Anda di halaman 1dari 22

PENGAKUAN HAK ATAS TANAH MILIK KASULTANAN NGAYOGYAKARTA

HADININGRAT DAN HAK ATAS TANAH MILIK KADIPATEN PAKUALAMAN


(RECOGNITION OF LAND RIGHTS OWNED BY NGAYOGYAKARTA
HADININGRAT SULTANATE AND LAND RIGHTS OWNED BY KADIPATEN
PAKUALAMAN)

Heru Purnomo
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Daerah Istimewa Yogyakarta

herupurnomoo@gmail.com

ABSTRAK
Tanah Kasultanan atau yang lebih dikenal dengan istilah Sultanaat Grond (SG) dan tanah
Kadipaten atau yang lebih dikenal dengan istilah Pakualamanaat Grond (PAG) sebelum
sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta secara hukum administrasi pertanahan untuk pendaftaran tidak dapat
dilakukan karena belum adanya kepastian hukum terhadap pelaksanaan pendaftaran
tanahnya. Kajian terhadap pengakuan hak atas tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat dan hak atas tanah milik Kadipaten Pakualaman diberikan oleh Negara melalui
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012, yang penjabarannya diikuti dengan pengaturan
mengenai pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten. Hal ini
secara jelas diatur dalam Pasal 32 ayat (5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menyatakan bahwa “Kasultanan dan
Kadipaten berwenang mengelola dan memanfaatkan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten
ditujukan untuk sebesar-besarnya pengembangan kebudayaan, kepentingan sosial, dan
kesejahteraan masyarakat”. Pengakuan negara atas kepemilikan tanah Kasultanan dan
kepemilikan tanah Kadipaten tidak terlepas didasari dari sejarah bahwa Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah memiliki wilayah (bumi)
kekuasaan sebagai negeri yang dijalankan oleh kerajaannya secara sendiri-sendiri sebelum
lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Kekuasaan atas
wilayah (bumi) kekuasaan tersebut diselenggarakan oleh Sultan Hamengku Buwono terhadap
wilayah (bumi) kekuasaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Adipati Paku Alam
terhadap wilayah (bumi) kekuasaan Kadipaten Pakualaman dan rekognisi Sultan Hamengku
Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII, yang secara politik memutuskan untuk menjadi bagian
dari Republik Indonesia.

Kata kunci: Pengakuan Hak Atas Tanah Milik, Sejarah, Rekognisi, Wilayah (Bumi)
Kekuasaan, Tanah Kasultanan, Tanah Kadipaten.

ABSTRACT
The Land of Kasultanan or better known as Sultanaat Grond (SG) and the Land of Kadipaten or
better known as Pakualamanaat Grond (PAG) before the enactment of Law Number 13 of 2012
about The Privileges of the Special Region Yogyakarta legally land administration for
registration cannot be carried because there is no legal certainty regarding the implementation
of land registration. A study of recognition of land rights belonging to the Ngayogyakarta
Hadiningrat Sultanate and land rights belonging to the Kadipaten Pakualaman granted by the
State through Law Number 13 of 2012, the elaboration of which is followed by arrangements

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 71
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

regarding the management and utilization of the land of the Sultanate and the land of the
Kadipaten. This is clearly regulated in Article 32 Paragraph (5) of Law Number 13 of 2012
concerning of the Privilages of The Special Region of Yogyakrta, which states that “The
Sultanate and Kadipaten are authorized to manage and utilize the lands of the Sultanate and
the Kadipaten lands aimed at the greatest possible cultural development, social interest, and
public welfare”. State recognition of land ownership of the Sultanate ownership of Kadipaten
land can’t be separated from the history that the Ngayogyakarta Hadiningrat Sultanate and the
Kadipaten Pakualaman already had the territory (earth) of power as a country that was run by
their own kingdom before the birth of the Unitary State of the Republic of Indonesia on August
17,1945. The power over the territory (earth) was exercised by Sultan Hamengkubuwono over
the territory (earth) of the Ngayogyakarta Hadiningrat Sultanate and the Kadipaten Pakualaman
over the territory (earth) of the Kadipaten Pakualaman and the recognition of Sultan
Hamengkubuwono XI and Adipati Pakualam VIII, which politically decided to become part of
the Republic of Indonesia.

Keywords: Recognition of Land Ownership, History, Recognition, Region (Earth)


Authority, Sultanate Land, Kadipaten Land.

PENDAHULUAN dari Presiden Republik Indonesia yang pada


saat itu dijabat Ir.Sukarno, yang ditetapkan
Historis yuridis bergabungnya nagari pada tanggal 19-08-1945.
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Piagam Kedudukan yang diberikan oleh
daerah Kadipaten Pakualamanan ke Negara Presiden Republik Indonesia, Ir.Sukarno
Kesatuan Republik Indonesia dapat ditelusur kepada Sri Paduka Ingkang Sinuwun
dengan adanya Naskah Amanat Sri Paduka Kangdjeng Sultan Hamengku Buwono IX
Ingkang Sinuwun Kangdjeng Sultan dan Sri Paduka Kangdjeng Gusti Pangeran
Hamengku Buwono IX, sebagai Sultan Adipati Ario Paku Alam VIII, secara politik
negeri Ngayogyakarta Hadiningrat, yang merupakan sebuah jaminan status khusus
ditetapkan pada tanggal 5-9-1945 dan bagi Sultan Hamengku Buwono IX sebagai
Naskah Amanat Sri Paduka Kangdjeng Gusti kepala daerah Kasultanan Yogyakarta dan
Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII, Paku Alam VIII sebagai kepala daerah Paku
sebagai Adipati Paku Alam negeri Kadipaten Alaman sebagai bagian dari Republik
Paku Alamanan, yang ditetapkan pada Indonesia.
tanggal 5-9-1945. Konsekuensi politik adanya Piagam
Naskah Amanat Sultan Hamengku Kedudukan tersebut, diikuti dengan
Buwono IX dan Naskah Amanat Paku Alam pengakuan negara atas status khusus bagi
VIII merupakan pilihan dan keputusan politik Sultan Hamengku Buwono IX sebagai
dari kedua pemangku nagari yang berbentuk kepala daerah Kasultanan Yogyakarta dan
kerajaan, yang masing-masing memiliki Paku Alam VIII sebagai kepala daerah Paku
wilayah (bumi), pemerintahan dan penduduk Alaman ditegaskan dalam Undang-Undang
sebelum Proklamasi tanggal 17 Agustus Nomor 22 Tahun 1948 tentang Penetapan
1945. Pilihan dan keputusan politik Sultan Aturan-Aturan Pokok Mengenai
Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah
dikuatkan dengan Piagam Kedudukan untuk yang Berhak Mengatur dan Mengurus
Sri Paduka Ingkang Sinuwun Kangjeng Rumah Tangganya Sendiri. Pengakuan
Sultan Hamengku Buwono IX dan Piagam negara atas status khusus tersebut,
Kedudukan untuk Sri Paduka Kangjeng dituangkan dalam Pasal 1 ayat (2) dan ayat
Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948,

72 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

yang pada pokoknya berbunyi sebagai dalam nagari Kasultanan Ngayogyakarta


berikut: “Daerah-daerah yang mempunyai Hadiningrat, sedangkan Sri Paduka
hak-hak, asal-usul dan dizaman sebelum Kangdjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku
Republik Indonesia mempunyai Alam sebagai Adipati Paku Alam mengatur
pemerintahan sendiri yang bersifat Istimewa dan mengurus wilayah (bumi) dalam daerah
ditetapkan sebagai Daerah Istimewa yang Kadipaten Pakualamanan, yang salah
setingkat dengan Propinsi yang berhak satunya pengaturan dan pengurusannya di
mengatur dan mengurus rumah tangganya bidang pertanahan.
sendiri, dengan nama, batas-batas, Historis yuridis atas pengaturan dan
tingkatan, hak dan kewajibannya ditetapkan pengurusan bidang pertanahan oleh Sultan
dengan undang-undang pembentukan”. Hamengku Buwono, dilakukan melalui
Selain memuat ketentuan hukum atas penelusuran pengaturannya di dalam
Daerah Istimewa, undang-undang yang Lembar Kerajaan (Rijksblad) Kasultanan
sama juga menegaskan bahwa Tahun 1918 No.16 dan Lembar Kerajaan
“Daerah-daerah yang mempunyai hak-hak, (Rijksblad) Pakualaman Tahun 1918 No.18.
asal-usul dan dizaman sebelum Republik Kedua Lembar Kerajaan (Rijksblad) tersebut
Indonesia mempunyai pemerintahan sendiri yang pada pokoknya sama yakni
yang bersifat Istimewa, memiliki Kepala pengaturannya mengenai sistem
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang kepemilikan tanah nagari yang terdapat
diangkat oleh Presiden dari keturunan dalam masing-masing wilayah (bumi) dari
keluarga yang berkuasa di daerah itu dua daerah tersebut.
dizaman sebelum Republik Indonesia dan Lembar Kerajaan (Rijksblad)
yang masih menguasai daerahnya, dengan Kasultanan tersebut, merupakan instrumen
syarat-syarat kecakapan, kejujuran dan hukum yang berisikan aturan hukum yang
kesetian dan dengan mengingat adat istiadat dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono
di daerah.1 dengan persetujuan pemerintah kolonial,
Pengakuan negara atas Daerah diberlakukan di wilayah (bumi) nagari
Istimewa sebagaimana ditegaskan dalam Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat,
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, sedangkan untuk Lembar Kerajaan
dilanjutkan dengan penegasan bahwa (Rijksblad) yang dibuat oleh Adipati Paku
daerah yang meliputi daerah Kasultanan Alam yang juga mendapat persetujuan
Yogyakarta dan daerah Paku Alaman pemerintah kolonial, diberlakukan di wilayah
ditetapkan menjadi Daerah Istimewa (bumi) daerah Kadipaten Pakualamanan.
Jogjakarta”.2 Penegasan ini, ditetapkan Dalam Pasal 1 Lembar Kerajaan
melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun (Rijksblad) Tahun 1918 No.16, menegaskan
1950 tentang Pembentukan Daerah bahwa “Sakabehing bumi kang ora ana
Istimewa Yogyakarta. tandha yektine kadarbe ing liyan mawa
Sebelum bergabung kedalam Republik wewenang eigendom, dadi bumi kagungane
Indonesia, Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan keraton Ingsun Ngayogyakarta, artinya,
Hamengku Buwono sebagai Sultan semua tanah yang tidak ada bukti
mengatur dan mengurus wilayah (bumi) kepemilikan menurut hak eigendom (hak
milik menurut Agrarische Wet 1870)3, maka
1
Lihat Pasal 18 ayat (5) dan ayat (6) Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1948 tentang Penetapan
3
Aturan-Aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri Kus Sri Antoro. 2015. Makalah: Analisis Kritis
Di Daerah-Daerah Yang Berhak Mengatur dan Substansi dan Implementasi Undang-Undang Nomor
Mengurus Rumah Tangganya Sendiri. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
2
Lihat Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Istimewa Yogyakarta Dalam Bidang Pertanahan.
Tahun 1950 tentang PembentukanDaerah Istimewa Jurnal BHUMI Jurnal Agraria dan Pertanahan Volume
Yogyakarta. 1 Nomor 1. Yogyakarta Mei 2015.

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 73
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

tanah itu adalah milik keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman


Ngayogyakarta.” Substansi pengaturan ini, pada 1918-1927.
pada pokoknya sama dari aturan hukum Pola pertanahan pada masa
yang diatur dalam Lembar Kerajaan Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta
(Rijksblad) Pakualaman Tahun 1918 No.18. periode 1755 sampai dengan 1830, yakni
Tahun 1918 ini merupakan masa sebagai berikut:
penting karena dikeluarkannya Lembar Pertama, Kesultanan Yogyakarta 1775
Kerajaan (Rijksblad) Kasultanan 1918 No.16 sampai dengan 1792, wilayah
dan Lembar Kerajaan (Rijksblad) kekuasaan dan penguasaan
Pakualaman 1918 No.18, yang memberikan pertanahannya mencakup daerah
dasar pemberian jaminan hak-hak atas Madiun, Magetan, Caruban,
tanah pada penduduk di wilayah Kraton sebagian Pacitan, Kertosono,
Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Kalangbret dan Ngrowo
Periode ini sekaligus merupakan masa (Tulungagung), Japan (Mojokerto)
lahirnya landasan peraturan mengenai hak Jipang (Bojonegoro), Teras Karas
atas tanah yang berlaku di Yogyakarta. (Ngawen ), Warung (di Blora),
Sejarah pertanahan di Daerah Bagelen, Rema (Karanganyar),
Istimewa Yogyakarta menurut Djoko Suryo dan Kedu dibagi dua antara Sunan
dalam makalahnya4, bahwa kepemilikan, dan Sultan.
penguasaan dan penggunaan pertanahan Kedua, Kesultanan Yogyakarta pada
pada masa masyarakat kerajaan Kasultanan masa Pemerintahan Hindia
Ngayogyakarta Hadiningrat atas dasar Belanda, di bawah Gubernur
prinsip Vorstendomein (Raja sebagai pemilik Jenderal Daendels (1808 - 1811).
tanah). Pemilikan, penguasaan dan Ketiga, Kesultanan Yogyakarta
penggunaan pertanahaan pada masa menghadapi Raffles (1811 - 1816),
pemerintahan kerajaan (pra-DIY), “Bedhanging Ngayogyakarta” dan
mencakup pembahasan mengenai: (1) pola Lahirnya Kadipaten Paku Alaman
pertanahan pada masa Pemerintahan (1813).
Kesultanan Yogyakarta periode 1755 sampai Keempat, Kesultanan Yogyakarta pada
dengan 1830; (2) pola pertanahan pada masa Perang Jawa (1825 - 1830).
masa Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta
periode 1830 sampai dengan 1945; (3) Pola Pertanahan pada masa
tipologi tanah-tanah setelah dilakukan Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta
reorganisasi pertanahan di Kesultanan periode 1830 sampai dengan 1945, yakni
sebagai berikut:
Hak eigendom adalah hak milik menurut Agrarische Pertama, Terbentuknya Wilayah
Wet 1870 No.55, sebagai tambahan ayat-ayat baru Pemerintahan Vorstenlanden
pada Pasal 62 Regering Reglement (RR) Stb.1854 (Praja Kejawen, atas Perjanjian
No.2, Pasal 62 (RR) kemudian menjadi Pasal 51 Klaten 1830) sehingga daerah
Indische Staatsregeling (IS), Stb.1925 No.447. Kesultanan Yogyakarta menjadi
Yang maknanya tanah-tanah bebas yaitu tanah yang lebih kecil dari semula dengan
tidak dibebani suatu hak apapun oleh siapapun hilangnya Wilayah Negara Agung
adalah milik Kraton Yogyakarta. Adapun tanah yang dan Manca Nagara.
sudah tidak bebas dan terikat dengan hak- Kedua, Kesultanan Yogyakarta terdiri
hak eigendom (hak milik) berdasarkan hak Barat, atas tanah Mataram hingga batas
tidak menjadi milik raja. Sungai Bogowonto dan wilayah
4
Prof. Dr. Djoko Suryo. Makalah Yang Disampaikan Gunung Kidul dengan batas
Pada FGD Pendokomentasian Sejarah Pertanahan di Sungai Opak. Sebelah timur
DIY yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanahan dan Sungai Opak, yaitu Pajang dan
Tata Ruang DIY. Tanggal 30 Agustus 2016.

74 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Sukawati menjadi wilayah Keempat, Tanah-tanah “golongan”, yaitu


Kesunanan Surakata. Bumi tanah yang diserahkan kepada
Pakuncen, yaitu wilayah makam pegawai-pegawai Sultan yang
raja-raja, seperti Sela, Pasar dikelola secara berkelompok
Gede dan Imogiri dibagi menjadi (tanah Krajan / tempat tinggal para
dua antara Kesultanan Yogyakarta pejabat di lingkungan kraton).
dan Kesunanan Surakarta. Kelima, Tanah Kesentanan, yaitu tanah
Ketiga, Daerah Manca Nagoro Kulon yang diserahkan kepada para
(Tanah Rema dan Banyumas, dan kerabat/ Sentana Dalem Sultan
Manco Nagoro Wetan, Madiun dengan status hak pakai.
dan Pacitan, serta wilayah Negoro Sebagai Contoh di antara adalah
Agung Bagelen diambil alih oleh sebagai berikut:
pemerintah Hindia Belanda.
Keempat, Reorganisasi Pertanahan di Nama Dalem Letak Tanah
Kesultanan Yogyakarta pada 1918 1. Dalem Dagen
- 19265 asal Sultanaat Grond Jayadiningratan
(SG) lazim disebut Kagungan 2. Dalem Sosrowijayan Sosrowijayan
Dalem dan Pakualamanaat Grond 3. Dalem Yudanegaran
(PAG) lazim disebut Kagungan Suryanegaran
Dalem. 4. Dalem Ngampilan
Mangkudiningrat
Tipologi tanah-tanah setelah dilakukan 5. Dalem Notoprajan Notoprajan
reorganisasi pertanahan di Kesultanan 6. Dalem Suryawijayan Suryawijayan
Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman 7. Dalem Magangan
pada 1918-19276, yakni sebagai berikut: Joyakusuman
Pertama, Tanah di lingkungan istana 8. Dalem Pujakesuman
kediaman Sultan sendiri, di dalam Pujakesuman
istana/kraton (Cepuri Kraton, 9. Dalem Purbanegaran
dikelilingi Beteng Kraton). Purbanegaran
Kedua, Tanah-tanah Kesultanan yang 10. Dalem Kadipaten
diserahkan secara cuma-cuma Mangkubumen
kepada Pemerintah Hindia
11. Dalem Kumendaman
Belanda untuk kepentingan
Tjokroningratan
pemerintah atau Maskapai milik
12. Dalem Purwadiningrata
Belanda (Beteng Vredebrug,
Purwadiningratan n
Gedung /Kantor Residen, dan
13. Dalem Notoyudan
NISM Nederlandsch Indische
Suryawinatan
Spoorweg Maatschappij, dsb).
Ketiga, Tanah-tanah yang diserahkan 14. Dalem Mergangsaan
kepada orang asing dengan hak Brongtokusuman
eigendom dan opstal, yaitu 15. Dalem Maduretna Ngampilan
kepada orang Belanda dan orang
Tionghoa. Keenam, Tanah-tanah pekarangan para
bupati, yang semula termasuk
tanah golongan, lambat laun
5 dilepaskan dari ikatan golongan
Rijksblad Sultanaat Djogjakarta, 1918, No. 16;1925;
dan menjadi tanah pekarangan
1926; 1927dsb.; Rijksblad Sultanaat Djogjakarta,
1918, No. 16.
pegawai tinggi kraton lainnya.
6
KPH Notoyuda. 1975. Hak Sri Sultan atas Tanah di Keenam, Tanah kebonan atau tanah untuk
Yogyakarta. Yogyakarta. kepentingan umum, yaitu tanah

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 75
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

pekarangan dan perkebunan memberikan jasanya dalam


terletak di daerah luar pusat ibu melayani masyarakat; dan (c)
kota yang diberikan dengan hak tanah Desa/titisara/suksara, tanah
pakai. yang digunakan untuk
Ketujuh, Tanah-tanah pekarangan rakyat kepentingan desa seperti:
biasa, termasuk tanah yang ada pemakaman, jalan desa, pasar
di bawah kekuasaan Sultan. desa, dan lain sebagainya.
Kedelapan, Tanah maosan, yaitu tanah Kedua, Hak Anganggo turun temurun
sawah yang diurus oleh para yang diberikan kepada rakyat
Bekel. untuk mengelola dan memberikan
kepada pihak lain dan mewariskan
Selain itu terdapat tipologi pembagian kepada generasi selanjutnya.
status warga penduduk desa berdasarkan
status pemilikan tanah yang diberikan oleh Pasca diundangkannya Undang-
Kraton/Kadipaten, antara lain: (1) kuli Undang Nomor 3 Tahun 1950, secara
kenceng atau kuli nagrep, kuli kuwat, kuli hukum pengaturan dan pengurusan bidang
gogol, kuli sikep, yaitu warga penduduk desa pertanahan dilanjutkan oleh Sultan
yang memiliki rumah, tanah pekarangan dan Hamengku Buwono IX yang berkedudukan
sawah garapan sendiri dari bagian mengolah sebagai Gubernur DIY dan Paku Alam VIII
tanah komunal desa sepenuhnya; (2) kuli sebagai Wakil Gubernur DIY. Pengaturan
kendho atau kuli mburi, kuli setengah dan pengurusan bidang pertanahan
kenceng, yaitu warga penduduk desa yang merupakan bagian dari urusan-urusan
memiliki rumah dan pekarangan sendiri; (3) rumah tangga dan kewadjiban-kewadjiban
tumpang (numapang), atau indung atau lain dari pengaturan dan pengurusan urusan
pondok karang, yaitu mereka yang hanya rumah tangga dan kewadjiban-kewadjiban
memiliki rumah yang didirikan diatas tanah daerah provinsi yang ditetapkan dalam
miliik orang lain; dan (4) tumpang tlosor atau Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950.
pondok slosor, yaitu mereka yang tidak Kepastian hukum untuk menjalankan
memiliki rumah dan pekarangan sendiri dan kewenangan Sultan Hamengku Buwono IX
hanya tinggal di tempat orang lain. yang berkedudukan sebagai Gubernur DIY
Menurut Sumadi, kepastian hukum dan Paku Alam VIII sebagai Wakil Gubernur
hak masyarakat yang dijamin oleh Raja DIY pengaturan dan pengurusan bidang
dengan adanya ketentuan sebagai berikut:7 pertanahan, didasari pada ketentuan hukum
Pertama, Hak andarbe (hak mengelola) yang diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang
yang tidak dapat Nomor 3 Tahun 1950, yang menyatakan
dipindahtangankan (tan keno bahwa “Peraturan-peraturan Daerah
diliyerke). Hak ini diberikan Istimewa Jogjakarta sebelum pembentukan
kepada Kalurahan (desa) yang menurut Undang-undang ini, belum diganti
diperuntukkan untuk antara lain: dengan Peraturan Daerah Istimewa
(a) tanah bengkok/lungguh yang Jogjakarta berlaku terus sebagai peraturan
digunakan untuk penghasilan Daerah Istimewa Jogjakarta; Peraturan-
perangkat/ pamong kalurahan; (b) peraturan tersebut tidak akan berlaku lagi,
tanah pengarem-arem, untuk sesudah 5 tahun terhitung dari berdirinja
penghargaan (pensiun) para Daerah Istimewa Jogjakarta menurut
perangkat/ pamong yang telah Undang-Undang ini”. Keberlakuan terhadap
Peraturan Daerah Istimewa Jogjakarta ini
diperpanjang dalam hal belum diganti dan
7
Sumadi, “Pengaturan Pertanahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta”. ... Diunggah pada tanggal 25
Agustus 2016.

76 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

terus berlaku sebagai peraturan-peraturan (Eferlijk Individueel Gebruiksrecht) dan


Daerah Istimewa Jogjakarta.8 Perubahan Jenis Tanah Di Daerah Istimewa
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Yogyakarta; (iii) Peraturan Daerah Istimewa
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950, Yogyakarta Nomor 11 Tahun 1954 tentang
pengaturan di bidang pertanahan oleh Peralihan Hak Milik Perseorangan Turun-
Pemerintah Daerah DIY membuat peraturan- Temurun Atas Tanah (Erfelijk Individueel
peraturan daerah yang berkaitan dengan Bezitsrecht); (iv) Peraturan Daerah Istimewa
pertanahan di wilayah administrasi DIY. Yogyakarta Nomor 12 Tahun 1954 tentang
Misalnya pada tahun 1954, Pemerintah Tanda Yang Sah Bagi Hak Milik
Daerah DIY menetapkan Peraturan Daerah Perseorangan Turun-Temurun Atas Tanah
Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1954 (Erfelijk Individueel Bezitsrecht), dan
tentang Hak atas tanah di Daerah Istimewa Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
Yogyakarta. Pertimbangan ditetapkan lainnya.
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Berdasarkan uraian di atas, dapatlah
Nomor 5 Tahun 1954 dilandasi dengan diketahui sejarah hukum pengaturan bidang
pertimbangan “berhubung dengan pertanahan di nagari Kasultanan
terbentuknya Daerah Istimewa Yogyakarta Ngayogyakarta Hadiningrat dan daerah
menurut Undang Undang Republik Kadipaten Pakualaman baru dapat ditelusur
Indonesia Nomor 3 Tahun 1950 yang telah pada tahun 1918 dan sejarah hukum ini
diubah dengan Undang Undang Republik sangat berelasi dengan pengakuan negara
Indonesia Nomor 19 Tahun 1950 dan sambil kepada Daerah Istimewa Yogyakarta
menunggu Undang Undang Pokok Hukum sebagai daerah provinsi yang memiliki
Tanah Republik Indonesia, perlu adanya Keistimewaan kedudukan hukumnya
peraturan tentang hak atas tanah di Daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara
Istimewa Yogyakarta yang sesuai dengan Republik Indonesia Tahun 1945.
keadaan”. Melangkah pada pemikiran di atas,
Selain Peraturan Daerah Istimewa pemahaman atas keberadaan tanah
Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1954, pada Kasultanan dan tanah Kadipaten baik secara
tahun yang sama Pemerintah Daerah DIY faktual maupun secara hukum menjadi
juga menetapkan peraturan-peraturan penting untuk dilakukan kajian mengenai
daerah yang berkaitan dengan pertanahan, pengakuan hak atas tanah milik Kasultanan
yakni antara lain: (i) Peraturan Daerah Ngayogyakarta Hadiningrat dan hak atas
Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1954 tanah milik Kadipaten Pakualaman yang
tentang Penyelesaian tanah-tanah bekas kepastian hukumnya diberikan Undang-
jalan lori yang dulu dipergunakan oleh Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Perusahaan Pertanian Asing, yang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
statusnya termasuk tanah Pemerintah yang Namun demikian dalam wacana publik
bebas; (ii) Peraturan Daerah Istimewa masih terdapat pertanyaan, apa yang
Yogyakarta Nomor 10 Tahun 1954 tentang menjadi landasan pikir atau pertimbangan
Pelaksanaan Putusan Desa Mengenai pemerintahan negara mengakui hak atas
Peralihan, Hak Andarbe (Erfelijk Individueel tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta
Bezitsrecht) Dari Kelurahan dan Hak Hadiningrat dan hak atas tanah milik
Anganggo Turun Temurun Atas Tanah Kadipaten Pakualaman dan apa dampak
manfaat bagi masyarakat atas pengakuan
8
Lihat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959 hak atas tanah tersebut. Pertanyaan-
tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomo 17 pertanyaan tersebut dijadikan rumusan
Tahun 1955 Tentang Perpanjangan Jangka Waktu masalah yang akan dibahas dalam kajian ini.
Berlakunya Peraturan-Peraturan Daerah Yang Selanjutnya, tujuan dari kajian ini dapat
Dimaksud Dalam Pasal 6 Undang-Undang menambah
Pembentukan Daerah-Daerah Otonom Di Jawa.

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 77
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Oleh karenanya, kajian ini dibuat untuk Temurun Atas Tanah (Eferlijk Individueel
menambah referensi pustaka dalam wacana Gebruiksrecht) Dan Perubahan Jenis Tanah
publik khususnya dalam perspektif undang- di Daerah Istimewa Yogyakarta; (c)
undang atas pengakuan negara terhadap Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
hak milik atas tanah oleh Kasultanan Nomor 11 Tahun 1954 tentang Peralihan
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Hak Milik Perseorangan Turun Temurun
Pakualaman. Atas Tanah (Eferlijk Individueel Bezitsrecht);
(d) Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
METODE PENELITIAN Nomor 12 Tahun 1954 tentang Tanda Sah
Bagi Hak Milik Perseorangan Turun
Metode kegiatan kajian dilakukan Temurun Atas Tanah (Eferlijk Individueel
melalui studi pustaka dengan menelaah data Bezitsrecht); (e) Peraturan Daerah Istimewa
sekunder yang berupa literatur primer, yaitu Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1956 tentang
karya tulisan asli yang memuat kajian Perubahan Peraturan Daerah Nomor 10
mengenai sebuah teori baru atau penjelasan Tahun 1954 tentang Pelaksanaan "Putusan"
suatu gagasan dalam berbagai bidang, yang Desa Mengenai Peralihan Hak Andarbe
berupa laporan penelitian dari berbagai (Eferlijk Individueel Bezitsrecht) dari
pakar dan buku-buku serta karya ilmiah dan Kalurahan dan Hak Anganggo Turun
Peraturan Perundang-undangan yang Temurun Atas Tanah (Eferlijk Individueel
berkaitan langsung kajian ini, yakni antara Gebruiksrecht) dan Perubahan Jenis Tanah
lain meliputi: (1) Undang-Undang Nomor 3 di Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Lembar Kerajaan (Rijksblad) Kasultanan
Istimewa Jogjakarta; (2) Undang-Undang Ngayogyakarta serta Lembar Kerajaan
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan (Rijksblad) Kadipaten Pakualama, yakni
Dasar Pokok-pokok Agraria; (3) Undang- Lembar Kerajaan (Rijksblad) Kasultanan
Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Tahun 1918 No.16 dan Lembar Kerajaan
Keistimewaan Daerah Istimewaan (Rijksblad) Pakualaman Tahun 1918 No.18.
Yogyakarta; (4) Peraturan Pemerintah Data sekunder yang disebut di atas, bukan
Nomor 224 Tahun 1961 tentang menekankan pada jumlah tetapi pada
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan kualitas dan kesesuaian terhadap kajian ini
Pemberian Ganti Kerugian; dan (5) hasil yang digunakan sebagai sarana pendukung
analisis dan interpretasi dari data yang untuk memahami materi yang dibahas yang
berkaitan dengan masa lalu, yakni berupa menjadi fokus dan bermanfaat untuk
Peraturan-Peraturan Daerah Istimewa memperjelas terhadap pengakuan hak atas
Yogyakarta yang ditetapkan pada Tahun tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta
1954 dan Lembar Kerajaan (Rijksblad) Hadiningrat dan hak atas tanah milik nah
Kasultanan Ngayogyakarta serta Lembar Kadipaten Pakualaman.
Kerajaan (Rijksblad) Kadipaten Pakualaman.
Peraturan-Peraturan Daerah Istimewa
Yogyakarta yang ditetapkan pada Tahun PEMBAHASAN
1954, yakni antara lain meliputi: (a) Ringkas Wilayah Administratif Daerah
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Istimewa Yogyakarta
Nomor 5 Tahun 1954 tentang Hak Atas Pengakuan atas kepemilikan hak atas
Tanah Di Daerah Istimewa Jogjakarta; (b) tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Hadiningrat dan hak atas tanah milik
Nomor 10 Tahun 1954 tentang Pelaksanaan Kadipaten Pakualaman merupakan satu
"Putusan" Desa Mengenai Peralihan Hak kesatuan dari pengakuan negara atas
Andarbe (Eferlijk Individueel Bezitsrecht) dari Keistimewaan kedudukan hukum yang
Kalurahan dan Hak Anganggo Turun dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta

78 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

berdasarkan sejarah dan hak asal-usul Status istimewa yang melekat pada
menurut Undang-Undang Dasar Negara Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
Republik Indonesia Tahun 1945 untuk bagian integral dalam sejarah pendirian
mengatur dan mengurus kewenangan negara-bangsa Indonesia. Hal ini dapat
istimewa. Keistimewaan kedudukan hukum diketahui sejarah politik yang diambil oleh
yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati
Yogyakarta merupakan politik hukum yang Paku Alam VIII pada tahun 1945, yakni
telah diambil oleh pemegang kekuasaan pilihan dan keputusan Sultan Hamengku
negara, yakni Presiden dan DPR R.I dengan Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII untuk
membentuk Undang-Undang Nomor 13 menjadi bagian dari Republik Indonesia
Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah melalui Amanat Sri Paduka Ingkang
Istimewa Yogyakarta sebagai pelengkap dari Sinuwun Kangdjeng Sultan Hamengku
pengaturan keistimewaan Daerah Istimewa Buwono IX dan Amanat Sri Paduka
Yogyakarta. Kangdjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku
Menurut Mahfud MD, politik hukum Alam VIII pada tanggal 5-9-1945. Dan pilihan
adalah ”legal policy atau garis (kebijakan) dan keputusan Sultan Hamengku Buwono IX
resmi tentang hukum yang akan dan Adipati Paku Alam VIII. Dan oleh
diberlakukan baik dengan pembuatan hukum Soekarno sebagai Presiden Republik
baru yang akan diberlakukan baik dengan Indonesia memberikan kedudukan Sultan
pembuatan hukum baru maupun dengan Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku
penggantian hukum lama, dalam rangka Alam VIII untuk tetap memimpin Daerah
mencapai tujuan Negara”. Dengan demikian, Istimewa Yogyakarta yang asal usul wilayah
politik hukum merupakan pilihan tentang administratifnya meliputi daerah (bumi)
hukum-hukum yang diberlakukan sekaligus Kasultanan Yogyakarta dan daerah (bumi)
pilihan tentang hukum-hukum yang akan Kadipaten Pakualaman.
dicabut atau tidak diberlakukan yang Dalam perjalanan sejarah, wilayah
kesemuanya dimaksud untuk mencapai administratif Daerah Istimewa Yogyakarta
tujuan Negara seperti yang tercantum di menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1950, hanya terdiri dari daerah Kasultanan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.9 Yogyakarta dan daerah Kadipaten
Politik hukum untuk Keistimewaan Pakualaman. Dan pada saat ini kita ketahui,
kedudukan hukum yang dimiliki oleh Daerah terdiri dari Kota Yogyakarta, Kabupaten
Istimewa Yogyakarta didasari pada sejarah Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten
panjang keberadaan nagari Kasultanan Kulonprogo, dan Kabupaten Gunungkidul,10
Ngayogyakarta Hadiningrat yang dipimpin tidak saja hanya eks daerah Kasultanan
oleh Sultan Hamengku Buwono dan daerah Yogyakarta dan daerah Kadipaten
Kadipaten Pakualaman yang dipimpin oleh Pakualaman namun juga terdapat daerah
Adipati Paku Alam jauh sebelum Negara (bumi) eks dari Kasunanan Surakarta dan
Republik Indonesia merdeka, yang di daerah (bumi) eks dari Kadipaten
proklamirkan oleh Soekarno-Hatta pada Mangkunegaran. Dinamika dari wilayahnya
tanggal 17 Agustus 1945. Eksistensi hukum administratif Daerah Istimewa Yogyakarta
atas keberadaan nagari Kasultanan tersebut, dapat ditelusur melalui Undang-
Ngayogyakarta Hadiningrat dan daerah Undang Nomor 18 Tahun 1958 tentang
Kadipaten Pakualaman tidak lepas dari Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor
sejarah berdirinya Negara Republik 5 tahun 1957 tentang Pengubahan
Indonesia.
9 10
Moh. Mahfud MD. 2006. Membangun Politik Hukum Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
Menegakkan Konstitusi. Jakarta Pustaka LP3ES. 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
hal.16. Yogyakarta.

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 79
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Kedudukan Wilajah Daerah-Daerah Enclave


Imogiri, Kota Gede, Ngawen dan Semin. Sejarah keberadaan tanah Kasultanan
Kewilayahan administratif ini merujuk pada kekuasaan Sultan Hamengku
mempunyai kaitan erat dengan keberadaan Buwono I atas wilayah nagari Kasultanan
bidang-bidang tanah Kasultanan dan tanah Ngayogyakarta Hadiningrat, sebagaimana
Kadipaten yang diakui oleh negara terhadap dituangkan Perjanjian Giyanti pada tahun
hak atas tanahnya sesuai dengan sejarah 1755, yang berisi pernyataan bahwa wilayah
dan asal usulnya wilayah (bumi) yang bagian barat dari Negeri Mataram I yang
menjadi kekuasaan dari masing-masing dua dikuasai oleh Pangeran Mangkubumi berada
daerah kerajaan tersebut. di antara Candi Borobudur dan Candi
Prambanan, yang wilayahnya penuh dengan
Ringkas Sejarah dan Rekognisi Tanah peninggalan sejarah, baik secara fisik
Kasultanan dan Tanah Kadipaten (tangible) maupun secara non fisik
Kepemilikan tanah Kasultanan (intangible) yang berupa nilai-nilai warisan
Ngayogyakarta Hadiningrat tidak terlepas budaya. Disamping itu, dalam Palihan
dari peristiwa Palihan Nagari” yaitu Nagari (Perjanjian Giyanti) tersebut, juga
terbaginya dua wilayah kerajaan Mataram disertai dengan pembagian beberapa
Islam I. Palihan Nagari tersebut, dapat wilayah yang tidak terikat dengan batasan
ditelusur historis yuridisnya dengan adanya ketentuan sebelah barat dan timur dari
Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Dalam pembagian wilayah kekuasaan yang
Perjanjian Giyanti tersebut berisikan dikuasai oleh Paku Buwono III maupun yang
mengenai:11 sebagian lagi dikuasai oleh Pangeran
Pertama, Pangeran Mangkubumi Mangkubumi. Wilayah-wilayah yang tidak
memperoleh separo wilayah di terikat dengan batasan ketentuan sebelah
bagian barat, dan Susuhunan barat dan timur tersebut dinamakan sebagai
Paku Buwono III memperoleh wilayah Mancanegara. Pembagian wilayah
separo wilayah di bagian timur. (Palihan Nagari) Mataram Islam I
Kedua, ibukota wilayah sebelah barat digambarkan dalam Tabel.112
adalah satu bagian wilayah yang Tabel.1.
kemudian dikenal dengan Pembagian wilayah (Palihan Nagari)
Yogyakarta, sedangkan ibukota
wilayah sebelah timur dikenal Mataram Islam I
dengan Surakarta.
Ketiga, Pangeran Mangkubumi menerima Nama Kedua Luas Wilayah Luas Wilayah
tidak menggunakan gelar Sri Pihak Yang Negaragung Mancanegara
Susuhunan (Sunan) melainkan Berhak
menggunakan gelar Sri Sultan.
Maksudnya agar tidak terjadi
kesamaan, karena gelar Sri Pangeran 53.100 karya 33.950 karya
Susuhunan tetap digunakan oleh Mangkubumi
Paku Buwono III. Berdasarkan
kesepakatan ini Pangeran
Sunan Paku 53.100 karya 32.350 karya
Mangkubumi kemudian bergelar
Sultan Hamengku Buwono I. Buwono III
Keterangan: istilah karya pengertiannya sama dengan bahu atau
cacah
11
Heru Purnomo & Bambang Yudoyono. 2017.
12
Praktik Penyelenggaraan Keistimewaan DIY, Tinjauan Ensiklopedi Kraton Yogyakarta (EKY). Dinas
Historis dan Rekognisi Pelibatan Kabupaten/Kota dan Kebudayaan Pemerintah Daerah DIY. Yogyakarta.
Desa di DIY. Yogyarta. Jogja Bangkit Publisher. 2014.

80 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Kekuasaan Pangeran Mangkubumi sebagaimana diulas di atas, Pangeran


(Sultan Hamengku Buwono I) atas wilayah Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I)
yang dimuat dalam Perjanjian Giyanti, mesanggrah (=bertempat tinggal) di Ambar
memang bukan sebuah wilayah yang utuh Ketawang. Sebulan kemudian, tepatnya
dikarenakan terdapat banyak daerah pada tanggal 13 Maret 1755 Pangeran
enclave, yakni wilayah Kasunanan Surakarta Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I)
dan Kadipaten Mangkunegaran. Hal ini memproklamasikan berdirinya Nagari yang
sesuai dengan isi dari Perjanjian Giyanti, berdaulat dengan nama Ngayogyakarta
terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu: (1) Hadiningrat yang beribukota di Jogjakarta.
Nagari Ngayogyakarta (wilayah ibukota), Yang selanjutnya Pangeran Mangkubumi
yang meliputi: kota tua Yogyakarta (di antara (Sultan Hamengku Buwono I) mendirikan
sungai Code dan sungai Winongo) dan Kraton Kasultanan yang berlokasi di hutan
daerah sekitarnya dengan batas Masjid Beringan14 di Desa Pacethokan.
Pathok Negeri ; (2) Nagara Agung (wilayah Dari ulasan ini dapat diketahui bahwa
utama), yang meliputi: (a) daerah Siti Ageng sebelum berdirinya Kasultanan
Mlaya Kusuma, yang meliputi: wilayah Siti Ngayogyakarta Hadiningrat di lokasi Kraton
Ageng (suatu wilayah di antara Pajang Kasultanan, telah ada kehidupan
dengan Demak) dan bagian timur yang tidak masyarakat yang menempati wilayah dalam
jelas batasnya dengan wilayah Kesunanan; skala kecil yang disebut desa. Hal ini sangat
(b) daerah Siti Bumijo (wilayah Kedu dari logis karena keberadaan Kasultanan
Sungai Progo sampai Gunung Merbabu); (c) Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan
daerah Siti Numbak Anyar (wilayah Bagelen kelanjutan dari Kerajaan Mataram Islam I.
antara Sungai Bagawanta dan Sungai Kerajaan yang disebut terakhir itu didirikan
Progo); (d) daerah Siti Panekar (wilayah oleh Ki Ageng Pemanahan bersama putra
Pajang bagian timur, dari Sungai Samin ke kandungnya bernama Danang Sutawijaya
selatan sampai Gunungkidul, ke timur yang selanjutnya menjadi raja pertama
sampai Kaduwang); dan (e) Daerah Siti kerajaan Mataram Islam I bergelar
Gadhing Mataram (wilayah Mataram Panembahan Senapati. Lokasi yang
Ngayogyakarta, yang meliputi suatu wilayah digunakan sebagai Kraton berada di
di antara Gunung Merapi dengan Samudera sebagian wilayah hutan (alas) Mentaok yang
Hindia); serta (3) Manca Nagara (wilayah di masa kemudian bernama Kotagede.15
luar), yang meliputi: (a) wilayah Madiun yang Keraton ini pada masa pemerintahan Sultan
terdiri dari daerah-daerah: Madiun Kota, Agung Hanyakrakusuma dipindah ke wilayah
Magetan, Caruban, dan Stengah Pacitan; (b) Plered.16
Wilayah Kediri yang meliputi daerah-daerah: Dalam perjalanan waktu, wilayah
Kertosono, Kalangbret, dan Ngrowo (Tulung kekuasaan Kasultanan Ngayogyakarta
Agung); (c) Wilayah Surabaya yang meliputi
daerah Japan (Mojokerto); (d) Wilayah 14
. Ensiklopedi Karaton Yogyakarta (EKY, 2014), opcit,
Rembang yang meliputi daerah-daerah: hlm. 261-276.
Jipang (Bojonegoro) dan Teras Karas 15
. Wilayah berupa hutan bernama Mentaok
(Ngawen); (e) Wilayah Semarang yang merupakan hadiah dari Sultan Pajang Hadiwijaya
meliputi daerah-daerah: Selo atau Seselo kepada Ki Ageng Pemanahan atas jasanya
(makam nenek moyang raja Mataram), menyirnakan Adipati Arya Penangsang. Sedangkan
Warung (Kuwu-Wirosari), dan Grobogan.13 nama Kotagede setelah proklamasi kemerdekaan
Setelah peristiwa pembagian wilayah menjadi nama salah satu kecamatan yang termasuk
Mataram Islam I (Palihan Nagari) kota Yogyakarta.
16
. Plered adalah nama desa yang di masa-masa
13
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Diambil selanjutnya merupakan nama desa yang masuk ke
dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan dalam wilayah administrasi kecamatan banguntapan
Ngayogyakarta Hadiningrat. yang masuk dalam bagian kabupaten Bantul.

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 81
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Hadiningrat berkurang karena dianeksasi Perancis) di Pulau Jawa, direbut


oleh pemerintah kolonial. Penganeksasian oleh Inggris.17
wilayah kekuasaan Kasultanan Dengan adanya peristiwa
Ngayogyakarta Hadiningrat oleh pemerintah pertikaian Kasultanan
kolonial akibat terjadinya peristiwa ontran- Ngayogyakarta Hadiningrat di
ontran dan peperangan, yaitu sebagai bawah Sri Sultan Hamengku
berikut: Buwono II (yang dikenal sebagai
Pertama, Perampasan oleh Herman Willem Sultan Sepuh) melawan
Daendels, yang berawal dari pemerintahan Gubernur Jenderal
pertikaian Kasultanan Belanda (di bawah pengaruh
Ngayogyakarta Hadiningrat di Perancis semasa Raja Lodewijk
bawah Sri Sultan Hamengku Napoleon dari Perancis) tersebut
Buwono II (=dikenal sebagai berlanjut dengan pemerintahan
Sultan Sepuh) melawan kolonial Inggeris yang dipimpin
pemerintahan Gubernur Jenderal oleh Sir Thomas Stamford Raffles
Belanda (di bawah pengaruh sebagai Letnan Gubernur
Perancis semasa Raja Lodewijk (=Gubernur Jenderal) hingga
Napoleon dari Perancis). sampai terjadinya
Daendels mengirim pasukannya penandatanganan
menyerang Kraton Yogyakarta Kontrak/Perjanjian Politik (Politiek
pada Desember 1810 untuk Contract) antara GBPH
memadamkan pemberontakan Notokusumo yang bergelar Gusti
Raden Ronggo (KAA Ronggo Pangeran Adipati Paku Alam
Prawirodirdjo III, bupati Madiun dengan Pemerintah Inggris yang
dan penasihat politik Sultan diwakili oleh John Crawfurd,
Hamengku Buwono II) yang Residen Yogyakarta, yang
akhirnya berakibat penurunan mendapatkan kuasa penuh
paksa Sultan Hamengku Buwono dari Sir Thomas Stamford Raffles
II (=dikenal sebagai Sultan Sepuh) Letnan Gubernur Jendral di
dari tahta.
Selanjutnya, pada tahun 2011 17
Kapitulasi Tuntang adalah perjanjian penyerahan
terjadi peralihan dari pemerintahan
kekuasaan di Nusantara atau Indonesia dari
kolonial dari pemerintahan Hindia
pemerintah Hindia Belanda kepada Pemerintah
Belanda (di bawah pengaruh
Britania-Raya pada tahun 1811 di sebuah desa yang
Perancis semasa Raja Lodewijk
bernama Tuntang, sekarang berada di bawah
Napoleon dari Perancis) menjadi kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang.
pemerintahan kolonial Inggris Tempat ini dipilih karena merupakan tempat
(Kongsi Dagang atau Perusahaan peristirahatan para pembesar Hindia Belanda,
Hindia Timur Britania/East India terletak di tepi danau Rawa Pening dan mengalir
Company/EIC), yang dipimpin oleh sungai Tuntang yang bermuara ke Laut Jawa di
Sir Thomas Stamford Raffles Demak dan terdapat barak-barak tentara.
sebagai Letnan Gubernur Waktu itu Belanda sedang diduduki oleh Perancis
(=Gubernur Jenderal) yang yang dipimpin oleh kaisar Napoleon Bonaparte.
didasari pada perjanjian Kapitulasi Isi Perjanjian Tuntang: (i) Pemerintah Belanda
Tuntang, tanggal 11 Agustus menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkuta
1811, yang merupakan peristiwa (India); (ii) Semua tentara Belanda menjadi tawanan
kekuasaan kolonial Belanda (di
perang Inggris; (iii) Orang Belanda dapat dipekerjakan
bawah pengaruh Perancis semasa
dalam pemerintahan Inggris; (iv) Hutang belanda
Raja Lodewijk Napoleon dari
tidak menjadi tanggungan inggris.

82 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

wilayah Hindia Belanda18. Gelar kesetiaan dan jasa-jasa Pangeran


Gusti GBPH Notokusumo itu Paku Alam, maka gubermen
sendiri adalah putra dari Sultan Inggeris akan memberi
Hamengku Buwono I dengan Selir perlindungan secara langsung
Srenggorowati (adik tiri Sultan kepada Sri Paku Alam dan
Hamengku Buwono II). Penobatan keluarganya.
GBPH Notokusumo sebagai Pasal 2
Adipati Paku Alam terjadi pada 29 Gubermen Inggeris berjanji,
Juni 1812 dan penobatannya selama Pangeran Paku Alam
dilakukan oleh Sir Thomas sesuai dengan kehendak Inggris,
Stamford Raffles Letnan Gubernur akan memberikan tunjangan
Jendral di wilayah Hindia Belanda bulanan kepada Sri Paku Alam
yang mewakili Pemerintah sebesar 750 real seumur hidup,
Kerajaan Inggris menjadi dan gubermen Inggeris akan
Pangeran Merdiko di bawah mengusahakan agar Sri Sultan
Pemerintah Kerajaan Inggris Hamengku Buwono III memberi
dengan gelar Kangjeng Gusti tanah kepada Sri Paku Alam
Pangeran Adipati Paku Alam I.19 sebesar 4000 cacah, dan bahwa
Selang beberapa waktu, tepatnya tunjangan bulanan dan tanah itu
pada tanggal 17 Maret 1813, setelah Sri Paku Alam mangkat,
GBPH Notokusumo sebagai akan beralih kepada putranya
Adipati Paku Alam I bersama John yang tertua Pangeran
Crawfurd, Residen Yogyakarta Suryaningrat.
menandatangani Kontrak/ Pasal 3
Perjanjian Politik (Politiek Pemberian tanah kepada Sri Paku
Contract). Alam itu akan tetap dijamin oleh
Kontrak/Perjanjian Politik (Politiek gubermen Inggeris, dan tanah itu
Contract) tersebut, merupakan akan diatur serta diperintah sesuai
bukti (baca: dokumen hukum) bagi dengan kehendak gubermen
berdirinya daerah Kadipaten Inggeris.
Pakualaman. Pasal 4
Isi dari Kontrak/Perjanjian Politik Di daerah-daerah yang berada di
antara GBPH Notokusumo dengan bawah kekuasaan Sri Paku Alam,
Pemerintah Inggris yang diwakili tidak akan dipungut pajak-pajak
oleh John Crawfurd tersebut, yakni baru, dan penghasilan tanahnya
sebagai berikut:20 tidak boleh ditambah atau dirubah,
Pasal 1 kecuali jika sudah mendapatkan
Karena gubermen Inggeris ijin terlebih dahulu dari gubermen
sepenuhnya yakin tentang Inggeris.
Pasal 5
18
Pada Tanggal 11 Agustus 1811 pemerintah Belanda Sri Paku Alam berjanji untuk
menyerah kepada tentara Inggris. Seluruh wilayah memelihara korps dragonders
Koloni Belanda diambil alih oleh pemerintahan Inggris sebanyak 100 orang untuk
yang kemudian mengangkat Sir Thomas Stamford kepentingan gubermen Inggeris,
Raffles sebagai Letnan Gubernur Jenderal (Gubernur berdasarkan syarat-syarat seperti
Jenderal) di wilayah Hindia Belanda. diatur dalam pasal-pasal dibawah
19
Soedarisman Poerwokoesoemo, KPH, Mr. 1985. ini.
KADIPATEN PAKUALAMAN. Gadjah Mada University Pasal 6
Press. Yogyakarta. Korps tersebut akan dipersenjatai
20
Ibid. dan diberi uniform oleh gubermen

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 83
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Inggeris, sedangkan Sri Paku yang wilayahnya meliputi di antara


Alam mengurus kuda dan Gunung Merapi sampai dengan
perlengkapannya. Samudera Hindia dan
Pasal 7 Gunungkidul dengan luas
Sri Paku Alam berjanji, kecuali 2.902,54 km persegi. Di wilayah
akan memberi suplai kepada tersebut terdapat enclave
korps juga untuk memberi gaji Surakarta (Kotagede dan Imogiri),
bulanan sebagai berikut: Mangkunegaran (Ngawen), dan
 Sersan : 3 real; Pakualaman.
 Kopral : 2½ real; dan Setelah itu, luas wilayah
 Serdadu : 2 real. kekuasaan Kasultanan
Pasal 8 Ngayogyakarta Hadiningrat
Korps secara teratur akan kembali berkurang setelah
mendapat latihan dari seorang berakhirnya Perang Diponegoro
Inggeris yang diangkat untuk atau ”the Java war” yang
tugas itu, dan tidak akan ada berlangsung selama lima tahun
serdadu yang dapat dipecat oleh (1825-1830). Akibat perang
Sri Paku Alam tanpa ijin gubermen tersebut kasultanan harus
Inggeris. menanggung kerugian yang
Pasal 9 dialami Belanda. Pemerintah
Pada akhirnya ditentukan, bahwa kerajaan Belanda melalui
kecuali korps di atas Sri Paku Gubernur Jenderalnya memaksa
Alam atau keluarganya dengan Sultan Hamengku Buwono V agar
alasan apapun juga tidak melepaskan semua hak-hak
diperkenankan memelihara atau kekuasaannya atas daerah-daerah
mengerahkan sebuah pasukan mancanegara, membebaskan
militer. Belanda dari kewajiban membayar
pajak (terutama uang pantai) dan
Ditandatangani, dibubuhi segel mengganti sejumlah kerugian
dan dibikin akibat perang.
di Yogyakarta pada 17 (Pakualaman merupakan wilayah
Maret 1813. kekuasaan GBPH Notokusumo
(Adipati Paku Alam I) berstatus
Kedua, Terjadinya Perang Diponegoro Praja Kadipaten dan mirip dengan
yang selesai pada tahun 1830. status Praja Mangkunegaran.
Pemerintah Hindia Belanda Keberadaan Kadipaten
merampas seluruh wilayah Manca Pakualaman, didasarkan
Nagara (wilayah luar), yang Perjanjian Politik tanggal 28 April
ditandai dengan adanya 1831, dalam Pasal 1 menyebutkan
penandatanganan Perjanjian bahwa ”Tanah itu terletak di distrik
Klaten pada 27 September 1830 Mataram antara Kali Progo dan
yang isinya menegaskan wilayah Kali Bogowonto. Lebih konkritnya
dan batas-batas Kasultanan yaitu terletak di kabupaten
Ngayogyakarta Hadiningrat Adikarto. Sebelah selatan
dengan Kasunanan Surakarta. kabupaten Kulon Progo, yaitu : (1)
Wilayah Kasultanan Kecamatan Brosot, (2) Kecamatan
Ngayogyakarta Hadiningrat hanya Galur, (3) Kecamatan Panjatan,
meliputi Mataram (Daerah Siti (4) Kecamatan Wates, dan (5)
Gadhing/Mataram Ngayogyakarta) Kecamatan Temon”).

84 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Penganeksasian wilayah kekuasaan mengenai keberadaan Kabupaten


Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Gunungkidul; (2) Lembar Kerajaan
menimbulkan eksistensi hukum atas (Rijksblad) 1916 Nomor.16, yang mengatur
keberadaan wilayah kekuasaan GBPH mengenai keberadaan Kota; dan (3) Lembar
Notokusumo yang bergelar Adipati Paku Kerajaan (Rijksblad) 1916 Nomor.21
Alam I pada daerah Kadipaten Pakualaman. mengatur mengenai keberadaan Kabupaten
Ulasan mengenai berkurangnya Kulon Progo.
wilayah nagari Kasultanan Ngayogyakarta Dengan demikian, pada tahun 1916,
Hadiningrat akibat dari penganeksasian wilayah negeri Kasultanan Ngayogyakarta
wilayah kekuasaan Kasultanan Hadiningrat berkembang dari 3 (tiga)
Ngayogyakarta Hadiningrat, menjadi rujukan kabupaten menjadi 6 (enam) kabupaten.
bagi Penulis untuk menguatkan kajian Pembagian wilayah negeri Kasultanan
terhadap kekinian hukum pengakuan hak Ngayogyakarta Hadiningrat tidak berhenti
atas tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta hanya pada tahun 1916 saja. Pada masa
Hadiningrat dan hak atas tanah milik kekuasaan Sultan Hamengku Buwono VIII,
Kadipaten Pakualaman sebagaimana tepatnya pada tahun 1927, wilayah negeri
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan dilakukan penataan kembali (reorganisasi).
Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini didasari pada data hukumnya yaitu
Dari penelusuran historis yuridis, Lembar Kerajaan (Rijksblad) 1927 Nomor.1,
Penulis melakukan kajian atas situasi dan yang mengatur pembagian wilayah negeri
kondisi politik pada masa kepemimpinan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dari
Sultan Hamengku Buwono VII yang memiliki 6 (enam) kabupaten yang ditetapkan dalam
kaitan dengan kajian ini. Pada awal abad 20, Lembar Kerajaan (Rijksblad) tahun 1916
tepatnya pada tahun 1916, Sultan sebagaimana diuraikan di atas menjadi 4
Hamengku Buwono VII reorganisasi wilayah (empat) kabupaten, yakni meliputi: (i)
dengan membagi wilayah nagari Kasultanan Kabupaten Yogyakarta; (ii) Kabupaten
Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi daerah Bantul; (iii) Kabupaten Kulon Progo; dan (iv)
kabupaten. Pembagian wilayah tersebut kabupaten Gunungkidul. Dalam hal ini,
ditetapkan dengan Lembar Kerajaan Kabupaten Sulaiman (=Sleman) mengalami
(Rijksblad) 1916 Nomor.11, yang ditetapkan penurunan status dari Kabupaten menjadi
tanggal 15 Mei 1916, berisikan mengenai distrik Kabupaten Yogyakarta.
“pembagian wilayah Kasultanan Pada masa kekuasaan Sultan
Ngayogyakarta Hadiningrat dalam 3 (tiga) Hamengku Buwono IX, penataan kembali
Kabupaten, yakni: (1) Kalasan; (2), Bantul; (reorganisasi) wilayah negeri Kasultanan
dan (3) Sulaiman, yang kemudian disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dilakukan
Sleman, dengan seorang bupati sebagai sebanyak 3 (tiga), yaitu: (1) pada tahun
kepala wilayahnya”. 1940, dengan ditetapkannya Lembar
Selanjutnya pada tahun yang sama, Kerajaan (Rijksblad) van Yogyakarta 1940
Sultan Hamengku Buwono VII berturut-turut Nomor.13, tepatnya pada tanggal 18 Maret
mengeluarkan 3 (tiga) Lembar Kerajaan 1940, yang isinya membagi wilayah negeri
(Rijksblad) terkait dengan pembagian Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat tetap
wilayah Kasultanan Ngayogyakarta dalam 4 (empat) kabupaten dengan
Hadiningrat yaitu21: (1) Lembar Kerajaan penempatan pada distrik masing-masing
(Rijksblad) 1916 Nomor.12, yang mengatur kabupaten, yakni meliputi: (a) Kabupaten
Yogyakarta, terdiri 2 (dua) distrik, yaitu
21
Mengungkap Sejarah Sleman. Diambil dari Sumber: Distrik Kota dan Distrik Sleman; (b)
http://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten- Kabupaten Sleman yang terdiri 4 (empat)
sleman/sejarah-kabupaten-sleman/mengungkap- distrik; (c) Kabupaten Kulon Progo terbagi 2
sejarah-sleman. (dua) distrik; dan (d) Kabupaten Gunung

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 85
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Kidul terbagi 3 (tiga) distrik; (2) pada tahun Pengakuan Hak Atas Tanah Milik
1942, yang dilandasi pada Yogyakarta Kooti Kasultanan dan Hak Atas Tanah Milik
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Kadipaten Karena Ketentuan Undang-
membagi wilayahnya sebagai berikut: (a) Undang
Kabupaten Yogyakarta dengan Bupati KRT.
HARJODININGRAT, wilayahnya dibagi Pengakuan hak atas tanah milik
menjadi 2 (dua) Kawedanan: (i) Kawedanan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Sleman dan (ii) kawedanan Kalasan; (b) hak atas tanah milik Kadipaten Pakualaman
Kabupaten Bantul (Ken) dengan Bupati KRT. merupakan satu kesatuan hukum dari
DIRJOKUSUMO, wilayahnya dibagi menjadi Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
4 (empat) kawedanan yakni: (i) Kawedanan yang didasarkan pada sejarah dan rekognisi
Bantul; (ii) Kawedanan Kotagede; (iii) menurut Undang-Undang Dasar Negara
Kawedanan Godean; dan (iv) Kawedanan Republik Indonesia Tahun 1945.
Pandak; (c) Kabupaten Gunungkidul dengan Sejarah dan rekognisi dari eksistensi
Bupati KRT. DJOJODININGRAT, wilayahnya hukum Kasultanan Ngayogyakarta
dibagi menjadi 3 (tiga) Kawedanan yakni: (i) Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman jauh
Kawedanan Wonosari; (ii) Kawedanan sebelum Negara Republik Indonesia berdiri
Playen; dan (iii) Kawedanan Semanu; dan dan saat pilihan dan keputusan politik Sultan
(d) Kabupaten Kulon Progo dengan Bupati Hamengku Buwono IX sebagai Sultan di
KRT. PRINGGOHADININGRAT, wilayah nagari Kasultanan Ngayogyakarta
yang dibagi menjadi 2 (dua) Kawedanan Hadiningrat dan Adipati Paku Alam VIII
yaitu: (i) Kawedanan Nanggulan; dan (ii) sebagai Adipati Paku Alam di daerah
Kawedanan Sentolo; (3) pada tahun 1945, Kadipaten Pakualaman bergabung ke dalam
tepatnya tanggal 8 April 1945, Sultan Negara Republik Indonesia yang dikuatkan
Hamengku Buwono IX melakukan penataan dengan Piagam Kedudukan yang
kembali wilayah negeri Kasultanan dikeluarkan oleh Soekarno sebagai Presiden
Ngayogyakarta Hadiningrat melalui Republik Indonesia pada tahun 1945
Yogyakarta Koorei, yang membagi menjadi 5 menjadi landasan pikir utama untuk
(lima) Kabupaten, yakni terdiri dari memberikan pengakuan hak atas tanah milik
Kabupaten: (a) Kota Yogyakarta; (b) Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Sleman; (c) Bantul; (d) Gunungkidul; dan (e) hak atas tanah milik Kadipaten Pakualaman
Kulon Progo. yang berada diwilayah administratif Daerah
Secara yuridis pembagian wilayah Istimewa Yogyakarta.
negeri Kasultanan Ngayogyakarta Politik hukum atas pengakuan hak
Hadiningrat yang dilakukan sejak pada dasa atas tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta
warsa kedua hingga dasa warsa kelima Hadiningrat dan hak atas tanah milik
abad 20, tepatnya pada tahun 1916 dan 4 Kadipaten Pakualaman, dinyatakan secara
(empat) kali reorganisasi, yakni pada tahun tegas dalam Undang-Undang Nomor 13
1927, 1940, 1942 serta terakhir pada tahun Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
1945 hingga bergabungnya nagari Istimewa Yogyakarta, yang berbunyi sebagai
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan berikut: “hak milik atas tanah Kasultanan
daerah Kadipaten Pakualamanan ke dalam dan hak milik atas tanah Kadipaten meliputi
Negara Kesatuan Republik Indonesia tanah keprabon dan tanah bukan keprabon
menjadi sandaran hukum atas keberadaan yang terdapat di seluruh kabupaten/kota
bidang-bidang tanah Kasultanan dan tanah dalam wilayah DIY”.22
Kadipaten dalam wilayah administratif
Daerah Istimewa Yogyakarta.
22
Lihat Pasal 32 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta.

86 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Merujuk pada ketentuan hukum dalam terpenuh”. Hak milik sebagai hak yang
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 terkuat berarti hak tersebut tidak mudah
mengenai pengakuan hak atas tanah milik hapus dan mudah dipertahankan terhadap
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan gangguan dari pihak lain.24 Terpenuh berarti
hak atas tanah milik Kadipaten Pakualaman hak milik memberikan wewenang yang
telah sejalan dengan ketentuan mengenai paling luas dibandingkan dengan hak-hak
hak milik atas tanah yang diatur dalam yang lain. Ini berarti hak milik dapat menjadi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 induk dari hak-hak lainnya, misalnya
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok pemegang hak milik dapat menyewakannya
Agraria. kepada orang lain. Selama tidak dibatasi
Pengertian hak milik atas tanah oleh pemerintah, maka wewenang dari
menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun seorang pemegang hak milik tidak terbatas.
1960, terdiri dari unsur-unsur yakni: hak Selain bersifat turun temurun, terkuat dan
yang turun temurun, terkuat dan terpenuh terpenuh, hak milik juga dapat beralih dan
yang dapat dipunyai orang atas tanah dialihkan kepada pihak lain.
dengan mengingat semua hak atas tanah Selanjutnya dalam undang-undang
mempunyai fungsi sosial.23 Hak milik yang sama, lebih jauh lagi menegaskan
dikatakan merupakan hak yang turun bahwa terjadinya hak milik atas tanah, yakni
temurun karena hak milik dapat diwariskan meliputi: (1) hak milik menurut hukum adat
oleh pemegang hak kepada ahli warisnya. diatur dengan Peraturan Pemerintah; (2)
Selanjutnya hak milik dikatakan terkuat dan Hak milik terjadi karena penetapan
terpenuh dijelaskan dalam penjelasan Pasal Pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat
20 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, yang ditetapkan dengan Peraturan
bahwa “Dalam pasal ini disebutkan sifat-sifat Pemerintah; dan (3) Hak milik terjadi karena
(unsur) daripada hak milik yang ketentuan Undang-Undang.25
membedakannya dengan hak-hak lainnya. Merujuk pada ketentuan hukum
Hak milik adalah hak yang "terkuat dan terjadinya hak milik atas menurut Undang-
terpenuh" yang dapat dipunyai orang atas Undang Nomor 5 Tahun 1960 bila
tanah. Pemberian sifat ini tidak berarti, dikomparasi dengan pengakuan negara
bahwa hak itu merupakan hak yang mutlak, terhadap hak milik atas tanah Kasultanan
tak terbatas dan tidak dapat diganggu-gugat" Ngayogyakarta Hadiningrat dan hak milik
seperti hak eigendom menurut atas tanah Kadipaten Pakualaman yang
pengertiannya yang asli dulu (sebelum Buku ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor
ke-II Kitab Undang-undang Hukum Perdata 13 Tahun 2012, hal ini sudah selaras. Dalam
Indonesia sepanjang yang mengenai bumi, hal ini, hak milik atas tanah Kasultanan
air serta kekayaan alam yang terkandung Ngayogyakarta Hadiningrat dan hak milik
didalamnya dicabut oleh UUPA). Sifat yang atas tanah Kadipaten Pakualaman diakui
demikian akan terang bertentangan dengan secara hukum berdasarkan undang-undang,
sifat hukum-adat dan fungsi sosial dari tiap- yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun
tiap hak. Kata-kata "terkuat dan terpenuh" itu 2012 tentang Keistimewaan Daerah
bermaksud untuk membedakannya dengan Istimewa Yogyakarta.
hak guna usaha, hak guna bangunan, hak Selain pengakuan hak milik atas tanah
pakai dan lain-lainnya, yaitu untuk Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
menunjukkan, bahwa diantara hak- hak atas hak milik atas tanah Kadipaten Pakualaman
tanah yang dapat dipunyai orang hak Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012,
miliklah yang "ter" (artinya : paling)-kuat dan
24
Adrian Sutedi. 2010. Peralihan Hak Atas Tanah dan
23
Lihat Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Pendaftarannya, Cetakan Ke-IV. Jakarta: Sinar Grafika.
25
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Lihat Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Agraria. 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 87
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

juga menyatakan bahwa Kasultanan Kadipaten ini tidak saja dibebankan kepada
Ngayogyakarta Hadiningrat berkedudukan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
sebagai badan hukum merupakan subjek Kadipaten Pakualaman sebagai pemiliknya,
hak milik atas tanah Kasultanan melainkan menjadi beban pula dari setiap
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten orang, badan-hukum atau instansi yang
Pakualaman berkedudukan sebagai badan mempunyai suatu hubungan hukum dengan
hukum merupakan subjek hak milik atas tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten.
tanah Kadipaten Pakualaman26 dengan Berkenaan dengan pemanfaatan tanah
objek bidang tanahnya terletak di daerah: (1) Kasultanan dan tanah Kadipaten sebelum
Kota Yogyakarta; (2) Kabupaten Sleman; (3) diberlakukannya Undang-Undang Nomor 13
Kabupaten Bantul kecuali tanah enclave Tahun 2012, secara faktual pengakuannya
Kasunanan Surakarta Hadiningrat terletak di telah diberikan oleh masyarakat dan
Imogiri dan Kota Gede; (4) Kabupaten pemerintah atas kepemilikan tanah
Kulonprogo; dan (5) Kabupaten Gunungkidul Kasultanan dan kepemilikan tanah
kecuali tanah enclave Kadipaten Kadipaten. Hal ini dibuktikan dengan praktik
Mangkunegaran terletak di Ngawen dan pengelolaan dan pemanfataan tanah
Semin. Kasultanan dan tanah Kadipaten banyak
Lebih jauh lagi, dalam undang-undang yang sudah dikelola dan dimanfatkan oleh
yang sama mengatur mengenai masyarakat atau pemerintah yang sudah
kewenangan Kasultanan Ngayogyakarta memegang Serat Kekancingan, serta masih
Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman banyak permohonan izin dari masyarakat
dalam mengelola dan memanfaatkan tanah dan pemerintah kepada Kasultanan
Kasultanan dan tanah Kadipaten ditujukan Ngayogyakarta Hadiningrat untuk tanah
untuk sebesar-besarnya untuk Kasultanan dan kepada Kadipaten
pengembangan kebudayaan, kepentingan Pakualaman untuk tanah Kadipaten.
sosial, dan kesejahteraan masyarakat.27 Permohonan izin tersebut dilakukan dengan
Ketentuan ini mengartikan, bahwa hak atas prosedur dan persyaratan yang selama ini
tanah milik Kasultanan dan hak atas tanah ditetapkan oleh Kasultanan untuk tanah
milik Kadipaten pengelolaan dan Kasultanan dan oleh Kadipaten untuk tanah
pemanfaatan tanahnya itu akan Kadipaten. Dalam hal, permohonan izin
dipergunakan (atau tidak dipergunakan) pengelolaan dan pemanfaatan atas tanah
semata-mata untuk kepentingan Kasultanan Kasultanan dikabulkan oleh Penghageng di
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
Pakualaman namun bermanfaat baik bagi sedangkan untuk tanah Kadipaten oleh
pengembangan kebudayaan, kepentingan Penghageng di Kadipaten untuk tanah
sosial, dan kesejahteraan masyarakat. Kadipaten Pakualaman, penetapan izin
Terkait dengan fungsi sosialnya, maka pengelolaan dan pemanfaatannya diberikan
adalah suatu hal yang sewajarnya bahwa dalam bentuk Serat Kekancingan.
tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten itu Selain pengakuan faktual pengakuan
harus dipelihara baik-baik, agar bertambah atas kepemilikan tanah Kasultanan dan
kesuburannya serta dicegah kerusakannya kepemilikan tanah Kadipaten oleh
sehingga tetap lestari. Kewajiban masyarakat dan pemerintah sebagai
memelihara tanah Kasultanan dan tanah pemanfaat tanahnya, pengakuan secara
hukum pengakuan terhadap kepemilikan
26
Lihat Pasal 32 ayat (1) sampai dengan ayat (3) tanah Kasultanan dan kepemilikan tanah
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Kadipaten sebelum diundangkannya
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012. Hal
27
Lihat Pasal 32 ayat (5) sampai dengan ayat (3) ini dibuktikan bahwa eksistensi hukum
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang keberadaan terhadap kepemilikan tanah
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

88 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Kasultanan dan kepemilikan tanah dan Kadipaten Pakualaman sebagai badan


Kadipaten dilindungi oleh ketentuan hukum hukum subjek hak untuk melakukan
sebagaimana diatur dalam Pasal 56 pendaftaran tanahnya kepada Kantor
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Pertanahan Badan Pertanahan Nasional
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok setempat sesuai dengan peraturan
Agraria, yang menegaskan bahwa “Selama perundang-undangan di bidang pendaftaran
Undang-undang mengenai hak milik sebagai tanah.28
tersebut dalam pasal 50 ayat (1) belum Sebagai penutup, Penulis ingin
terbentuk, maka yang berlaku adalah memberikan informasi bahwa bidang tanah
ketentuan-ketentuan hukum adat setempat Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
dan peraturan-peraturan lainnya mengenai bidang tanah Kadipaten Pakualaman yang
hak-hak atas tanah yang memberi terdapat di seluruh kabupaten/kota dalam
wewenang sebagaimana atau mirip dengan wilayah administratif Daerah Istimewa
yang dimaksud dalam pasal 20, sepanjang Yogyakarta, terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:
tidak bertentangan dengan jiwa dan Pertama, dipergunakan untuk bangunan
ketentuan-ketentuan undang-undang ini”. istana dan kelengkapannya,
Selain itu pengakuan hukum terhadap seperti Pagelaran, Kraton,
keberadaan tanah Kasultanan dan tanah Sripanganti, tanah untuk makam
Kadipaten secara yuridis dapat ditemukan Raja dan kerabatnya, alun-alun,
dalam praktik hukum administrasi masjid, taman sari, pesanggrahan,
pertanahan, yaitu sejak keberlakuannya dan petilasan, yang dikenal
Undang-Undang Pokok Agraria Undang- sebagai Tanah Keprabon.
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Kedua, terbagi dua penggunaannya,
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yakni: (i) tanah yang digunakan
sampai dengan diundangkannya Undang- penduduk/lembaga dengan hak
Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang (magersari, ngindung, hak pakai,
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, hutan, kampus, rumah sakit, dan
Pemerintah tidak menerapkan ketentuan lain-lain); (ii) tanah yang
hukum yang diatur dalam Diktum Keempat digunakan penduduk tanpa alas
Undang-Undang Pokok Agraria Undang- hak;29 dan (iii) tanah desa yang
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tersebut, yang asal-usulnya dari Kasultanan atau
pelaksanaannya berdasar pada ketentuan Kadipaten dengan hak
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Anggaduh.30
Nomor 224 Tahun 1961 tentang Penggunaan tanah ini dalam
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan praktik dikenal sebagai Tanah
Pemberian Ganti Kerugian. Tanah bukan Keprabon.
Kasultanan dan tanah Kadipaten tidak
termasuk sebagai tanah-tanah untuk
pelaksanaan land reform yang dibagikan
kepada masyarakat menurut ketentuan- 28
Lihat Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 Istimewa Yogyakarta.
29
tersebut. Lihat Penjelasan Pasal 32 ayat (4) Undang-Undang
Pengakuan negara terhadap hak atas Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta Istimewa Yogyakarta.
30
Hadiningrat dan hak atas tanah milik Lihat Pasal 8 ayat (1) huruf a Peraturan Daerah
Kadipaten Pakualaman yang ditegaskan Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun Tahun 2017 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan
2012, menimbulkan konsekuensi hukum Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten.
bagi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 89
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

PENUTUP Kepastian hukum atas pengakuan hak


atas tanah milik Kasultanan dan hak atas
Simpulan
tanah milik Kadipaten akan mempunyai
Berdasarkan pada pokok pikir yang kemanfaatan bagi masyarakat karena
diuraiakan dalam pendahuluan dan kepastian hukum atas pengakuan hak atas
pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa tanah milik Kasultanan dan hak atas tanah
pengakuan negara atas kepemilikan hak milik Kadipaten dibarengi pula dengan
atas tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta kepastian dan kejelasan atas pemanfaatan
Hadiningrat dan hak atas tanah milik tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten
Kadipaten Pakualaman didasarkan pada ditujukan untuk sebesar-besarnya untuk
sejarah panjang eksistensi Kasultanan pengembangan kebudayaan, kepentingan
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten sosial, dan kesejahteraan masyarakat
Pakualaman sebagai daerah kerajaan yang sebagaimana diatur dalam undang-undang
memiliki wilayah, pemerintahan dan yang sama.
penduduk jauh sebelum Indonesia merdeka
yang di proklamirkan pada tanggal 17 Saran
Agustus 1945, dan diikuti rekognisi Sultan
Akhirnya Penulis mengharapkan
Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku
bahwa tulisan ini dapat menjadi pemicu bagi
Alam VIII dengan keputusan politiknya
semua pihak untuk melakukan penelusuran
bergabung dengan Negara Republik
lebih dalam lagi mengenai keberadaan
Indonesia melalui Amanat Sri Paduka
kepemilikan hak atas tanah milik Kasultanan
Ingkang Sinuwun Kangdjeng Sultan
Ngayogyakarta Hadiningrat dan hak atas
Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri
tanah milik Kadipaten Pakualaman baik
Paduka Kangdjeng Gusti Pangeran Adipati
dalam perspektif hukum, sosial politik
Ario Paku Alam VIII pada tanggal 5-9-1945
maupun sosial ekonomi masyarakat.
dan diberikan atas kedudukan Sri Paduka
Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan
Hamengku Buwono IX dan Piagam UCAPAN TERIMA KASIH
Kedudukan Sri Paduka Kangjeng Gusti
Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII oleh Puji dan syukur penulis panjatkan
Presiden Republik Indonesia yang pada saat kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
itu dijabat Ir.Sukarno melalui Piagam segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang
Kedudukan yang ditetapkan pada tanggal memberikan kesehatan dan kesempatan
19-08-1945. pada peneliti sehingga makalah ini dapat
Sejarah dan rekognisi Kasultanan diselesaikan.
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Dalam menyelesaikan makalah ini,
Pakualaman menjadikan wilayah (bumi) penulis banyak diberikan kesempatan dan
kekuasaan dari dua kerajaan tersebut dorongan dari berbagai pihak yang akhirnya
bertranformasi menjadi daerah istimewa penulisan makalah ini dapat diselesaikan
yang diakui dalam Konstitusi dan akhirnya sebagaimana adanya.
dikonkritkan dengan pengakuan hak atas Pada kesempatan penulis
tanah milik Kasultanan Ngayogyakarta menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Hadiningrat dan hak atas tanah milik 1. Bapak Kepala Kantor Wilayah
Kadipaten Pakualaman sebagai bagian dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
urusan di bidang pertanahan sebagaimana Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta.
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 2. Bapak Ibu Pimpinan Tinggi Pratama di
Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah lingkungan Pimpinan Kantor Wilayah
Istimewa Yogyakarta. Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta.

90 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo


Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

3. Ibu Kepala Bidang Hukum pada Divisi Kus Sri Antoro. 2015. Makalah: Analisis
Pelayanan Hukum dan HAM Kantor Kritis Substansi dan Implementasi
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012
Asasi Manusia Daerah Istimewa tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta selaku atasan penulis. Yogyakarta Dalam Bidang Pertanahan.
4. Bapak Kepala Bidang HAM pada Divisi Jurnal BHUMI Jurnal Agraria dan
Pelayanan Hukum dan HAM Kantor Pertanahan Volume 1 Nomor 1.
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Yogyakarta Mei 2015.
Asasi Manusia Daerah Istimewa Moh. Mahfud MD. 2006. Membangun Politik
Yogyakarta selaku koordinator Hukum Menegakkan Konstitusi. Jakarta
pengelola Jurnal Hukum dan Pustaka LP3ES. hal.16.
HAM "Wicarana" Kantor Wilayah Prof. Dr. Djoko Suryo Makalah Yang
Kementerian Hukum dan HAM Daerah Disampaikan Pada FGD
Istimewa Yogyakarta. Pendokumentasian Sejarah Pertanahan
5. Teman-teman pengelola Jurnal Hukum di DIY yang diselenggarakan oleh Dinas
dan Hak Asasi Manusia "Wicarana" Pertanahan dan Tata Ruang DIY.
Kantor Wilayah Kementerian Hukum Tanggal 30 Agustus 2016.
dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta, Soedarisman Poerwokoesoemo, KPH, Mr.
yang memberikan kesempatan dan 1985. KADIPATEN PAKUALAMAN.
membimbing dalam penulisan makalah Gadjah Mada University Press.
ini, khususnya Ibu Susan yang selalu Yogyakarta.
mendorong dan mengingatkan terus Sumadi, “Pengaturan Pertanahan di Daerah
untuk sesegera menyelesaikannya Istimewa Yogyakarta”. ... Diunggah
makalah ini. pada tanggal 25 Agustus 2016.

Penulis menyadari dalam penulisan


INTERNET
makalah ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu diharapkan kritik dan saran yang Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
membangun untuk dapat menyempurnakan Diambil dari: https://id.wikipedia.org/wiki/
makalah ini. Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Akhir kata, penulis mengucapkan Mengungkap Sejarah Sleman. Diambil dari
terima kasih dan semoga makalah ini dapat Sumber: http://www.slemankab.go.id/
bermanfaat bagi semua pihak yang profil-kabupaten-sleman/sejarah-
membutuhkan. kabupaten-sleman/mengungkap-
sejarah-sleman.
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Adrian Sutedi. 2010. Peralihan Hak Atas
Tanah dan Pendaftarannya, Cetakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Ke-IV. Jakarta: Sinar Grafika. Indonesia Tahun 1945.
Ensiklopedi Kraton Yogyakarta (EKY). Dinas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948
Kebudayaan Pemerintah Daerah DIY. tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok
Yogyakarta. 2014. Mengenai Pemerintahan Sendiri Di
Heru Purnomo & Bambang Yudoyono. 2017. Daerah-Daerah Yang Berhak Mengatur
Praktik Penyelenggaraan Keistimewaan dan Mengurus Rumah Tangganya
DIY, Tinjauan Historis dan Rekognisi Sendiri.
Pelibatan Kabupaten/Kota dan Desa di Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950
DIY. Yogyarta. Jogja Bangkit Publisher. tentang Pembentukan Daerah Istimewa
KPH Notoyuda.1975. Hak Sri Sultan atas Yogyakarta.
Tanah di Yogyakarta. Yogyakarta.

Jurnal Hukum dan HAM Wicarana, Vol. 1, No. 1, Maret 2022: 71-92 91
Jurnal Hukum dan HAM
Wicarana
Volume 1, Nomor 1, Maret 2022

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959 Perubahan Jenis Tanah di Daerah


tentang Penetapan Undang-Undang Istimewa Yogyakarta.
Darurat Nomo 17 Tahun 1955 Tentang Rijksblaad-Rijksblaad Kesultanan
Perpanjangan Jangka Waktu Ngayogyakarta dan Pakualaman.
Berlakunya Peraturan-Peraturan Daerah
Yang Dimaksud Dalam Pasal 6
Undang-Undang Pembentukan
Daerah-Daerah Otonom Di Jawa.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2012
tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun
1961 tentang Pelaksanaan Pembagian
Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian.
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 5 Tahun 1954 tentang Hak Atas
Tanah Di Daerah Istimewa Jogjakarta.
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 10 Tahun 1954 tentang
Pelaksanaan "Putusan" Desa Mengenai
Peralihan Hak Andarbe (Eferlijk
Individueel Bezitsrecht) dari Kalurahan
dan Hak Anganggo Turun Temurun Atas
Tanah (Eferlijk Individueel
Gebruiksrecht) Dan Perubahan Jenis
Tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 11 Tahun 1954 tentang
Peralihan Hak Milik Perseorangan Turun
Temurun Atas Tanah (Eferlijk
Individueel Bezitsrecht).
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 12 Tahun 1954 tentang Tanda
Sah Bagi Hak Milik Perseorangan Turun
Temurun Atas Tanah (Eferlijk
Individueel Bezitsrecht).
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 3 Tahun 1956 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 1954 tentang Pelaksanaan
"Putusan" Desa Mengenai Peralihan
Hak Andarbe (Eferlijk Individueel
Bezitsrecht) dari Kalurahan dan Hak
Anganggo Turun Temurun Atas Tanah
(Eferlijk Individueel Gebruiksrecht) dan

92 Pengakuan Hak Milik Atas Tanah... Purnomo

Anda mungkin juga menyukai