Anda di halaman 1dari 17

KOMPARASI PEMBINAAN KETERAMPILAN KERJA NARAPIDANA

TIPIKOR DENGAN PIDANA UMUM DI LAPAS KELAS IIA YOGYAKARTA


(Comparation of Work Skill Development of Corruption Case Prisoner and
Public Crime Prisoner in Yogyakarta Class IIA Prison)

Dimas Ilham Nur Wicaksana


Kantor Wilayah Kemenkumham Daerah Istimewa Yogyakarta
Jl. Gedongkuning No. 146 Yogyakarta

dnurwicaksana@gmail.com

Abstrak

Pembinaan keterampilan kerja bagi narapidana menjadi salah satu bagian menuju
reintegrasi sosial sesuai dengan tujuan pemasyarakatan. Pemberian pembinaan
keterampilan kerja diyakini dapat memfasilitasi narapidana untuk dapat hidup mandiri
kelak saat telah bebas. Sebuah pertanyaan yang menarik ketika membahas urgensi
narapidana korupsi untuk mendapatkan pembinaan keterampilan kerja. Korupsi yang
notabene sebagai extraordinary crime seolah telah membuat sebuah clusterisasi
berdasarkan tingkat ekonomi pelakunya yaitu mayoritas kaum elite sesuai jenjangnya.
Di sisi lain, kondisi kemajemukan tingkat ekonomi narapidana di dalam Lembaga
Pemasyarakatan mengharuskan petugas melakukan pembinaan keterampilan kerja
dengan selektif dan menyesuaikan sarpras. Fakta ini mendorong penulis untuk melihat
bagaimana komparasi pembinaan keterampilan kerja di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Yogyakarta antara narapidana kasus korupsi dengan pidana umum seperti
pencurian, penipuan, penganiayaan, dan perlindungan anak yang mayoritas dari
kalangan menengah ke bawah. Penelitian ini dilakukan dengan metode yuridis empiris
dan pendekatan kualitatif dengan wawancara dengan para praktisi di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pembinaan keterampilan kerja di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dilaksanakan dengan melibatkan narapidana
kasus korupsi dan tindak pidana umum. Porgram pembinaan keterampilan kerja
dengan melibatkan narapidana kasus korupsi tidak menyalahi aturan mengingat pada
tahapan itu semua narapidana diperlakukan sama. Perbedaan perlakuan hanya pada
saat masa asimilasi. Saran untuk peningkatan kualitas pembinaan keterampilan kerja
adalah penambahan jumlah sarana dan prasarana sehingga dapat melibatkan jumlah
narapidana lebih besar.
Kata Kunci: Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja, Narapidana, Tingkat
Ekonomi

Abstract

Work skill development for prisoner is an attempt to socially reintegrate them into
society as it was the purpose of a prison on the first place. Work skill development is
believed to be able to facilitate the prisoner to live independently soon after they
released. There is one interesting question regarding the urgency of corruption
prisoner whether they are eligible to get work skill development or not. Corruption as

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 133
an extraordinary crime has made a cluster of the doer that it is majorly done by elite
people. On the other hand, the diversity of prisoner economy level in the prison urge
the officer to give work skill development selectively and catering the infrastructure of
the prison. This fact had pushed the writer to see what is the comparison of work skill
development in Yogyakarta Class IIA Prison between corruption case prisoner and
public case prisoner (which usually consist of low economy level prisoner). This
research was done using the juridically empiric method and qualitative approach by
using interview with the practitioner in the field. Conclusion of this study is work skill
development at the Yogyakarta Class IIA Prison is carried out by involving corruption
case prisoner and public case prisoner. Work skills development program involving
corruption cases prisoner does not breaking the rules, considering that at that stage all
actions taken are the same. The difference in treatment is only at the time of
assimilation. Suggestions for improving the quality of work skills development is to
increase the number of facilities and infrastructure so that it can involve a larger
number of prisoners.
Keywords: Comparation wprk skill development, Prisoner, Economy Level

134 Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja Narapidana… Wicaksana


Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

PENDAHULUAN memilih dan dipilih, hak menjadi


Lata Belakang Angkatan bersenjata, hak menjadi
penasihat atau kuasa, menjadi wali,
Pancasila telah membawa warna
wali pengawas, pengampu atau
baru dalam implementasi sistem
pengampu pengawas terhadap orang
pemidanaan di Indonesia. Sila ke dua
lain, Hak orang tua, perwalian, dan
dalam Pancasila yang berbunyi
pengampuan atas diri anak-anaknya
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
sendiri, hak melaksanakan kegiatan
menjadi landasan untuk para aparat
tertentu.1
penegak hukum senantiasa
memperhatikan nilai-nilai hak asasi Berlakunya Undang-Undang
manusia dalam melaksanakan Nomor 12 Tahun 1995 tentang
tugasnya. Pemidanaan sebelum Pemasyarakatan telah mendorong
lahirnya Undang-Undang Nomor 12 pergeseran fungsi pemidanaan dari
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang semula menekankan balas
sangat erat kaitannya dengan sistem dendam menjadi reintegrasi sosial.
kepenjaraan yang membuat Konsep reintegrasi sosial ini muncul
narapidana merasakan penederitaan sebagai langkah dari Pemerintah
akibat pembalasan dari perbuatan untuk melakukan rehabilitasi terhadap
melanggar hukum yang dilakukan. para narapidana agar kelak ketika
Pidana penjara sebagai salah satu telah bebas dapat diterima
pidana pokok yang termaktub dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan
Pasal 10 KUHP, merupakan pidana tujuan pemasyarakatan yaitu
yang membatasi kemerdekaan membuat narapidana menyadari
seseorang dalam hal tertentu seperti kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
bersosialisasi dengan orang lain. mengulangi tindak pidana sehingga
Pembatasan kemerdekaan itu dapat diterima masyarakat, dapat aktif
dilakukan dengan memenjarakan berperan dalam pembangunan, dapat
seseorang dalam batas waktu tertentu hidup secara wajar sebagai warga
sehingga ia tidak bebas melakukan negara yang baik dan
aktivitas. Kondisi ini mengakibatkan 2
bertanggungjawab. Tujuan ini dapat
derita pada narapidana dalam waktu dilakukan dengan mengikutsertakan
tertentu. masyarakat dalam proses pembinaan,
baik dalam bentuk kerja sama maupun
Selain pembatasan
dengan sikap bersedia menerima
kemerdekaan dalam melakukan
kembali narapidana yang telah selesai
aktivitas, seseorang yang dijatuhi
menjalani pidananya. 3
pidana penjara juga dicabut hak-
haknya sebagaimana yang termaktub Narapidana bukanlah obyek
dalam Pasal 35 ayat (1) KUHP yaitu melainkan subyek yang sama dengan
hak menduduki jabatan tertentu, hak manusia pada umumnya. Hal itu

1 Djisman Samosir, Fungsi Pidana Penjara 3Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana,
Dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia, Ketiga. (Jakarta, 2015)
(Bandung 1992)
2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan (Republik


Indonesia, 1945)

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 135
Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

berarti narapidana mungkin saja narapidana-narapidana tersebut.


melakukan kesalahan atau kekhilafan Contohnya adalah Lemabaga
yang dapat dihukum dengan pidana, Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA
namun tidak diberantas. Pemidanaan Jakarta, Lembaga Pemasyarakatan
sebagai langkah untuk menyadarkan PAsir Putih Nusakambangan untuk
sehingga narapidana dapat menyesali kasus terorisme, atau pun Lembaga
perbuatannya, kembali menadi warga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin
negara yang baik dan patuh, untuk para koruptor.
senantiasa menjunjung tinggi nilai
Narapidana tindak pidana
moral, dan berperan serta dalam umum dengan narapidana tindak
menciptakan keamanan serta pidana tertentu memiliki perbedaan
ketertiban di masyarakat. latar belakang sehingga dijatuhi
Pada praktiknya, Pemerintah hukuman pidana. Narapidana tindak
melakukan pengategorian narapidana pidana umum memiliki kecenderungan
di dalam Lembaga Pemasyarakatan melakukan kejahatan karena
dengan memperhatikan jenis tindak dorongan kebutuhan ekonomi. Pelaku
pidana yang dilakukan. Secara pencurian atau penggelapan
mudah, setidaknya ada 2 kategori melancarkan aksinya dengan motif
yaitu narapidana tindak pidana umum memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal
dan narapidana dengan tindak pidana itu karena para pelaku tindak pidana
tertentu (khusus atau kejahatan luar umum cenderung berasal dari
biasa). Narapidana tindak pidana kalangan menengah ke bawah.
umum contohnya mereka yang Sementara itu perbedaan
melakukan perbuatan pencurian, menarik terjadi pada narapidana
penggelapan, penganiayaan, dengan tidak pidana tertentu seperti
pencemaran nama baik, pencabulan, korupsi. Para koruptor melakukan
pembunuhan, dan perjudian. kejahatan bukan karena alasan
Narapidana tindak pidana umum ekonomi, melainkan keserakahan.
biasanya dikelompokkan tersendiri Sifat ini ada dari dalam diri para
dari sisi sel tempat menjalani pidana di koruptor yang sebenarnya mereka
dalam Lembaga Pemasyarakatan. berada pada kalangan elite.
Kategori berikutnya narapidana Keserakahan menjadi penyebab
dengan tindak pidana tertentu yaitu seseorang melakukan korupsi sesuai
mereka yang melakukan dengan GONE Theory yang
penyalahgunaan narkotika, korupsi, menyatakan ada 4 faktor penyebab
ata pun pun terorisme. Narapidana korupsi yaitu keserakahan (Greed),
dengan tindak pidana tersebut kesempatan (Opportunity), kebutuhan
biasanya sel tempat huniannya di (Need), pengungkapan (Expose)4
dalam Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan
dikelompokkan sendiri. Bahkan telah Kelas IIA Yogyakarta sebagai salah
dibuat Lembaga Pemasyarakatan satu unit pelaksana teknis dibawah
khusus untuk mengelompokkan
4Pusat Edukasi Anti Korupsi, lihat di pembelajaran/pendidikan/infografis/teori-teori-
https://aclc.kpk.go.id/materi- penyebab-korupsi
Diakses tanggal 1 Juli 2022

136 Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja Narapidana… Wicaksana


Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

Kantor Wilayah Kemenkumham perbedaan latar belakang sosial dan


Daerah Istimewa Yogyakarta ekonomi yang mendorong mereka
melakukan pembinaan terhadap masuk ke dalam jerat pidana inilah
narapidana dengan berbagai latar yang menjadi menarik untuk digali
belakang kasus. Narapidana dengan lebih dalam. Narapidana korupsi
tindak pidana umum atau pun korupsi memiliki latar belakang dari kalangan
ada di dalam pembinaan Lembaga elite yang secara ekonomi pun tidak
Pemasyarakatan Kelas IIA kekurangan. Kemudian dari sisi
Yogyakarta. Mereka dikelompokkan pekerjaan juga cenderung memiliki
dengan berdasarkan tindak pidana posisi yang tinggi dibandingkan
yang dilakukan. masyarakat pada umumnya.
Narapidana dengan kasus korupsi
Beragam kegiatan pembinaan
demikian ini apakah masih
keterampilan kerja diselenggarakan
memerlukan untuk mendapatkan
oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas
keterampilan kerja?
IIA Yogyakarta untuk membekali para
warga binaan. Mulai dari kuliner Berdasarkan uraian diatas,
bakpia, pembuatan kotak kado, penulis akan melakukan penelitian
pertanian, pertukangan, hingga bagaimana komparasi pembinaan
pengelasan semuanya menjadi wadah keterampilan kerja antara narapidana
untuk para warga binaan melakukan kasus pidana umum dengan tindak
pembinaan keterampilan kerja. pidana korupsi di Lembaga
Penyelenggaraan pembinaan Pemasyarakatan Kelas IIA
keterampilan kerja itu pun ada yang Yogyakarta.
melibatkan dari pihak ketiga.
Kolaborasi dengan pihak ketiga Rumusan Masalah
dilakukan dengan tujuan melakukan
dukungan atas segala sesuatu yang Rumusan masalah dalam
dapat di cover pihak Lembaga tulisan ini adalah bagaimana
Pemasyarakatan Kelas IIA komparasi pembinaan keterampilan
Yogyakarta. Salah satu bentuk kerja anatara narapidana kasus
dukungannya yaitu di bidang pidana umum dengan tindak pidana
pemasaran. Pihak ketiga akan korupsi di Lembaga Pemasyarakatan
mengambil dan langsung Kelas IIA Yogyakarta.
memasarkan hasil produksi
narapidana ke customer. Dengan
begitu, proses produksi barang yang Tujuan
melibatkan narapidana terus berjalan Tujuan dari penulisan ini adalah
tanpa memikirkan penjualanya. untuk mengetahui bagaimana
Sebuah hal yang menarik ketika komparasi pembinaan keterampilan
melihat komparasi pembinaan kerja anatara narapidana kasus
keterampilan kerja antara narapidana pidana umum dengan tindak pidana
kasus pidana umum dan korupsi di korupsi di Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kelas IIA Yogyakarta
Yogyakarta. Bukan tanpa alasan,

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 137
Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

Metode Penelitian Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta


terkait dengan pelaksanaan
Penelitian ini mengguakan
pembinaan narapidana. Data
metode yuridis empiris atau disebut
sekunder yang digunakan dalam
dengan penelitian lapangan yaitu
penelitian ini adalah berbagai bahan
mengkaji ketentuan hukum yang
hukum literasi yang berkaitan dengan
berlaku serta apa yang terjadi dalam
pembinaan narapidana di dalam
kenyataannya dalam masyarakat.5
Lembaga Pemasyarakatan. Penelitian
Penelitian yuridis empiris adalah
ini menggunakan pendekatan kualitatif
penelitian hukum mengenai
dengan teknik pengambilan data
pemberlakuan atau implementasi
ketentuan hukum normatif secara in melalui wawancara langsung terhadap
action pada setiap peristiwa hukum petugas Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Yogyakarta.
tertentu yang terjadi dalam
masyarakat.6 Menurut Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji penelitian PEMBAHASAN
hukum empiris yaitu penelitian Hakikat Pembinaan Narapidana
lapangan dengan melihat serta Undang-Undang Nomor 12
mengamati apa yang terjadi di secara Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
langsung penerapan peraturan- telah menggeser konsep pemidanaan
peraturan tersebut dalam prakteknya
di Indonesia dari kepenjaraan ke
dalam masyarakat.7 Metode yuridis pemasyarakatan. Sistem penjara dan
empiris dapat dimaknai juga sebagai pemasyarakatan tentunya memiliki
suatu penelitian yang dilakukan perbedaan dalam implementasi atau
terhadap keadaan sebenarnya atau pun tujuannya. Sistem penjara lebih
keadaan nyata yang terjadi mengedepankan pada tujuan
dimasyarakat dengan maksud untuk penjeraan dan balas dendam.
mengetahui dan menemukan fakta Penjeraan yang dialami narapidana
fakta dan data yang dibutuhkan, diyakini akan membuat mereka
setelah data yang dibutuhkan berhenti dan tidak mengulangi tindak
terkumpul kemudian menuju kepada pidana. Di tempat ini orang yang
identifikasi masalah yang pada bersalah tadi diperlakukan sedemikian
akhirnya menuju pada penyelesaian rupa dengan mempergunakan sistem
masalah.8 perlakuan tertentu (berupa penyiksaan
Penelitian yuridis empiris dan hukuman-hukuman badan
berfokus pada pengambilan data lainnya) dengan harapan agar si
primer di lapangan yang kemudian terhukum betul-betul merasa tobat dan
dipadukan dengan bahan kajian jera sehingga kemudian tidak akan
hukum terkait pembinaan narapdana.
Data primer yaitu hasil wawancara
langsung dengan petugas Lembaga

5 Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitiaan 7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,


Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta 2012) “Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
6 Abdulkadir Muhammad, “ Hukum dan Singkat)”, (Jakarta, 2001)
Penelitian Hukum”, (Bandung 2004) 8 Bambang Waluyo, “Penelitian Hukum

Dalam Praktek”, (Jakarta 2022)

138 Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja Narapidana… Wicaksana


Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

melakukan perbuatan-perbuatan yang narapidana, juga memberikan bekal


menyebabkan ia masuk penjara.9 hidup kepada narapidana agar
Sistem pemasyarakatan menjadi warga yang berguna di dalam
sampai hari ini diimplementasikan masyarakat. Muladi berpendapat
dengan tujuan para narapidana dapat bahwa “pengayoman” tersebut berupa
melakukan reintegrasi sosial setelah bekal hidup. Bekal hidup tersebut
bebas. Sistem pemasyarakatan bukan hanya berupa finansial dan
diselenggarakan dalam rangka materiil tetapi lebih penting adalah
membentuk narapidana agar menjadi mental, fisik, keahlian dan
manusia seutuhnya, menyadari keterampilan sehingga menjadi orang
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak yang mempunyai kamauan yang
mengulangi tindak pidana sehingga potensial dan efektif untuk menjadi
dapat diterima kembali oleh warga yang baik tidak melanggar
lingkungan masyarakat, dapat aktif hukum dan berguna bagi
berperan dalam pembangunan, dan pembangunan negara.12
dapat hidup secara wajar, sebagai Sistem pemasyarakatan
warga yang baik dan bertanggung memiliki 10 prinsip yang digunkan
jawab. Baharuddin Soerjobroto dalam melakukan pembinaan
menyatakan bahwa Pemasyarakatan narapidana. 10 prinsip tersebut yaitu:
sebagai treatment system di Indonesia 1. Ayomi dan berikan hidup agar
menganggap manusia meskipun mereka dapat menjalankan
berstatus terpidana tetap sebagai perannya sebagai warga
makhluk Tuhan, dan approach yang masyarakat yang baik;
dipakai dalam treatment techniquenya 2. Penjatuhan pidana tidak lagi
ialah antara manusia dengan didasari latar belakang
manusia.10 Sistem pemasyarakatan pembalasan;
berfungsi menyiapkan narapidana 3. Berikan bimbingan bukan
agar dapat berintegrasi secara sehat penyiksaan supaya mereka
dengan masyarakat, sehingga dapat bertobat;
berperan kembali sebagai anggota 4. Negara tidak berhak membuat
masyarakat yang bebas dan mereka lebih buruk atau lebih
bertanggung jawab.11 jahat daripada dijatuhi pidana;
Sistem pembinaan narapidana 5. Selama kehilangan dibatasi
di Lembaga Pemasyarakatan kemerdekaan bergeraknya
dilaksanakan dengan melandaskan para narapidana dan anak didik
salah satunya asas pengayoman. tidak boleh diasingkan dari
Asas pengayoman ini mengandung masyarakat;
pengertian perlakuan terhadap 6. Pekerjaan yang diberikan
narapidana dalam rangka melindungi narapidana dan anak didik tidak
masyarakat dari kemungkinan boleh sekedar mengisi waktu;
diulanginya tindak pidana oleh
9 A.Widiada Gunakaya, Sejarah Dan 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Konsepsi Pemasyarakatan, (Bandung, 1988) tentang Pemasyarakatan (Republik
10 Baharudin Soerjjobroto, Fungsi Indonesia, 1945)
Pemasyarakatan Dalam Negara Pancasila, 12 Muladi, “Lembaga Pidana Bersyarat,

(Bandung, 1967) Penerbit Alumni”, (Bandung, 1995)

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 139
Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

7. Pembinaan dan bimbingan Pemasyarakatan. Program pembinaan


yang diberikan kepada narapidana di Lembaga
narapidana dan anak didik Pemasyarakatan meliputi ketaqwaan
adalah berdasarkan Pancasila; kepada Tuhan YME, kesadaran
8. Narapidana dan anak didik berbangsa dan bernegara, intelektual,
bagaikan orang sakit, perlu sikap dan perilaku, kesehatan jasmani
diobati agar mereka sadar dan rohani, kesadaran hukum,
bahwa pelanggaran hukum reintegrasi sehat dengan masyarakat,
yang pernah dilakukan adalah keterampilan kerja, dan latihan kera
merusak dirinya, keluarganya, dan produksi.14
dan lingkungannya kemudian Ada 3 tahapan dalam proses
dibina dan dibimbing ke jalan implementasi pembinaan narapidana.
benar; 3 tahapan itu adalah tahap awal, tahap
9. Narapidana dan anak didik lanjutan, dan tahap akhir. Pembinaan
hanya dijatuhi pidana berupa di tahap awal dijalani narapidana sejak
membatasi kemerdekaan yang bersangkutan berstatus sebagai
dalam jangka waktu tertentu; narapidana sampai dengan (1/3) satu
10. Untuk pembinaan dan per tiga dari masa pidana. Pada tahap
bimbingan narapidana dan awal ini, pembinaan dilaksanakan di
anak didik, maka disediakan Lembaga Pemasyarakatan.
sarana yang diperlukan.13 Pembinaan di tahap awal ini meliputi
masa pengamatan, pengenalan dan
Tahapan Pembinaan Narapidana penelitian lingkungan paling lama 1
Pembinaan narapidana menjadi (satu) bulan, perencanaan program
bagian sangat penting untuk pembinaan kepribadian dan
mewujudkan tujuan pemasyarakatan kemandirian, pelaksanaan program
yaitu membentuk narapidana agar pembinaan kepribadian dan
menjadi manusia seutuhnya, kemandirian, dan penilaian
menyadari kesalahan, memperbaiki pelaksanaan program pembinaan
diri, dan tidak mengulangi tindak tahap awal.
pidana sehingga dapat diterima Pembinaan tahap lanjutan
kembali oleh lingkungan masyarakat, meliputi tahap lanjutan pertama yaitu
dapat aktif berperan dalam sejak berakhirnya pembinaan tahap
pembangunan, dan dapat hidup awal sampai dengan 1/2 (satu per dua)
secara wajar, sebagai warga yang baik dari masa pidana. Berikutnya tahap
dan bertanggung jawab. Pelaksanaan lanjutan kedua yaitu sejak berakhirnya
pembinaan narapidana di Lembaga pembinaan tahap lanjutan pertama
Pemasyarakatan salah satunya sampai dengan 2/3 (dua per tiga)
didasarkan dengan Peraturan masa pidana. Pembinaan di tahap
Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 lanjutan ini meliputi kegiatan
tentang Pembinaan dan perencanaan program pembinaan
Pembimbingan Warga Binaan lanjutan pelaksanaan program
13Hamzah dan Siti Rahayu, Suatu Tinjauan 14Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
Ringkas Sustem Pemidanaan Indonesia, 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
(Jakarta, 1983) Warga Binaan Pemasyarakatan (Republik
Indonesia, 1999)

140 Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja Narapidana… Wicaksana


Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

pembinaan lanjutan, penilaian masuknya narapidana di Lembaga


pelaksanaan program pembinaan Pemasyarakatan Kelas IIA
lanjutan, perencanaan dan Yogyakarta.
pelaksanaan asimilasi. Tabel 1. 5 kasus terbanyak di
Pembinaan tahap akhir Lembaga Pemasyarakatan Kelas
dilaksanakan sejak berakhirnya tahap IIA Yogyakarta
lanjutan sampai dengan berakhirnya
masa pidana dari narapidana. Kasus Jumlah
Pembinaan di tahap akhir meliputi Perlindungan 94 kasus
kegiatan perencanaan program Anak
integrasi, pelaksanaan program
integrasi, pengakhiran pelaksaan Pencurian 92 kasus
pembinaan tahap akhir. Korupsi 28 kasus
Pengalihan antar tahapan
pembinaan ditetapkan melalui siding Penipuan 27 kasus
tim pengamat pemasyarakatan Penganiayaan 22 kasus
berdasarkan data dari pembina
pemasyarakatan, pengaman Sumber: Assesment Center Lembaga
pemasyarakatan, pembimbing Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
kemasyarakatan, dan wali diakses tanggal 6 Juli 2022
pemasyarakatan.
Kasus yang berkaitan dengan
Peta Narapidana di Lembaga perlindungan anak dibawah umur
Pemasyarakatan Kelas IIA menadi angka tertinggi dengan 94
Yogyakarta Berdasarkan Kasus kasus. Berikutnya adalah pencurian.
Lembaga Pemasyarakatan Korupsi menempati urutan ketiga.
Kelas IIA Yogyakarta atau sering Penipuan dan penganiayaan secara
disebut dengan Lembaga berurutan di peringkat keempat dan
Pemasyarakatan Wirogunan kelima.
merupakan Lembaga Narapidana dengan kasus
Pemasyarakatan tertua di wilayah perlindungan anak, pencurian,
Daerah Istimewa Yogyakarta. penipuan, dan penganiayaan dapat
Berdasarkan data dari Assesment dikatakan sebagai pidana umum.
Center Digital Lembaga Sementara narapidana kasus korupsi
Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dikelompokkan tersendiri karena
per 6 Juli 2022, isi penghuni adalah berdasarkan jenis tindak pidananya
373 narapidana.15 Semua narapidana merupakan extraordinary crime.
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Perbedaan antara narapidana kasus
IIA Yogyakarta memiliki latar belakang pidana umum dan korupsi juga akan
kasus yang berbeda-beda. berpengaruh terhadap proses
Setidaknya ada 5 kasus yang pembinaan di dalam Lembaga
dominan menjadi latar belakang Pemasyarakatan. Salah satu

15Assesment Center Lapas Kelas IIA https://sppn.kumhamjogja.id/login.php


Yogyakarta Diakses tanggal 6 Juli 2022

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 141
Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

contohnya yaitu penempatan blok 1. Korupsi merupakan kejahatan


hunian dimana narapidana kasus terorganisasi yang dilakukan
korupsi disendirikan, tidak dicampur secara sistematis;
dengan narapidana kasus pidana 2. Korupsi biasanya dilakukan
umum. dengan modus operandi yang
sulit sehingga tidak mudah
Faktor jenis tindak pidana
extraordinary crime dan pidana umum membuktikannya;
3. Korupsi selalu berkaitan
menjadi alasan pembedaan dalam
dengan kekuasaan;
penempatan hunian. Stuart Ford
berpendapat bahwa extraordinary 4. Korupsi adalah kejahatan yang
crime atau kejahatan luar biasa adalah berkaitan dengan nasib orang
banyak karena keuangan
suatu perbuatan yang dilakukan
engara yang dirugikan dapat
dengan maksud untuk menghilangkan
bermanfaat untuk
hak asasi umat manusia dan menjadi
kesejahteraan masyarakat.19
yurisdiksi peradilan pidana
internasional, serta dapat
dijatuhkannya hukuman mati terhadap Perbedaan Narapidana Kasus
pelaku kejahatan.16 Mark A. Drumbl Korupsi, Penipuan, Perlindungan
berpendapat bahwa pengkategorian Anak, Pencurian, dan Penganiayaan
extraordinary crime adalah karena
Berdasarkan Penyebab
kejahatan yang ekstrem secara
kuantitatif berbeda dengan kejahatan Narapidana kasus korupsi
pada umumnya, karena kejahatan ini dengan penipuan, perlindungan anak,
sifatnya jauh lebih serius dan pencurian, dan penganiayaan memiliki
pelakunya dianggap musuh seluruh perbedaan karakteristik berdasarkan
umat.17 penyebabnya masuk ke dalam
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Korupsi masuk kategori Yogyakarta. Narapidana kasus korupsi
extraordinary crime karena kasusnya sebagai extraordinary crime memiliki
di Indonesia sudah meluas dan karakteristik khusus dari sisi penyebab
sistematis yang melanggar hak-hak karena dilakukan secara terorganisir,
ekonomi masyarakat. Hal itu membuat sistematis, dan pelakunya cenderung
perlunya upaya-upaya pemberantasan berkaitan dengan kalangan elite.
korupsi.18 Eddy O. S. Hiarej Sementara itu kasus-kasus pidana
berpendapat 4 sifat karakteristik tindak umum seperti penipuan, perlindungan
pidana korupsi sebagai kejahatan luar anak, pencurian, dan penganiayaan
biasa yaitu: cenderung dilakukan sendiri dan

16 Mohammad Hatta, “Kejahatan Luar Biasa 19Eddy O.S. Hiariej, Pembuktian Terbalik
(Extra Ordinary Crime)”, (Aceh, 2019) dalam Pengembalian Aset Kejahatan Korupsi,
17 Mark A. Drumbl, “Atrocity, Punishment, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
and International Law, Chapter 1: pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Extraordinary Crime and Ordinary Crime Mada, Rapat Terbuka Majelis Guru Besar
Punishment: An Overview”, (Cambridge, Universitas Gadjah Mada pada tanggal 30
2019). Januari 2012 di Yogyakarta, hlm. 3.
18 Artidjo Alkosar, “Korupsi Sebagai Extra

Ordinary Crime”, (Jakarta, 2013)

142 Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja Narapidana… Wicaksana


Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

cenderung ada motif ekonomi yang dalam diri. Sifat ini dapat tumbuh di
menjadi latar belakang untuk dalam setiap diri manusia yang lemah
melakukannya. akan keimanan dan akhlak budi
pekertinya. Faktor eksternal yang
Berikut adalah tabel
menyebabkan korupsi adalah sistem
perbandingan perbedaan antara
lingkungan kerja yang korup sehingga
narapidana kasus korupsi dengan
memaksa untuk ikut di dalamnya.
penipuan, perlindungan anak,
Korupsi dilakukan secara terorganisir
pencurian, dan penganiayaan dari sisi
dan sistematis sehingga melibatkan
faktor penyebabnya di Lembaga
banyak orang. Selain itu, faktor
Pemasyarakatan Kelas IIA
kekuasaan juga dapat menjdi
Yogyakarta.
pendorong munculnya hasrat untuk
Tabel 2. Perbandingan tindak korupsi. Berdasarkan data ini dapat
pidana dari sisi faktor penyebab ditarik sebuah kesimpulan sementara
Tindak Faktor Faktor bahwa korupsi tidak disebabkan oleh
Pidana internal eksternal faktor tuntutan ekonomi karena
Sistem memang pelakunya secara finansial
Korupsi Keserakahan lingkungan sudah tercukupi. Hal inilah yang
korup membedakan dengan tindak pidana
Akhlak tidak Tuntutan umum lainnya.
Penipuan
baik ekonomi Tindak pidana penipuan dari
Kelainan sisi faktor internal disebabkan oleh
Tuntuan
Perlindung seksual dan lemahnya akhlak pelaku. Faktor
eknomi dan
an Anak akhlak tidak eksternal yang sangat mempengaruhi
lingkungan
baik adalah tuntutan ekonomi. Finansial
Lingkungan yang lemah sangat mendorong
Penganiay Kontrol emosi
dan tuntutan seseorang untuk melakukan penipuan
aan rendah
ekonomi demi memenuhi kebutuhan primernya.
Tuntutan Tindak pidana yang berkaitan
Akhlak tidak ekonomi dengan perlindungan anak secara
Pencurian
baik dan faktor internal dapat disebabkan
lingkungan karena kelainan seksual jika itu
Sumber: Wawancara dengan petugas pencabulan. Faktor eksternal yang
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA mendorong tindak pidan aini adalah
Yogyakarta tahun 2022 lingkungan yang kurang dalam
pengawasan terhadap anak dibawah
umur. Sementara jika yang dilakukan
Melihat dari data tabel diatas, adalah perdagangan anak dibawah
terdapat perbedaan yang cukup umur maka faktor eksternal yang
mendasar anatara karakteristik menjadi pendorong adalah motif
narapidana korupsi dengan penipuan, ekonomi.
perlindungan anak, pencurian, dan
Pencurian sangat erat
penganiayaan dari sisi faktor
kaitannya dengan akhlak yang tidak
penyebab. Korupsi dari sisi internal
baik jika dilihat dari sisi internal pelaku.
disebabkan oleh sifat serakah dari

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 143
Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

Seseorang yang tumbuh jauh dari Yogyakarta dilaksanakan dengan


Pendidikan orang tua atau pun formal sistem kuota karena keterbatasan
di sekolah dapat menjadi faktor tempat, sarana dan prasarana, serta
berkembangnya akhlak yang tidak volume pekerjaan.
baik. Sementara faktor eksternal dari Pembinaan keterampilan kerja
pencurian dapat disebabkan karena dilaksanakan di sebuah tempat yang
kebutuhan ekonomi yang harus diberi nama bengkel kerja. Tempat ini
dipenuhi. semacam ruangan pembinaan
Penganiayaan dapat terjadi keterampilan kerja secara terpadu,
karena pelaku memiliki control emosi dimana dalam satu tempat difungsikan
yang tidak stabil. Faktor internal untuk berbagai kegiatan. Lembaga
tersebut sangat berpengaruh terhadap Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
perbuatan pelaku untuk melakukan melaksanakan pembinaan
penganiayaan. Sementara faktor keterampilan kerja secara mandiri dan
eksternalnya adalah lingkungan juga sebagian bekerjasama dengan
pergaulan yang kurang baik. Selain itu pihak ketiga.
dorongan ekonomi juga dapat menjadi Lembaga Pemasyarakatan
faktor seseorang melakukan Kelas IIA Yogyakarta melaksanakan
penganiayaan untuk mendapatkan beberapa cabang kegiatan pembinaan
uang.
keterampilan kerja. Beberapa cabang
Dari perbandingan di atas dapat pelatihan keterampilan kerja tersebut
dilihat bahwa hanya korupsi yang tidak diantaranya Unit Margaria (pembuatan
disebabkan dorongan kebutuhan craft kotak kado), Unit Bakpia, Unit
ekonomi. Secara tidak langsung, Laundry, Unit Pertanian, Unit
kondisi demikian menggambarkan Pertukangan Kayu, Unit Pengelasan,
bahwa pekau korupsi adalah orang Unit Jahit, Unit Peternakan, dan Unit
yang berkecukupan namun memiliki Potong Rambut
sifat serakah. Jumlah narapidana yang terlibat
dalam 9 kegiatan pelatihan
keterampilan kerja ini adalah 36 orang.
Pembinaan Keterampilan Kerja di
Cukup jauh jika dibandingkan dengan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
total hunian seluruh narapidana yang
Yogyakarta
mencapai 373. Namun hal tersebut
Pembinaan keterampilan kerja sangat wajar mengingat para
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas narapidana yang dapat mengikuti
IIA Yogyakarta dilaksanakan oleh program pembinaan keterampilan
Seksi Kegiatan Kerja. Narapidana kerja adalah orang-orang terpilih
yang akan mengikuti pembinaan sesuai dengan kriteria berdasarkan
keterampilan kerja harus melalui aturan yang berlaku.
berbagai tahapan seperti assessment
Narapidana yang terlibat dalam
minat, berkelakuan baik, hingga
program pembinaan keterampilan
mendapat rekomendasi dari siding tim
kerja dapat dari kasus korupsi atau
pengamat pemasyarakatan.
pidana umum selama memenuhi
Pembinaan keterampilan kerja di
persyaratan. Tidak ada pembedaan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

144 Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja Narapidana… Wicaksana


Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

berdasarkan latar belakang kasus Background narapidana korupsi yang


untuk mengikuti program pembinaan cenderung dari kalangan elite tidak
keterampilan kerja. Berikut adalah berarti mereka tidak mendapatkan
data narapidana yang mengikuti pembinaan keterampilan kerja. Hal itu
pembinaan keterampilan kerja di karena pembinaan narapidana telah
Lapas Kelas IIA Yogyakarta menjadi program yang harus diikuti
berdasarkan latar belakang kasus: narapidana untuk dapat mewujudkan
tujuan pemasyarakatan sebagai
amanat Undang-Undang. Pembinaan
Tabel 3. Narapidana yang Mengikuti keterampilan kerja di Lembaga
Pembinaan Keterampilan Kerja Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
Kegiatan Jumlah Kasus telah sesuai dengan implementasi
Napi Peraturan Pemerintah Nomor 31
Pidana Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Margaria 9 Pembimbingan Warga Binaan
umum
Korupsi Pemasyarakatan.
dan Perbedaan antara narapidana
Bakpia 5 korupsi dengan tindak pidana umum
pidana
umum yaitu pada tahap asimilasi. Asimilasi
adalah proses pembinaan narapidana
Pidana
Laundry 4 dan Anak yang dilaksanakan dengan
umum
membaurkan narapidana dan Anak
Pidana
Pertanian 6 dalam kehidupan masyarakat. Pasal
umum
66 Permenkumham Nomor 3 Tahun
Pidana
Pertukangan 2 2018 tentang Syarat dan Tata Cara
umum
Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti
Pidana
Pengelasan 2 Mengunjungi Keluarga, Pembebasan
umum
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan
Pidana Cuti Bersyarat menyatakan bahwa
Jahit 2
umum narapidana tindak pidana terorisme,
Pidana narkotika dan prekursor narkotika,
Peternakan 5
umum psikotropika, korupsi, kejahatan
Potong Pidana terhadap keamanan negara dan
1
rambut umum kejahatan hak asasi manusia yang
Sumber: Data Seksi Kegiatan Kerja berat, serta kejahatan transnasional
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA terorganisasi lainnya, asimilasi
Yogyakarta tahun 2022 dilaksanakan dalam bentuk kerja
sosial pada lembaga sosial.20
Data di atas menunjukkan fakta Narapidana kasus korupsi di
bahwa pembinaan keterampilan kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Yogyakarta menjalani program
IIA Yogyakarta dapat diikuti seluruh asimilasi dengan kerja sosial di panti
narapidana selama memenuhi syarat.

20Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018 Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti


tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat,
Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi (Republik Indonesia, 2018)

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 145
Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

jompo. Pihak Lembaga masyarakat dan menimbulkan


Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta keresahan bagi masyarakat.22 Berikut
telah memiliki perjanjian kerja sama data narapidana residivis di Lembaga
dengan panti jompo untuk menerima Pemasyarakatan Kelas IIA
para narapidana kasus korupsi Yogyakarta:
menjalani asimilasi berupa kerja
sosial. Hal semacam ini tidak dapat
dilakukan oleh narapidana kasus Tabel 4. Narapidana Residivis di
pidana umum karena mereka Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
menjalani asimilasi di lingkungan Yogyakarta
Lembaga Pemasyarakatan. Program
asimilasi tidak dapat diberikan untuk
narapidana yang terancam jiwanya Jenis Kejatahan Jumlah
dan narapidana yang sedang Pencurian 26
menjalani pidana seumur hidup.
Perlindungan anak 6
Ukuran Keberhasilan Dari Sudut Penipuan 4
Pandang Pengulangan Tindak
Pidana Korupsi 3

Keberhasilan dalam melaksanakan Kesusilaan 2


pembinaan kemandirian bagi Kejahatan mata 2
narapidana dapat dilihat dari indikator uang
pengulangan tindak pidana di
kemudian hari. Istilah yang sering KDRT 1
digunakan dalam pengulangan tindak Penggelapan 1
pidana yaitu residivis. Residivis ialah
pengulangan dari suatu tindak pidana Penganiayaan 1
yang dilakukan oleh pelaku yang sama Penggunan senjata 4
dari tindak pidana sebelumnya yang tajam
telah dijatuhi hukuman dan inkrah,
Sumber: Wawancara dengan petugas
serta pengulangan yang terjadi dalam
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
jangka waktu tertentu, adapun syarat
Yogyakarta tahun 2022
yang harus dipenuhi dalam hal
pengulangan tindak pidana. 21 Saat ini Berdasarkan data diatas maka
sering dijumpai berbagai kasus yang pembinaan kemandirian di Lembaga
dilakukan oleh residivis, hal ini terjadi Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
tatkala seorang yang tidak jera tidak dapat sepenuhnya dikatakan
terhadap hukuman yang pernah ia berhasil membuat narapidana tidak
jalani sebelumnya di penjara, setelah mengulangi tindak pidananya. Hal
ia bebas dari hukuman ia melakukan tersebut didukung data bahwa
pengulangan tindak pidana lagi di narapidana kasus korupsi dan tindak

21 Farid, Z. A, “Hukum Pidana I”, (Jakarta, “Pemberatan Hukuman Terhadap Residivis


2010) (Studi Kasus Putusan Perkara Nomor
22 Ni Made Wahyuni Paramitha, I Ketut 50/Pid.B/2018/PN.Tab)”, (Bali, 2021)
Sukadana, dan Ni Made Sukaryati Karma,

146 Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja Narapidana… Wicaksana


Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

pidana umum lainnya sama-sama Asimilasi untuk narapidana kasus


memiliki jumlah residivis. pidana umum dilaksanakan dengan
kerja sosial di lingkungan Lembaga
Pemasyarakatan. Narapidana
PENUTUP
dikaryakan untuk bekerja di luar
Kesimpulan
bangunan Lembaga Pemasyarakatan
Pembinaan keterampilan kerja di seperti menjadi tenaga kebersihan dan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA pertukangan. Pelaksanaan asimilasi
Yogyakarta dilaksanakan dengan ini dengan pengawasan dari para
melibatkan narapidana kasus korupsi petugas untuk menghindari terjadinya
dan tindak pidana umum. Narapidana pelarian.
kasus korupsi yang notabene sebelum
Dilihat dari tingkat residivis maka
masuk di Lembaga Pemasyarakatan
pembinaan kemandirian di Lembaga
tergolong kalangan elite tetap
Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
diberikan pembinaan keterampilan
belum sepenuhnya berhasil
kerja selama memiliki minat dan
mewujudkan salah satu niatan mulia
tentunya sesuai dengan peraturan
dari pemasyarakatan yaitu, membuat
yang berlaku. Porgram pembinaan
narapidana tidak mengulangi tindak
keterampilan kerja dengan melibatkan
pidana. Data residivisi menunjukkan
narapidana kasus korupsi tidak
masih adanya narapidana yang
menyalahi aturan mengingat pada
kembali melakukan pengulangan
tahapan itu semua diperlakukan sama.
tindak pidana korupsi atau pun pidana
Prinsip non diskriminatif juga
umum lainnya. Evaluasi secara
diimplementasikan dalam model
menyeluruh dalam penyelenggaraan
pembinaan keterampilan kerja di
sistem pemasyarakatan sangat perlu
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
untuk melahirkan gagasan-gagasan
Yogyakarta.
baru untuk menekan jumlah residivis
Perbedaan dalam konteks ke depannya.
pembinaan antara narapidana kasus
korupsi dan kasus pidana umum yaitu Saran
terletak pada tahapan asimilasi.
Guna meningkatkan jumlah
Narapidana kasus korupsi di Lembaga
narapidana yang memperoleh
Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
kesempatan pembinaan keterampilan
pada tahapan asimilasi yaitu
kerja di Lembaga Pemasyarakatan
melakukan kerja sosial di panti jompo.
Kelas IIA Yogyakarta maka perlu
Pelaksanaan asimilasi di panti jompo
ditambah kuotanya. Hal ini berkaitan
didasarkan perjanjian kerja sama
dengan jenis kegiatan, sarana dan
sebelumnya. Hal ini sesuai dengan
prasarana, termasuk juga kerja sama
Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018
dengan pihak ketiga untuk membantuk
tentang Syarat dan Tata Cara
pengadaan tambahan volume
Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti
pekerjaan bagi narapidana.
Mengunjungi Keluarga, Pembebasan
Bertambahnya kuota narapidana
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan
untuk mengikuti pembinaan
Cuti Bersyarat.
keterampilan kerja akan membantu
mereka untuk mempunyai skill yang

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 147
Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

dapat dimanfaatkan setelah bebas. Ordinary Crime”, (Jakarta, 2013)


Selain itu evaluasi secara menyeluruh A.Widiada Gunakaya, Sejarah Dan
dalam penyelenggaraan sistem Konsepsi Pemasyarakatan,
pemasyarakatan sangat perlu untuk (Bandung, 1988)
melahirkan gagasan-gagasan baru Bambang Waluyo, “Penelitian Hukum
untuk menekan jumlah residivis ke Dalam Praktek”, (Jakarta, 2022)
depannya. Djisman Samosir, Fungsi Pidana
Penjara Dalam Sistem
UCAPAN TERIMA KASIH Pemidanaan di Indonesia,
(Bandung, 1992)
Terima kasih kepada Kantor
Farid, Z. A, “Hukum Pidana I”,
Wilayah Kementerian Hukum dan
(Jakarta, 2010)
HAM Daerah Istimewa Yogyakarta
Hamzah dan Siti Rahayu, Suatu
yang telah melakukan inovasi
Tinjauan Ringkas Sustem
membuat paltform jurnal online
Pemidanaan Indonesia, (Jakarta,
“Wicarana” yang dapat mewadahi bagi
1983)
para pegawai yang ini membuat karya
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum
tulis ilmiah. Platform jurnal ini sangat
Pidana, Ketiga. (Jakarta,, 2015)
bagus sekali untuk memotivasi para
Mark A. Drumbl, “Atrocity, Punishment,
pegawai untuk menambah wawasan
and International Law, Chapter 1:
sehingga dapat melahirkan karya tulis
Extraordinary Crime and Ordinary
ilmiah. Selain itu platform jurnal
Crime Punishment: An Overview”,
“Wicarana” juga dapat membantu
(Cambridge, 2019)
pengembangan kompetensi pegawai,
Mohammad Hatta, “Kejahatan Luar
khususnya dari sisi berfikir secara
Biasa (Extra Ordinary Crime)”,
kritis dan sistematis untuk
(Aceh, 2019)
menganalisis sebuah permasalahan.
Muladi, “Lembaga Pidana Bersyarat,
Penulis juga mengucapkan Penerbit Alumni”, (Bandung, 1995)
terima kasih kepada jajaran pegawai Suharsimi Arikunto, “Prosedur
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Penelitiaan Suatu Pendekatan
Yogyakarta yang sudah memberikan Praktek”, (Jakarta, 2012)
data primer untuk bahan penulisan
jurnal ini. Semua data yang diperoleh Peraturan Perundang-Undangan
dengan teknik wawancara ini sangat Undang-Undang Nomor 12 Tahun
berarti untuk menjadi ruh penulisan ini. 1995 tentang Pemasyarakatan
Terakhir, penulis juga mengucapkan (Republik Indonesia, 1945)
terima kasih kepada semua ahli Peraturan Pemerintah Nomor 31
hukum yang pendapatnya dikutip Tahun 1999 tentang Pembinaan
dalam jurnal ini. dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan (Republik
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, 1999)
Buku Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018
Abdulkadir Muhammad, “ Hukum dan tentang Syarat dan Tata Cara
Penelitian Hukum”, (Bandung Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti
2004) Mengunjungi Keluarga,
Artidjo Alkosar, “Korupsi Sebagai Extra Pembebasan Bersyarat, Cuti

148 Komparasi Pembinaan Keterampilan Kerja Narapidana… Wicaksana


Jurnal Hukum dan HAM
p-ISSN 2829-0356
Wicarana e-ISSN 2829-0291
Volume 1, Nomor 2, September 2022

Menjelang Bebas, dan Cuti


Bersyarat, (Republik Indonesia,
2018)

Karya Ilmiah
Baharudin Soerjobroto, Fungsi
Pemasyarakatan Dalam Negara
Pancasila, (Bandung, 1967)
Eddy O.S. Hiariej, Pembuktian
Terbalik dalam Pengembalian
Aset Kejahatan Korupsi, Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada, Rapat Terbuka
Majelis Guru Besar Universitas
Gadjah Mada pada tanggal 30
Januari 2012 di Yogyakarta
Ni Made Wahyuni Paramitha, I Ketut
Sukadana, dan Ni Made Sukaryati
Karma, “Pemberatan Hukuman
Terhadap Residivis (Studi Kasus
Putusan Perkara Nomor
50/Pid.B/2018/PN.Tab)”, (Bali,
2021)

Website
Pusat Edukasi Anti Korupsi, lihat di
https://aclc.kpk.go.id/materi-
pembelajaran/pendidikan/infografi
s/teori-teori-penyebab-korupsi
Assesment Center Lapas Kelas IIA
Yogyakarta
https://sppn.kumhamjogja.id/login.
php

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 2, September 2022: 133-149 149

Anda mungkin juga menyukai