PENDAHULUAN
dan warga negara (society) mematuhi aturan hukum. Selaku subyek hukum, warga
negara diharuskan tunduk dan patuh terhadap aturan norma hukum yang berlaku.
Hal ini berkaitan dengan kodifikasi hukum yang menjelaskan bahwa hukum atau
aturan sifatnya mengikat dan memaksa. Ini artinya, pemberlakuan suatu hukum
bersifat memaksa warga negaranya untuk mematuhi aturan hukum yang telah
ditetapkan. Seluruh tindakan yang dianggap sebagai tindak pidana kejahatan akan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak dasar yang melekat pada
diri setiap manusia secara kodrati sebagai anugrah dari Tuhan. HAM tersebut
merupakan hak yang tidak dapat dicabut oleh siapapun dan bersifat universal bagi
Oleh sebab itu, seluruh warga negara Indonesia berhak mendapatkan kesehatan,
1
Jimly Asshidiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam konstitusi dan Pelaksanannya di
Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2004), hlm. 222.
1
2
pada unsur pemberian derita pada pelanggar hukum. Namun, sejalan dengan
Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yakni, pidana mati, pidana penjara,
pidana kurungan, pidana denda dan pidana tutupan. Dari kelima hukuman
Undang-undang ini menjadi salah satu landasan hukum bagi unit pelaksana
2
Ronny Adrianus Sinlae, Pemberian Hak Atas Pelayanan Kesehatan Bagi Narapidana
Yang Menderita Sakit Berat Di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Dompu, (Jurnal Hukum,
2016), hlm. 2.
3
anak dan warga binaan.” Oleh karena itu pelaksanaan sistem pemasyarakatan
pengayoman, pembimbingan dan binaan agar sesuai dengan asas dari sistem
pemasyarakatan.
Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan ini merupakan asas yang
menjunjung tinggi sistem pemidanaan yang lebih integratif dan terpadu. Asas ini
berjalan beriringan dengan adanya hak asasi manusia yang melindungi hak setiap
Berbicara tentang hak yang dimiliki oleh narapidana tidak akan lepas dari
diperlakukan secara baik dan layak. Sedangkan pada hakikatnya, manusia terlahir
dengan memiliki hak mutlak atau dalam istilah disebut dengan Hak Asasi
Manusia.3
3
Munir Fuady, Sylvia Laura, Hak Asasi Tersangka Pidana, (Jakarta: PT Kharisma
Putra Pratama, 2015), hlm. 16.
4
Tahun 2022. Pemenuhan hak ini didasarkan pada 10 prinsip yang dikemukakan
hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna dalam masyarakat.
bimbingan.
4. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau lebih
waktu atau hanya diperuntukkan bagi kepentingan lembaga atau negara saja,
8. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia meskipun
penjahat.
10. Sarana fisik lembaga dewasa ini merupakan salah satu hambatan pelaksanaan
sudah seharusnya diberi hak untuk hidup layak. Hal ini dilatarbelakangi oleh
memiliki alasan untuk merampas hak mutlaknya sebagai manusia untuk hidup
Namun dalam realitas fakta sosial yang ada, masih terdapat banyak
di Lapas Kelas IA Tanjung Gusta Medan yang diakibatkan aliran listrik dan air
yang mati dan lain sebagainya. Krisis yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan ini
Tahanan.
memiliki keterkaitan terhadap kondisi hunian dan kapasitas yang ada. Suatu
Dari uraian latar belakang diatas, Penghuni Lapas dan Rutan di Indonesia
PEMASYARAKATAN”.
7
B. Rumusan Maalah
yakni:
C. Tujuan Penelitian
Pemasyarakatan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dibuat tidak lain adalah untuk mencapai sebuah manfaat bagi
Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis,
seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat, serta kegunaan penelitian
harus realistis.
1. Manfaat Teoritis
8
menjadi kajian bagi instansi terkait guna mereintegrasi aturan hukum untuk
terpadu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Masyarakat
Pemasyarakatan.
E. Sistematika Penulisan
pembahasan pada konteks penelitian ini yang dimulai dari bab pendahuluan
sampai pada bab terakhir yakni penutup. Selain itu, berguna juga memudahkan
BAB I PENDAHULUAN
dan manfaat penelitian. Manfaat penelitian ini terdiri atas dua sub bab
lagi yaitu manfaat secara praktis dan manfaat secara teoritis diakhiri
pelayanan tahanan.
hukum.
10
PEMASYARAKATAN
BAB V PENUTUP
TINJAUAN PUSTAKA
terhadap tahanan, anak, dan warga binaan dalam tahap pra adjudikasi,
bagian dari sistem peradilan pidana terpadu berdasar pada sebuah sistem yang
secara terpadu antara petugas, tahanan, anak, warga binaan, dan masyarakat.
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana, sehingga dapat diterima
11
12
binaan pemasyarakatan.7
mengatur sistem pemasyarakatan, yaitu suatu tatanan mengenai arah dan batas
tentang Pemasyarakatan.
tentang Pemasyarakatan.
Adapun dalam bab pertama mengatur mengenai ketentuan umum, bab kedua
mengatur mengenai hak dan kewajiban tahanan, anak, dan warga binaan, bab
mengenai kerja sama dan peran serta masyarakat, bab kesepuluh mengatur
7
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung:
Refika Aditama, 2017), hlm. 103.
13
penutup.
pembinaan yang sejak lebih dari tiga puluh tahun yang lalu dikenal dan
pada dasarnya sifat pemidanaan masih bertolak dari asas dan sistem
pemidanaan bagi narapidana dan anak pidana telah berubah secara mendasar,
institusinya yang semula disebut rumah penjara dan rumah pendidikan negara
awalnya berangkat dari kenyataan bahwa tujuan pemidanaan tidak sesuai lagi
jadi mereka yang berstatus narapidana bukan lagi dibuat jera melainkan dibina
untuk tujuan :
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik, taat hukum,
keluarga maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak
maka dapat diketahui bahwa tujuan dari sistem pemasyarakatan adalah untuk
warga binaan menjadi warga yang baik sehingga dapat diterima kembali di
dalam masyarakat.
para pembina warga binaan agar tujuan pembinaan yang dilaksanakan dapat
menjadi warga yang patuh dan taat pada hukum yang berlaku.
pemasyarakatan.11
11
Djisman Samosir, Fungsi Pidana Penjara dalam Sistem Pembinaan Narapidana
di Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2016), hlm.13.
17
(WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut
masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak
oleh hakim.13
12
Romli Atmasasmita, Beberapa Catatan Isi Naskah RUU Pemasyarakatan,
(Bandung: Rineka, 2015), hlm.12.
13
http://Lapaskualatungkal.blogspot.co.id/2013/11/lembaga-pemasyarakatan-
disingkat-lp.html, diakses pada tanggal 13 April 2023, Pukul 22.41 WIB.
18
pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman pada tahun 1962, dimana
hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-
dilakukan oleh Bapas yang diatur dalam Pasal 55 ayat (1) Undang-undang
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) adalah narapidana, anak binaan, dan klien.
ayat (6), Narapidana adalah terpidana yang sedang menjalani pidana penjara
untuk waktu tertentu dan seumur hidup atau terpidana mati yang sedang
14
https://Lapas-lamongan.com/2021/07/26/apa-itu-Lapas/, hlm. 1, diakses pada
tanggal 13 April 2023, Pukul 23.00 WIB.
19
Tahanan dapat dilihat dalam Pasal 22 ayat (1) KUHAP, yang menyatakan
penahanan Rumah.
bahwa yang dimaksud dengan Rutan adalah tempat orang-orang yang ditahan
secara sah oleh pihak yang berwenang, baik untuk kepentingan penyidikan,
15
Ahmad Sanusi, Pelaksanaan Fungsi Cabang Rumah Tahanan Negara di Luar
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, (Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 10 No. 2,
2016), hlm. 118.
16
Jurhan Harahap, Kedudukan Rumah Tahanan Sebagai Bagian dari Sistem
Peradilan Pidana, (Kumpulan Skripsi Fakultas Sosial Sains UNPAB, Vol. 1 No. 1, 2019), hlm.
10.
20
Negara
mempunyai fungsi:
hasil kerja;
tersebut yaitu:
a) Lapas Kelas I;
urusan kepegawaian.
keuangan.
sarana kerja.
kerja.
laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas
fungsi:
narapidana;
pengamanan.
23
Susunan Organisasi Lapas Kelas IIA diatur mulai dari Pasal 25 sampai
2). Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib, mempunyai tugas menerima
laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas
didik;
narapidana/anak didik;
pengamanan.
dari:
didik.
kerja.
2). Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib mempunyai tugas menerima
laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas dan
tertib.
didik;
narapidana/anak didik;
pengamanan.
Pada pasal 60A Peratutan menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.
penerimaan pengaduan.
a) Rutan Kelas I;
kesehatan tahanan.
fungsi:
pemeriksaan;
ketertiban.
Susunan organisasi Rutan Kelas IIA diatur mulai dari Pasal 18 sampai
lingkungan Rutan;
PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan
lingkungan Rutan;
Narapidana
1. Hukum Pidana
pidana, yaitu disebut dengan ius poenale dan iuspuniend. Ius poenale
hukum pidana ini adalah aturan-aturan hukum yang mengikatkan pada suatu
perbuatan tertentu yang memenuhi bagian lain. Pada bagian lain, Simons
32
keharusan dan larangan yang dibuat oleh negara atau penguasa umum lainnya,
yang kepada pelanggar ketentuan tersebut diancam derita khusus yaitu pidana,
itu.17
merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Belanda “strafrecht”. “straf”
memiliki arti pidana dan “recht” memiliki arti hukum. Hukum pidana
2). Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
tersebut.18
17
Andi Sofyan dan Nur Azisa, Hukum Pidana, (Makasar: Pustaka Pena Press,
2016), hlm. 2.
18
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2020), hlm, 1.
33
tata negara, hukum perdata dan lain-lain bagian dari hukum, biasanya
19
Zulkarnain S, Teori-Teori Hukum Pidana Dan Kriminologi, (Pekanbaru: Al-
Mujtahadah Press, 2016), hlm. 2.
34
Umum dan Hukum Pidana Khusus. Hukum pidana umum adalah hukum
pidana yang berlaku umum atau yang berlaku bagi semua orang. Hukum
tindak pidana.20
20
Eva Achjani, dkk, Perkembangan Sistem Pemidanaan Dan Sistem
Pemasyarakatan, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017), hlm. 1.
35
masyarakat; dan
bahwa:
a) Pidana mati;
b) Pidana penjara;
c) Pidana kurungan;
d) Pidana denda.
a) Pidana Mati
Pidana mati, pidana ini adalah yang terberat dari semua pidana
kekerasan (Pasal 365 ayat 4), pemberontakan yang diatur dalam pasal 124
KUHP
b) Pidana Penjara
yang buruk dan nafsu yang jahat. Hukuman penjara diberikan untuk
seumur hidup atau untuk sementara waktu dengan batas minimum satu
c) Kurungan
21
P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensie Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017),
hlm. 69.
22
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2019), hlm. 170.
37
dan pasal 52 a.
d) Denda
berbunyi:
begitu rupa, bahwa harga setengah rupiah atau kurang, diganti dengan
satu hari, buat harga lebih tinggi bagi tiap-tiap setengah rupiah
digantinya tidak lebih dari satu hari, akhirnya sisa yang tak cukup,
dari delapan bulan, pidana denda tersebut dapat dibayar siapa saja.
Hal ini diatur dalam pasal 35 KUHP yang berbunyi: Hak yang
bersalah, yang boleh dicabut dalam putusan hakim dalam hal yang
umum lainnya ialah menjabat segala jabatan atau jabatan tertentu, menjadi
penasehat atau wali dan hakim berkuasa memecat seorang pegawai negeri
dari jabatannya.
barang yang dirampas itu adalah barang hasil kejahatan atau barang milik
terpidana, maka barang yang dirampas itu adalah barang hasil kejahatan
surat kabar yang mana, atau berapa kali, yang semuanya atas biaya si
2. Pembinaan Narapidana
dan kegiatan yang dilaksanakan dengan efisien dan efektif agar menghasilkan
lebih baik. Pembinaan bisa berupa tindakan, proses maupun pernyataan dari
sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi dirinya, masyarakat
23
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2017), hlm. 30.
24
Suwarto, Individualisasi Pemidanaan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2016), hlm. 15.
40
(tiga) tahap, yaitu tahap, awal, tahap lanjutan, dan tahap akhir. Pengalihan
pembinaan dari satu tahap ke tahap lain ditetapkan melalui sidang Tim
tempat bekerjanya, juga penuaian tugas pertama kerja yang diharapkan tetap
1). Kelak sesudah keluar dari Lapas /Rutan, tidak membuat tindak
pidana lagi.
2). Sebagai manusia yang bertindak aktif dan kreatif yang bermanfaat
3). Agar bisa senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
25
Rakei Yunardhani, Efektivitas Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, (Jurnal
Sosiologi, Vol. 15 No. 2, 2018), hlm. 147.
41
pada suatu asas yang merupakan pegangan atau pedoman bagi para pembina
agar tujuan pembinaan yang dilakukan dapat sampai dengan baik. Untuk itu,
a. pengayoman;
b. nondiskriminasi;
c. kemanusiaan;
d. gotong royong;
e. kemandirian;
f. proporsionalitas;
h. profesionalitas.
usia dan jenis kelamin, atau alasan lainnya sesuai dengan asesmen risiko dan
26
Mitro Subroto, Kukuh Al Akbar, Strategi Pembinaan Terhadap Narapidana di
Dalam Rutan, (Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, Vol. 9 No. 3, 2021), hlm. 991.
42
1). Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan perannya
2). Penjatuhan pidana tidak lagi didasarkan oleh latar belakang pembalasan.
bebas.
4). Negara tidak berhak membuat mereka menjadi buruk atau lebih jahat dari
6). Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh sekedar pengisi
8). Narapidana bagaikan orang sakit yang perlu diobati agar mereka sadar
benar. Selain itu mereka harus diperlukan sebagai manusia yang memiliki
yang diperlukan.
BAB III
METODE PENELITIAN
development.”
peneliti harus melihat hukum sebagai sistem tertutup yang mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
27
H. Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2019), hlm.
30.
28
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), hlm. 35.
43
46
44
kekurangan hukum.
3. Systematic bahwa di samping bertautan antara satu dengan yang lain, norma-
KUHAP.
Perawatan Tahanan.
penjelasan terhadap bahan hukum primer, antara lain pustaka di bidang ilmu
29
Ibrahim Jhonny, Theori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: PT
Bayu Media Publishing, 2019), hlm. 303.
45
Kamus Hukum, Jurnal Hukum Pidana, media massa, dan lain- lain sebagai
penunjang.30
diperlukan dalam penulisan skripsi dengan cara mempelajari teori-teori yang ada
yang diperlukan dalam penulisan skripsi dengan cara mempelajari teori-teori yang
ada dalam buku-buku, literatur, karya ilmiah, undang-undang serta sumber data
lainnya.
data yang baik guna mendapatkan data-data yang akurat dalam penelitian.
Menurut Lexy J. Moleong bahwa “proses analisis data dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
30
M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitan Hukum, (Jakarta: PT RajaGrasindo
Persada, 2017), hlm. 98.
31
Ibid.,hlm. 247.
46
Bahan hukum yang telah diperoleh, baik itu data primer maupun data
yaitu analisis dengan menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari sumber data primer maupun sekunder, dengan tahapan reduksi data,
guna memberikan pemahaman yang jelas dan terarah terhadap hasil penelitian
nantinya.32
penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif
deduktif. Pola berpikir deduktif yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar untuk
hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan isu
internet.
32
Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.
98.
33
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hlm.
172.
47
hukum tersebut di atas, berikut mencari hubungannya antara satu dengan yang
ditemukan jawaban ilmiah atas tema pokok penelitian ini, yakni Tinjauan Yuridis
34
Ibid.,hlm.20.
BAB IV
penegakan hukum di bidang perlakuan terhadap tahanan, anak, dan warga binaan
baik dalam tahap pra ajudikasi, ajudikasi, maupun pasca ajudikasi. Bekerjanya
sistem peradilan pidana erat hubungannya dengan sistem penegakan hukum. Hal
ini disebabkan karena proses peradilan pidana berakar pada sebuah proses
menegakkan hukum.
Pemasyarakatan dalam hal ini mengambil bagian sebagai sub sistem yang
yang paling dikenal merupakan bagian dari institusi Pemerintah (eksekutif) yang
48
49
Sistem peradilan pidana itu sendiri terbagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu
tahap sebelum sidang pengadilan, tahap pengadilan, dan tahap pasca atau setelah
adanya kerjasama sebagai suatu sistem. Kerjasama antar sub sistem peradilan
pidana ditujukan agar sistem peradilan pidana itu sendiri berjalan dengan baik.
dan mempunyai hubungan yang sangat erat. Konsekuensinya, apabila salah satu
sub sistem tidak menjalankan tugas dan kewenangan sebagaimana mestinya maka
Sistem peradilan pidana dikatakan sebagai suatu sistem karena terdiri dari
35
Tolib Effendi, Sistem Peradilan Pidana Perbandingan Komponen Dan Proses
Peradilan Pidana Di Beberapa Negara, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia, 2013), hlm. 21.
50
adalah:
masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana.
anak;
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik, taat hukum,
36
Ismail Pettanase, Pembinaan Narapidana Dalam Sistem Pemasyarakatan, (Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang, Vol. 17 No. 1, 2019), hlm. 58.
51
merupakan salah satu komponen yang bekerja untuk mencapai tujuan sistem
peradilan pidana, sebelumnya selama ini hanya terlihat pada bekerjanya Lapas
dalam sistem peradilan pidana maupun dalam proses peradilan pidana. Hal ini ada
memiliki fungsi yang penting dalam menentukan tujuan yang dibagun oleh sistem
yang baik setelah mereka kembali lagi ke tengah masyarakat. Sebagai komponen
terakhir dalam sistem peradilan pidana maupun dalam proses peradilan pidana itu
sendiri bekerjanya pemasyarakatan itu adalah untuk menopang tujuan dari sistem
terpadu.
52
sistem peradilan pidana semakin terlihat perannya tidak hanya pada aspek
pembinaan narapidana tetapi juga memiliki peranan yang lebih penting berkaitan
dengan pada saat berlangsungnya atau bekerjanya proses peradilan pidana melalui
Pemasyarakatan yang baru saat ini, dimana tidak hanya mengatur terkait fungsi
pembinaan saja, tetapi juga mengatur tentang pelayanan tahanan sebagai salah
satu fungsi pemasyarakatan dan hal tersebut diatur secara komprehensif dalam
menjalankan proses peradilan pidana baik dalam status sebagai tersangka maupun
bersamaan juga akan berkaitan dengan kewenangan penahanan yang dimiliki oleh
persidangan maka ada kewenangan dari komponen Penuntut Umum dan Hakim
pengadilan disana. Dengan demikian, maka perlu ada kerjasama dan koordinasi
antar lembaga tersebut. Kewenangan penahanan secara yuridis ada pada lembaga
Rutan. Dalam konteks sistem peradilan pidana, inilah yang dikatakan oleh
konteks ini dapat berwujud koordinasi antara Rutan dengan lembaga penegak
ini sudah ada sejak penerimaan tahanan hingga pengeluaran tahanan. Pada saat
terdakwa yang ditahan oleh lembaga penegak hukum yang menahan bahwa
keabsahan dokumen menjadi salah satu tahapan yang dilakukan antara petugas
lembaga penegak hukum yang menahan dengan pihak Rutan. Pada tahapan ini
kordinasi menyangkut dengan serah terima tahanan. Sejak dilakukan serah terima
lembaga penegak hukum yang melakukan penahanan juga dapat dilihat pada saat
37
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2017), hlm. 3.
54
Termasuk juga misalnya pemindahan tahanan oleh Rutan harus mendapatkan izin
pelayanan tahanan dalam rangka pemenuhan hak-hak tahanan oleh Rutan juga
merupakan salah satu wujud nyata peran dari pemasyarakatan dalam mencapai
tujuan sistem peradilan pidana serta menciptakan sistem penegakan hukum yang
dijalankan oleh Rutan tentu harus didukung dengan komitmen lembaganya yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan dikuatkan dengan diatur dalam suatu
sistem peradilan pidana terpadu justru merupakan sistem yang mampu menjaga
kepentingan individu dan tidak terkecuali kepentingan pelaku dan korban tindak
fungsi Lapas yang dipahami sebagai muara proses peradilan pidana, tetapi melalui
Rutan juga menjadi bagian yang memperkuat bekerjanya sistem peradilan pidana
terpadu.
anak, warga binaan, dan masyarakat itu sendiri yang bekerja berdasarkan
dan ditahan pada sebuah Rutan. Rutan merupakan salah satu sub sistem
pemasyarakatan yang dikenal masyarakat dan bekerja pada tahap pra ajudikasi38
untuk dan dalam jangka waktu tertentu, sehingga negara mempunyai kesempatan
tempat tidur, latihan keterampilan, dan olah raga. Intinya bahwa meskipun telah
38
Tenofrimer, Riki Afrizal, Penguatan Aspek Perlindungan Hak Tahanan Melalui
Pengaturan Fungsi Pelayanan Tahanan Dalam Undang-Undang Pemasyarakatan, (UNES
Journal of Swara Justisia, Vol. 6 No. 4, 2023), hlm. 510.
57
Tahanan berhak :
kebutuhan gizi;
8. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa yang tidak
dilarang;
11. Menerima atau menolak kunjungan dari keluarga, advokat, pendamping, dan
masyarakat.
Hak-hak tersebut di atas merupakan hak yang melekat pada tahanan yang
sudah sesuai dengan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman, or
sewenang-wenang.
a. Penerimaan tahanan;
b. Penempatan tahanan;
d. Pengeluaran tahanan.
tahanan di dalam Rutan dilakukan berdasarkan kepada kriteria usia dan jenis
kelamin atau alasan lain sesuai dengan asesmen resiko dan kebutuhan lainnya.
dalam penempatan tahanan ini lebih kompleks lagi jika mengacu pada Peraturan
Kemasyarakatan.
pengeluaran demi hukum. Dalam hal proses peradilan terhadap terdakwa sudah
dalam keadaan darurat tahanan dapat dikeluarkan oleh kepala Rutan dengan
Terhadap tersangka atau terdakwa yang telah habis masa penahanan atau
Pengeluaran tersebut wajib demi hukum dilakukan oleh Kepala Rutan segera
setelah masa penahanan berakhir dan sebelum berganti hari kepada hari
berikutnya.
dan komprehensif terkait dengan tahanan, tidak hanya dalam hal pelayanan
tetapi termasuk juga perawatan. Sama halnya dengan Lapas, LPAS, dan LPKA,
perawatan merupakan bagian dari upaya untuk menjamin dan mewujudkan hak-
Pemasyarakatan tidak saja sebagai akhir atau muara dari proses peradilan
pidana tetapi juga pada saat berkerjanya atau berlangsung proses peradilan
Rutan. Dan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022 tentang
Lapas tertentu sebagai Rutan. Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri
39
Ibid.,hlm.512.
40
Ibid.,hlm.1.
61
Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab
mengatur dengan jelas dan komprehensif terkait dengan tahanan, tidak hanya
dalam hal pelayanan tetapi termasuk juga perawatan. Sama halnya dengan Lapas,
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lapas yang dipahami sebagai muara proses peradilan pidana, tetapi melalui
komprehensif terkait dengan tahanan, tidak hanya dalam hal pelayanan tetapi
termasuk juga perawatan. Sama halnya dengan Lapas, LPAS, dan LPKA,
62
63
B. Saran
Dari hasil penelitian yang sudah terlaksana terdapat beberapa saran dari
peneliti:
Rutan/Lapas.
prasarana yang ada agar memadai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.
Andi Sofyan dan Nur Azisa, Hukum Pidana, Makasar: Pustaka Pena Press, 2016.
Munir Fuady, Sylvia Laura, Hak Asasi Tersangka Pidana, Jakarta: PT Kharisma
Putra Pratama, 2015.
Peraturan perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan
Tahanan.
Jurnal
Ahmad Sanusi, Pelaksanaan Fungsi Cabang Rumah Tahanan di Luar
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum, Vol. 10 No. 2, 2016.
Internet
http://Lapaskualatungkal.blogspot.co.id/2013/11/lembaga-pemasyarakatan-
disingkat-lp.html, diakses pada tanggal 13 April 2023, Pukul 22.41 WIB.