Di susun oleh :
Arum Kusumo Wardani, AMKG
Ivan Mulyana, A.Md.Kep
Yulia Tresna Wulandari, AMK
Shopiyatul Munawaroh, A.Md.Kep
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 3
BAB II
BAB III
PENUTUP ..................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 8
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Analisis SWOT dari Video Hak Atas Tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Maka dari itu metode yang tepat untuk menganalisis Hak-hak Atas Tanah yaitu
dengan menggunakan Pendekatan Metodologi dan Analisis SWOT, Berdasarkan
Penyebab Utama Hak Atas Tanah, Maka Dapat Digolongkan :
Strength Weaknesses
(Kekuatan) (Kelemahan)
1. Adanya keputusan MK No. 35/PUU- 1. Belum adanya pengakuan berbadan
X/2012 terhadap UU Kehutanan No.41 hukum / sertifikasi dari pemerintah
Tahun 1991 tentang hutan adat tidak lagi tentang hak atas tanah adat
di miliki oleh negara 2. Adanya perbedaan presepsi antara
2. Adanya komunitas masyarakat adat masyarakat adat dengan pemerintah.
3. Masyarakat adat menginginkan hal 3. Belum adanya badan hukum hak
komunal kolektif komunal
4. Penolakan sertifikat tanah 4. Adanya batasan waktu hak pakai
masyarakat adat
Opportunities Threaths
(Peluang) (Ancaman)
1. Adanya pembuatan sertifikat masal yang 1. Masih banyak hutan negara atau hutan
di lakukan pemerintah yang di harapkan milik perusahaan yang berbatasan
kedepanya bisa melakukan sertifikasi hak langsung dengan hutan adat yang
atas tanah adat minim mengenai tanda perbatasanya,
2. Pemerintah membatasi pembukaan lahan hal ini memungkinkan untuk
ditanah adat untuk kepentingan menggeruk hutan adat lama kelamaan
pertambangan dan perkebunanan bisa menjadi punah atau tiada
3. Merevisi UU pokok agraria tentang 2. Muncul konflik Agraria (pembagian
batasan waktu hak pakai untuk warga peruntukkan dan kepemilikan)
negara indonesia khusus untukmasyarakat 3. Rencana tata ruang lokal untuk ekpansi
adat besar-besaran perkebunan dan
4. Merancang UU tentang Hak Komunal pertambangan
kolektif, agar tanah tidak terjual 4. Jika disertifikat, tanah akan masuk
pasar bebas, maka masyarakat adat akan
terusir
C. Solusi Permasalahan
Dari hasil analisis maka, dapat dipecahkan solusi yang tepat bahwa, hah- hak atas
tanah, merugikan masyarakat adat, mereka yang tadinya mempunyai tanah hasil warisan
turun temurun, kini dengan peraturan baru dari pemerintah seperti Undang-undang yang
berlaku yang tertuang dalam UUPA (Undang- Undang Peraturan Agraria) yang
membatasi masyarakat adat tentang kepemilikan tanahnya.
Mereka yang mengelola dan tinggal ditanah mereka sendiri, seolah olah hanya
menumpang kepada pemerintah. Untuk membuat kedua belah pihak sama-sama
diuntungkan, dari pihak pemrintah dan pihak masyarakat adat maka seharunya dilakukan
kosolidasi atau musyawarah secara khusus dan tertulis, sehingga masyarakat adat bisa
menyampaikan apa saja yang diinginkan masyarakat adat.
Dari pihak pemerintah memberi ruang kepada masyarakat adat bukan hanya
memihak kepada pengusaha, seperti pengusaha kelapa sawit, atau pun insvestor
pertambangan yang dampak nya hanya merugikan masyarakat, dan membuat ekosistem
rusak.
Serta adanya pengakuan dari pemerintah dengan memberikan hak wilayah komunal
kepada masyarakat adat, agar mendapat pengakuan wilayah adat, agar tanah adat terjamin
tidak terjual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengetahui hak-hak atas tanah yaitu dengan menggunakan pendekatan
metodologi dan analisis SWOT. Dari hasil SWOT dapat ditemukan penyebab utama ha
katas tanah, sehingga dapat digolongkan menjadi empat elemen yaitu strength
(kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan treaths (ancaman).
Dimana dalam elemen stregth terdapat beberapa kekuatan diantanya yaitu adanya
keputusan MK No. 35/PUU-X/2012 terhadap UU Kehutanan No.41 Tahun 1991 tentang
hutan adat tidak lagi di miliki oleh negara, adanya komunitas masyarakat adat, masyarakat
adat menginginkan hal komunal kolektif, penolakan sertifikat tanah. Kemudian dalam
elemen weaknesses terdapat beberapa kelemahan yaitu belum adanya pengakuan
berbadan hukum / sertifikasi dari pemerintah tentang hak atas tanah adat, adanyaperbedaan
presepsi antara masyarakat adat dengan pemerintahm, belum adanya badan hukum hak
komunal dan adanya batasan waktu hak pakai masyarakat adat. Dalam opportunities juga
terdapat beberapa peluang yaitu adanya pembuatan sertifikat masal yang di lakukan
pemerintah yang di harapkan kedepanya bisa melakukan sertifikasi hak atas tanah adat,
pemerintah membatasi pembukaan lahan ditanah adat untuk kepentingan pertambangan
dan perkebunanan, merevisi UU pokok agraria tentang batasan waktu hak pakai untuk
warga negara indonesia khusus untuk masyarakat adat, merancang UU tentang Hak
Komunal kolektif, agar tanah tidak terjual. Dan yang terakhir pada elemen treaths
terdapat beberapa ancaman yaitu masih banyak hutan negara atau hutan milik perusahaan
yang berbatasan langsung dengan hutan adat yang minim mengenai tanda perbatasanya,
hal ini memungkinkan untuk menggeruk hutan adat lama kelamaan bisa menjadi punah
atau tiada, muncul konflik Agraria (pembagian peruntukkan dan kepemilikan), rencana
tata ruang lokal untuk ekpansi besar-besaran perkebunan dan pertambangan, dan Jika
disertifikat,tanah akan masuk pasar bebas, maka masyarakat adat akan terusir.
Dari hasil analisis SWOT, didapat solusi yang tepat bahwa, hah-hak atas tanah,
merugikan masyarakat adat, mereka yang tadinya mempunyai tanah hasil warisan turun
temurun, kini dengan peraturan baru dari pemerinta seperti Undang-undang yang berlaku
yang tertuang dalam UUPA (Undang-Undang Peraturan Agraria) yang membatasi
masyarakat adat tentang kepemilikan tanah nya.
B. Daftar Pustaka