PENDAHULUAN
Pelaku kejahatan bukan hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, akan
penyayang, dan lebih lemah dari laki-laki, ternyata dapat pula melakukan
yang disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang melakukan. Kepada
1
mereka yang telah melanggar larangan itu dapat dikenakan sanksi pidana dan
yang dalam hal ini tidak terlepas dari nilai-nilai sosial, budaya yang dihayati,
sengaja oleh orang atau badan yang memiliki kekuasaan atau oleh yang
Pidana Penjara merupakan salah satu jenis pidana yang terdapat pada
KUHP.
1
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,
2014,hml.16
2
Lembaga Pemasyarakatan, yang dikaitkan dengan suatu tindakan tata tertib
ditentukan dan dipengaruhi oleh sub-sub sistem peradilan pidana yang lain
2
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, PT.Sinar Grafika, Jakarta,
2010, hlm. 54
3
Budi Hermidi, “Beberapa Aspek Sistem Pemasyarakatan Dalam Konteks Sistem Peradilan
Pidana”, eprints.undip.ac.id,16-02-2021 20.05
3
Sistem kepenjaraan atau teori pembalasan dianggap tidak sesuai lagi
pembenaran dari suatu pidana itu terdapat di dalam apa yang dikehendaki
agar setiap perbuatan melawan hukum itu harus dibalas dan kejahatan yang
tidak dibalas itu merupakan suatu ketidakadilan. 4 Rupanya hal tersebut sudah
narapidana bukan lagi berupa pembalasan atas kejahatan yang dibuat oleh
pidana penjara, yang merupakan perubahan ide secara yuridis filosofi dari
yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang
sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitas
4
Dalam UU Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (2) disebutkan:
dengan pemisahan ruang tahanan dan tentunya jalannya proses diperiksa oleh
unit perempuan.
narapidana di dalam Lapas serta untuk menjaga dari pengaruh negative yang
5
kepada narapidana ketika sudah berada di dalam lapas. Di dalam Lapas
kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap, dan perilaku, professional,
kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,sikap dan perilaku serta sehat
narapidana tersebut selepas dari Lapas serta tidak mengulangi tindak pidana
lagi.
6
tersebut kembali menjalani proses pemidanaan di dalam Lembaga
Residivis pada Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung, periode 2019 sampai
7
1. Asriadi yang berjudul Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Residivis
Kelas IIA Bandung dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
residivis.
5
Asriadi, Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Residivis di Lembaga Pemasyarakatan, ( Skripsi,
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2012)
6
Megawati Mas’ud, Optimalisasi Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Sebagai Upaya
Mencegah Residivis ( Studi Kasus di Rumah Tahanan Kelas IIB Bantaeng), ( Skripsi, Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2018)
8
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat Teoritis
9
Pembimbingan Warga Binaan. Serta memperoleh pencerahan tentang
b. Manfaat Praktis
E. KERANGKA PEMIKIRAN
dikenakan hukuman.
pidana dan pelaku itu dapat dikatakan merupakan subjek tindak pidana.7
7
S. R. Sianturi. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan,. Storia Grafika, Jakarta,
2002, hlm.208
10
Hukum pidana adalah aturan yang mengatur mengenai perbuatan-
telah diancamkan.
pengadilan.9 Pidana Penjara merupakan salah satu jenis pidana yang terdapat
10 KUHP.
moral terhadap pelaku yang telah melakukan kejahatan yang bertujuan agar
yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan
damai.
8
Eddy O.S Hiarej, Op.Cit, hlm. 451
9
Marlina, Hukum Penitensier, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011,hlm.463
11
Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas
dendam dan penjeraan yang disertai dengan Lembaga “rumah penjara” secara
sistem pembiinaan yang sejak lebih dari tiga puluh tahun yang dikenal dan
sebagai obyek saja melainkan sebagai subyek juga yang tidak berbeda dari
atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas
10
Ibid, hlm. 180
12
tanpa bercampur dengan Narapidana laki-laki guna berjalannya pembinaan
yang optimal.
bahwa:
males and young of fenders from old and handed criminals (Narapidana
wanita harus dipisahkan dari laki-laki dan narapidana muda dari yang tua dan
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat, sebagai tempat mengayomi serta
yang diinginkan, karena masih saja ada pengulangan tindak pidana yang
Residivis.
13
pidana yang berdiri sendiri, diantara perbuatan satu atau lebih telah di jatuhi
suatu tindak pidana oleh seseorang setelah dirinya melakukan tindak pidana
Residivis pada Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung, periode 2019 sampai
F. Metode Penelitian
12
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 121.
13
Sakticakra Salimin Afamery, “Residivis Dalam Perspektif Sosiologi Hukum”, Jurnal Hukum
Volkgeist, Kendari,2016, hlm 107
14
Metode Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
suatu cara kerja (sistematis) untuk dapat memahami suatu subjek atau objek
tertentu.14
1. Metode Pendekatan
2. Spesifikasi Penelitian
14
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Prenada
Media, Depok, 2016, hlm. 2
15
Nurul,Syarif, Dachran , M. Kamal, Aan Aswari, Hardianto Djanggih, Farah Syah Rezah, Metode
Penelitian Hukum (Legal Research Methods), CV. Social Politic Genius (SIGn), Makasar, 2017, hlm.
8
15
data-data dan fakta-fakta yang terjadi dilapangan dengan peraturan
mengenai pembinaan.
3. Tahap Penelitian
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan
16
mengumpulkan seta mempelajari mengenai permasalahan yang
data yang cukup sebagai bahan untuk analisa. Untuk mendapatkan data
berikut:
17
1. Data Primer didapatkan penulis melalui Wawancara, dimana
primer.
5. Analisis Data
dalam penulisan skripsi ini dan akan disajikan secara deskriptif, yaitu
G. Sistematika Penulisan
18
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyajian laporan skripsi
ini, meliputi:
identifikasi
narapidana residivis.
19
BAB V Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan
BAB II
20
Hukum Pidana merupakan suatu kaidah diantara sekian banyak kaidah
Pompe, hukum pidana sama hal nya seperti hukum tata negara, hukum
telah diancamkan.
rumusan Pasal VI UU No. 1 tahun 1946 untuk peresmian nama kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Sekalipun dalam pasal IX-XV masih tetap
pengertian yang sama sering pula diperhunakan istilah lain seperti hukuman,
hukuman pidana.17
16
Lamintang, P, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984.
17
Marlina, Op.Cit, hlm 13
21
pelanggaran terhadap hukum.18 Pidana sebenarnya hanya merupakan suatu
untuk tertib” (tot de orde reopen), yang memiliki dua tujuan utama, yakni
perbaikan kerugian yang dialami atau perbaikan hubungan baik yang dirusak
sampai vonis dijatuhkan) merupakan suatu pidana. Maka jika dilihat secara
empiris, pidana memang dapat merupakan suatu penderitaan tetapi hal itu
22
pidana dimaksud untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana ( to
pengadilan.22 Pidana Penjara merupakan salah satu jenis pidana yang terdapat
pemberian pidana dimana hal itu merupakan suatu Pendidikan moral terhadap
pelaku yang telah melakukan kejahatan dengan maksud agar tidak lagi
21
Marlina, Op.Cit., hlm. 23
22
Ibid.,hlm.463
23
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Op.cit, hlm.54
24
Eddy O.S. Hiarej, Op.Cit., hlm. 451
23
alat untuk memberikan penderitaan dan bukan sebuah tujuan, pemidanaan
B. Sistem Pemasyarakatan
pada saat itu) pada tanggal 5 Juli 1963 dalam pidato penganugerahan gelar
24
kepada pemasyarakatan, dan didapatkan beberapa prinsip mengenai
pemasyarakatan, diantaranya:26
“integrasi”.
dan masyarakat.
kompleks.
26
Hasanudin Massaile, Adi Sujatno, Mardjaman dkk, Refleksi 50 Tahun Sistem Pemasyarakatan
Anatomi Permasalahan dan Upaya Mengatasinya, Center for Detention Studies, Jakarta, 2015,
hlm. 31-32
25
7. Semua unsur yang terlibat dalam proses peradilan pidana pastinya
royongan.
manusia.
bangunan.
sistem kepenjaraan dan untuk mengatur hal-hal baru yang dinilai lebih sesuai
Pemasyarakatan merupakan suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara
26
pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila,
dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik
dan bertanggungjawab.28
27
Dwidja Priyatno, Op.Cit. hlm 106
28
Ibid. hlm.107
27
2. Asas-Asas Pemasyarakatan
berdasarakan asas:
a. Pengayoman
masyarakat.
menunaikan ibadah.
28
Meskipun warga binaan pemasyarakatan adalah orang-orang
orang-orang tertentu.
B. Narapidana
29
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Narapidana. https://kbbi.web.id. Diakses pada 22 Maret 2021
pukul 17.14.
29
dewasa ini bukan lagi hanya penjeraan melainkan melakukan pembinaan
C. Pembinaan Narapidana
budaya dan lingkungan tempat dimana seseorang itu hidup. Karena itu,
1. Pengertian Pembinaan
30
Hasanudin Massaile, Adi Sujatno, Mardjaman dkk, Op.Cit, hlm. 146
30
Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas
Rumah Tahanan.
31
pekerjaan dengan keterampilan dan keahlian yang telah didapatkan
2. Program Pembinaan
31
Dwidja Priyanto, Op.Cit., hlm. 109
32
Dalam penyelenggaraan pembinaan tentunya diterapkan 10
pembalasan.
lebih buruk atau lebih jahat dari pada sebelum dijatuhi pidana.
33
i. Narapidana hanya dijatuhi pidana berupa membatasi
4. Tahapan Pembinaan
Pemasyarakatan.
narapidana sampai dengan 1/3 (satu per tiga) dari masa pidana.
selama 1 bulan;
dan kemandirian;
kemandirian; dan
awal sampai dengan 1/2 (satu perdua) dari masa pidana dan tahap
34
lanjutan kedua sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjutan
35
pembinaan terhadap narapidana di dalam Lapas serta untuk menjaga
lainnya.
Tahun 1999 Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
36
“Narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang sakit, hamil
D. Residivis
sampai 488 yang terdapat dalam Bab khusus dalam buku II KUHP, yaitu
37
Selanjutnya pada Pasal 487, disebutkan:
33
Marlina, Op.Cit, hlm. 150
38
lagi, yang berakibat bahwa hukuman yang akan dijatuhkan kemudian,
sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
34
Ibid.
39
Djiman Samosir, Penologi dan Pemasyarakatan ,Nuansa Aulia, Bandung,
2016.
Yogyakarta, 2014
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan
1984.
B. Perundang-undangan
40
Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
C. Artikel
http://www.lapaspangkalanbun.com/profil/sejarah-pemasyarakatan/,
41