Negara Hukum
menganut rectsstaat, akan tetapi semenjak
Suatu negara dapat dikatakan sebagai
amandemen UUD peniadaan istilah
negara hukum apabila memenuhi unsur-
rechtsstaat dicoret dan subtansinya
unsur negara hukum. Friedrich Julius Stahl
dituangkan kedalam pasal 1 ayat (3) menjadi
sebagaimana dikutip oleh Achmad Irwan
indonesia adalah negara hukum. Maksud tidak
Hamzani, mengemukakan ciri-ciri suatu
dicantumkan istilah rechtsstaat supaya
indonesia bisa menggunakan rechtsstaat, bisa negara hukum sebagai berikut:
a. Adanya pengakuan atas hak-hak dasar
juga menggunakan the rule of law. Dengan
manusia.
demikian indonesia bisa menganut paham
b. Adanya pembagian kekuasaan.
legisme dimana kebenaran itu ada di undang-
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan
undang, tapi juga menganut paham the rule of
d. Adanya Peradilan Tata Usaha Negara. 14
law bahwa hakim bisa mencari keadilan
sendiri tanpa tersandera Undang-undang. Sementara dalam tradisi Anglo Saxon,
Dengan demikian hakim lebih fleksibel dalam seperti diungkapkan oleh A.V. Dicey
membuat putusan-putusannya.13 sebagaimana dikutip oleh Wahyudi Djafar
menjelaskan bahwa suatu negara hukum
13
Tuakia, Adhelano. Indonesia di Persimpangan rechtsstaat-the-rule-of-law, diakses pada tanggal 10
Rechtsstaat dan The Rule Of Law, Lihat: Maret 2020.
14
https://www.kompasiana.com/adhelanotuakia/54f961e1 Hamzani, Achmad Irwan. (2014). Menggagas Indonesia
a3331178178b4c1b/indonesia-dipersimpangan- Sebagai Negara Hukum Yang Membahagiakan
Rakyatnya, Jurnal Yustisia, 90. hlm. 137.
10
dalam pengertian the rule of law setidaknya ditegaskan kembali di dalam Pasal 24 UU No.
harus memiliki tiga karakteristik, yaitu: 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
tegaknya supremasi hukum (supremacy of yang menyatakan bahwa setiap orang berhak
law), persamaan di depan hukum (equality untuk berkumpul, berapat, dan berserikat
before the law), dan adanya jaminan serta untuk maksud-maksud damai.
mekanisme perlindungan diri atas hak (due Penegasan Indonesia sebagai negara
process of law). Supremasi hukum berarti
hukum telah di atur dalam Undang Undang
warganegara diatur oleh hukum, dan dengan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
hukum itu sendiri seseorang dapat dihukum pada Pasal 1 ayat 3 yang menjelaskan bahwa
karena melanggar hukum, bukan dihukum Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
karena sesuatau alasan yang lain. Tentang Menurut Tahir Azhary bahwa istilah negara
persamaan di depan hukum, Dicey hukum adalah suatu genus begrip yang terdiri
menerangkan, semua kelompok masyarakat dari lima konsep, yaitu konsep negara hukum
memiliki ketertundukan yang sama di mata menurut Al-Quran dan Sunnah yang di
hukum umum negara, yang dijalankan oleh istilahkannya dengan nomokrasi Islam,
peradilan umum. The Rule of law tidak negara hukum dalam konsep Eropa
mengenal adanya pengecualian bagi pejabat Kontinental yang disebut rechsstaats, konsep
pemerintah atau orang-orang tertentu rule of law di negara-negara yang common law,
terhadap hukum yang mengatur warganegara
konsep socialist leglity di negara ekskomunis
secara keseluruhan, seperti halnya pada serta konsep negara hukum Pancasila.16
pengadilan administratif (droit administratif).
Kaitannya dengan due process of law, Dicey Indonesia sebagai negara hukum
menjelaskan bahwa jaminan atas hak-hak memang mengatur pembatasan mengenai hak
pribadi adalah hasil dari keputusan setiap warga negara, hal ini sebagaimana
pengadilan, dan parlemen sebagai simbolisasi dalam Undang Undang Dasar Negara Republik
raja dan demos (warga), khusus mengenai Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 J Ayat 2
mekanisme pelaksanaan kekuasaan. Jadi dimana dijelaksan bahwa dalam menjalankan
konstitusi yang berisikan jaminan hak-hak hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
pribadi warganegara merupakan hasil dari tunduk kepada pembatasan yang telah
hukum umum negara.15 ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin
Secara nasional perlindungan terhadap pengakuan serta penghormatan atas hak dan
hak-hak terkait dengan kebebasan berserikat, kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat tuntutan yang adil sesuai dengan
diatur dalam UUD 1945 dan UU No. 39 tahun pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
1999 tentang HAM. Undang-Undang Dasar keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
1945 telah menjamin tiap orang berhak atas masyarakat demokratis.17
kebebasan berserikat, berkumpul dan
berpendapat sebagaimana diatur dalam pasal
28E ayat (3) yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Ketentuan UUD 1945 tersebut kemudian
15 16
Djafar, Wahyudi. (2010). Menegaskan Kembali Tahir, Azhary Muhammad. (2012). Beberapa Aspek
Komitmen Negara Hukum: Sebuah Catatan Atas Hukum Tata Negara, Hukum Pidana, dan Hukum
Kecenderungan Defisit Negara Hukum di Indonesia, Islam. Jakarta: Pernada Media Group , hlm 48.
17
Jurnal Konstitusi, 7, 5, hlm 153. Lihat Pasal 28 J Ayat 2 Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
11
Berdasarkan unsur-unsur yang berlaku Konsekuensi indonesia sebagai negara
umum bagi setiap negara hukum, yakni hukum yaitu penegakan hukum dan keadilan
sebagai berikut:18 dalam rangka menjamin pelaksanaan hak-hak
1) Adanya suatu sistem pemerintahan asasi manusia merupakan bagian dari
negara yang didasarkan atas penyelenggaraan peradilan dalam bingkai
kedaulatan rakyat. kekuasaan kehakiman yang merdeka,
2) Bahwa pemerintah dalam
diwujudkan dan dilakukan oleh sebuah
melaksanakan tugas dan kewajibannya
harus berdasar atas hukum atau Mahkamah Agung beserta badan peradilan
peraturan perundang-undangan. yang berada di bawahnya, yaitu lingkungan
3) Adanya jaminan terhadap hak asasi peradilan umum, peradilan agama, peradilan
manusia (warga negara). militer, peradilan tata usaha negara, dan oleh
4) Adanya pembagian kekuasaan dalam sebuah Mahkamah Konstitusi, sebagaimana
negara. amanat ketentuan Pasal 1 ayat (3), Pasal 24
5) Adanya pengawasan dari badan
ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 28I ayat (5)
peradilan (rechterlijke controle) yang
bebas, mandiri, dalam arti lembaga UUD 1945. Dengan kata lain, fungsi kekuasaan
peradilan tersebut benar-benar tidak kehakiman menjadi penting untuk
memihak dan tidak berada dibawah menyeimbangi kekuatan dari pemerintah
pengaruh eksekutif. dalam menjalankan kewenangannya. Hal ini
6) Adanya peran yang nyata dari anggota- sangat krusial dalam bangunan negara hukum
anggota masyarakat atau warga indonesia sebagai bentuk komitmen dan
negara. untuk turut serta mengawasi
konsistensi penyelenggara negara agar tidak
perbuatan dan pelakasanaan
kebijaksanaan yang dilakukan oleh terjebak pada pemusatan kekuasaan yang
pemerintah. mutlak.
7) Adanya sistem perekonomian yang Menurut Atip bahwa due process tidak
dapat menjamin pembagian yang
bisa dilepaskan dan melepaskan diri dari HAM.
merata.
8) Sumber daya yang diperlukan bagi Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa
kemakmuran warga negara. due process of law adalah HAM itu sendiri.
Dalam konteks ini, due process of law
Dalam pandangan Zippelius, seperti mensyaratkan bukan hanya adanya due
dikemukakan oleh Hamid S. Attamimi, process dalam pengertian terpenuhinya hak-
menyebutkan bahwa prinsip negara hukum hak prosedural dasar (basic procedural
adalah untuk membatasi perluasan dan rights), tapi juga terlindunginya hak-hak
penggunaan kekuasaan secara totaliter dan substantif dasar (basic substantive rights).
sewenang-wenang. Prinsip-prinsip yang Hak substantif adalah hak-hak umum yang
harus ditegakkan meliputi jaminan terhadap dimiliki oleh seseorang untuk melakukan
perlindungan hak asasi manusia, adanya sesuatu atau untuk memiliki sesuatu,
pembagian kekuasaan secara pasti dan jelas, meskipun pemerintah berkeinginan yang
penyelenggaraan pemerintahan yang sebaliknya, misalnya, kebebasan untuk
berdasar pada undang-undang, dan adanya berbicara dan kebebasan untuk berserikat
pengawasan judicial terhadap dan berkumpul. Hak prosedural adalah hak
penyelenggaraan pemerintahan.19 yang dimiliki seseorang untuk memperoleh
18
Triwulan, Titik. Widodo, Ismu Gunadi. “Hukum Tata Pemerintahan Negara: Suatu Studi Analisis Mengenai
Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan
Negara Indonesia”, Jakarta: Prenadamedia Group, dalam Kurun Waktu Pelita I-Pelita IV, Jakarta:
2011, hlm 270. Disertasi Doktoral Universitas Indonesia. hlm 213.
19
Attamimi, A. Hamid S. (1990). Peranan Keputusan
Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan
12
layanan dari pemerintah secara adil. kinerja eksekutif dan legislatif khususnya
Meskipun pemerintah dengan alasan tertentu berbicara mengenai penerapan hukum yang
dapat mengurangi atau membatasi hak menyangkut orang banyak. Sebab
substantif yang dimiliki oleh seseorang, hal permasalahan ini berbicara mengenai
tersebut harus dilakukan dengan alasan yang kebebasan berserikat dan berkumpul yang
dibenarkan dan dengan cara yang adil. merupakan muatan dari Hak Asasi Manusia
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa due sebagai pilar dalam negara hukum. Olehnya,
process of law adalah bagian integral dalam tidak bisa secara sepihak untuk mengeluarkan
perlindungan dan pemenuhan hak-hak keputusan tanpa melalui uji kelayakan dari
subtantif seperti hak untuk berserikat dan pengadilan berkaitan penerapan hukum yang
berkumpul. dilakukan oleh eksekutif dan legislatif.
Apapun kebijakan yang ditelurkan oleh
Lebih lanjut Atip menegaskan bahwa
pemerintah harus diuji di pengadilan yang
esensi dan substansi prinsip due process of
independen dan imparsial dalam rangka
law, sejatinya ia bukan formalitas
memberikan kepastian hukum dan keadilan
terselenggaranya suatu proses peradilan,
kepada organisasi kemasyarakatan yang
akan tetapi esensi dari peradilan tersebut
bermasalah.
yaitu harus dilakukan secara reasonable, just,
dan proper. Dengan demikian, adanya Penulis berpendapat bahwa peran
pengadilan tidak dengan sendirinya pengadilan menjadi sangat penting digunakan
merupakan due process of law, apabila tidak sebagai alat negara dalam mengadili
dilakukan dengan reasonable, just, dan proper. organisasi kemasyarakatan yang melanggar
Misalnya, pengadilan dilakukan setelah aturan-aturan negara berkaitan dengan
pemerintah mencabut hak-hak warga untuk kebebasan berserikat dan berkumpul. Hakim
berserikat dan berkumpul dalam hal memiliki parameter yang jelas dalam
pembubaran Ormas. Proses seperti ini jelas mengukur telah terjadinya suatu pelanggaran
merupakan proses yang undue (tidak patut), hukum yang dilakukan oleh organisasi
karena kerugian sudah terjadi (the damage has kemasyarakatan. Dengan kata lain, parameter
been done) tanpa ada ruang dan kesempatan yang dijadikan patokan oleh hakim mampu
membela diri. Bukan suatu pembelaan apabila diterima oleh para pihak karena telah melalui
luka dan kerugian sudah diderita.20 proses penilaian terdahulu oleh pemerintah
berupa pemberian sanksi administratif yang
Kondisi inilah yang menghendaki
penerapan hukum sebaiknya diutamakan telah diberikan kepada organisasi
kemasyarakatan yang melanggar aturan,
melalui pengadilan. Selain itu pula dapat
sehingga hakim sebagai penilai akhir menguji
menjaga konsistensi negara hukum yang salah
secara formil maupun materil apakah sanksi
satu indikatornya adalah pembagian
yang sudah diberikan itu sudah sejalan
kekuasaan yang jelas antara fungsi eksekutif
dengan dengan peraturan perundang-
dan yudikatif sehingga hukum yang abstrak
undangan yang berlaku atau dengan
dapat diterapkan kepada individu melalui
penemuan hukum baru hakim dapat
putusan hakim sekaligus dapat mengontrol
menganulir sanksi yang telah dijatuhkan oleh
kekuasaan eksekutif untuk menjatuhi sanksi
pemerintah kepada organisasi
pembubaran kepada organisasi
kemasyarakatan yang bermasalah. Hanya
kemasyarakatan yang bermasalah. Mesti
saja, berbicara mengenai proses penyelesaian
diakui bahwa peradilan memiliki fungsi yang
di pengadilan memakan waktu yang cukup
kuat dalam menyeimbangkan dan mengawasi
lama sehingga sulit untuk mengantisipasi
20
Latipulhayat, Atip Op.Cit.,hlm (iii)
13
aktivitas organisasi kemasyarakatan sederhana dan biaya ringan sehingga proses
bermasalah yang bisa saja berpotensi akan penyelesaian sengketa pembubaran
melakukan hal yang sangat membahayakan organisasi kemasyarakatan bisa dilaksanakan
untuk negara. Untuk mengatasi hal ini, perlu secara efektif dan efisien.
dilakukan penataan penyelesaian sengketa di
pengadilan dengan menggunakan asas
peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan Saran
yang bisa menengahi proses penyelesaian Adapun yang menjadi saran pada kajian ini
sengketa yang ruwet. yaitu:
Merujuk pada Pasal 2 ayat (4) Undang- 1. Diperlukan revisi UU Ormas yang
Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang berlaku saat ini dengan memasukan
Kekuasaan Kehakiman berbunyi bahwa kewenangan pengadilan dalam
peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, memutus sengketa pembubaran
dan biaya ringan, yang dapat dijadikan organisasi kemasyarakatan yang
sebagai ius constituendum dan dijadikan didukung dengan penerapan asas
model untuk penyelesaian sengketa
peradilan cepat, sederhana dan
pembubaran organisasi kemasyarakatan. biaya ringan.
Konsep ini sangat penting untuk menata
2. Diperlukan political good will dari
kembali pembubaran ormas yang dilakukan pemerintah untuk memperhatikan
saat ini.
kebebasan berserikat dan
berkumpul untuk selektif dan teliti
PENUTUP sejak awal pendaftaran dalam
Kesimpulan menilai kelayakan sebuah
Substansi materi yang mengatur tentang organisasi kemasyarakatan yang
pembubaran organisasi kemasyarakatan ingin meminta legalisasi dari
sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 17 pemerintah.
Tahun 2013 maupun UU Nomor 16 Tahun
2017 perlu dielaborasi dengan prinsip- DAFTAR PUSTAKA
prinsip dasar di dalam konstitusi Republik
Indonesia, yaitu Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Buku
yang merupakan pengukuhan dari prinsip Asshiddiqie, Jimly. (2010). Konstitusi dan
Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:
yang dituangkan dalam Penjelasan Umum
Setjen Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.
UUD 1945 yaitu Negara Indonesia berdasar
atas hukum, tidak berdasar atas kekuasaan Attamimi, A. Hamid S. (1990). Peranan
belaka. UUD NRI Tahun 1945 menekankan Keputusan Presiden Republik Indonesia
pentingnya sistem ‘check and balances’ dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
(pengawasan dan keseimbangan) yang mana Negara: Suatu Studi Analisis Mengenai
Keputusan Presiden yang Berfungsi
perlu ada pembagian kekuasaan yang jelas
Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I-
antara fungsi eksekutif dan yudikatif. Artinya Pelita IV, Jakarta: Disertasi Doktoral
dalam permasalahan pembubaran organisasi Universitas Indonesia.
kemasyarakatan sangat penting untuk
melibatkan pengadilan untuk memutus vonis Tahir, Azhary Muhammad. (2012). Beberapa
pembubaran organisasi kemasyarakatan di Aspek Hukum Tata Negara, Hukum Pidana,
Indonesia dengan cara melakukan penataan dan Hukum Islam. Jakarta: Pernada Media
Group.
penyelesaian sengketa di pengadilan dengan
menggunakan asas peradilan cepat,
14
Triwulan, Titik. Widodo, Ismu Gunadi. Hukum
Tata Usaha Negara dan Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2011.
Jurnal
Peraturan Perundang-undangan
Website
https://mastel.id/mastel-anggota-jokowi-
sudah-tandatangani-pembubaran-6-ormas-
radikal berdasarkan-perppu-2-2017-2/.
diakses pada tanggal 19 Februari 2020.
15