Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KASUS NARAPIDANA

PSYCHIATRIC NURSING

Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Yuanita Marcella Ester RM 462021009


2. Theresia Destin Natalia 462021012
3. Rislon K P Watu 462021019
4. Dian Khoirunnisa 462021023
5. Carla Adrianty Supusepa 462021026
6. Melar Oktavio Bassy 462021045
7. Dwi Rahmawati 462021048
8. Lusianus Uropmabin 462021055
9. Asai Wasini 462021408

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2023
i
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN TEORI


1. Pengertian ............................................................................................................ 3
2. Klasifikasi ........................................................................................................... 4
3. Etiologi ................................................................................................................. 5
4. Manifestasi Klinik ................................................................................................ 7
5. Pohon Masalah/ Pathway ..................................................................................... 8
6. Pemeriksaan penunjang ....................................................................................... 8
7. Manajemen Terapi ............................................................................................. 10
8. Daftar Pustaka .................................................................................................... 12

BAB III. TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


1. Pengkajian ............................................................................................................... 13
2. Analisis data ............................................................................................................ 22
3. Diagnosa keperawatan ............................................................................................ 24
4. Rencana tindakan keperawat ................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem peradilan pidana memainkan peran sentral dalam menjaga ketertiban


dan keadilan dalam masyarakat. Aspek yang sangat relevan dan penting dalam konteks
sistem peradilan pidana adalah penanganan perkara narapidana. Narapidana adalah
orang yang telah dihukum karena melakukan tindak pidana oleh pengadilan dan sedang
menjalani pidananya di lembaga pemasyarakatan. Kasus-kasus narapidana mendapat
perhatian luas karena dapat mencerminkan efektivitas sistem peradilan pidana dalam
menjalankan fungsinya dalam memberikan hukuman yang adil, rehabilitasi dan
reintegrasi.

Kasus narapidana memiliki banyak aspek berbeda yang memerlukan


pemahaman dan analisis mendalam. Pertama-tama, seluruh prosedur hukum, termasuk
penangkapan, penyidikan, persidangan dan penghukuman terhadap narapidana,
merupakan elemen penting dalam peradilan pidana, yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Nasib narapidana. Faktor-faktor seperti keadilan proses peradilan,
kebijakan peradilan pidana dan kondisi lembaga pemasyarakatan merupakan faktor
kunci yang perlu dikaji lebih jauh dalam konteks ini.

Selain itu, pemahaman menyeluruh mengenai demografi narapidana juga


relevan. Informasi mengenai usia narapidana, jenis kelamin, latar belakang sosial
ekonomi, dan jenis kejahatan yang dilakukan dapat memberikan wawasan berharga
mengenai profil mereka secara keseluruhan. Data-data ini dapat menjadi dasar untuk
merancang kebijakan yang lebih efektif dalam rehabilitasi dan reintegrasi narapidana
ke dalam masyarakat. Selain itu, isu-isu terkait hak asasi manusia, prinsip-prinsip
peradilan pidana, serta upaya reformasi peradilan pidana juga memainkan peran yang
sangat penting dalam konteks kasus-kasus penjara. Hak-hak narapidana sesuai pasal 14
Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 berbunyi “narapidana berhak melakukan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya, mendapat perawatan baik perawatan rohani
dan juga jasmani. Namun narapidana juga mendapatkan pendidikan dan
pengajaran,mendapatkan pelayanan kesehatan. Melalui analisis mendalam terhadap
kasus-kasus narapidana, kita dapat menilai seberapa baik sistem peradilan pidana
1
bekerja untuk mencapai tujuan utamanya dalam menjaga ketertiban umum,
meningkatkan perilaku narapidana dan reintegrasi mereka ke dalam masyarakat. Pada
artikel kali ini, kami akan melakukan tinjauan komprehensif terhadap berbagai aspek
terkait kasus narapidana, mulai dari tahapan proses peradilan hingga upaya rehabilitasi
dan reintegrasi yang dilakukan oleh narapidana.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan utama pembuatan
makalah ini adalah:

1) Mengkaji Efektivitas Sistem Peradilan Pidana


2) Menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nasib Narapidana
3) Mengidentifikasi Potensi Pembenahan dalam Sistem Peradilan Pidana

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Di negara Indonesia terdapat hukuman sebagaimana yang telah ditetapkan dan


diatur. Pada Pasal 1 Ayat (7) dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan bahwa Narapidana adalah terpidana yang menjalankan pidana hilang
Kemerdekaan di Lembaga pemasyarakatan. Narapidana sebagai subjek
pemasyarakatan yang merupakan pihak untuk merasakan pidana penjara. Mereka gagal
memenuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat, sehingga pada akhirnya gagal
menaati aturan-aturan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berujung pada
penjara. (Kusumaningsih, 2017).

Hak asasi manusia merupakan suatu yang paling penting bagi setiap individu
untuk berhak mendapatkan kebebasan secara pribadi. Narapidana akan diberikan
hukuman penjara pada setiap individu sebagai haknya dibatasi khususnya hak
kebebasan bergerak. Namun, narapidana akan mendapatkan hak-hak lainnya tanpa
adanya diskriminatif. Tujuan membina narapidana di Indonesia pada Lembaga
Pemasyarakatan tidak hanya sekedar penjeraan, tetapi juga dilaksanakannya suatu
upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial kepada narapidana sebagai warga binaan
pemasyarakatan. Apabila seorang pidana diberikan hukuman penjara dan pembalasan,
maka belum tentu narapidana menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya. (Utami &
Indonesia, H. 2017)

Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat (7) Undang-Undang Nomor 12


Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah orang yang menjalani
hukuman penjara di lembaga pemasyarakatan di Indonesia. Hak asasi manusia
memastikan bahwa narapidana memiliki hak-hak yang tidak boleh didiskriminasi,
meskipun kebebasan bergerak mereka terbatas. Di Indonesia, sistem pemasyarakatan
tidak hanya berfungsi untuk menjatuhkan hukuman, tetapi juga untuk merehabilitasi
dan mengintegrasikan narapidana kembali ke masyarakat sebagai warga yang lebih
baik. Untuk mencapai tujuan ini, pemasyarakatan harus memberikan narapidana

3
kesempatan untuk memahami kesalahan mereka, mengubah perilaku mereka, dan
mempersiapkan mereka untuk kembali ke masyarakat dengan cara yang positif.

2. Klasifikasi

Hukuman pidana merupakan peraturan perundang-undangan pidana dengan


berbagai jenis sanksi hukum yang telah ditetapkan dan dijalankan. Sanksi pidana ini
dibedakan berbagai jenis, misalnya pidana mati, hukuman dengan membayar bunga
ataupun ganti rugi yang bersifat utang piutang. Hal ini dibuktikan dalam pidana penjara
yang telah menjadi peran utama pada perumusan sanksi peraturan perundang-undangan
dengan harapan bahwa hal itu mengakibatkan efek penjeraan. (Rasyid, H. A. 2022)

Narapidana merupakan orang-orang yang melakukan pelanggaran aturan dalam


aturan-aturan hukum yang ada dengan tingkat kekerasan dan kejahatan baik secara
sadar maupun tidak sadar

Pasal 12 Undang-Undang Dasar Nomor 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan menyatakan bahwa dalam rangka pembinaan kepada narapidana akan
dilaksanakan penggolongan atas dasar:

a. Umur

Penggolongan umur ini dibedakan pada penempatan narapidana yang bersangkutan


dan dikelompokkan dengan usia yang setara, seperti lapas anak, lapas pemuda serta
lapas dewasa.

b. Jenis Kelamin

Penggolongan jenis kelamin kepada narapidana yang akan dibagi atau digolongkan
sesuai jenis kelamin antara lapas laki-laki dan lapas perempuan.

c. Waktu pidana yang dijatuhkan


● Narapidana jangka pendek adalah narapidana yang dipidana dengan jangka
waktu paling lama satu tahun.
● Narapidana jangka sedang adalah narapidana yang dipidana dengan jangka
waktu paling singkat satu tahun dan paling lama lima tahun.

4
● Narapidana jangka panjang adalah narapidana yang dipidana dengan jangka
waktu diatas lima tahun.
d. Jenis kejahatan

Jenis kejahatan yang dilakukan narapidana dipisah dalam berbagai macam jenisnya
seperti, narkotika, pencurian, penipuan, penggelapan, pembunuhan dan lainnya.

e. Kriteria lain seperti kebutuhan atau perkembangan pembinaan.

Maka dapat disimpulkan bahwa uraian diatas merupakan klasifikasi narapidana dapat
dibagi sesuai umur, jenis kelamin, waktu pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan dan
kriteria lain seperti kebutuhan atau perkembangan pembinaan.

3. Etiologi

Salah satu perilaku yang tidak sesuai dengan norma pergaulan manusia di
masyarakat. Kejahatan merupakan masalah sosial seperti masalah ditengah-tengah
masyarakat, dimana pelaku dan korbannya adalah anggota masyarakat juga.
(Anggraini N, 2017)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang berani melakukan tindak


pidana dan kejahatan, terutama di usia remaja yang ingin melakukan tindakan tersebut.
Faktor penyebab dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:

A. Faktor internal

Faktor internal biasanya disebabkan dari faktor individu maupun faktor


lingkungan keluarga:

1) Predisposing merupakan faktor yang memberi kecenderungan tertentu


terhadap perilaku remaja. Faktor tersebut dibawa sejak lahir.
2) Lemahnya perekonomian keluarga. Dimana kondisi perekonomian yang lemah
mengakibatkan suatu individu atau seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan
yang diinginkannya. Kondisi ini mendorong individu untuk melakukan
kejahatan seperti mencopet, merampok, dan membunuh.

5
3) Lemahnya pertahanan diri disebabkan oleh faktor pendidikan di keluarga. Hal
tersebut dimanfaatkan oleh orang yang bermaksud jahat untuk mempengaruhi
anak melakukan perilaku kejahatan seperti mencuri, memeras, membunuh dan
lain lain.
4) Keluarga yang tidak harmonis. Misalnya pertengkaran antara orang tua
biasanya terjadi karena tidak adanya kesepakatan dalam mengatur rumah
tangga, terutama masalah kedisiplinan, sehingga membuat anak merasa ragu
akan kebenaran yang harus ditegakkan dalam keluarga.

B. Faktor eksternal

Faktor eksternal dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan sosial, dunia pekerjaan,
dan pertemanan.

● Perekonomian yang rendah

Perekonomian yang lemah bisa menjadi faktor yang mengakibatkan seseorang


bisa melakukan tindakan kejahatan. Karena zaman ini uang sangat
berpengaruh bagi kehidupan. Dengan perekonomian yang tinggi bisa
menjamin kesejahteraan hidup bagi seseorang. Semakin rendahnya
perekonomian seseorang maka tingkat kriminalitas akan tinggi.Misalnya
pencurian,perampokan,hingga pembunuhan.

● Persaingan kerja yang kompetitif

Di dunia kerja persaingan akan semakin ketat,peluang pemecatan karyawan


semakin tinggi dengan kompetitif kerja yang sangat menekan. Jika seorang
tidak mampu bersaing maka akan mengalami pemecatan oleh perusahaan.

● Faktor dari lingkungan masyarakat

Hal ini dapat terjadi,biasanya dipengaruhi oleh rasa iri,celaan,hingga


perundungan dari masyarakat sekitar

● Ruang lingkup pertemanan yang buruk

6
Pergaulan yang buruk bisa mengubah kebiasaan yang baik,atau
menghancurkan perilaku seseorang.

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada narapidana bisa mengakibatkan berbagai gejala fisik


dan psikologis yang mungkin diamati atau dialami oleh staf medis, psikolog, atau
peneliti yang berpartisipasi dalam studi kasus narapidana.

Hal ini telah dicatat bahwa narapidana merupakan suatu kelompok


menunjukkan manifestasi klinis yang berbeda-beda tergantung pada status kesehatan
dan riwayat pribadi mereka. Di bawah ini adalah beberapa contoh presentasi klinis
umum yang terkait dengan kasus penjara:

1. Gangguan mental

Beberapa penyakit kesehatan mental yang mungkin diidap oleh narapidana adalah:

a. Stress

Stress merupakan suatu suatu keadaan dimana narapidana merasa tertekan


khususnya secara tertekan khususnya secara psikologis sebagai respon untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang ada di lingkungan.hal ini
tentunya dapat dialami oleh narapidana karena pada saat penyesuaian diri
dengan lingkungan lapas.

b. Depresi

Depresi adalah suatu tekanan pada seseorang sehingga menimbulkan rasa


sedih dan keburaman perasaan yang disertai dengan keputusasaan dalam
dirinya.hal ini seringkali dialami oleh narapidana karena apabila. karena
apabila seorang narapidana memasuki masa tahanan tentu saja harapan yang
telah dia buat sebelumnya akan hancur sehingga menyebabkan keputusasaan.

c. Psikopat

Psikopat merupakan keadaan dimana seseorang sama sekali tidak memiliki


keseimbangan moral dan tidak memiliki konsistensi.
7
d. Ilusi, Delusi dan Halusinasi
● Ilusi merupakan suatu peristiwa yang ditangkap secara salah atau tidak
benar benar terjadi.
● Delusi merupakan peristiwa tiruan yang memperdaya dan tidak bisa
dibenarkan bahkan tidak cocok dengan pikiran serta pendapat sendiri.
● Halusinasi adalah pengamatan yang sebenarnya tidak ada, namun dialami
sebagai suatu realitas.
e. Anxiety

Anxiety merupakan gangguan kecemasan berlebihan terhadap hal-hal yang


tidak benar. Biasanya penyakit ini muncul ketika seseorang memikirkan
sesuatu secara berlebihan.

2. Gangguan fisik

Beberapa narapidana mungkin mengalami masalah kesehatan fisik, seperti infeksi,


luka, atau penyakit menular seksual. Ini bisa menjadi masalah yang perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi kesehatan mereka secara keseluruhan

5. Pohon Masalah

8
6. Pemeriksaan penunjang

Investigasi kasus narapidana dapat mencakup berbagai jenis pengujian dan


evaluasi medis atau psikologis, tergantung pada kebutuhan dan kondisi individu yang
terlibat. Berikut beberapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan terhadap kasus
narapidana, yaitu:

a. Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan kesehatan umum yang dilakukan oleh dokter untuk menilai kondisi
fisik narapidana.Pemeriksaan ini meliputi pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
denyut nadi, pemeriksaan kulit, pendengaran, penglihatan, dan pemeriksaan fisik
lainnya.
b. Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan laboraturium ini dapat meliputi pemeriksaan darah, urin, dan
pemeriksaan lain untuk mendeteksi kelainan fisik atau infeksi tertentu.Misalnya,
tes narkoba dapat digunakan untuk memeriksa keberadaan narkoba atau obat-
obatan terlarang di dalam tubuh narapidana
c. Pemeriksaan radiologi
Apabila terdapat tanda atau gejala gangguan fisik tertentu, seperti cedera, patah
tulang, atau masalah ortopedi lainnya, mungkin diperlukan pemeriksaan radiologi
seperti rontgen, rontgen, CT scan, atau MRI.
d. Pemerikasaan psikologi atau kejiwaan
Pemeriksaan ini dapat berupa wawancara dan tes psikologi untuk mengevaluasi
kesehatan mental narapidana.Pemeriksaan ini penting untuk mengidentifikasi
masalah seperti gangguan mental, depresi, atau risiko bunuh diri.
e. Pemeriksaan penilaian resiko
Bagi narapidana yang akan dibebaskan atau diberikan cuti bersyarat, penilaian
risiko dapat dilakukan untuk menentukan kemungkinan keberhasilan reintegrasi
ke dalam masyarakat mereka.
f. Pemeriksaan kesehatan seksual
Pemeriksaan ini mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengobati
masalah kesehatan seksual dan penyakit menular seksual.
g. Pemeriksaan gigi dan mulut
Pemeriksaan ini dapat mencakup perawatan kesehatan mulut yang diperlukan,
serta penilaian umum terhadap kesehatan mulut narapidana.
9
h. Pemeriksaan psikiatri
Jika ada kekhawatiran mengenai kesehatan mental seorang narapidana,
pemeriksaan psikiatris dapat dilakukan untuk menentukan apakah mereka
memerlukan perawatan kesehatan mental tambahan.

7. Manajemen Terapi

Manajemen terapi pada kasus narapidana adalah pendekatan yang kompleks


yang memerlukan kolaborasi antara lembaga peradilan pidana, tenaga medis, pekerja
sosial, dan berbagai pihak yang terlibat. Manajemen terapi pada kasus narapidana
melibatkan pendekatan multidisiplin yang bertujuan untuk memfasilitasi rehabilitasi
dan reintegrasi sosial narapidana ke dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa aspek
manajemen terapi yang relevan untuk kasus narapidana:

1. Program Rehabilitasi dan Konseling

Program rehabilitasi dalam penjara dapat mencakup pelatihan keterampilan, terapi


kognitif-perilaku, serta konseling individu dan kelompok untuk membantu
narapidana mengatasi masalah psikologis, emosional, dan perilaku.

Terapi kerja atau terapi okupasi suatu ilmu dan seni pengerahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ni
berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk seseorang agar mandiri, tidak
tergantung pada pertolongan orang lain ( riyadi dan purwanto, 2009)

1) Terapi kerja narapidana laki-laki


a. Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang dianggap dapat
membantu narapidana untuk mendapatkan terapi secara pesikologis dan
menajdi lebih terlatih secara emosional. binatang yang dilatih tidak hanya
binatang peliharaan, namun juga binatang yang di tinggalkan atau dibuang
oleh pemiliknnya.
b. Bidang kuliner. Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan
sebagai pelatihan memasak bagi narapidana. meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng, banyak pula

10
yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai dari membuat
menu hingga menyusun anggaran.
c. Konseling. Meskipun narapidana tidak berencana untuk berkonsultasi
pada mantan penjahat, namun di penjara narapidana diberikan
pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. hal ini
dikarenakan memiliki pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti
tindak kejahatan.
2) Terapi kerja narapidana wanita

Terapi kerja narapidana wanita dilaksanakan melalui pembinaan soft skill dan
hard skil dengan pendekatan wirausaha.

● Pembinaan soft skill yang dilaksanakan seperti: pembinaan


intelektual,pembinaan kerohanian dan pembinaan rekreatif.
● Pembinaan hard skill seperti: keterampilan dan kemandirian melalui
bimbingan kerja. Keterampilan khusus pada narapidana wanita
merupakan keterampilan hidup seperti pertukangan kayu,kerajinan
sapu,las listrik,batik tulis,kerajinan sangkar burung,perkebunan,dan
pembuatan souvenir.

2. Pelayanan Kesehatan Mental


Manajemen terapi juga mencakup pemberian pelayanan kesehatan mental yang
adekuat kepada narapidana yang mengalami masalah psikologis. Terapi
psikoterapi, pemberian obat-obatan, dan dukungan psikososial dapat membantu
mengatasi gangguan kesehatan mental di dalam penjara.
3. Pendidikan dan Pelatihan
Program pendidikan dan pelatihan di dalam penjara dapat membantu narapidana
memperoleh keterampilan yang berguna untuk reintegrasi mereka ke dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pelatihan vokasional, literasi, dan pendidikan formal.
4. Pengawasan dan Evaluasi
Manajemen terapi melibatkan pengawasan terus-menerus terhadap perkembangan
narapidana selama masa hukumannya. Evaluasi rutin dapat membantu menilai
efektivitas program rehabilitasi dan memperbarui rencana terapi sesuai kebutuhan
individu.

11
5. Rencana Reintegrasi Sosial
Sejak awal masa hukuman, perlu ada perencanaan reintegrasi yang melibatkan
pemangku kepentingan, seperti keluarga, komunitas, dan lembaga-lembaga
pemerintah. Ini termasuk persiapan untuk pekerjaan, perumahan, dan dukungan
sosial setelah pembebasan.

8. Daftar Pustaka

Kusumaningsih, L. P. S. (2017). Penerimaan diri dan kecemasan terhadap status


narapidana. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 9(3), 234-242.

Utami, P. N., & Indonesia, H. A. M. R. (2017). Keadilan Bagi Narapidana di


Lembaga Pemasyarakatan. J. Penelit. Huk. E-Issn, 2579, 8561.

Anggraini, N. (2017). Hubungan Konsep Diri Dengan Kenakalan Remaja pada


Narapidana Remaja Di LPK Klas I Tanjung Gusta Medan (Doctoral dissertation,
Universitas Medan Area).

Rasyid, H. A. (2022). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Stres Pada


Narapidana Polres Tebing Tinggi (Doctoral dissertation, Universitas Medan Area).

Clear, T. R., & Frost, N. A. (2014). The rise and failure of mass incarceration in
America: The punishment imperative.

Travis, J., Western, B., & Redburn, F. S. (2014). The growth of incarceration in
the United States: Exploring causes and consequences.

Wolff, N., Huening, J., Shi, J., & Frueh, B. C. (2014). Trauma exposure and
posttraumatic stress disorder among incarcerated men. Journal of Urban Health, 91, 707-
719.

12
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA TN.B DENGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA

Kasus

Budi Santoso, seorang narapidana berusia 30 tahun, ditempatkan di sebuah lembaga


pemasyarakatan selama 2 tahun karena kasus perampokan bersenjata. Budi telah menunjukkan
perilaku agresif di dalam penjara, sering terlibat dalam konflik dengan narapidana lain, dan
sulit beradaptasi dengan lingkungan penjara. Ia juga tampak gelisah, cemas, dan sering
berbicara terputus-putus. Budi memiliki riwayat gangguan konduktif dan gangguan perilaku
sejak masa kanak-kanak, tetapi tidak pernah menjalani terapi psikologis atau psikiatri
sebelumnya. Ia juga pernah mengalami kekerasan fisik di masa lalu dan berasal dari keluarga
dengan riwayat konflik dan kekerasan. Keluarganya, yang diwakili oleh ibunya, Ibu Siti
Rahayu, mengalami kesulitan dalam menjaga hubungan dengan Budi. Budi juga memiliki
konsep diri yang rendah dan merasa bahwa ia adalah seorang "penjahat." Ia tidak memiliki
praktik keagamaan yang konsisten dan sering merasa paranoid bahwa orang lain ingin
melukainya. Selain itu, ia mengalami kesulitan tidur dan kesulitan berkonsentrasi. Saat ini,
Budi tidak menjalani terapi medis tertentu, dan terapi medis yang direncanakan adalah terapi
farmakologis antipsikotik dan terapi psikoterapi untuk mengatasi gejala psikosisnya.
Diperlukan pengkajian lebih lanjut untuk merencanakan asuhan keperawatan jiwa yang sesuai
dengan kebutuhan Budi selama masa tahanan di penjara.

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Budi Santoso
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Pekerjaan : Petani
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Raya Abadi No. 15, Jakarta
Tanggal Masuk RS : 12 Oktober 2023
Jam : 08.30 Wib

13
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Siti Rahayu
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan Dengan Klien : Ibu kandung
Alamat : Jl. Raya Abadi No. 15, Jakarta

c. Alasan Masuk

Budi Santoso telah dihukum penjara selama 2 tahun karena kasus perampokan
bersenjata. Budi memiliki riwayat gangguan konduktif dan gangguan perilaku
sejak masa kanak-kanak, tetapi tidak pernah menjalani terapi psikologis atau
psikiatri sebelumnya. Ia juga pernah mengalami kekerasan fisik di masa lalu
dan berasal dari keluarga dengan riwayat konflik dan kekerasan. Ia mengalami
masalah perilaku agresif dan sulit beradaptasi dengan lingkungan penjara.

d. Faktor Predisposisi
1) Riwayat penyakit
Memiliki riwayat gangguan konduktif dan gangguan perilaku sejak masa
kanak-kanak.
2) Riwayat pengobatan
Klien tidak pernah menjalani terapi psikologis atau psikiatri sebelumnya.
3) Riwayat trauma
Budi pernah mengalami trauma kekerasan fisik di masa lalu yang berasal
dari keluarganya.
4) Riwayat keluarga
Budi berasal dari keluarga dengan riwayat konflik dan kekerasan namun
keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

e. Faktor Presipitasi

Budi telah mengalami peristiwa konflik dengan narapidana lain di dalam


penjara, yang mungkin menjadi pemicu perubahan perilaku agresifnya.

14
f. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum : Keadaan delirium
Vital sign:
TD : 120/90 mmHg
N : 80 kali/menit
S : 36 Co2
P : 20 kali/menit
SpO2 : 95 %
2) Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan bertambah
naik, nadi cepat, suhu pernapasan terlihat cepat.
3) Ukur Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berat Badan : 53 kg
Tinggi Badan : 168 cm
4) Yang kami temukan pada klien perilaku kekerasan pada saat pemeriksaan
fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang, mengatup,
dan wajah merah)
5) Verbal (mengancam, kata-kata kotor, berbicara kasar dan ketus)

g. Pengkajian Psikososial
1) Genogram

15
Keterangan:
: Meninggal : Ayah klien
: Meninggal : Ibu Klien
: Saudara laki-laki : Klien
: Saudara Perempuan : Tinggal serumah

Klien merupakan anak dari lima bersaudara. Sekarang klien berusia 30


tahun. Klien saat ini tinggal bersama ibu dan ayahnya. Di dalam anggota
keluarganya tidak ada saudara yang pernah mengalami jiwa seperti klien.
Segala kebutuhan klien dipenuhi oleh keluarganya. Pengambilan keputusan
klien diambil oleh ibu kandungnya.

2) Konsep diri
a. Gambaran diri
Pada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien akan mempengaruhi
suatu keadaan saat berhubungan dengan orang lain klien merasa terhina,
diejek terhadap kondisinya.
b. Identitas pasien
Klien berjenis kelamin laki-laki, lupa dengan umurnya, biasanya klien
berperilaku kekerasan tidak puas dengan pekerjaannya san lingkungan
tempat tinggal sekitarnya.
c. Ideal diri
Klien memiliki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan perannya
baik dalam keluarga, tempat kerja dan di lingkungan masyarakat.
d. Harga diri
Klien dengan resiko perilaku kekerasan jika berkomunikasi dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni serta terdapat penolakan atau klien
merasa tidak berharga, dihina, diejek, dalam lingkungan keluarganya.
e. Peran diri
Jika klien memiliki masalah, ia tidak mampu melaksanakan tugas dan
perannya tersebut dan merasa tidak berguna.

16
3) Hubungan sosial
a. Orang yang berarti.
Klien memiliki hubungan yang sulit dengan keluarganya. Ia pernah
mengalami kekerasan fisik di masa lalu dan berasal dari keluarga dengan
riwayat konflik dan kekerasan sehingga menyebabkan hubungan dengan
orang-orang berartinya kurang baik.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat.
Klien sebagai narapidana, juga memiliki peran dalam kelompok
masyarakat tahanan di lembaga pemasyarakatan. Namun, perilaku
agresifnya, konflik dengan narapidana lain, dan kesulitan beradaptasi
dengan lingkungan penjara adalah tanda-tanda ketidakmampuannya
untuk menjalani peran ini dengan baik.

4) Spiritual
a. Menurut nilai dan keyakinan, klien mengatakan bahwa tidak mengalami
gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah.
c. Biasanya klien selama sakit jarang melaksanakan ibadah.

h. Status Mental
1) Penampilan Umum
Klien tampak tidak rapi, tampak gelisah, berbicara terputus-putus, dan sulit
diam, sedikit bau badan, sedikit kotor kulitnya, kuku tidak panjang dan
tidak kotor.
2) Pembicaraan
Klien sulit mengontrol bicaranya dan sering kali merendahkan diri sendiri.
3) Aktivitas motorik
a. Aktivitas saat pidana
Klien ketika lapas kesulitan berinteraksi dengan sesama narapidana
dan sering terlibat konflik, gelisah, sulit diam, dan cenderung bergerak
tanpa tujuan.

17
b. Aktivitas di rumah
Klien mengalami kekerasan fisik di masa lalu dan berasal dari
keluarga dengan riwayat konflik dan kekerasan
4) Alam perasaan.
Klien merasa gelisah dan menyesali apa yang telah dilakukan.
5) Afek.
Klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab.
6) Interaksi selama wawancara.
Ketika klien dengan resiko perilaku kekerasan akan terlihat curiga, sulit
berinteraksi, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara dan
cenderung bersikap defensif.
7) Persepsi.
Klien mengalami paranoid dan sering merasa bahwa orang lain ingin
melukainya, namun masih bisa menjawab pertanyaan.
8) Proses piker.
Proses pikirnya terganggu, ada ide-ide paranoid yang dominan.
9) Isi piker.
Klien meyakini dirinya bahwa ia tidak sakit dan baik-baik saja.
10) Tingkat kesadaran dan orientasi.
Kesadaran delirium dan orientasinya terganggu.
11) Memori.
Memiliki gangguan ingatan jangka pendek
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung.
Kesulitan berkonsentrasi dan berhitung.
13) Kemampuan penilaian.
Klien memiliki daya tilik diri yang terbatas dan kesulitan merencanakan
tindakan masa depan.
14) Daya tilik diri.
Klien memiliki daya tilik diri yang terbatas dan kesulitan merencanakan
tindakan masa depan.

18
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan
Klien perlu diingatkan untuk menjaga pola makan yang sehat, hal ini
mencakup pentingnya makan makanan seimbang dan memenuhi kebutuhan
gizi tubuh.
2) BAB / BAK
Tidak ada masalah fisik terkait dengan BAB (Bowel Movement) dan BAK
(Berkemih). Ini mengindikasikan bahwa klien tidak mengalami kesulitan
dalam buang air besar dan buang air kecil.
3) Mandi
Klien harus diingatkan untuk mandi secara teratur. Hal ini menggarisbawahi
pentingnya menjaga kebersihan pribadi dan perawatan diri.
4) Berpakaian
Klien berpakaian tidak rapi.
5) Istirahat dan Tidur
Klien sering kesulitan tidur, perlu dikaji lebih lanjut. Ini mengisyaratkan
adanya masalah tidur yang perlu dievaluasi lebih lanjut oleh tenaga medis
atau perawat untuk mencari solusi atau tindakan yang sesuai.
6) Penggunaan obat
Klien tidak memiliki riwayat penggunaan obat-obatan. Informasi ini penting
untuk mengetahui riwayat penggunaan obat-obatan klien.
7) Pemeliharaan kesehatan
Perlu diberikan informasi tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan
fisik. Ini mencakup edukasi tentang pentingnya merawat kesehatan mental
dan fisik dengan baik.
8) Aktivitas di dalam dan di luar rumah
Klien perlu diberikan panduan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
produktif. Ini menekankan pentingnya keterlibatan dalam aktivitas yang
mendukung pemulihan dan kesejahteraan klien.

j. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Masalah utama adalah isolasi sosial, konflik dengan narapidana lain, dan
hubungan keluarga yang kurang baik.

19
k. Mekanisme Koping
Klien cenderung menggunakan mekanisme koping yang maladaptif, seperti
penyangkalan, untuk mengatasi perasaan bersalahnya.

l. Aspek Medis
1) Diagnosa medis: Skizofernia
2) Terapi medis dan modalitas yang diberikan: Budi akan mendapatkan terapi
farmakologis antipsikotik dan terapi psikoterapi selama masa tahanan
untuk mengatasi gejala psikosisnya.

Penanganan skizofernia harus disesuaikan oleh dokter dan pasien berdasarkan


kondisi individu. Berikut beberapa obat yang sering digunakan dalam pengobatan
skizofrenia.

Nama Obat Dosis Waktu Indikasi Efek Samping


Pemberian

Haloperidol 0,5-5 mg 2×3 Membantu Gangguan gerak


sebanyak 2- Kali/hari menjernihkan (EPS), kantu
3 kali/hari, pikiran, peningkatan
dengan mengurangi berat badan,
dosis halusinasi, rasa gangguan tremor,
maksimal gelisah, agresi, dan akathisia.
30 mg/hari pikiran negatif

Aripiprazole Dosis awal Biasanya 1x Menyeimbangkan Mual


15 mg 1× sehari kadar serotin dan muntah,sakit
sehari dopamin, yaitu zat kepala,kegelisah
kimia dalam otak an,insomnia.
yang ikut mengatur
suasana hati dan
perilaku.

Risperidone Dosis 1-2x sehari Mengendalikan, Kenaikan berat


Individual Skizofrenia, badan, somnolen,
2× sehari gangguan mental, gangguan
dengan bipolar. hormon, tremor,
dosis
20
maksimal 2 gangguan gerak
mg/hari (EPS).

Olanzapine Dosis 1x sehari Skizofrenia, Kenaikan berat


Individual gangguan bipolar, badan, somnolen,
1× sehari, dan suasana hati hiperglikemia,
dengan gangguan
dosis 10 hormon,
mg/hari kebingungan.

Quetiapine Dosis 2-3x sehari Skizofrenia, Kenaikan berat


Individual gangguan bipolar. badan, somnolen,
50 mg pusing, lemas,
Meningkatkan peningkatan
suasana hati kadar gula darah.
(mood), membuat
tidur
nyenyak,memingk
atkan nafsu makan

Clozapine Dosis 1-2x sehari Skizofrenia Risiko


Individual resisten, gangguan agranulositosis,
titrasi 12,5 bipolar hipersalivasi,
mg hipotensi
ortostatik,
gangguan
jantung.

Catatan: Dosis obat dan jadwal pemberian harus ditentukan oleh dokter yang merawat
berdasarkan kebutuhan dan evaluasi medis yang berkala. Efek samping yang tercantum
bukanlah daftar lengkap, dan pasien harus berkonsultasi dengan dokter tentang risiko dan
manfaat obat tersebut.

21
2. Analisa Data

Tgl/Jam Data Fokus Masalah Keperawatan Paraf dan Nama

12/10/20 DS : Harga diri rendah kronis b.d Rahma


23 - klien mengatakan sulit terpapar situasi traumatis,
konsentrasi gangguan psikiatrik d.d
- klien mengatakan sulit merasa sulit konsentrasi,
tidur sulit tidur, perilaku tidak
- Klien mengatakan bahwa asertif, kontak mata kurang,
ia merasa rendah diri dan berbicara pelan dan lirih
merasa bahwa ia adalah
seorang "penjahat."
- Ibu klien mengatakan
memiliki riwayat
gangguan konduktif dan
gangguan perilaku sejak
masa kanak-kanak.

DO :
- TTV
TD: 120/90 mmHg
N: 80 kali/menit
S: 36 Co2
P: 20 kali/menit
SpO2: 95 %

- Klien tampak memiliki


kontak mata kurang
- Klien tampak memiliki
Perilaku tidak asertif

- Klien tampak sulit


beradaptasi dengan

22
lingkungan sekitar
penjara.

- Klien tampak sulit


berinteraksi, cenderung
bersikap defensif.
- Klien tampak sulit
mengontrol bicaranya dan
sering kali merendahkan
diri sendiri.
- Klein tampak gelisah, sulit
diam, dan cenderung
bergerak tanpa tujuan.
-

14/10/20 DS: Resiko Perilaku Kekerasan Theresia


203 - Klien mengatakan pernah b.d riwayat atau ancaman
mengalami kekerasan kekerasan terhadap diri
fisik di masa lalu sendiri atau orang lain atau
- Klien mengatakan sering destruksi properti orang lain
merasa paranoid bahwa d.d gangguan perilaku.
orang lain ingin
melukainya
DO:

- Klien mengalami masalah


perilaku agresif

- Klien tampak sulit


beradaptasi dengan
lingkungan sekitar
penjara.

23
3. Diagnosa keperawatan:

a. Harga Diri Rendah kronis (D.0086) b.d terpapar situasi traumatis, gangguan psikiatrik
d.d merasa sulit konsentrasi, sulit tidur, perilaku tidak asertif, kontak mata kurang,
berbicara pelan dan lirih.
b. Resiko Perilaku Kekerasan (D.0146) b. d riwayat atau ancaman kekerasan terhadap
diri sendiri atau orang lain atau destruksi properti orang lain d.d gangguan perilaku.

4. Rencana tindakan keperawatan

No Rencana Keperawatan
Diagnosis
Tujuan dan Kriteria Tindakan Rasional
Evaluasi

Harga Diri Rendah Manajemen Perilaku


Setelah dilakukan Observasi:
kronis (D.0086) b.d I.12463
1. tindakan
terpapar situasi - untuk
keperawatan Observasi:
traumatis, gangguan mengetahui
selama 1x24 jam
psikiatrik d.d merasa - Identifikasi harapan harapan dalam
diharapkan
sulit konsentrasi, untuk mengendalikan mengendalikan
masalah Harga Diri
sulit tidur, perilaku perilaku. perilaku pasien
(L.09069)
tidak asertif, kontak
meningkat dengan Terapeutik: Terapeutik :
mata kurang,
kriteria hasil :
berbicara pelan dan
- Bicara dengan nada - untuk
lirih. 1. Penilaian diri rendah dan tenang mengendalikan
positif 5 - Lakukan kegiatan bicara dengan
(meningkat) pengalihan terhadap nada yang rendah
2. konsentrasi 5 sumber agitasi dan tenang
(meningkat) - Cegah perilaku pasif - untuk
3. tidur 5 dan agresif mengetahui
(meningkat) kegiatan
4. kontak mata 5 Edukasi : pengalihan
(meningkat)

24
5. perilaku - Informasikan keluarga terhadap sumber
asertif 1 bahwa keluarga agitasi
(menurun) sebagai dasar - untuk mencegah
6. perasaan pembentukan kognitif. perilaku pasif dan
bersalah 5 agresif
Kolaborasi : -
(menurun)
Edukasi :

- untuk
menginformasik
an keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif

Kolaborasi : -

Resiko Perilaku Pencegahan perilaku Observasi:


2. Setelah dilakukan
Kekerasan (D.0146) kekerasan ( I. 14544 )
tindakan - Untuk memonitor
b. d Riwayat atau
keperawatan Observasi: adanya benda yang
ancaman kekerasan
selama x24 jam berpotensi
terhadap diri sendiri - Monitor ada nya benda
diharapkan membahayakan
atau orang lain atau yang berpotensi
masalah Kontrol (mis, benda tajam,
destruksi properti membahayakan (mis.
Diri (L.09076) tali)
orang lain d.d benda tajam, tali)
menurun dengan
gangguan perilaku. Terapeutik:
kriteria hasil : Terapeutik:
- Untuk
- Pertahankan
mempertahankan
lingkungan bebas dari
1. Perilaku lingkungan dari
bahaya secara rutin
menyerang 5 bahaya secara
(menurun) rutin

25
2. Perilaku - Libatkan keluarga - Untuk
melukai diri dalam perawatan melibatkan
sendiri 5 keluarga dalam
Edukasi:
(menurun) perawatan
3. Perilaku - Ajurkan pengunjung
Edukasi:
agresif/amuk 5 dan keluarga untuk
(menurun) mendukung - Untuk
4. keselamatan pasien menganjurkan
- Latih mengurangi pengunjung dan
kemarahan secara keluarga untuk
verbal dan non verbal mendukung
(mis. relaksasi, keselamatan
bercerita) pasien.
- Untuk melatih
Kolaborasi : -
mengurangi
kemarahan
secara verbal dan
non verbal (mis,
relaksasi,
bercerita)

Kolaborasi : -

26
5. Catatan keperawatan

Tgl/Jam Diagnosis/SP Implementasi Evaluasi Nama dan


Paraf

12 1 S : Klien mengatakan Rahma


- Mengidentifikasi
Oktober bahwa masih merasakan
harapan untuk
2023/ sulit konsentrasi,sulit
mengendalikan
09.00 tidur,merasa rendah diri
perilaku.
WIB dan merasa bahwa ia
- Berbicara dengan
adalah seorang
nada rendah dan
"penjahat"
tenang
O : - TD: 120/90 mmHg
- Melakukan
N: 80 kali/menit
kegiatan
S: 36 Co2
pengalihan
P: 20 kali/menit
terhadap sumber
SpO2: 95 %
agitasi
- Mencegah - Klien tampak
perilaku pasif dan memiliki kontak
agresif mata kurang,
- Menginformasika memiliki Perilaku
n keluarga bahwa tidak asertif, sulit
keluarga sebagai beradaptasi
dasar dengan
pembentukan lingkungan sekitar
kognitif penjara, sulit
berinteraksi,
cenderung
bersikap
defensive, sulit
mengontrol
bicaranya dan
sering kali

27
merendahkan diri
sendiri, tampak
gelisah, sulit
diam, dan
cenderung
bergerak tanpa
tujuan.

A : Masalah keperawatan
yang dialami klien belum
teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan

12 2 - Memonitor ada S: Klien mengatakan Rislon


Oktober nya benda yang masih sering merasa
2023/ berpotensi paranoid bahwa orang
09.00 membahayakan lain ingin melukainya.
WIB (mis. benda tajam,
tali) O: Klien masih tampak
- Mempertahankan masih memiliki masalah
lingkungan bebas perilaku agresif,sulit
dari bahaya secara beradaptasi dengan
rutin. lingkungan sekitar
- Melatih penjara.
mengurangi
kemarahan secara A: Masalah keperawatan
verbal dan non klien sering merasa
verbal (mis. paranoid bahwa orang
relaksasi, lain ingin melukainya,
bercerita) sulit beradaptasi
perilaku agresif belum
teratasi

28
P: intervensi di lanutkan

13 1 S: Klien mengatakan Carla


- Mengidentifikasi
Oktober bahwa keluhan sulit
harapan untuk
2023/ konsentrasi, sulit tidur,
mengendalikan
09.00 merasa rendah diri dan
perilaku.
WIB merasa bahwa ia adalah
- Berbicara dengan
seorang "penjahat" sudah
nada rendah dan
mulai membaik
tenang
- Melakukan
O: Klien tampak sudah
kegiatan
sedikit memiliki kontak
pengalihan
mata, memiliki perilaku
terhadap sumber
tidak asertif, sulit
agitasi
beradaptasi dengan
- Mencegah
lingkungan sekitar
perilaku pasif dan
penjara, sulit berinteraksi,
agresif
cenderung bersikap
- Menginformasika
defensive, sulit
n keluarga bahwa
mengontrol bicaranya
keluarga sebagai
dan sering kali
dasar
merendahkan diri sendiri,
pembentukan
tampak gelisah, sulit
kognitif
diam, dan cenderung
bergerak tanpa tujuan.

A: Masalah keperawatan
klien sudah teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan

13 2 - Memonitor ada S: Klien mengatakan Dian


Oktober nya benda yang masih sering perasaan

29
2023/ berpotensi paranoid bahwa orang
09.00 membahayakan lain ingin melukainya
WIB (mis. benda tajam, sudah sedikit berkurang.
tali)
- Mempertahankan O: Klien masih tampak
lingkungan bebas masih memiliki masalah
dari bahaya secara perilaku agresif, sulit
rutin. beradaptasi dengan
- Melatih lingkungan sekitar
mengurangi penjara tetapi sudah
kemarahan secara sedikit berkurang.
verbal dan non
verbal (mis. A: Masalah keperawatan
relaksasi, yang dialami klien sudah
bercerita) teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

14 1 S: Klien mengatakan Lusianus


- Mengidentifikasi
Oktober sudah tidak mengalami
harapan untuk
2023/ sulit konsentrasi, sulit
mengendalikan
09.00 tidur, merasa rendah diri
perilaku.
WIB dan merasa bahwa ia
- Berbicara dengan
adalah seorang
nada rendah dan
"penjahat."
tenang
- Melakukan
O: Klien tampak sudah
kegiatan
fokus terhadap kontak
pengalihan
mata, memiliki perilaku
terhadap sumber
asertif, beradaptasi
agitasi
dengan lingkungan
sekitar penjara,
berinteraksi dengan baik,

30
- Mencegah tidak memiliki sikap
perilaku pasif dan defensive, sudah
agresif mengontrol bicaranya
- Menginformasika dan tidak merendahkan
n keluarga bahwa diri sendiri, gelisah, sulit
keluarga sebagai diam, dan cenderung
dasar bergerak tanpa tujuan.
pembentukan
kognitif A: Masalah keperawatan
yang dialami klien sudah
teratasi

P: Intervensi dihentikan

14 2 - Memonitor ada S: Klien mengatakan Melar


Oktober nya benda yang sudah tidak merasa
2023/ berpotensi paranoid bahwa orang
09.00 membahayakan lain ingin melukainya.
WIB (mis. benda tajam,
tali) O: Klien tampak sudah
- Mempertahankan tidak memiliki masalah
lingkungan bebas perilaku agresif, sulit
dari bahaya secara beradaptasi dengan
rutin. lingkungan sekitar
- Melatih penjara.
mengurangi
kemarahan secara A: Masalah keperawatan
verbal dan non yang dialami klien sudah
verbal (mis. teratasi
relaksasi,
bercerita) P: Intervensi dihentikan

31
32

Anda mungkin juga menyukai