Anda di halaman 1dari 14

EKSISTENSI HAK PENGELOLAAN DALAM HUKUM TANAH NASIONAL

Urip Santoso*

Departemen Hukum Administrasi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya


Jalan Darmawangsa Dalam Selatan, Surabaya, Jawa Timur 60222

Abstract
This article discusses whether the right of management can be categorized as the state control over
land or as land rights. The Basic Agrarian Law is silent on right of management, but rather implicitly
mentions it as mere ‘management’. Right of management originates from the right of state control over
ODQG $W ¿UVW ULJKW RI PDQDJHPHQW ZDV FRQFHLYHG DV WKH UHVXOW RI WKH FRQYHUVLRQ RI WKH ULJKW RI VWDWH
control over land. In later development, right of management is sought through the granting of right of
VWDWH FRQWURO RYHU ODQG 5LJKWV RI PDQDJHPHQW FDQ EH FODVVL¿HG DV ODQG ULJKWV ZKHUH WKH KROGHU LV RQO\
entitled to use the land but cannot transfer the rights and cannot be made as a collateral.
Keywords: rights management, state of land.

Intisari
Tulisan ini akan menjelaskan apakah hak pengelolaan merupakan hak menguasai negara atas tanah
ataukah hak atas tanah. Hak pengelolaan tidak disebutkan dalam Undang-Undang Pokok Agraria, tetapi
disebutkan pengelolaan. Hak pengelolaan berasal dari hak penguasaan atas tanah negara. Semula hak
pengelolaan terjadi melalui penegasan konversi dari hak penguasaan atas tanah negara. Dalam perkem-
bangannya, hak pengelolaan terjadi melalui permohonan pemberian hak atas tanah negara. Berdasarkan
sifat dan kewenangannya, hak pengelolaan dapat dikategorikan sebagai hak atas tanah, yang haknya
hanya mempergunakan tanah, tidak dapat dialihkan, dan tidak dapat dijadikan jaminan utang dengan
dibebani hak tanggungan.
Kata Kunci: hak pengelolaan, tanah negara.

Pokok Muatan
A. Pendahuluan ............................................................................................................................... 276
1. Hak Menguasai Negara Atas Tanah..................................................................................... 276
2. Hak Atas Tanah .................................................................................................................... 277
B. Pembahasan ............................................................................................................................... 278
1. Pengaturan Hak Pengelolaan ............................................................................................... 278
2. Kedudukan Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional ............................................. 284
C. Penutup ...................................................................................................................................... 287

*
Alamat korespondensi: urip_sts@yahoo.com
276 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375

A. Pendahuluan 1. Hak Menguasai Negara Atas Tanah


Hukum tanah nasional yang dimuat dalam Hak Menguasai Negara Atas Tanah bersumber
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Per- dari hak bangsa Indonesia atas tanah, yang
aturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, atau yang hakikatnya merupakan penugasan pelaksanaan
lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang tugas kewenangan bangsa atas bumi, air, ruang
Pokok Agraria (UUPA) diatur hak penguasaan angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung
atas tanah. Boedi Harsono menyatakan bahwa di dalamnya yang mengandung unsur hukum
hak penguasaan atas tanah berisi serangkaian publik.
wewenang, kewajiban, dan atau larangan Hak menguasai negara atas tanah diatur
bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu dalam Pasal 2 UUPA. Pasal 2 ayat (2) UUPA berisi
mengenai tanah yang menjadi haknya. Sesuatu wewenang hak menguasai negara, yaitu:2
yang boleh, wajib, atau dilarang untuk diperbuat, a) mengatur dan menyelenggarakan per-
untukan, penggunaan, persediaan, dan
yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang
pemeliharaan bumi, air, dan ruang ang-
menjadi kriterium atau tolok ukur pembeda kasa;
di antara hak-hak penguasaan atas tanah yang b) menentukan dan mengatur hubung-
diatur dalam Hukum Tanah.1 Secara hierarki, hak an-hubungan hukum antara orang-
penguasaan atas tanah terdiri atas hak bangsa orang dengan bumi, air, dan ruang ang-
kasa;
Indonesia atas tanah, hak menguasai negara atas
c) menentukan dan mengatur hubungan-
tanah, hak ulayat masyarakat hukum adat, dan hubungan hukum antara orang-orang dan
hak-hak perseorangan atas tanah, meliputi hak perbuatan-perbuatan hukum mengenai
atas tanah, hak tanggungan, dan tanah wakaf. bumi, air, dan ruang angkasa.
Hak penguasaan atas tanah berisi wewenang, Muhammad Bakri menyatakan bahwa
kewajiban, dan larangan bagi pemegang haknya. menurut sifat dan pada asasnya, kewenangan
Hak penguasaan atas tanah ada yang bersifat negara yang bersumber pada hak menguasai
privat, yaitu memiliki, dan ada yang bersifat pu- tanah oleh negara berada di tangan Pemerintah
blik, yaitu mengatur dan menentukan. Hak Pusat. Daerah-daerah swatantra (sekarang
penguasaan atas tanah ada yang merupakan lem- Pemerintah Daerah), baru mempunyai wewenang
baga hukum, yaitu belum dihubungkan antara tersebut apabila ada pelimpahan (pendelegasian)
tanah dengan orang atau badan hukum tertentu wewenang pelaksanaan hak menguasai tanah oleh
sebagai pemegang haknya, dan ada yang merupa- negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
kan hubungan hukum yang konkret, yaitu sudah Daerah.3 Pernyataan ini merupakan penegasan
dihubungkan antara tanah dengan orang atau dari ketentuan Pasal 2 ayat (4) UUPA. Pasal 2
badan hukum tertentu sebagai pemegang haknya. ayat (4) UUPA menegaskan bahwa hak menguasai
Hak penguasaan atas tanah yang bersifat dari negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat
publik adalah hak menguasai Negara atas tanah, dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan
sedangkan hak penguasaan atas tanah yang bersifat masyarakat-masyarakat hukum adat, sekadar
privat adalah hak atas tanah. Masing-masing hak diperlukan dan tidak bertentangan dengan ke-
penguasaan atas tanah tersebut dapat dijelaskan pentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan
sebagai berikut: Peraturan Pemerintah.

1
Boedi Harsono, 2007, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya,
Djambatan, Jakarta, hlm. 24.
2
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).
3
Muhammad Bakri, 2007, Hak Menguasai Tanah oleh Negara (Paradigma Baru untuk Reformasi Agraria), Citra Media, Jakarta,
hlm. 37.
Santoso, Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional 277

2. Hak Atas Tanah c) Hak Menumpang;


Hak Atas Tanah bersumber dari hak mengua- d) Hak Sewa Tanah Pertanian.
sai negara atas tanah. Hak atas tanah diatur dalam Dalam realita terdapat Hak Pengelolaan
Pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu atas dasar hak (HPL) yang muncul sejak tahun 1965 melalui
menguasai dari negara ditentukan adanya macam- Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965
macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan
tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai Atas Tanah Negara dan Kebijaksanaan Selanjut-
oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama- nya. Badan-badan hukum yang dapat mempunyai
sama dengan orang-orang lain serta badan-badan Hak Pengelolaan, antara lain Pemerintah
hukum.4 Kabupaten/Kota, Perusahaan Umum (Perum)
Hak Atas Tanah adalah hak yang memberi Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas),
wewenang kepada pemegang hak untuk meng- PT. Pelabuhan Indonesia (Persero), PT. Kereta Api
gunakan dan atau mengambil manfaat dari Indonesia (Persero), PT. Angkasa Pura (Persero),
tanah yang menjadi haknya. Kata menggunakan Badan Otorita Batam, PD. Pasar Surya Surabaya,
mengandung pengertian bahwa hak atas tanah PD. Pasar Jaya DKI Jakarta, PD. Sarana Jaya DKI
untuk kepentingan mendirikan bangunan, sedang- Jakarta, PT. Surabaya Industrial Estate Rungkut
kan kata mengambil manfaat mengandung (SIER), PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang
pengertian bahwa hak atas tanah untuk ke- (PIER). Maria S.W. Sumrdjono menyatakan
pentingan pertanian, perikanan, peternakan, dan bahwa dalam praktik terdapat berbagai jenis Hak
perkebunan.5 Pengelolaan, yakni:8
Hak Atas Tanah yang disebutkan dalam Pasal a) HPL Pelabuhan;
4 ayat (1) UUPA dijabarkan macamnya dalam b) HPL Otorita;
Pasal 16 ayat (1) UUPA dan Pasal 53 ayat (1) c) HPL Perumahan;
d) HPL Pemerintah Daerah;
UUPA. Pasal 16 ayat (1) menetapkan macam- e) HPL Transmigrasi;
macam hak atas tanah, yaitu:6 f) HPL Instansi Pemerintah;
a) Hak Milik; g) HPL Industri/Pertanian/Pariwisata/Per-
b) Hak Guna Usaha; keretaapian.
c) Hak Guna Bangunan;
d) Hak Pakai; Tanah Hak Pengelolaan ada yang diperguna-
e) Hak Sewa untuk Bangunan; kan untuk kepentingan sendiri oleh pemegang
f) Hak Membuka Tanah; haknya dan ada yang dipergunakan oleh pihak
g) Hak Memungut Hasil Hutan; lain atas persetujuan pemegang Hak Pengelola-
h) Hak Atas Tanah yang akan ditetapkan
an. Hak Pengelolaan semakin hari semakin besar
dengan undang-undang.
perannya dalam pembangunan nasional karena
Pasal 53 ayat (1) UUPA menetapkan macam-
di atas tanah Hak Pengelolaan tersebut dapat
macam hak atas tanah yang bersifat sementara,
diberikan Hak Guna Bangunan, Hak Pakai,
yaitu:7
a) Hak Gadai; atau Hak Milik kepada pihak ketiga yang
b) Hak Usaha Bagi Hasil; memerlukannya.

4
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indo-
nesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).
5
Urip Santoso, 2010, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, hlm. 82.
6
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indo-
nesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).
7
Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indo-
nesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).
8
Maria S.W. Sumardjono, “Hak Pengelolaan: Perkembangan, Regulasi, dan Implementasinya”, Mimbar Hukum, Edisi Khusus, September
2007, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 29.
278 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375

Di kalangan para pakar Hukum Tanah ter- A.P. Parlindungan menyatakan bahwa
dapat perbedaan pendapat mengenai kedudukan istilah Hak Pengelolaan diambil dari Bahasa
Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional. Belanda, yaitu Beheersrecht, yang diterjemahkan
Ada yang berpendapat bahwa Hak Pengelolaan menjadi Hak Penguasaan.11 Sependapat dengan
merupakan hak menguasai negara atas tanah dan A.P. Parlindungan, Supriadi menyatakan bahwa
ada pula yang berpendapat bahwa Hak Pengelola- perkataan Hak Pengelolaan sebenarnya berasal
an merupakan hak atas tanah. Perbedaan pendapat dari terjemahan Bahasa Belanda yang berasal dari
ini disebabkan oleh eksistensi Hak Pengelolaan kata Beheersrecht berarti Hak Penguasaan. Hak
yang tidak diatur dalam UUPA, melainkan diatur Penguasaan diatur dalam Peraturan Pemerintah
dalam Peraturan Menteri Agraria. No. 8 Tahun 1953 tentang Hak Penguasaan Atas
Dari uraian latar belakang masalah di atas, Tanah-tanah Negara.12 Maria S.W. Sumardjono
permasalahan yang hendak dikaji dalam tulisan menyatakan bahwa Peraturan Pemerintah No. 8
ini dirumuskan, yaitu kedudukan Hak Pengelolaan Tahun 1953 mengatur Hak Penguasaan sebagai
itu merupakan hak menguasai negara atas tanah terjemahan dari Beheersrecht atas tanah-tanah
ataukah hak atas tanah. negara. Hak Penguasaan yang dimaksud adalah
hak penguasaan atas tanah-tanah negara.13 Semen-
B. Pembahasan jak Pemerintah Hindia Belanda, khususnya pada
1. Pengaturan Hak Pengelolaan tahun 1911, banyak instansi Pemerintah diberikan
Secara tersurat, UUPA tidak menyebut Hak penguasaan atas bidang tanah untuk kepentingan
Pengelolaan, tetapi hanya menyebut pengelolaan pelaksanaan tugasnya. Dalam tata pemerintahan
dalam Penjelasan Umum Angka II Nomor 2 saat itu dipergunakan istilah “in beheer” yang
UUPA, yaitu: dalam tata hukumnya termasuk hukum publik.
Negara dapat memberikan tanah yang demi- Kata “in beheer” dapat dibaca dalam Staatsblad
kian itu kepada seseorang atau badan hukum (Stb) 1911 No. 110 jo. Stb. 1940 No. 430.14
dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan Istilah Hak Pengelolaan pertama kali muncul
keperluannya, misalnya Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atau pada saat diterbitkan Peraturan Menteri Agraria
memberikannya dalam pengelolaan (garis No. 9 Tahun 1965. Dalam Peraturan Menteri
bawah penulis) kepada suatu badan penguasa Agraria No. 9 Tahun 1965 ditetapkan konversi hak
(Departemen, Jawatan, atau Daerah Swatantra) penguasaan atas tanah-tanah negara, yaitu:15
untuk digunakan bagi pelaksanaan tugasnya
Pasal 1
masing-masing.9
Jika hak penguasaan atas tanah negara yang
Maria S.W. Sumardjono menyatakan bahwa dalam diberikan kepada Departemen-departemen,
UUPA, Hak Pengelolaan tidak disebutkan secara Direktorat-direktorat, dan Daerah-daerah
eksplisit, baik dalam dictum, batang tubuh maupun Swatantra dipergunakan untuk kepentingan
instansi-instansi itu sendiri dikonversi men-
penjelasannya. Namun demikian, dalam praktik,
jadi Hak Pakai.
keberadaan Hak Pengelolaan berikut landasan
Pasal 2
hukum telah berkembang sedemikian rupa dengan Jika hak penguasaan atas tanah negara yang
berbagai ekses dan permasalahannya.10 diberikan kepada Departemen-departemen,

9
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Repu-
blik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).
10
Maria S.W. Sumardjono, Op.cit., hlm. 21.
11
A.P. Parlindungan, 1994, Hak Pengelolaan Menurut Sistem Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, hlm. 6.
12
Supriadi, 2007, Hukum Agraria 6LQDU *UD¿ND -DNDUWD KOP
13
Maria S.W. Sumardjono, “Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi”, Kompas, 2007.
14
Soemardijono, 2006, Analisis Hak Pengelolaan, Lembaga Pengkajian Pertanahan, Jakarta, hlm. 3.
15
Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas tanah Negara dan Ketentuan-Keten-
tuan Tentang Kebidjaksanaan Selandjutnya.
Santoso, Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional 279

Direktorat-direktorat, dan Daerah-daerah Swa- Pengertian Hak Pengelolaan dinyatakan


tantra, selain dipergunakan untuk kepentingan dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah No.
instansi-instansi itu sendiri, dimaksudkan juga
40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak ke-
pada pihak ketiga, maka hak penguasaan atas Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah,
tanah negara tersebut dikonversi menjadi Hak yaitu hak menguasai Negara yang kewenangan
Pengelolaan. pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
Dengan Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun pemegangnya.19 Pengertian yang sama tentang
1965 menunjukkan bahwa Hak Pengelolaan lahir Hak Pengelolaan disebutkan dalam Pasal 1 angka
tidak didasarkan pada UU, melainkan didasarkan 4 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, Pasal
oleh Peraturan Menteri Agraria. Seyogyanya 1 angka 2 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun
suatu hak yang di dalamnya diatur tentang 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan
hak, kewajiban, wewenang, dan larangan bagi Tanah terlantar, Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri
pemegang haknya diatur dengan UU, tidak cukup Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
diatur dengan Peraturan Menteri. Nasional No. 4 Tahun 1998 tentang Pedoman
Pemegang Hak Pengelolaan, yaitu Departe- Penetapan Uang Pemasukan Dalam Pemberian
men, Direktorat, dan Daerah Swatantra berdasar- Hak Atas Tanah Negara, Pasal 1 angka 3 Peraturan
kan Pasal 9 Peraturan Menteri Agraria No. 9 Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Tahun 1965 berkewajiban mendaftarkan Hak Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pengelolaannya kepada Kantor Pendaftaran Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah
Tanah yang bersangkutan. Pendaftaran tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Pasal 1 angka 3
Hak Pengelolaan yang diperoleh Departemen, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Direktorat, dan Daerah Swatantra ditegaskan Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang
lagi dalam Peraturan Menteri Agraria No. 1 Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas
Tahun 1966 tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah Tertentu,
Hak Pengelolaan.16 Dalam perkembangannya, dan Pasal 1 angka 3 Keputusan Menteri Negara
berdasarkan Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 24 Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ditetapkan 9 Tahun 1997 tentang Pemberian Hak Milik
bahwa Hak Pengelolaan termasuk salah satu obyek Atas Tanah Untuk Rumah Sangat Sederhana dan
pendaftaran tanah.17 Eksistensi Hak Pengelolaan Rumah Sederhana.
mendapatkan pengakuan dalam bentuk UU, yaitu Pengertian yang lebih lengkap tentang Hak
Pasal 7 Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 Pengelolaan dinyatakan dalam Penjelasan Pasal 2
tentang Rumah Susun, yang dinyatakan bahwa ayat (3) huruf f UU No. 20 Tahun 2000 tentang
rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai Atas 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Tanah Negara, dan Hak Pengelolaan sesuai dengan Bangunan, jo. Pasal 1 Peraturan Pemerintah No.
peraturan perundang-undangan yang berlaku.18 112 Tahun 2000 tentang Pengenaan Bea Perolehan
Dalam UU No. 16 Tahun 1985 hanya disebutkan Hak Atas Tanah dan Bangunan Karena Pemberian
Hak Pengelolaan, tetapi tidak diberikan pengertian Hak Pengelolaan, yaitu hak menguasai Negara
Hak Pengelolaan. atas tanah yang kewenangan pelaksanaannya

16
Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966 tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Hak Pengelolaan.
17
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696).
18
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318).
19
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643).
280 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375

sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya No. 36 Tahun 1997 tentang Pengenaan Bea
untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Karena
tanah, mempergunakan tanah untuk keperluan Pemberian Hak Pengelolaan; (d) Penerima Hak
pelaksanaan tugasnya, dan menyerahkan bagian- Pengelolaan adalah Departemen, Lembaga Pe-
bagian tanah tersebut kepada pihak ketiga dan merintah Non Departemen, Pemerintah Daerah
atau bekerja sama dengan pihak ketiga. Tingkat I, Pemerintah Daerah Tingkat II, Lembaga
Dari pengertian Hak Pengelolaan di atas Pemerintah lainnya, dan Perusahaan Umum
menunjukkan bahwa Hak Pengelolaan merupakan (Perum) Pembangunan Perumahan Nasional
hak menguasai Negara atas tanah sebagaimana (Perumnas); (d) Dalam Penjelasan Pasal 2 huruf
disebutkan dalam Pasal 2 UUPA, bukan hak atas a Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1997
tanah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4, disebutkan bahwa termasuk lembaga Pemerintah
Pasal 16 ayat (1), dan Pasal 53 UUPA. Hak lainnya adalah Otorita Pengembangan Daerah
Pengelolaan bukan murni hak menguasai negara Industri Batam, Badan Pengelola Gelanggang
atas tanah, melainkan pelimpahan dari hak Olahraga Senayan, dan lembaga sejenis diatur
menguasai negara atas tanah. Pihak-pihak yang dengan Keputusan Presiden; (e) Pasal 67 Peraturan
dapat mempunyai Hak Pengelolaan disebut Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
subyek Hak Pengelolaan. Menurut Sudikno Nasional Republik Indonesia No. 9 Tahun 1999;
Mertokusumo, subyek hukum adalah segala se- (f) Badan-badan hukum yang dapat diberikan
suatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban Hak Pengelolaan, adalah: (1) Instansi Pemerintah,
dari hukum. Ada 2 (dua) macam subyek hukum termasuk Pemerintah Daerah; (2) Badan Usaha
yaitu orang dan badan hukum.20 Dalam peraturan Milik Negara (BUMN); (3) Badan Usaha Milik
perundang-undangan ditetapkan bahwa yang dapat Daerah (BUMD); (4) PT Persero; (5) Badan
mempunyai Hak Pengelolaan, adalah (a) Pasal 5 Otorita; (6) Badan-badan hukum Pemerintah
Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965; (b) lainnya yang ditunjuk oleh Pemerintah.
Hak Pengelolaan diberikan kepada Departemen, Semula Hak Pengelolaan diberikan kepada
Direktorat, dan Daerah Swatantra; (c) Pasal 1 Departemen, Direktorat, Daerah Swatantra (Pe-
huruf b Peraturan Menteri Agraria No. 1 Tahun merintah Daerah), Perusahaan Pembangunan Pe-
1966; (d) Hak Pengelolaan diberikan kepada rumahan, dan Industrial Estate. Dalam perkem-
Departemen, Direktorat, dan Daerah Swatantra; bangannya, dengan Peraturan Menteri Negara
(e) Pasal 29 Peraturan Menteri Dalam Negeri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9
No. 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Tahun 1999 menjadi lebih jelas siapa saja yang
Mengenai Penyediaan dan Pemberian Tanah dapat mempunyai tanah Hak Pengelolaan. Hanya
Untuk Keperluan Perusahaan. saja dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Ke-
Hak Pengelolaan dapat diberikan kepada: pala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999
(a) Perusahaan Pembangunan Perumahan yang terbuka kemungkinan badan hukum Pemerintah
seluruh modalnya berasal dari Pemerintah dan/ lainnya dapat mempunyai tanah Hak Pengelolaan
atau Pemerintah Daerah; (b) Industrial Estate asalkan ditetapkan oleh Pemerintah. Badan
yang seluruh modalnya dari Pemerintah yang hukum Pemerintah ini dapat mempunyai tanah
berbentuk Perusahaan Umum (Perum) dan Hak Pengelolaan dengan syarat tugas pokok dan
Perusahaan Perseroan (Persero), dan dari fungsinya berkaitan dengan pengelolaan tanah.
Pemerintah Daerah yang berbentuk Perusahaan Pihak-pihak yang dapat menjadi subyek atau
Daerah (PD); (c) Pasal 2 Peraturan Pemerintah pemegang Hak Pengelolaan dikemukakan oleh

20
Sudikno Mertokusumo, 2008, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 67.
Santoso, Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional 281

Eman Ramelan, yaitu subyek atau pemegang kan bahwa menurut Peraturan Menteri Agraria
Hak Pengelolaan adalah sebatas pada badan hukum No. 9 Tahun 1965, Hak Pengelolaan yang
Pemerintah baik yang bergerak dalam pelayanan pertama-tama ada pada waktu mulai berlakunya
publik (pemerintahan) atau yang bergerak dalam UUPA adalah yang berasal dari konversi hak
bidang bisnis, seperti Badan Usaha Milik Negara/ penguasaan atau hak beheer, yaitu yang tanahnya
Badan Usaha Milik Daerah, PT. Persero, badan selain dipergunakan untuk kepentingan instansi
hukum swasta tidak mendapatkan peluang untuk yang bersangkutan, dimaksudkan juga untuk
berperan sebagai subyek atau pemegang Hak dapat diberikan dengan sesuatu hak kepada
Pengelolaan.21 Hak Pengelolaan tidak diberikan pihak ketiga. Hak Pengelolaan yang berasal dari
kepada perseorangan baik warga Negara Indonesia konversi tersebut berlangsung selama tanahnya
maupun orang asing yang berkedudukan di dipergunakan untuk keperluan itu. Pelaksanaan
Indonesia, badan usaha swasta baik badan hukum konversi diselenggarakan oleh Kepala Kantor
yang didirikan menurut Hukum Indonesia dan Pendaftaran Tanah yang bersangkutan dan jika
berkedudukan di Indonesia dan badan hukum tanahnya belum terdaftar di Kantor Pendaftaran
asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia, Tanah baru diselenggarakan setelah pemegang
perwakilan negara asing, perwakilan badan haknya datang mendaftarkannya.23
internasional, badan keagamaan dan badan sosial. Peraturan yang mengatur pelaksanaan kon-
Syarat bagi badan hukum untuk dapat mempunyai versi Hak Pengelolaan yang semula berasal dari
tanah Hak Pengelolaan adalah badan hukum yang hak penguasaan atas tanah negara yang dipunyai
mempunyai tugas pokok dan fungsinya berkaitan oleh Departemen, Direktorat, atau Daerah Swa-
dengan pengelolaan tanah. tantra adalah Peraturan Menteri Agraria No. 9
Ada 2 (dua) cara perolehan Hak Pengelolaan Tahun 1965. Melalui penegasan konversi, hak
oleh pemegang haknya dalam peraturan per- penguasaan atas tanah negara yang dipunyai oleh
undang-undangan, yaitu: Departemen, Direktorat, dan Daerah Swatantra
a) Konversi diubah haknya menjadi Hak Pengelolaan. Hak
Menurut A.P. Parlindungan, yang dimaksud Pengelolaan ini lahir setelah hak penguasaan
dengan konversi adalah penyesuaian hak-hak atas atas tanah negara tersebut didaftarkan ke Kantor
tanah yang pernah tunduk pada sistem hukum Pendaftaran Tanah yang wilayah kerjanya meliputi
yang lama yaitu hak-hak atas tanah menurut letak tanah yang bersangkutan dan diterbitkan
Burgerlijk Wetboek (BW) dan tanah-tanah yang Sertipikat Hak Pengelolaan sebagai tanda bukti
tunduk pada hukum adat untuk masuk dalam haknya.
sistem hak-hak atas tanah menurut ketentuan b) Pemberian Hak Atas Tanah Negara
UUPA.22 Konversi adalah perubahan status hak Menurut Pasal 1 ayat (8) Peraturan Menteri
atas tanah menurut hukum yang lama sebelum Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Na-
berlakunya UUPA yaitu hak atas tanah yang sional No. 9 Tahun 1999, yang dimaksud dengan
tunduk pada hukum barat (BW), hukum adat, dan pemberian hak atas tanah adalah penetapan
Daerah Swapraja menjadi hak atas tanah menurut Pemerintah yang memberikan sesuatu hak atas
UUPA. tanah negara, perpanjangan jangka waktu hak,
Berkaitan dengan perolehan Hak Pengelola- pembaharuan hak, perubahan hak, termasuk
an melalui konversi, Boedi Harsono menyata- pemberian hak di atas tanah Hak Pengelolaan.

21
Eman Ramelan, “Hak Pengelolaan Setelah Berlakunya Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun
1999”, Majalah Yuridika, Vol. 15 No. 3, Mei – Juni 2000, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, hlm. 196.
22
A.P. Parlindungan, 2008, Konversi Hak-Hak Atas Tanah, Mandar Maju, Bandung, hlm. 5.
23
Boedi Harsono, Op.cit., hlm. 325-326.
282 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375

Dalam pemberian hak ini, Hak Pengelolaan tersebut kepada pihak ketiga dengan Hak
diperoleh dari tanah yang berasal dari tanah Pakai yang berjangka waktu 6 (enam)
negara yang dimohonkan oleh pemegang Hak tahun.
Pengelolaan. Tata cara perolehan tanah Hak b) Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
Pengelolaan yang berasal dari tanah negara diatur 5 Tahun 1974. Hak Pengelolaan berisikan
dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala wewenang, yaitu:
Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999. 1) merencanakan peruntukan dan peng-
Secara garis besar, tahapan-tahapan peroleh- gunaan tanah tersebut;
an Hak Pengelolaan pemberian hak, yaitu: (a) 2) menggunakan tanah tersebut untuk ke-
Calon pemegang Hak Pengelolaan mengajukan perluan pelaksanaan tugasnya;
permohonan pemberian Hak Pengelolaan kepada 3) menyerahkan bagian-bagian dari tanah
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik tersebut kepada pihak ketiga menurut
Indonesia melalui Kepala Kantor Pertanahan persyaratan yang ditentukan oleh peru-
Kabupaten/Kota yang wilayah kerjanya meliputi sahaan pemegang hak tersebut, yang
letak tanah yang bersangkutan; (b) Atas permo- meliputi segi-segi peruntukan, pengguna-
honan pemberian hak tersebut, Kepala Badan an, jangka waktu, dan keuangannya.
Pertanahan Nasional Republik Indonesia c) Pasal 1 dan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam
menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak Negeri No. 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara
Pengelolaan; (c) Surat Keputusan Pemberian Permohonan dan Penyelesaian Pemberian
Hak Pengelolaan didaftarkan oleh pemohon Hak Hak Atas Bagian-bagian Tanah Hak Pengelo-
Pengelolaan kepada Kepala Kantor Pertanahan laan serta Pendaftarannya. Hak Pengelolaan
Kabupaten/Kota yang wilayah kerjanya meliputi berisikan kewenangan untuk:
letak tanah yang bersangkutan; (d) Maksud 1) merencanakan peruntukan dan peng-
pendaftaran tanah tersebut adalah untuk diterbitkan gunaan tanah tersebut;
Sertipikat Hak Pengelolaan sebagai tanda bukti 2) menggunakan tanah tersebut untuk ke-
hak oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ perluan pelaksanaan usahanya;
Kota yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah 3) menyerahkan bagian-bagian dari tanah
yang bersangkutan. tersebut kepada pihak ketiga dalam
Hak penguasaan atas tanah yang lahir dilekati bentuk Hak Milik, Hak Guna Bangunan,
oleh wewenang, hak, kewajiban, dan larangan bagi atau Hak Pakai menurut persyaratan
pemegang haknya. Demikian juga dengan Hak yang ditentukan oleh perusahaan pe-
Pengelolaan di dalamnya terdapat wewenang, hak, megang hak tersebut, yang meliputi segi-
kewajiban, dan larangan bagi pemegang haknya. segi peruntukan, penggunaan, jangka
Dalam berbagai peraturan perundang-undangan waktu, dan keuangannya, dengan ke-
ditetapkan wewenang dalam Hak Pengelolaan, tentuan bahwa pemberian hak atas tanah
yaitu: kepada pihak ketiga yang bersangkutan
a) Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria No. 9 dilakukan oleh pejabat-pejabat yang
Tahun 1965. Wewenang yang diberikan berwenang, sesuai dengan peraturan
kepada pemegang Hak Pengelolaan, adalah: perundang-undangan yang berlaku.
1) merencanakan peruntukan dan peng- d) Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun
gunaan tanah tersebut; 2000. Hak Pengelolaan berisikan kewenangan
2) menggunakan tanah tersebut untuk untuk:
keperluan pelaksanaan tugasnya; a. merencanakan peruntukan dan peng-
3) menyerahkan bagian-bagian dari tanah gunaan tanah tersebut;
Santoso, Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional 283

b. menggunakan tanah tersebut untuk ke- 1977, kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi
perluan pelaksanaan tugasnya; oleh Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Negara
c. menyerahkan bagian-bagian dari tanah Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
tersebut kepada pihak ketiga dan atau 9 Tahun 1999, yaitu: “Dalam hal tanah yang
bekerja sama dengan pihak ketiga. dimohon merupakan tanah Hak Pengelolaan,
Tanah Hak Pengelolaan yang dikuasai oleh pemohon harus terlebih dahulu memperoleh
pemegang haknya dapat dipergunakan untuk penunjukan berupa perjanjian penggunaan tanah
keperluan pelaksanaan tugas atau usahanya, dari pemegang Hak Pengelolaan.”
juga dapat diserahkan kepada pihak ketiga atas Dengan telah dibuatnya Perjanjian Penggu-
persetujuan dari pemegang Hak Pengelolaan. naan Tanah, maka tercipta hubungan hukum antara
Boedi Harsono menyatakan bahwa pemegang Hak pemegang Hak Pengelolaan dengan pihak ketiga.
Pengelolaan memang mempunyai kewenangan Maria S.W. Sumardjono menyatakan bahwa,
untuk menggunakan tanah yang menjadi haknya Hubungan hukum yang menjadi dasar pem-
bagi keperluan usahanya. Tetapi itu bukan tujuan berian hak atas tanah oleh pemegang Hak
pemberian hak tersebut kepadanya. Tujuan Pengelolaan kepada pihak ketiga dinyatakan
dalam Surat Perjanjian Penggunaan Tanah
utamanya adalah tanah yang bersangkutan (SPPT). Dalam praktik, SPPT tersebut dapat
disediakan bagi penggunaan oleh pihak-pihak lain disebut dengan nama lain, misalnya Perjanjian
yang memerlukannya.24 Penyerahan, Penggunaan, dan Pengurusan Hak
Pada awalnya, di atas tanah Hak Pengelolaan Atas Tanah.25
dapat diberikan Hak Pakai yang berjangka waktu Kewenangan yang terdapat dalam Hak Penge-
6 (enam) tahun. Dalam perkembangannya, dengan lolaan ada yang bersifat publik, yaitu kewenangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977 merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah,
dan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala mempergunakan tanah untuk keperluan pelaksa-
Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1998 naan tugas atau usahanya. Ada kewenangan yang
tentang Pedoman Penetapan Uang Pemasukan bersifat privat, yaitu kewenangan menyerahkan
Dalam Pemberian Hak Atas Tanah Negara, di atas bagian-bagian tanah Hak Pengelolaan kepada
tanah Hak Pengelolaan dapat diberikan Hak Guna pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak
Bangunan, Hak Pakai, atau Hak Milik. Pihak ketiga. Kewenangan yang terdapat dalam Hak
ketiga yang mendapatkan Hak Guna Bangunan Pengelolaan ada yang bersifat internal, yaitu
atau Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan kewenangan merencanakan peruntukan dan
ditempuh melalui Perjanjian Penggunaan Tanah penggunaan tanah, mempergunakan tanah untuk
antara pemegang Hak Pengelolaan dengan pihak keperluan pelaksanaan tugas atau usahanya.
ketiga. Pihak ketiga yang mendapatkan Hak Milik Ada kewenangan yang bersifat eksternal, yaitu
atas tanah Hak Pengelolaan ditempuh melalui kewenangan menyerahkan bagian-bagian tanah
pelepasan tanah Hak Pengelolaan oleh pemegang Hak Pengelolaan kepada pihak ketiga dan atau
Hak Pengelolaan. bekerja sama dengan pihak ketiga.
Pihak ketiga yang mendapatkan Hak Guna
Bangunan atau Hak Pakai atas tanah Hak 2. Kedudukan Hak Pengelolaan dalam
Pengelolaan ditempuh melalui Perjanjian Peng- Hukum Tanah Nasional
gunaan Tanah. Ketentuan mengenai Perjanjian Di kalangan para pakar Hukum Tanah ter-
Penggunaan Tanah semula diatur dalam Pasal dapat perbedaan mengenai kedudukan Hak
3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional. Ada

24
Ibid., hlm. 280.
25
Maria S.W. Sumardjono, 2008, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Kompas, Jakarta, hlm. 29.
284 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375

pakar yang berpendapat bahwa Hak Pengelolaan dan kewajiban Negara sebagai pemilik (domein)
merupakan hak menguasai negara atas tanah, yang bersifat publiekrechtelijk, bukan sebagai
sebaliknya ada yang berpendapat bahwa Hak eigenaar yang bersifat privaatrechtelijk. Makna
Pengelolaan merupakan hak atas tanah. Pendapat dari pemahaman tersebut adalah Negara memiliki
tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: kewenangan sebagai pengatur, perencanaan,
a) Hak Pengelolaan merupakan Hak pelaksanaan, dan sekaligus sebagai pengawasan
Menguasai Negara Atas Tanah. pengelolaan, penggunaan, dan pemanfaatan
Boedi Harsono menyatakan bahwa Hak sumber daya alam nasional.30 Hak menguasai
Pengelolaan dalam sistematika hak pengua- negara atas tanah berisikan wewenang yang
saan atas tanah tidak dimasukkan dalam ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA, yaitu:31
golongan hak-hak atas tanah, melainkan a) mengatur dan menyelenggarakan perun-
merupakan “gempilan” hak menguasai tukan, penggunaan, persediaan, dan peme-
liharaan bumi, air, dan ruang angkasa;
negara atas tanah.26 Sependapat dengan Boedi
b) menentukan dan mengatur hubungan-hu-
Harsono, Maria S.W. Sumardjono menyata-
bungan hukum antara orang-orang dengan
kan bahwa Hak Pengelolaan merupakan bumi, air, dan ruang angkasa;
“bagian” dari hak menguasai negara yang c) menentukan dan mengatur hubungan-
(sebagian) kewenangannya dilimpahkan hubungan hukum antara orang-orang dan
kepada pemegang Hak Pengelolaan. Oleh perbuatan-perbuatan hukum yang menge-
nai bumi, air, dan ruang angkasa.
karena itu, Hak Pengelolaan itu merupakan
fungsi/kewenangan publik, sebagai hak Pasal 4 ayat (1) UUPA menegaskan bahwa
menguasai negara, dan tidak tepat disamakan hak atas tanah bersumber dari hak menguasai
dengan “hak” sebagaimana diatur dalam negara atas tanah, yang dapat diberikan kepada
Pasal 16 UUPA karena hak atas tanah hanya dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri-
menyangkut aspek keperdataan.27 sendiri maupun bersama-sama dengan orang-
b) Hak Pengelolaan merupakan Hak Atas orang lain serta badan-badan hukum. Selanjutnya
Tanah. Pasal 4 ayat (2) UUPA mengatur wewenang dalam
A.P. Parlindungan menyatakan bahwa hak atas tanah yaitu mempergunakan tanah yang
Hak Pengelolaan adalah suatu hak atas tanah bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air
yang sama sekali tidak ada istilahnya dalam dan ruang yang ada di atasnya sekadar diperlukan
Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) dan untuk kepentingan yang langsung berhubungan
khusus hak ini demikian pula luasnya ter- dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas
dapat di luar ketentuan UUPA.28 Sependapat menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum
dengan A.P. Parlindungan, Effendi Perangin lain yang lebih tinggi. Wewenang dalam hal atas
menyatakan bahwa Hak Pengelolaan ter- tanah berupa menggunakan tanah untuk keperluan
masuk hak atas tanah yang didaftarkan mendirikan bangunan, atau bukan mendirikan
menurut Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun bangunan, menggunakan tubuh bumi misalnya
1961 tentang Pendaftaran Tanah.29 penggunaan ruang bawah tanah, diambil sumber
Hak menguasai negara menurut Winahyu airnya, penggunaan ruang di atas tanah, misalnya
Erwiningsih harus dilihat dalam konteks hak di atas tanah didirikan pemancar.32

26
Boedi Harsono, Op.cit., hlm. 280.
27
Maria S.W. Sumardjono, 2008, Op.cit., hlm. 204.
28
A.P. Parlindungan, Op.cit., hlm. 1.
29
Effendi Perangin, 1995, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, Rajawali, Jakarta, hlm. 312.
30
Winahyu Erwiningsih, 2009, Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Universitas Islam Indonesia-Total Media, Yogyakarta, hlm. 101.
31
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indo-
nesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).
32
Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, hlm. 48.
Santoso, Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional 285

Dalam peraturan perundang-undangan ter- peraturan perundang-undangan yang menduduk-


dapat perbedaan kedudukan Hak Pengelolaan kan Hak Pengelolaan disejajarkan dengan hak atas
dalam Hukum Tanah Nasional, yaitu: tanah.
a) Hak Pengelolaan merupakan Hak Untuk mendapatkan jawaban mengenai ke-
Menguasai Negara Atas Tanah. dudukan Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah
Dalam Pasal 2 ayat (3) UU No. 20 Tahun Nasional dapat dianalisis melalui pengertian, sifat,
2000, Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah dan wewenang hak menguasai negara atas tanah,
No. 40 Tahun 1996, Pasal 1 angka 4 Peraturan hak atas tanah, dan Hak Pengelolaan. Dalam
Pemerintah No. 24 Tahun 1997, Pasal 1 beberapa peraturan perundang-undangan dinyata-
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1997, kan bahwa Hak Pengelolaan adalah hak menguasai
Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun Negara atas tanah yang kewenangan pelaksanaan-
2000, Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah nya sebagian dilimpahkan kepada pemegang
No. 11 Tahun 2010, Pasal 1 angka 3 Peraturan haknya. Dari pengertian Hak Pengelolaan ini
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan menunjukkan bahwa Hak Pengelolaan merupa-
Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1998, kan hak menguasai negara atas tanah. Dalam
Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Negara pengertian Hak Pengelolaan ada sebagian
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional wewenang hak menguasai negara atas tanah,
No. 9 Tahun 1999, Pasal 1 angka 3 Peraturan sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 2 ayat (2)
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik UUPA yang dilimpahkan kepada pemegang Hak
Indonesia No. 1 Tahun 2011, dan Pasal 1 huruf Pengelolaan. Tidak semua wewenang dalam hak
c Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala menguasai negara atas tanah tersebut dilimpahkan
Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun kepada pemegang Hak Pengelolaan, melainkan
1997 ditetapkan bahwa Hak Pengelolaan sebagian dari ketiga wewenang hak menguasai
adalah menguasai negara atas tanah yang negara atas tanah yang dilimpahkan kepada
kewenangan pelaksanaannya sebagian di- pemegang Hak Pengelolaan. Kata sebagian ter-
limpahkan kepada pemegang haknya. sebut menunjukkan bahwa sifat wewenang hak
b) Hak Pengelolaan disejajarkan dengan menguasai negara atas tanah yang dilimpahkan
Hak Atas Tanah. kepada pemegang Hak Pengelolaan tidak bersifat
Dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 16 Tahun kumulatif melainkan bersifat fakultatif. Sebagian
1985, Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 24 wewenang hak menguasai negara atas tanah yang
Tahun 1997, Pasal 2 Peraturan Pemerintah dilimpahkan kepada pemegang Hak Pengelolaan
No. 11 Tahun 2010, Pasal 2 ayat (1) Peraturan tidak jelas, yaitu wewenang Pasal 2 ayat (2) huruf
Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1974, dan a, Pasal 2 ayat (2) huruf b, Pasal 2 ayat (2) huruf c,
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Pasal 2 ayat (2) huruf a dan huruf b, Pasal 2 ayat (2)
Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun huruf a dan huruf c, ataukah Pasal 2 ayat (2) huruf
1999 ditetapkan bahwa Hak Pengelolaan b dan huruf c. Kalau berpedoman pada pengertian
disejajarkan dengan Hak Milik, Hak Guna Hak Pengelolaan sebagai hak menguasai negara
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai. atas tanah, maka menjadi membingungkan atau
Dari uraian peraturan perundang-undangan tidak jelas wewenang mana dari hak menguasai
tersebut di atas menunjukkan adanya ketidak- negara atas tanah yang dilimpahkan kepada
sinkronan kedudukan Hak Pengelolaan. Di satu pemegang Hak Pengelolaan.
pihak, ada peraturan perundang-undangan yang Bila dikaji dari wewenang dalam Hak Penge-
mendudukkan Hak Pengelolaan merupakan hak lolaan terhadap wewenang hak atas tanah, maka
menguasai Negara atas tanah. Di lain pihak, ada Hak Pengelolaan dapat dimasukkan ke dalam
286 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375

kategori hak atas tanah. Wewenang hak atas dengan dibebani Hak Tanggungan. Hak atas
tanah, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4 ayat tanah ini adalah Hak Pakai yang dipunyai
(2) UUPA juga dapat dilakukan oleh pemegang oleh Departemen, Lembaga Pemerintah Non
Hak Pengelolaan. Berdasarkan wewenang dalam Departemen, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Hak Pengelolaan dapat dijelaskan, yaitu: (a) Kabupaten/Kota, Perwakilan Negara Asing,
Wewenang pemegang Hak Pengelolaan untuk Perwakilan Badan Internasional, dan badan
merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah keagamaan dan badan sosial.
termasuk dalam wewenang dalam hak atas tanah, b. Hak atas tanah dapat dilepaskan atau
yaitu orang atau badan hukum yang mempunyai diserahkan oleh pemegang haknya untuk
hak atas tanah mempunyai wewenang untuk kepentingan umum atau kepentingan pihak
merencanakan peruntukan dan penggunaan lain dengan atau tanpa pemberian ganti
tanah untuk keperluan mendirikan bangunan dan kerugian. Hak Pengelolaan pun juga dapat
atau bukan keperluan mendirikan bangunan; (b) dilepaskan atau diserahkan oleh pemegang
Wewenang pemegang Hak Pengelolaan untuk haknya untuk kepentingan umum atau
mempergunakan tanahnya bagi kepentingan kepentingan pihak lain dengan atau tanpa
pelaksanaan tugas atau usahanya termasuk dalam pemberian ganti kerugian;
wewenang hak atas tanah, yaitu orang atau c. Hak atas tanah dapat hapus karena di-
badan hukum yang mempunyai hak atas tanah terlantarkan oleh pemegang haknya yang
mempunyai wewenang untuk mempergunakan diatur dalam UUPA dan Peraturan Pemerintah
hak atas tanahnya untuk keperluan pelaksanaan No. 40 Tahun 1996. Hak Pengelolaan pun
tugas atau usahanya, misalnya hak atas tanahnya juga dapat hapus karena diterlantarkan
dipergunakan untuk mendirikan bangunan; (c) oleh pemegang haknya yang diatur dalam
Wewenang pemegang Hak Pengelolaan untuk Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1998,
menyerahkan bagian-bagian tanah Hak Penge- yang dinyatakan tidak berlaku lagi oleh
lolaan kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2010.
dengan pihak ketiga termasuk dalam wewenang Berdasarkan pengertian, sifat, dan wewenang
hak atas tanah. Sebagai contoh pada Hak Milik, dalam Hak Pengelolaan dapat disimpulkan bahwa
pemilik tanah mempunyai wewenang untuk Hak Pengelolaan dapat dikategorikan sebagai hak
menyerahkan tanah Hak Miliknya kepada pihak atas tanah yang bersifat right to use, tidak right
lain dalam bentuk Hak Guna Bangunan atau Hak of disposal. Kalau Hak Pengelolaan dikategorikan
Pakai dengan suatu perjanjian yang dituangkan sebagai hak atas tanah, maka pengaturan Hak
dalam bentuk Akta Pemberian Hak Guna Bangunan Pengelolaan yang selama ini diatur dengan
atau Hak Pakai atas tanah Hak Milik yang dibuat Peraturan Menteri Agraria, Peraturan Menteri
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam Negeri atau Peraturan Kepala Badan
Dari aspek sifat-sifat dalam hak atas tanah Pertanahan Nasional Republik Indonesia ditinjau
juga dimiliki oleh Hak Pengelolaan, yaitu: kembali dalam bentuk Undang-undang sebagai
a. Dalam UUPA dan Peraturan Pemerintah No. pelaksanaan dari ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf
40 Tahun 1996 terdapat hak atas tanah yang h UUPA.
bersifat right to use, tidak right of disposal. Berdasarkan peraturan perundang-undang-
Hak atas tanah ini adalah Hak Pakai yang an di bidang pertanahan ditemukan ciri-ciri Hak
haknya hanya mempergunakan tanah untuk Pengelolaan, yaitu: (a) berdasarkan sifat dan
kepentingan pelaksanaan tugas atau usahanya, kewenangannya, Hak Pengelolaan merupakan hak
tidak dapat dialihkan dalam bentuk apapun atas tanah yang bersifat right to use, tidak right
dan tidak dapat dijadikan jaminan utang of disposal; (b) Hak Pengelolaan hanya dapat
Santoso, Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional 287

dipunyai oleh badan hukum Pemerintah yang kepentingan pelaksanaan tugas atau usahanya
mempunyai tugas pokok dan fungsinya berkaitan dapat ditetapkan sebagai tanah terlantar.
dengan pengelolaan tanah; (c) tanah Hak
Pengelolaan dipergunakan untuk kepentingan C. Penutup
mendirikan bangunan; (d) hak Pengelolaan terjadi Hak Pengelolaan tidak disebutkan dalam UU
melalui penegasan konversi atas hak penguasaan No. 5 Tahun 1960 (UUPA), tetapi dalam Penjelas-
atas tanah Negara dan pemberian hak atas tanah an Umum Angka II Nomor 2 UUPA disebutkan
negara; (e) Hak Pengelolaan wajib didaftarkan pengelolaan. Pada awalnya, Hak Pengelolaan
oleh pemegang haknya ke Kantor Pertanahan berasal dari konversi hak penguasaan atas tanah
Kabupaten/Kota untuk diterbitkan sertipikat negara. Dalam perkembangannya, Hak Penge-
sebagai tanda bukti haknya; (f) kewenangan lolaan lahir dari pemberian hak atas tanah negara
dalam Hak Pengelolaan ada yang beraspek publik yang dimohon oleh pemegang Hak Pengelolaan.
dan beraspek privat; (g) kewenangan dalam Hak Pihak-pihak yang dapat mempunyai tanah Hak
Pengelolaan ada yang bersifat internal dan bersifat Pengelolaan adalah badan hukum Pemerintah
eksternal; (h) tanah Hak Pengelolaan dapat yang bergerak dalam bidang pelayanan publik
dipergunakan sendiri oleh pemegang haknya maupun bisnis, yang tugas pokok dan fungsinya
dan dapat dipergunakan oleh pihak lain atas berkaitan dengan tanah. Perseorangan maupun
persetujuannya; (i) pemegang Hak Pengelolaan badan usaha swasta tidak dapat mempunyai tanah
berwenang merencanakan peruntukan dan peng- Hak Pengelolaan meskipun tugas pokok dan
gunaan tanahnya; (j) pemegang Hak Pengelolaan fungsinya berkaitan dengan pengelolaan tanah.
berwenang mempergunakan tanahnya untuk Berdasarkan sifat dan kewenangannya, Hak
keperluan pelaksanaan tugas atau usahanya; Pengelolaan dapat dikategorikan sebagai hak atas
(k) pemegang Hak Pengelolaan berwenang tanah yang mempunyai sifat right to use, tidak
menyerahkan bagian-bagian tanah Hak Penge- right of disposal, artinya hak yang dimiliki
lolaan kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama oleh pemegang Hak Pengelolaan adalah hanya
dengan pihak ketiga; (l) tanah Hak Pengelolaan mempergunakan tanah untuk kepentingan pe-
tidak berjangka waktu tertentu, artinya berlaku laksanaan tugasnya dan berlaku selama tanahnya
selama tanahnya dipergunakan untuk pelaksanaan dipergunakan untuk kepentingan pelaksanaan
tugas atau usahanya; (m) tanah Hak Pengelolaan tugasnya, tidak ada hak untuk mengalihkan Hak
tidak dapat dialihkan dalam bentuk apapun Pengelolaan dalam bentuk apapun kepada pihak
kepada pihak lain; (n) tanah Hak Pengelolaan lain, dan tidak ada hak untuk dijadikan jaminan
tidak dapat dijadikan jaminan utang dengan utang dengan dibebani Hak Tanggungan. Ke-
dibebani Hak Tanggungan; (o) batas maksimal wenangan yang terdapat dalam Hak Pengelolaan
tanah Hak Pengelolaan yang dapat dikuasai oleh ada yang bersifat internal dan eksternal. Kewe-
pemegang haknya ditetapkan oleh Kepala Badan nangan yang bersifat internal, yaitu merencanakan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia; (p) dari peruntukan dan penggunaan tanah dan meng-
tanah Hak Pengelolaan dapat diterbitkan Hak gunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan
Guna Bangunan, Hak Pakai, atau Hak Milik; (q) tugas atau usahanya. Kewenangan yang bersifat
pemegang Hak Pengelolaan dapat melepaskan eksternal yaitu menyerahkan bagian-bagian tanah
haknya untuk kepentingan pihak lain; (r) tanah Hak Pengelolaan kepada pihak ketiga dan atau
Hak Pengelolaan yang tidak dipergunakan untuk bekerja sama dengan pihak ketiga.
288 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Sumardjono, Maria S.W., “Hak Pengelolaan:


Bakri, Muhammad, 2007, Hak Menguasai Perkembangan, Regulasi, dan Implemen-
Tanah oleh Negara (Paradigma Baru untuk tasinya”, Mimbar Hukum, Edisi Khusus,
Reformasi Agraria), Citra Media, Jakarta. September 2007, Fakultas Hukum Universitas
Erwiningsih, Winahyu, 2009, Hak Menguasai Gadjah Mada, Yogyakarta.
Negara Atas Tanah, Universitas Islam
Indonesia-Total Media, Yogyakarta. C. Artikel Koran
Harsono, Boedi, 2007, Hukum Agraria Indonesia Sumardjono, Maria S.W., “Kebijakan Pertanahan
Sejarah Pembentukan Undang-Undang antara Regulasi dan Implementasi”, Kompas,
Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, 2007.
Djambatan, Jakarta.
Mertokusumo, Sudikno, 2008, Mengenal Hukum D. Peraturan Perundang-undangan
Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Parlindungan, A.P., 1994, Hak Pengelolaan Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lem-
Menurut Sistem Undang-Undang Pokok baran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Agraria, Mandar Maju, Bandung. Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
_______________, 2008, Konversi Hak-Hak Atas Republik Indonesia Nomor 2043).
Tanah, Mandar Maju, Bandung. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang
Perangin, Effendi, 1995, Hukum Agraria Indonesia Rumah Susun (Lembaran Negara Republik
Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan
Hukum, Rajawali, Jakarta. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Santoso, Urip, 2010, Hukum Agraria dan Hak- 3318).
Hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 ten-
___________, 2010, Pendaftaran dan Peralihan tang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta. dan Hak Pakai Atas Tanah (Lembaran Negara
Soemardijono, 2006, Analisis Hak Pengelolaan, Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
Lembaga Pengkajian Pertanahan, Jakarta. 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Sumardjono, Maria S.W., 2008, Tanah dalam Indonesia Nomor 3643).
Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Kompas, Jakarta. tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara
Supriadi, 2007, Hukum Agraria 6LQDU *UD¿ND Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
Jakarta. 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3696).
B. Artikel Jurnal Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965
Ramelan, Eman, “Hak Pengelolaan Setelah tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasa-
Berlakunya Peraturan Menteri Negara an Atas tanah Negara dan Ketentuan-Ketentu-
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional an Tentang Kebidjaksanaan Selandjutnya.
No. 9 Tahun 1999”, Majalah YURIDIKA, Vol. Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966
15 No. 3, Mei – Juni 2000, Fakultas Hukum tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Hak
Universitas Airlangga, Surabaya. Pengelolaan.

Anda mungkin juga menyukai