PENDAHULUAN
E. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Sifat yang digunakan adalah penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang
manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-
teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori. (Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian Hukum, UI-Pers, Jakarta, 2014, hal. 41.)
2. Jenis Penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu studi pustaka (library
reseach). Studi ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mencatat,
memahami dan mengutip data-data yang diperoleh dari para ahli sarjana berupa
buku-buku dan peraturan hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan. Selain itu
teknik pengumpulan data juga berupa studi lapangan (field research) dengan alat
pengumpulan data berupa wawancara kepada informan yang berasal dari lembaga
pemasyarakatan baik narapidana maupun sipir. Teknik wawancara yaitu teknik
pengumpulan data melalui pembicaraan secara
langsung atau lisan untuk mendapatkan jawaban, tanggapan serta informasi yang
diperlukan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan,
meliputi:
4. Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data primer
dan data sekunder. Data primer didapat dengan melihat dan meneliti penegakan
hukum pidana bagi narapidana yang melakukan penganiayaan terhadap sesama
narapidana, serta dengan melalui hasil wawancara dengan informan yang terlibat
langsung dengan penegakan hukum pidana bagi
b.
Tahanan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
Negara;
Bahan hukum sekunder yaitu semua bahan hukum yang merupakan publikasi
dokumen tidak resmi seperti pendapat para ahli, karya ilmiah, jurnal dan
penelitian terdahulu berkaitan dengan judul skripsi ini.
c. Bahan hukum tertier yaitu berupa petunjuk atau penjelasan tentang bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia,
majalah, surat kabar dan sebagainya.19
5. Analisis data
Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis secara
kualitatif, yaitu dengan kegiatan ini diharapkan akan dapat mempermudah
penulisan dalam menganalisa permasalahan yang diajukan, menafsirkan dan
kemudian menarik kesimpulan.20
Data sekunder dan data primer yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan
metode kualitatif, data yang diperoleh dari bahan hukum yang berasal dari
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga pemasyarakatan untuk
memperoleh gambaran mengenai penegakan hukum pidana bagi narapidana yang
melakukan penganiayaan terhadap sesama narapidana dengan terlebih dahulu
diklasifikasikan kemudian ditafsirkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Kemudian membuat klasifikasi dari data, sehingga akan menghasilkan
klasifikasi sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian
secara sistematis pula, semua data diseleksi, ditulis secara analisis, sehingga dapat
memberikan kesimpulan dan saran pada pokok permasalahan yang ditelaah
sebagai solusi yang diungkapkan secara deduktif.
A. Penegakan hukum
B. Tindak Pidana
Tindak pidana yaitu perbuatan melakukan atau tidak melakukan oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam
pidana. Pembentukan undang-undang menggunakan perkataan strafbaar feit untuk
menyebutkan, tindak pidana didalam Kitab Undang-Undang Huk um Pidana
(KUHP). Perkataan feit dalam bahasa Belanda berarti “sebagai suatu kenyataan”,
sedangkan strafbarr berarti “dapat dihukum”, sehingga secara harfiah, perkataan
“starbaar feit”, itu dapat diterjemahkan sebagai dari suatu kenyataan yang dapat
dihukum”, sifat penting dari tindak pidana starbaar feitialahonrechtmatigheid atau
sifat melanggar hukum dari suatu perbuatan.(Barda Nawawi Arief. Masalah
Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggukangan Kejahatan. Citra Aditya
Bakti.Bandung.2011, hal 23.(selanjutnya disebut Barda Nawawi Arief 3))
Unsur-unsur dalam tindak pidana dapat dibedakan menjadi dua sudut pandang,
yakni : 1. Dari sudutt teoritis; dan 2. Dari sudut Undang-Undang. Teroritis
berdasarkan pendapat para ahli hukum, sementara sudut dari undang- undang
adalah bagaimana kenyataan dari tindak pidana dirumuskan dan menjadi tindak
pidana tertentu dalam pasal-pasal dan peraturan perundang- undangan yang
ada.24
a) Perbuatan Manusia;
a) Perbuatan;
Menurut Simos, unsur tindak pidana adalah (Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum
Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta,2004, hlm. 88.)
Walaupun dari tiga rumusan di atas tampak berbeda-beda, pada hakikitanya ada
persamaannya, yaitu : tidak memisahkan antara unsur-unsur mengenai
perbuatannya dengan unsur yang mengenai diri orangnya. Sedangkan unsur
rumusan dalam tindak pidana dalam Undang-Undang ada 2 yaitu : unsur subjektif
yang ada pada pelaku, dan unsur objektif adalah perbuatan manusia, akibat, dan
keadaan.
Dari rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP, diketahui ada 11 unsur dalam
tindak pidana yaitu29:
a) Unsur tingkah laku;
c) Unsur kesalahan;
Dari 11 unsur tersebut, ada dua unsur diantaranya yaitu, kesalahan dan melawan
hukum yang termasuk dalam unsur subjektif, sedangkan selebihnya merupakan
unsur objektif.
e) Berdasarkan saat dan jangka waktu terjadinya, dibedakan antara tindak pidana
terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam waktu lama atau berlangsung
lama/berlangsung terus
k) Berdasarkan sudut dari beberapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan,
dibedakan antara tindak pidana tunggal (enkelvoudige delicten) dan tindak pidana
berangkai (samengestelde delicten).
C. Narapidana
Narapidana merupakan suatu bahasa yang erat kaitannya dengan dunia hukum.
Di dalam kamus hukum arti narapidana adalah orang yang menjalani pidana
dalam lembaga pemasyarakatan.(Sudarsono, Kamus Hukum, Asdi Mahastya,
Jakarta, 2009, hal. 293)
Menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yang
dimaksud narapidana yaitu narapidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di lembaga pemasyarakatan.
Narapidana merupakan subjek hukum yang tidak berbeda dari manusia lainnya
yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat
dikenakan pidana, sehingga tidak harus dijauhi atau dipandang sebelah mata.
(Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, PT. Refika
Aditama, Bandung, 2006, hlm. 103.)
e) Menyampaikan keluhan;
Lebih khusus lagi, mengenai hak-hak narapidana itu diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana yang telah diubah oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 28 tahun, dan diubah kedua kalinya oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012.
Sebagai wujud perlindungan hak narapidana, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia bahkan mengeluarkan peraturan khusus mengenai pengadaan bahan
makanan bagi narapidana, yakni Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Nomor M.HH-172.PL.02.03 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengadaan
Bahan Makanan Bagi Narapidana, Tahanan, Dan Anak Didik Pemasyarakatan
Pada Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara Di Lingkungan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia.20
D. Kekerasan
Macam-macam Kekerasan
Bentuk-Bentuk Kekerasan
a) Kekerasan Individu : merupakan kekerasan yang dilakukan oleh satu orang dan
diarahkan kepada satu individu atau lebih.
5. Jenis-Jenis Kekerasan
a) Kekerasan Terbuka: merupakan kekerasan yang dapat diihat dan nyata terjadi
secara langsung, seperti perkelahian.
e) Kejahatan yang menyebabkan kematian atau luka karna kealpaan, pasal 359-
367 KUHP
a) Kejahatan pembunuhan
d) Kejahatan perkosaan
E. Lembaga pemasyarakatan
a. Instruksi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:
M.HH-02.OT.03.01 Tahun 2013 Tentang Upaya Peningkatan Kewaspadaan,
Pencegahan, Dan Penanganan Terhadap Potensi Gangguan Keamanan dan
Ketertiban Di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.
d. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan
Negara.
e. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2013 Tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Pemuka Dan Tamping
Pada Lembaga Pemasyarakatan.
f. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti
Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti
Bersyarat.