(OTORITAS BATAM)
DISUSUN OLEH
NIM : 091414453005
PROGRAM STUDI
TA 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber
mempunyai nilai ekonomis bagi segala aspek kehidupan manusia dalam rangka
1. Tanah Hak
Tanah hak adalah tanah yang telah dibebani sesuatu hak diatasnya, tanah hak
juga dikuasai oleh negara tetapi penggunaannya tidak langsung sebab ada hak
pihak tertentu diatasnya.
2. Tanah Negara
Tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasai negara. Langsung dikuasai
artinya tidak ada pihak lain diatas tanah itu, tanah itu disebut juga tanah negara
bebas.
Landasan dasar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia untuk menyusun
ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) makna dikuasai
oleh negara bukan berarti bahwa tanah tersebut harus dimiliki secara keseluruhan
oleh negara, tetapi pengertian dikuasai itu memberi wewenang kepada negara
sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia untuk tingkatan yang tertinggi
untuk:
disebut dengan permukaan bumi. Tanah yang dimaksudkan disini bukan mengatur
tanah dalam segala aspek, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu
tanah dalam penegertian yuridis disebut hak. Tanah bagian dari bumi disebut
Dasar Pokok Agraria (UUPA) yaitu “Atas dasar hak menguasai dari Negara
sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai
oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta
badan-badan hukum”.
Dengan demikain, jelaslah bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah
permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu
permukaan bumi yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.
Sedangkan ruang dalam pengertian yuridis yang terbatas, berdimensi tiga yaitu
panjang, lebar, tinggi, yang dipelajari dalam hukum tata ruang. Sedangkan yang
dimaksud dengan hak atas tanah itu sendiri adalah hak yang diberi wewenang
yang dihakiki.
Sistem dalam UUPA menentukan bahwa macam hak atas tanah bersifat terbuka,
artinya masih terbuka peluang adanya penambahan macam hak atas tanah baru
yang akan ditetapkan dengan Undang-undang. Penambahan macam hak atas tanah
Bermacam-macam hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1)
UUPA dan Pasal 53 UUPA. Hak atas tanah yang dapat dikuasai oleh Pemerintah
Daerah adalah Hak Pakai. Hak Pakai diatur dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal
43 UUPA. Lebih lanjut tentang Hak Pakai diatur dalam Pasal 39 sampai dengan
Pasal 58 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah. Pengertian Hak Pakai disebutkan
“Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang
Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA) yang dalam konsepsi hukumnya tanah
nasional menjadi sebagai dasr dan acuan, namun demikian setelah UUPA berlaku
kurang lebih 55 tahun cukup pantas untuk menilai dari aspek seberapa jauh UUPA
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan aspek apakah yang membuat
UUPA masih tetap valid secara hukum maupun sosial sebagai sarana bagi
penataan kembali struktur dan penguasaan tanah dan aspek apakah UUPA masih
dapat mengakomodas tuntutan masyarakat dalam masa transisi kearah zaman era
kenal dengan pulau Batam merupakan wilayah Indonesia yang tidak lepas dari
kebutuhan akan tempat tinggal tidak bisa di hindari lagi, jalan singkat mendirikan
tempat tinggal di atas tanah negara yang bukan diperuntukkan bagi hunian
menjadi pilihan yang amat menyenangkan. Hal ini dilihat dari lemahnya
Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tinggal atau Hunian oleh Orang
Dalam hal ini memberi kekuasaan yang amat besar kepada masing-masing daerah
untuk mengatur urusan rumah tangga sendiri. Pemberian otonomi daerah dalam
Otorita Batam mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 tentang
Daerah Industri Pulau Batam yang memberi kewenangan kepada Otoritas Batam
Status hukum hak pengolahan atas seluruh areal yang terletak di Pulau
Batam termasuk dalam gugusan Pulau Janda Berhias, Pulau Tanjung Sauh, Pulau
Ngenang, Pulau kasem, dan Pulau Mo-moi yang diperoleh Otorita Batam
terhadap peraturan bidang pertanahan yang telah diterbitkan oleh Otorita Batam
maka pemulis mencoba mengupas sedikit tentang dan masalah pertanahan yang
melibati dua istitusi yaitu Pemerintah Kota Batam dengan Otorita Pengembang
Berdasarka uraian diatas maka Dengan ini saya mengambil judul karya
ilmiah ini tentang “ Analisis Kewenangan Hak Atas Tanah Pemerintah Kota
Batam)”.
Tanah merupakan suatu hal yang paling utama bagi hidup manusia,
Apalagi di era pembangunan dan industrialisasi, tanah semakin rumit dan bakal
memiliki tempat strategis dan sentralnya Industri dan perdagangan bagi Indonesia
sendiri. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi
Otorita Batam
3. Apakah status hukum peraturan bidang tanah Kota Batam apabila terjadi
peralihan kewenangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Batam
Daerah pada masa itu. Sehingga Batam memiliki kewenangan untuk mengatur
Batam atas seluruh tanah di Pulau Batam, kewenangan Pemerintah Kota Batam
Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasidalam pasal 2 ayat 2 disebut
bahwa izin lokasi tidak diperlukan dan dianggap sudah dimiliki oleh
perusahaan yang bersangkutan dalam hal tanah yang akan diperoleh berasal
34 Tahun 2003 yang dijabarkan lebih lanjut dalam keputusan Kepala Badan
yang menjadi dasar hukum bagi keberadaan Otorita Batam. Keputusan tersebut
14
Hutagalung. Arie Sukanti dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, Jakarta:
Rajawali Pers. 2009, Hal 177-198
Pulau Galan Baru dan beberapa pulau disekitar dan Penetapannya
Sebagai wilayah Usaha Kawasan Berikut (bonded Zone)
Presiden Nomor 41 tahun 1973 tentang Industri Pulau Batam dan Keputusan
Batam dan Mengatur Peruntukan dan penggunaan tanah di Pulau Batam. Pada
tata guna tanah dalam rangka pengembangan Pulau Batam menjadi daerah
industri.
Dalam pasal 6 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2005 bahwa hal
Pulau Batam dalam rangka ketentuan tersebut diatur lebih lanjut oleh Menteri
Batam.
2. Hak Pengelolaan tersebut memberi wewenang kepada Ketua Otorita
haknya.
Wilayah kerja Otorita Batam yang sebelumnya hanya meliputi Pulau Batam,
didaerah industri Pulau Rempang, Pulau Galang dan pulau-pulau lain disekitar
16
Indonesia, Keputusan Presiden tentang Penambahan Wilayah Lingkungan Kerja Daerah Industri Pulau
Batam dan Penetapannya sebagai Wilayah Usaha Kawasan Berikat (Bonded Zone), Keppres No.28 Tahun
1992
pengelolaan kepada Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam dan
a. Segala akibat, biaya, untung dan rugi yang ditimbulkan karena memberi
hak pengolahan tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya penerima
hak
b. Hak pengolahan tersebut akan diberi untuk waktu selama tanah
dimaksud dipergunakan untuk pengembangan daerah industri,
pelabuhan, pariwisata, pemungkiman, perternakan, perikanan, dan lain-
lain usaha berkaitan dengan itu terhitung sejak didaftarkan kepala
kantor pertanahan setempat.
c. Apabila di atas area tanah yang akan diberikan dengan hak pengolahan
tersebut masih terdapat tanah, bangunan, dan tanaman milik rakyat,
pembayaran ganti rugi wajib diselesaikan terlebih dahulu oleh penerima
hak, demikian pula pemindahan penduduk ke tempat pemungkiman
baru atas dasar musyawarah
d. Dalam rangka kesedianaan pemebrian hak pengolahan tersebut tanah-
tanah yang telah bebas atau telah dibebaskan dari hak-hak rakyat harus
diberi tanda-tanda batas sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan Menteri Agraria Nomor 8 Tahun 1961 untuk
kemudian dilakukan pengukuran oleh kantor pertanahan setempat.
e. Terhadap areal tanah yang akan diberikan dengan hak pengolahan dan
telah dilakukan pengukuran sehingga dapat diketahui luasnya dengan
pasti, akan diberi dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional secara bertahap (persial) dan harus didaftarkan pada kantor
pertanahan setempat untuk memperoleh tanda bukti berupa sertifikat
dengan membayar biaya pendaftaran menurut ketentuan berlaku.
f. Penerima hak dalam penyerahan bagian dari hak pengolahan kepada
pihak ketiga diwajibkan memenuhi/tunduk pada ketentuan-ketentuan
peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 1 Tahun 1977.
Status Hak Pengelolaan Otorita Batam saat ini dapat dibedakan menjadi dua
17
http://gambiri67.wordpress.com/2009/03/14/bpk-dan-hak-pengelolaan-otorita-batam
1. Hak Pengelolaan yang sudah terdaftar dan
Hak Pengelolaan yang sudah terdaftar dan diatasnya telah diterbitkan hak
hak-hak yang ada diatas Hak Pengelolaan tetap berlaku sampai masa
berjangka waktu seperti Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang ada
berjangka waktu, Hak Milik berlaku terus menerus dan dengan demikian
Hak Milik tidak termasuk jenis hak yang dimaksudkan oleh Peraturan
belum didaftarkan secara yuridis belum berlaku dan karena itu belum
pendaftarannya.
Pulau Batam.18
18
Indonesia, Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan kab. Pelalawan, Kab.Siak,
Kab.Rohil, Kab.Rohul, Kab.Karimun, Kab.Natuna, Kab.Kuantan Sengingi dan Kota Batam
daerahnya masing-masing atau disebut juga Rumah Tangganya masing-
masing.19
Pemerintah Kota Batam. Terhadap hal ini Otorita Batam tetap memegang
Batam sebagai Zona Industri dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43
Tahun 1977 tentang Pengolahan Tanah di Daerah Industri Pulau Batam yang
pertanahan.
Batam.
19
Hutagalung. Arie Sukanti dan Markus Gunawan, Op.Cit. hal 187
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
Kota Batam. Ini tertuang pada pasal 17 ayat 2 bahwa kewenangan wajib terdiri
sebagai kawasan industri, alih kapal, pariwisata, dan perdagangan yang selama
ini dilakukan oleh Badan Otorita Batam. Pada ayat 2 disebutkan bahwa status
Sementara itu, hak pengolahan yang dimiliki oleh Otorita Batam membatasi
terjadi, tanah yang dialokasikan tidak sesuai dengan rencana yang dimohonkan
oleh Pemerintah Kota Batam. Bahkan aset-aset Pemerintah Kota Batam bentuk
Tahun 1973 tentang kedudukan Pulau Batam sebagai Daerah Industri. Hak
Dalam hal ini Pemerintah Kota Batam sebagai Institusi Pemerintahan yang
harus diperhatikan bahwa Pulau Batam merupakan salah satu daerah yang
Otorita Batam tidak didukung dengan legalitas formal yang cukup kuat
kewenangan.
ruang dan manajemen kota, serta pembagian tugas antara Otonomi Batam yang
keamanan.
para warga negaranya sesuai dengan jasa atau kemampuan dan kebutuhan
bagi setiap orang untuk mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
menerima bagian manfaat tanah baik bagi diri sendiri maupun keluarga
sosial adalah hal yang paling tepat untuk memberi tempat kepada keadailan
21
Sumardjono,Maria. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi. Jakarta:Kompas.2006. hal 15
Dalam rangka pembangunn dan pengembangan wilayah selalu dijumpai
kaidah the higbest and best use of land. Sektor atau kegiatan intensitas
yang tidak dapat dielakkan dalam pembangunan negara kita, dalam bebrbagai
modal dan akses politik berkenaan dengan sumber daya alam yang berupa
masih status quo. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1992
dan penetapan sebagai Wilayah Usaha Kawasan Berikut (Bonded Zone), bagi
wilayah kerja dan bukan meruapakan hak pengolahan Otorita Batam. Hal ini
22
Mustofa, Sutarman, Penggunaan Hak Atas Tanah untuk Industri, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, hal 99
usaha-usaha pengamanan, penguasaan, pengalihan dan pemindahan hak atas
undang-undang, garis besar hal-hal yang kelak harus dimuat dalam peraturan
dilandasi dengan sikap yang proaktif didasarkan pada hasil penelitian dan
bidang pertanahan. Artinya, untuk masa yang akan datang, pemerintah akan
23
Idham, Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam Perspektif Otonomi Daerah, Bandung: Alumni, 2004, Hal 131
24
Markus Gunawan dan Lisya Anggraini, Batam Problematika Multidimensial, Batam, Karya Mandiri, 2004,
hal 105
25
Sudikno Mertokusumo, mengenal hukum suatu pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2002, hal 71
3. Kewenangan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dan
Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun sebagai kawasan perdagangan
bebas dan pelabuhan bebas. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan konsep
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, kecuali aset yang sudah
Kendati Batam serta Pulau-Pulau kecil yang ada sekitarnya telah memenuhi
hak pengolahan atas tanah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Batam
Peralihan Kewenangan.
Industri Pulau Batam diatur melalui status hak pengolahan tersebut antara lain
sebagai berikut :
Dalam pelaksanaan tugas Otorita Batam seluruh areal tanah yang terletak
Apabila hal ini terjadi, akan timbul permasalahan tentang status hukum
juga diatur tentang bagian hak pengolahan yang telah diberikan kepada pihak
26
Markus Gunawan dan Lisya Anggraini, Op.Cit. hal 107
BAB 3
3.1 KESIMPULAN
yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber
mempunyai nilai ekonomis bagi segala aspek kehidupan manusia dalam rangka
jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan,
Indonesia tidak hanya bertumpu pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan
tanpa proses industrialisasi dan perdagangan yang mendukung. Walapun hal itu
bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya merupakan salah satu strategis yang
kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Tetapi, bicara tentang tanah tidak jarang tanah menjadi suatu pemicu
permasalahan dan konfilik yang terjadi baik masyarakat dengan pemerintah dan
pemerintah dengan pemerintah, salah satunya Kota Batam yang sering juga kita
kenal dengan pulau Batam merupakan wilayah Indonesia yang tidak lepas dari
Ditambah tumpa tindih antara kewenangan pemerintah pusat dan daerah menjadi
Pulau Batam yaitu antara Otorita Batam yang dibentuk melalu Keputusan
Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kota Batam dan Kedudukan Otorita
terhadap peraturan bidang pertanahan yang telah diterbitkan oleh Otorita Batam
dan pihak pengembang yang harus dilakukan agar tidak menjadi permasalahan
Kota Batam atau yang kita kenal Pulau Batam adalah daerah Industrilisasi
Industralisasi didaerahnya. Namun hal itu juga sering menjadi permasalahan jika
hal itu diatur dan diurus dua pemerintahan didalamnya yaitu Otorita Batam (BP)
dan Pemerintah Kota Batam, terutama pada masalah tanah yang terjadi
didalamnya. Hal ini yang harus cepat diselesaikan oleh Pemerintah Pusat alias
Perkerjaan Rumah agar entarnya tidak menimbulkan problem yang akan timbul
Batam, tetapi jika hal yang diharapkan pengusahan alias pemilik modal mendapat
Oleh karena itu peran aktif dan saling kordinasi dan berbagi informasi
dan memajukan Pulau Batam sebagai sentral Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas.
DAFTAR BACAAN
1. Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta :Kencana,
2010
3. Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta: Prenada
Media, 2005
Kencana, 2008
Kencana, 2009
7. Hutagalung dan Arie Sukanti, Serba Aneka Masalah Tanah dalam Kegiatan
8. Freddy Roeroe, Et. al. Batam Komitmen Setengah Hati. Jakarta: Aksara
Kurnia, 2003
10. http://gambiri67.wordpress.com/2009/03/14/bpk-dan-hak-pengelolaan-otorita-
batam
Jakarta:Kompas.2006
12. Mustofa, Sutarman, Penggunaan Hak Atas Tanah untuk Industri, Jakarta:
Liberty, 2002
PERATURAN-PERATURAN
1996