Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS SWOT VIDEO HAK ATAS TANAH

Di susun oleh :
Arum Kusumo Wardani, AMKG
Ivan Mulyana, A.Md.Kep
Yulia Tresna Wulandari, AMK
Shopiyatul Munawaroh, A.Md.Kep

LATSAR CPNS ANGKATAN 8


PPSDM KEMENDAGRI REGIONAL BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2

BAB I

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................... 4

A. Pengertian Hak-Hak Atas Tanah Dalam UUPA ........................................................ 4

B. Analisis SWOT Hak-Hak Atas Tanah ......................................................................... 6

C. Solusi Permasalahan ..................................................................................................... 7

BAB III

PENUTUP ..................................................................................................................................... 8

A. Kesimpulan..................................................................................................................... 8

B. Daftar Pustaka ............................................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa berupa sumber daya alam yang
sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan baik yang langsung untuk
kehidupanya seperti misalnya untuk bercocok tanam atau untuk mencukupi kebutuhan
tempat tinggal/perumahan, maupun untuk melaksanakan usahanya seperti untuk tempat
perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.
Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber
kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Tanah menjadi sarana yang pokok misalnya
dalam pembangunan rumah, gedung, jalan raya, kawasan industri, pemukiman penduduk
dan prasarana kehidupan yang lain. Kepemilikan tanah dapat terjadi karena warisan, jual
beli, hibah, dan lain-lain. Proses kepemilikan tanah ini mengakibatkan terjadinya
peralihan hak atas tanah.
Hak milik atas tanah menurut Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria
menyatakan “Hak milik atas tanah adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6.” Hak milik turun-
temurun artinya dapat diwarisi oleh ahli waris yang mempunyai tanah. Hal ini berarti hak
milik tidak ditentukan jangka waktunya seperti misalnya, hak guna bangunan dan hak
Guna Usaha. Hak milik tidak hanya akan berlangsung selama hidup orang yang
mempunyainya, melainkan kepemilikannya akan dilanjuti oleh ahli warisnya setelah ia
meninggal dunia. Tanah yang menjadi obyek hak milik (hubungan hukumnya) itu pun
tetap, artinya tanah yang dipunyai dengan hak milik tidak berganti- ganti (tetap sama).
Sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) UUPA “Hak milik dapat beralih dan dialihkan
kepada pihak lain.” Peralihan hak milik atas tanah dapat terjadi karena perbuatan hukum
dan peristiwa hukum. Peralihan hak milik atas tanah karena perbuatan hukum dapat terjadi
apabila pemegang hak milik atas tanah dengan sengaja mengalihkan hak yang
dipegangnya kepada pihak lain. Sedangkan peralihan hak milik atas tanah karena peristiwa
hukum, terjadi apabila pemegang hak milik atas tanah meninggal dunia, maka dengan
sendirinya atau tanpa adanya suatu perbuatan hukum disengaja dari pemegang hak, hak
milik beralih kepada ahli waris pemegang hak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut“Bagaimana


Analisis SWOT dari Video Hak Atas Tanah?”.

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Analisis SWOT dari Video Hak Atas Tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hak-Hak Atas Tanah Dalam UUPA


Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang berisikan serangkaian
wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu
mengenai tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat,
yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolok pembeda
diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum tanah.
Dengan adanya hak menguasai dari negara sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
2 ayat (1) UUPA, yaitu bahwa : “Atas Dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan
hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan yang tertinggi dikuasai
oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh masyarakat.”
Atas dasar ketentuan tersebut, negara berwenang untuk menentukan hak- hak atas
tanah yang dapat dimiliki oleh dan atau diberikan kepada perseorangan dan badan hukum
yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Kewenangan tersebut diatur dalam Pasal 4
ayat (1) UUPA, yang menyatakan bahwa : “Atas dasar hak mengusai dari negara
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan
hukum.”
Sedangkan dalam ayat (2) dinyatakan bahwa:
“Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini memberikan
wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuhbumi dan
air serta ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penatagunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang
ini dan peraturan-peraturan hukum yang lebih tinggi.”
Adapun hak-hak atas tanah yang diatur dalam Pasal 16 UUPA yang dapat
diberikan kepada rakyat oleh negara ialah :
1. Hak milik.
Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dijumpai
oleh orang atas tanah dengan mengingat pasal 6 UUPA. Terkuat dan terpenuh yang
dimaksud disini adalah hak milik itu bukan berarti merupakan hak yang mutlak, tak
terbatas dan tidak bisa diganggu gugat, di samping itu juga kata "terkuat" dan
"terpenuh" itu dimaksudkan untuk membedakannya dengan hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai dan lain sebagainya. Walaupun sifatnya yang paling kuat
dimiliki oleh seseorang, tetap terikat padaketentuan pasal 6 UUPA, yaitu tanah harus
berfungsi sosial, artinya bila kepentingan umum menghendaki, maka kepentingan
pribadi harusdikorbankan (tentu dengan jalan ganti kerugian yang layak).
2. Hak Guna Usaha
Untuk hak ini merupakan hak yang baru diciptakan dalam Undang- Undang Pokok
Agraria, jadi tidak seperti hak milik yang telah dikenal sudah sejak jaman dahulu kala
sebab hak guna usaha dan hak guna bangunan semula tidak dikenal oleh masyarakat
kita sebab tidak ada persamaannya dalam hukum adat dan kedua hak di atas itu untuk
memenuhi keperluan masyarakat moderen dewasa ini.
3. Hak Guna Bangunan
Yang dimaksud dengan hak guna bangunan tercantum dalam pasal 35 ayat (1) dan ayat
(2) Undang-Undang Pokok Agraria yang berbunyi :
a. Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan
jangka waktu paling lama 30 tahun.
b. Atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta keadaan
bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut dalam ayat (1) dapat
diperpanjang dengan waktu 20 tahun.
4. Hak Pakai
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberikan wewenang
dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan
perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini (Pasal 41
Undang-Undang Pokok Agraria).
Dengan demikian hak ini merupakan hak atas tanah, baik tanah maupun bangunan
yang dapat diberikan pemerintah dan juga oleh pemilik tanah, hak pakai ini tidak seperti
hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan yang dapat digunakan atau dijadikan
jaminan untuk hipotik dan credietverband tetapi hak pakai ini dapat dijadikan jaminan
untuk utang karena mempunyai nilai ekonomi juga dapat dipindah tangankan.
5. Hak Pengelolaan
Hak Pengelolaan termasuk kepada hak yang bersifat sementara juga disebut hak
lainnya. Yang dimaksud dengan hak lainnya itu adalah hak- hak yang tidak diatur
dalam Undang-Undang Pokok Agraria tetapi diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang lain. Maka yang dimaksud dengan hak pengelolaan ialah hak khusus
untuk perusahaan-perusahaan milik pemerintah guna menyelenggarakan usaha
industrial estate, pembangunan perumahan dan perusahaan pada umumnya.
Untuk pemberiannya tidak disertai dengan penentuan jangka waktu yang artinya
tanah yang bersangkutan boleh dikuasai dan digunakan terus menerus selama masih
diperlukan.
B. SWOT Hak-Hak Atas Tanah

Sebuah analisis SWOT adalah alat perencanaan strategis yang melibatkankekuatan,


kelemahan, peluang dan ancaman atau SWOT. Analisis SWOT menempatkan posisi
masa depan dengan modal dasar kekuatan dan kelemahan yang kemudian digunakan
untuk memperkirakan apa saja Opportunities (peluang) ataupun Threats (ancaman).
Dalam melakukan suatu analisis, pastilah menetapkan tujuan yang akan dicapai dengan
menggunakan analisis yang dipilih, begitu pula dengan analisis SWOT. Berikut adalah
beberapa tujuan dari analisis SWOT:
1. Mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai input untuk
merancang proses, sehingga proses yang dirancang dapat berjalan optimal, efektif,
dan efisien;
2. Untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk
melakukan sesuatu;
3. Mengetahui peluang untuk memecahkan masalah;
4. Menganalisis prospek perusahaan untuk penjualan, keuntungan, dan
pengembangan produk yang dihasilkan
5. Menyiapkan solusi dalam menghadapi permasalahan yang terjadi;

Maka dari itu metode yang tepat untuk menganalisis Hak-hak Atas Tanah yaitu
dengan menggunakan Pendekatan Metodologi dan Analisis SWOT, Berdasarkan
Penyebab Utama Hak Atas Tanah, Maka Dapat Digolongkan :

Strength Weaknesses
(Kekuatan) (Kelemahan)
1. Adanya keputusan MK No. 35/PUU- 1. Belum adanya pengakuan berbadan
X/2012 terhadap UU Kehutanan No.41 hukum / sertifikasi dari pemerintah
Tahun 1991 tentang hutan adat tidak lagi tentang hak atas tanah adat
di miliki oleh negara 2. Adanya perbedaan presepsi antara
2. Adanya komunitas masyarakat adat masyarakat adat dengan pemerintah.
3. Masyarakat adat menginginkan hal 3. Belum adanya badan hukum hak
komunal kolektif komunal
4. Penolakan sertifikat tanah 4. Adanya batasan waktu hak pakai
masyarakat adat
Opportunities Threaths
(Peluang) (Ancaman)
1. Adanya pembuatan sertifikat masal yang 1. Masih banyak hutan negara atau hutan
di lakukan pemerintah yang di harapkan milik perusahaan yang berbatasan
kedepanya bisa melakukan sertifikasi hak langsung dengan hutan adat yang
atas tanah adat minim mengenai tanda perbatasanya,
2. Pemerintah membatasi pembukaan lahan hal ini memungkinkan untuk
ditanah adat untuk kepentingan menggeruk hutan adat lama kelamaan
pertambangan dan perkebunanan bisa menjadi punah atau tiada
3. Merevisi UU pokok agraria tentang 2. Muncul konflik Agraria (pembagian
batasan waktu hak pakai untuk warga peruntukkan dan kepemilikan)
negara indonesia khusus untukmasyarakat 3. Rencana tata ruang lokal untuk ekpansi
adat besar-besaran perkebunan dan
4. Merancang UU tentang Hak Komunal pertambangan
kolektif, agar tanah tidak terjual 4. Jika disertifikat, tanah akan masuk
pasar bebas, maka masyarakat adat akan
terusir
C. Solusi Permasalahan
Dari hasil analisis maka, dapat dipecahkan solusi yang tepat bahwa, hah- hak atas
tanah, merugikan masyarakat adat, mereka yang tadinya mempunyai tanah hasil warisan
turun temurun, kini dengan peraturan baru dari pemerintah seperti Undang-undang yang
berlaku yang tertuang dalam UUPA (Undang- Undang Peraturan Agraria) yang
membatasi masyarakat adat tentang kepemilikan tanahnya.
Mereka yang mengelola dan tinggal ditanah mereka sendiri, seolah olah hanya
menumpang kepada pemerintah. Untuk membuat kedua belah pihak sama-sama
diuntungkan, dari pihak pemrintah dan pihak masyarakat adat maka seharunya dilakukan
kosolidasi atau musyawarah secara khusus dan tertulis, sehingga masyarakat adat bisa
menyampaikan apa saja yang diinginkan masyarakat adat.
Dari pihak pemerintah memberi ruang kepada masyarakat adat bukan hanya
memihak kepada pengusaha, seperti pengusaha kelapa sawit, atau pun insvestor
pertambangan yang dampak nya hanya merugikan masyarakat, dan membuat ekosistem
rusak.
Serta adanya pengakuan dari pemerintah dengan memberikan hak wilayah komunal
kepada masyarakat adat, agar mendapat pengakuan wilayah adat, agar tanah adat terjamin
tidak terjual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengetahui hak-hak atas tanah yaitu dengan menggunakan pendekatan
metodologi dan analisis SWOT. Dari hasil SWOT dapat ditemukan penyebab utama ha
katas tanah, sehingga dapat digolongkan menjadi empat elemen yaitu strength
(kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan treaths (ancaman).
Dimana dalam elemen stregth terdapat beberapa kekuatan diantanya yaitu adanya
keputusan MK No. 35/PUU-X/2012 terhadap UU Kehutanan No.41 Tahun 1991 tentang
hutan adat tidak lagi di miliki oleh negara, adanya komunitas masyarakat adat, masyarakat
adat menginginkan hal komunal kolektif, penolakan sertifikat tanah. Kemudian dalam
elemen weaknesses terdapat beberapa kelemahan yaitu belum adanya pengakuan
berbadan hukum / sertifikasi dari pemerintah tentang hak atas tanah adat, adanyaperbedaan
presepsi antara masyarakat adat dengan pemerintahm, belum adanya badan hukum hak
komunal dan adanya batasan waktu hak pakai masyarakat adat. Dalam opportunities juga
terdapat beberapa peluang yaitu adanya pembuatan sertifikat masal yang di lakukan
pemerintah yang di harapkan kedepanya bisa melakukan sertifikasi hak atas tanah adat,
pemerintah membatasi pembukaan lahan ditanah adat untuk kepentingan pertambangan
dan perkebunanan, merevisi UU pokok agraria tentang batasan waktu hak pakai untuk
warga negara indonesia khusus untuk masyarakat adat, merancang UU tentang Hak
Komunal kolektif, agar tanah tidak terjual. Dan yang terakhir pada elemen treaths
terdapat beberapa ancaman yaitu masih banyak hutan negara atau hutan milik perusahaan
yang berbatasan langsung dengan hutan adat yang minim mengenai tanda perbatasanya,
hal ini memungkinkan untuk menggeruk hutan adat lama kelamaan bisa menjadi punah
atau tiada, muncul konflik Agraria (pembagian peruntukkan dan kepemilikan), rencana
tata ruang lokal untuk ekpansi besar-besaran perkebunan dan pertambangan, dan Jika
disertifikat,tanah akan masuk pasar bebas, maka masyarakat adat akan terusir.
Dari hasil analisis SWOT, didapat solusi yang tepat bahwa, hah-hak atas tanah,
merugikan masyarakat adat, mereka yang tadinya mempunyai tanah hasil warisan turun
temurun, kini dengan peraturan baru dari pemerinta seperti Undang-undang yang berlaku
yang tertuang dalam UUPA (Undang-Undang Peraturan Agraria) yang membatasi
masyarakat adat tentang kepemilikan tanah nya.
B. Daftar Pustaka

Abdulkadir, Muhammad. 1990. Hukum Waris. Remaja Rosda Karya : Bandung.

Djambatan. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undangPokok


Agraria Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta.

Suardi. 2005. Hukum Agraria. Jakarta. Badan Penertbit : IBLM.

Anda mungkin juga menyukai