Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pidana Penjara merupakan salah satu jenis pidana yang terdapat dalam sistem

hukum pidana di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 KUHP yang

menyebutkan bahwa pidana terdiri atas: Pidana pokok, yang meliputi pidana mati,

pidana penjara, kurungan, denda dan pidana tutupan (ditambah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1946); dan pidana tambahan, yang meliputi:

pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim.


Pidana penjara pada hakekatnya adalah pidana hilang kemerdekaan bergerak

bagi pelanggar hukum selama waktu tertentu atau seumur hidup, yang ditetapkan

oleh hakim dan ketetapan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,

dan selama kehilangan kemerdekaan bergerak tersebut terpidana ditempatkan di

lembaga pemasyarakatan untuk diberikan pembinaan. Pidana penjara dikenakan

kepada orang yang melakukan tindak pidana kejahatan. Tujuan pemberian sanksi

pidana penjara adalah untuk membina narapidana yaitu dengan cara menimbulkan

efek jera bagi mereka yang telah melanggar hukum sehingga bertobat dan tidak

melakukan perbuatan itu lagi.1

1Handryanto P. 2014 Pemenuhan Hak Melakukan Ibadah Bagi Narapidana di Lembaga


Pemasyarakatan Klas I Makassar, Makassar, Universitas Hasanuddin Makassar

1
Berkaitan dengan sanksi pidana berupa pidana penjara berkaitan erat dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, dalam Pasal 1

ayat 1 bahwa:
“Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan

Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang

merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.”

Di Indonesia sendiri pelaksanaan penghukuman dan pembinaan pelanggar

hukum dilakukan dengan mempergunakan filosofi pemasyarakatan narapidana,

yaitu suatu konsep yang bertujuan agar supaya pembinaan narapidana di dalam

lembaga pemasyarakatan mampu mengembalikan narapidana ke masyarakat

dengan berhasil. Dengan demikian, keberhasilan tersebut diukur dari tidak

diulanginya pelanggaran, dan bekas narapidana dapat terintegrasi kembali ke

masyarakat sebagai warga negara yang taat hukum.2

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan, disebutkan bahwa fungsi sistem pemasyarakatan adalah “Sistem

pemasyarakatan menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat

berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali

sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab” 3. Berdasarkan

pasal tersebut, secara jelas mengenai gambaran keluaran (output) yang ingin

2Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 1992, Kedudukan dan Fungsi Pemasyarakatan Serta


Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaannya, Departemen Kehakiman RI, Jakarta.

3ibid hal. 55

2
dihasilkan dalam proses pembinaan di LAPAS. Terkait dengan hal tersebut,

selanjutnya dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan dinyatakan bahwa sistem pembinaan pemasyarakatan

dilaksanakan berdasarkan asas:

a. Pengayoman;
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan;
c. Pendidikan;
d. Pembimbingan;
e. Penghormatan harkat dan martabat;
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan; dan
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-
orang tertentu.

Dalam sistem pemasyarakatan, warga binaan pemasyrakatan berhak

melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayannya, mendapatkan

pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin hak-hak mereka dalam menjalankan

ibadahnya, berhubungan dengan pihak keluarga maupun kerabatnya, berhak

memperoleh informasi melaului media elektronik maupun media cetak dan

mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam pasal 14 ayat 1 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan yang berbunyi :


(1) Narapidana berhak:
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;
b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
e. Menyampaikan keluhan;
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa
lainnya yang tidak dilarang;
g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;
h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang
tertentu lainnya;
i. Mendapatkan pengurangan masa tahanan (remisi);

3
j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi
keluarga;
k. Mendapatkan pembebasan bersyarat;
l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Untuk memenuhi hak-hak warga binaan pemasyarakatan merupakan tanggung

jawab petugas pemsyarakatan serta instansi pemerintah yang terkait. Dalam pasal

8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan mengatakan

Petugas Pemasyrakatan merupakan Pejabat Fungsional Penegak Hukum yang

melaksanakan tugas dibidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan Warga

Binaan Pemasyarakatan.
Sarana dan prasarana dalam Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kota

Malang masih jauh dari kata layak, dengan narapidana atau warga binaan yang

menjalani masa hukumannya yang terbilang sudah over kapasitas. Bapak Khairul

Anam selaku bagian pembinaan Bimbingan Pemsyarakatan (BIMPAS)

mengatakan” sekitar 2.000 (dua ribu) warga binaan yang beragama islam ketika

melaksanakan ibadah sering berdesakan dengan wagra binaan yang lain, karena

tempat beribadah yang hanya cukup 1.000 (seribu) warga binaan ditempati oleh

segitu banyaknya. Kemudian Al-Qur’an disini juga masih kurang.”


Sedangkan Bapak Ide Purowoko Woco selaku bagian BIMPAS bagi umat

Kristen dan Katolik mengatakan “kendala kami memberikan pemenuhan hak

beribadah ini kepada warga binaan khususnya yang beragama Kristen dan Katolik

ini, apabila rohaniawan tiba-tiba tidak jadi hadir memberikan pelajaran Al-Kitab

kami sulit mengantisipasinya, jadi harus di tiadakan jadwal untuk hari itu, padahal

4
kegiatan ini sangat penting bagi warga binaan ini untuk membentuk dan

meningkatkan mental juga spiritual mereka.”


Karena pada kasus pembegalan di depan makam Desa Ngroto Brigjen Abd

Manan Wijaya, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang pada hari Jumat 20

November 2017, menurut Kasatreskrim Polres Batu, AKP Daky Dzul Qornain

kelima pelaku tersebut merupakan residivis kasus yang sama. Di antara mereka

juga ada yang pernah satu sel, sehingga mereka merencanakan tindak kejahatan

ini.4
Pemenuhan hak-hak warga binaan pemasyrakatan ini sering tidak dapat

terlaksana dengan baik oleh petugas pemasyarakatan atau yang memiliki

wewenang yang mempunyai peranan penting sebagai komponen utama yang

melakukan pembinaan dengan berpedoman dengan sistem pemasyarakatan.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian sehingga warga binaan

pemasyrakatan tidak terpenuhi hak-haknya yang menjadikan Lembaga

Pemasyrakatan bukan sebagai tempat untuk memberikan binaan kepada warga

binaan pemasyrakatan melainkan sebagai tempat penampungan orang-orang yang

dihukum.
Hal demikian maka pemenuhan hak beribadah sangatlah penting untuk

membentuk psikis seseorang (narapidana) agar menjadi lebih baik lagi, karena

pada dasarnya beribadah wajib bagi setiap pemeluk agama untuk mendekatkan

diri kepada tuhannya. Dengan demikian petugas Lembaga Pemasyarakatan lebih

4Surya Malang, 2017, Residivis Begal Gentayangan di Kabupaten Malang 5 Pelaku ditangkap Polres
Batu, Diakes pada tangga l 3 Maret 2018.

5
memfokuskan lagi dalam memberikan pemenuhan hak beribadah untuk warga

binaan yang menjalani masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan agar pada

waktu narapidana tersebut telah menjalani masa hukumannya mantan narapidana

tersebut dapat berkontribusi, berintegrasi, bersosialisasi kepada masyrakat dan

tidak mengulangi lagi perbuatan melanggar hukum kedepannya.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi pemenuhan hak beribadah bagi naraapidana

menurut Pasal 14 huruf (a) ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995

Tentang Pemasyarakatan?
2. Apa kendala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Klas I Kota Malang

dalam memberikan pemenuhan hak beribadah bagi narapidana?


3. Bagaimana solusi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Klas I Kota Malang

agar pemenuhan hak beribadah dapat terpenuhi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui implementasi pemenuhan hak melakukan ibadah bagi

narapidana di Lembaga Pemasyrakatan Lowokwaru Klas I Kota Malang.


2. Untuk mengetahui apa saja kendala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Klas I Kota Malang dalam memberikan pemenuhan hak beribadah terhadap

narapidana.
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru

Klas I Kota Malang apabila terjadi kendala dalam memberikan pemenuhan

hak beribadah bagi narapidana.

6
D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
Memberikan konstribusi pemikiran atau wawasan yang luas bagi penulis

sendiri maupun pembaca pada umumnya, sehingga dapat dipergunakan dalam

penulisan karya ilmiah di bidang hukum pidana.


2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran ataupun masukan bagi berbagai pihak

yang memiliki kepentingan dari hasil penelitian ini terutama pemerintah

khususnya masyarakat.

7
E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penulis mengharapkan tugas akhir ini memiliki kegunaan

sebagai berikut:

1. Menciptakan penerapan yang seharusnya sudah diatur dalam Pasal 14

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan;


2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat dan hasil penelitian ini

diharapkan menjadi masukan bagi yang menangani langsung warga binaan

pemasyarakatan.

F. Metode Penulisan

1. Metode Pendekatan
Penulis memfokuskan penelitian untuk menggunakan metode pendekatan

Yuridis Sosiologis yakni suatu pendekatan masalah dengan mengkaji

peraturan yang berlaku dibandingkan dengan pelaksanaan ketentuan yang ada

di lapangan. Penulis akan mengkaji tentang pelaksanaan “pemenuhan hak

beribadah” dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Malang.


2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Klas I

Kota Malang di Jalan Asahan No. 7 Kota Malang karena turut diketahui

Lembaga Pemasyrakatan ini merupakan salah satu tempat warga binaan

pemasyarakatan ditempatkan dimana Lembaga Pemasyarakatan ini dalam

melaksanakan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Lembaga

8
Pemasyrakatan juga memberikan fasilitas kemudahan pada orang yang

menyelesaikan suatu masalah. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk

melakukan peneltian di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Klas I Kota

Malang.

3. Jenis Data

Bahan Hukum yang digunakan di dalam Tugas ini meliputi :

a. Data Primer : data yang diperoleh dari wawancara, observasi, studi

dokumen, dokumen tertulis, informasi, pendapat, pustaka dan diperoleh

dari sumber-sumber asli. Sumber asli disini diartikan sebagai sumber

pertama darimana data tersebut diperoleh. Data ini diperoleh langsung dari

temapat penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kota Malang.


b. Data Sekunder : Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia

sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data-data atau masukan-

masukan sekitar maslah objek yang dikaji melalui penelitian yang

bersumber pada literatur, peraturan perundang-undangan, dan lain-lain

yang ada hubungannya dengan masalah yang hendak dibahas. Data

Sekunder diambil dari buku-buku dan karya tulis dari kalangan ahli

hukum yang berkaitan dengan masalah yang diangkat pada penelitian ini

yang terdiri dari :


1. Peraturan perundang-undangan, yaitu :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
b. Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan

9
2. Bahan-bahan yang diperoleh dari buku;
3. Bahan-bahan yang diperoleh dari internet;
4. Bahan yang diperoleh dari dokumentasi yang ada di Lembaga

Pemasyrakatan Klas I Kota Malang.


4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Adapun pembagian teknik pengumpulan data yang dipakai dalam

penelitian ini, yaitu:

a) Teknik Pengumpulan Data Primer


1) Wawancara
Wawancara dilakukan penulis secara bebas terpimpin yang dilakukan

penulis dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan,

dan dimungkinkan dalam wawancara berlangsung dapat mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan dapat ditanyakan secara

langsung kepada responden, yaitu Bapak Syukron Hamdani, Amd.I.P.,

S.Ag., M.M. Kepala Bidang Pembinaan Narapidana Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Kota Malang, Bapak Djoko Waluyo, S.Psi.,

Bapak Ide Purwoko Woco dan Bapak Khairul Anam Bimbingan

Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kota Malang.


2) Observasi
Observasi akan dilakukan Penulis dengan mengamati secara langsung

lokasi penelitian yang terkait dengan tempat pembinaan di dalam

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kota Malang yaitu Blok/Sel, Masjid,

Gereja, Wihara dan pelaksanaan hak beribadah yang bertujuan untuk

menemukan data-data yang terkait secara langsung, sehingga dapat

dipastikan keakuratan hasil penelitian.


3) Dokumentasi

10
Dokumentasi secara tertulis maupun cetak, yang didapatkan melalui

wawancara atau web resmi, terkait dengan data petugas maupun

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) akan dilakukan/didapatkan

penulis guna mengingat data yang akan digunakan guna kepentingan

keakuratan penelitian.
b) Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh

melalui :
1) Studi Kepustakaan
Cara pengumpulan data atau bahan-bahan hukum yang diperoleh

penulis dari buku-buku, peraturan per-Undang-Undangan yang

berlaku, karya ilmiah, dan artikel yang terkait dengan permasalahan

dalam penelitian ini yang akan digunakan penulis sebagai dasar

informasi dan pertimbangan yang berkaitan dengan penelitian ini.


2) Penelusuran Internet
Cara pengumpulan data atau bahan-bahan hukum yang diperoleh dari

situs-situs, karya tulis, jurnal yang bersifat online, yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Selain itu peniliti melihat dari populasi, sampel, dan respondennya, yakni :

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Narapidana dan

Petugas Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Klas I Kota Malang

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

11
Dalam hal ini populasi yang dipilih adalah Karyawan Lembaga

Pemasyarakatan dan Narapidana.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi penelitian yang dipilih sebagai

wakil representatif dari keseluruhan untuk diteliti. Sampel penelitian

yang akan diambil menggunakan purposive sampling, yaitu sampel

yang dipilih berdasarkan pertimbangan atau penelitian subjektif, jadi

peneliti menentukan sendiri responden mana yang dianggap dapat

mewakili populasi. Sampel tersebut peneliti akan memilih yang dapat

memberikan informasi terkait pemenuhan hak beribadah, seperti

petugas yang memberikan binaan dalam ibadah, rohaniawan yang

membina narapidana.

12
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, Penulis menggunakan teknik analisis Deskriptif

Kualitatif yaitu suatu analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk

kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh untuk

kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan secara khusus yang berkaitan

dengan pelaksanaan “hak beribadah” dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 12

Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Kota Malang.

G. Rencana Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam 4 bab dan

masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar mempermudah

pemahamannya. Adapaun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian,

kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang kajian-kajian teoritik yang berkaitan dengan

permasalahan yang diangkat, yakni: Implementasi Pasal 14 Huruf A Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatn Terhadap Pemenuhan

13
Hak Beribadah Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kota

Malang.

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan yang diangkat oleh penulis

serta dianalisis secara isi, mengkaji dan dianalisa kesesuaian atau keselarasan

berdasarkan kenyataan yang ada (yang terjadi) didukung dengan teori-teori yang

relevan dengan permasalahan dalam penulisan ini.

BAB IV Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana berisi

kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran penulis dalam

menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian analisa.

14

Anda mungkin juga menyukai