PSYCHIATRIC NURSING
2023
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan utama pembuatan
makalah ini adalah:
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Hak asasi manusia merupakan suatu yang paling penting bagi setiap individu
untuk berhak mendapatkan kebebasan secara pribadi. Narapidana akan diberikan
hukuman penjara pada setiap individu sebagai haknya dibatasi khususnya hak
kebebasan bergerak. Namun, narapidana akan mendapatkan hak-hak lainnya tanpa
adanya diskriminatif. Tujuan membina narapidana di Indonesia pada Lembaga
Pemasyarakatan tidak hanya sekedar penjeraan, tetapi juga dilaksanakannya suatu
upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial kepada narapidana sebagai warga binaan
pemasyarakatan. Apabila seorang pidana diberikan hukuman penjara dan pembalasan,
maka belum tentu narapidana menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya. (Utami &
Indonesia, H. 2017)
3
kesempatan untuk memahami kesalahan mereka, mengubah perilaku mereka, dan
mempersiapkan mereka untuk kembali ke masyarakat dengan cara yang positif.
2. Klasifikasi
a. Umur
b. Jenis Kelamin
Penggolongan jenis kelamin kepada narapidana yang akan dibagi atau digolongkan
sesuai jenis kelamin antara lapas laki-laki dan lapas perempuan.
4
● Narapidana jangka panjang adalah narapidana yang dipidana dengan jangka
waktu diatas lima tahun.
d. Jenis kejahatan
Jenis kejahatan yang dilakukan narapidana dipisah dalam berbagai macam jenisnya
seperti, narkotika, pencurian, penipuan, penggelapan, pembunuhan dan lainnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa uraian diatas merupakan klasifikasi narapidana dapat
dibagi sesuai umur, jenis kelamin, waktu pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan dan
kriteria lain seperti kebutuhan atau perkembangan pembinaan.
3. Etiologi
Salah satu perilaku yang tidak sesuai dengan norma pergaulan manusia di
masyarakat. Kejahatan merupakan masalah sosial seperti masalah ditengah-tengah
masyarakat, dimana pelaku dan korbannya adalah anggota masyarakat juga.
(Anggraini N, 2017)
A. Faktor internal
5
3) Lemahnya pertahanan diri disebabkan oleh faktor pendidikan di keluarga. Hal
tersebut dimanfaatkan oleh orang yang bermaksud jahat untuk mempengaruhi
anak melakukan perilaku kejahatan seperti mencuri, memeras, membunuh dan
lain lain.
4) Keluarga yang tidak harmonis. Misalnya pertengkaran antara orang tua
biasanya terjadi karena tidak adanya kesepakatan dalam mengatur rumah
tangga, terutama masalah kedisiplinan, sehingga membuat anak merasa ragu
akan kebenaran yang harus ditegakkan dalam keluarga.
B. Faktor eksternal
Faktor eksternal dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan sosial, dunia pekerjaan,
dan pertemanan.
6
Pergaulan yang buruk bisa mengubah kebiasaan yang baik,atau
menghancurkan perilaku seseorang.
4. Manifestasi Klinik
1. Gangguan mental
Beberapa penyakit kesehatan mental yang mungkin diidap oleh narapidana adalah:
a. Stress
b. Depresi
c. Psikopat
2. Gangguan fisik
5. Pohon Masalah
8
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan kesehatan umum yang dilakukan oleh dokter untuk menilai kondisi
fisik narapidana.Pemeriksaan ini meliputi pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
denyut nadi, pemeriksaan kulit, pendengaran, penglihatan, dan pemeriksaan fisik
lainnya.
b. Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan laboraturium ini dapat meliputi pemeriksaan darah, urin, dan
pemeriksaan lain untuk mendeteksi kelainan fisik atau infeksi tertentu.Misalnya,
tes narkoba dapat digunakan untuk memeriksa keberadaan narkoba atau obat-
obatan terlarang di dalam tubuh narapidana
c. Pemeriksaan radiologi
Apabila terdapat tanda atau gejala gangguan fisik tertentu, seperti cedera, patah
tulang, atau masalah ortopedi lainnya, mungkin diperlukan pemeriksaan radiologi
seperti rontgen, rontgen, CT scan, atau MRI.
d. Pemerikasaan psikologi atau kejiwaan
Pemeriksaan ini dapat berupa wawancara dan tes psikologi untuk mengevaluasi
kesehatan mental narapidana.Pemeriksaan ini penting untuk mengidentifikasi
masalah seperti gangguan mental, depresi, atau risiko bunuh diri.
e. Pemeriksaan penilaian resiko
Bagi narapidana yang akan dibebaskan atau diberikan cuti bersyarat, penilaian
risiko dapat dilakukan untuk menentukan kemungkinan keberhasilan reintegrasi
ke dalam masyarakat mereka.
f. Pemeriksaan kesehatan seksual
Pemeriksaan ini mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengobati
masalah kesehatan seksual dan penyakit menular seksual.
g. Pemeriksaan gigi dan mulut
Pemeriksaan ini dapat mencakup perawatan kesehatan mulut yang diperlukan,
serta penilaian umum terhadap kesehatan mulut narapidana.
9
h. Pemeriksaan psikiatri
Jika ada kekhawatiran mengenai kesehatan mental seorang narapidana,
pemeriksaan psikiatris dapat dilakukan untuk menentukan apakah mereka
memerlukan perawatan kesehatan mental tambahan.
7. Manajemen Terapi
Terapi kerja atau terapi okupasi suatu ilmu dan seni pengerahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ni
berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk seseorang agar mandiri, tidak
tergantung pada pertolongan orang lain ( riyadi dan purwanto, 2009)
10
yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai dari membuat
menu hingga menyusun anggaran.
c. Konseling. Meskipun narapidana tidak berencana untuk berkonsultasi
pada mantan penjahat, namun di penjara narapidana diberikan
pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. hal ini
dikarenakan memiliki pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti
tindak kejahatan.
2) Terapi kerja narapidana wanita
Terapi kerja narapidana wanita dilaksanakan melalui pembinaan soft skill dan
hard skil dengan pendekatan wirausaha.
11
5. Rencana Reintegrasi Sosial
Sejak awal masa hukuman, perlu ada perencanaan reintegrasi yang melibatkan
pemangku kepentingan, seperti keluarga, komunitas, dan lembaga-lembaga
pemerintah. Ini termasuk persiapan untuk pekerjaan, perumahan, dan dukungan
sosial setelah pembebasan.
8. Daftar Pustaka
Clear, T. R., & Frost, N. A. (2014). The rise and failure of mass incarceration in
America: The punishment imperative.
Travis, J., Western, B., & Redburn, F. S. (2014). The growth of incarceration in
the United States: Exploring causes and consequences.
Wolff, N., Huening, J., Shi, J., & Frueh, B. C. (2014). Trauma exposure and
posttraumatic stress disorder among incarcerated men. Journal of Urban Health, 91, 707-
719.
12
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Budi Santoso
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Pekerjaan : Petani
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Raya Abadi No. 15, Jakarta
Tanggal Masuk RS : 12 Oktober 2023
Jam : 08.30 Wib
13
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Siti Rahayu
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan Dengan Klien : Ibu kandung
Alamat : Jl. Raya Abadi No. 15, Jakarta
c. Alasan Masuk
Budi Santoso telah dihukum penjara selama 2 tahun karena kasus perampokan
bersenjata. Budi memiliki riwayat gangguan konduktif dan gangguan perilaku
sejak masa kanak-kanak, tetapi tidak pernah menjalani terapi psikologis atau
psikiatri sebelumnya. Ia juga pernah mengalami kekerasan fisik di masa lalu
dan berasal dari keluarga dengan riwayat konflik dan kekerasan. Ia mengalami
masalah perilaku agresif dan sulit beradaptasi dengan lingkungan penjara.
d. Faktor Predisposisi
1) Riwayat penyakit
Memiliki riwayat gangguan konduktif dan gangguan perilaku sejak masa
kanak-kanak.
2) Riwayat pengobatan
Klien tidak pernah menjalani terapi psikologis atau psikiatri sebelumnya.
3) Riwayat trauma
Budi pernah mengalami trauma kekerasan fisik di masa lalu yang berasal
dari keluarganya.
4) Riwayat keluarga
Budi berasal dari keluarga dengan riwayat konflik dan kekerasan namun
keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
e. Faktor Presipitasi
14
f. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum : Keadaan delirium
Vital sign:
TD : 120/90 mmHg
N : 80 kali/menit
S : 36 Co2
P : 20 kali/menit
SpO2 : 95 %
2) Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan bertambah
naik, nadi cepat, suhu pernapasan terlihat cepat.
3) Ukur Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berat Badan : 53 kg
Tinggi Badan : 168 cm
4) Yang kami temukan pada klien perilaku kekerasan pada saat pemeriksaan
fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang, mengatup,
dan wajah merah)
5) Verbal (mengancam, kata-kata kotor, berbicara kasar dan ketus)
g. Pengkajian Psikososial
1) Genogram
15
Keterangan:
: Meninggal : Ayah klien
: Meninggal : Ibu Klien
: Saudara laki-laki : Klien
: Saudara Perempuan : Tinggal serumah
2) Konsep diri
a. Gambaran diri
Pada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien akan mempengaruhi
suatu keadaan saat berhubungan dengan orang lain klien merasa terhina,
diejek terhadap kondisinya.
b. Identitas pasien
Klien berjenis kelamin laki-laki, lupa dengan umurnya, biasanya klien
berperilaku kekerasan tidak puas dengan pekerjaannya san lingkungan
tempat tinggal sekitarnya.
c. Ideal diri
Klien memiliki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan perannya
baik dalam keluarga, tempat kerja dan di lingkungan masyarakat.
d. Harga diri
Klien dengan resiko perilaku kekerasan jika berkomunikasi dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni serta terdapat penolakan atau klien
merasa tidak berharga, dihina, diejek, dalam lingkungan keluarganya.
e. Peran diri
Jika klien memiliki masalah, ia tidak mampu melaksanakan tugas dan
perannya tersebut dan merasa tidak berguna.
16
3) Hubungan sosial
a. Orang yang berarti.
Klien memiliki hubungan yang sulit dengan keluarganya. Ia pernah
mengalami kekerasan fisik di masa lalu dan berasal dari keluarga dengan
riwayat konflik dan kekerasan sehingga menyebabkan hubungan dengan
orang-orang berartinya kurang baik.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat.
Klien sebagai narapidana, juga memiliki peran dalam kelompok
masyarakat tahanan di lembaga pemasyarakatan. Namun, perilaku
agresifnya, konflik dengan narapidana lain, dan kesulitan beradaptasi
dengan lingkungan penjara adalah tanda-tanda ketidakmampuannya
untuk menjalani peran ini dengan baik.
4) Spiritual
a. Menurut nilai dan keyakinan, klien mengatakan bahwa tidak mengalami
gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah.
c. Biasanya klien selama sakit jarang melaksanakan ibadah.
h. Status Mental
1) Penampilan Umum
Klien tampak tidak rapi, tampak gelisah, berbicara terputus-putus, dan sulit
diam, sedikit bau badan, sedikit kotor kulitnya, kuku tidak panjang dan
tidak kotor.
2) Pembicaraan
Klien sulit mengontrol bicaranya dan sering kali merendahkan diri sendiri.
3) Aktivitas motorik
a. Aktivitas saat pidana
Klien ketika lapas kesulitan berinteraksi dengan sesama narapidana
dan sering terlibat konflik, gelisah, sulit diam, dan cenderung bergerak
tanpa tujuan.
17
b. Aktivitas di rumah
Klien mengalami kekerasan fisik di masa lalu dan berasal dari
keluarga dengan riwayat konflik dan kekerasan
4) Alam perasaan.
Klien merasa gelisah dan menyesali apa yang telah dilakukan.
5) Afek.
Klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab.
6) Interaksi selama wawancara.
Ketika klien dengan resiko perilaku kekerasan akan terlihat curiga, sulit
berinteraksi, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara dan
cenderung bersikap defensif.
7) Persepsi.
Klien mengalami paranoid dan sering merasa bahwa orang lain ingin
melukainya, namun masih bisa menjawab pertanyaan.
8) Proses piker.
Proses pikirnya terganggu, ada ide-ide paranoid yang dominan.
9) Isi piker.
Klien meyakini dirinya bahwa ia tidak sakit dan baik-baik saja.
10) Tingkat kesadaran dan orientasi.
Kesadaran delirium dan orientasinya terganggu.
11) Memori.
Memiliki gangguan ingatan jangka pendek
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung.
Kesulitan berkonsentrasi dan berhitung.
13) Kemampuan penilaian.
Klien memiliki daya tilik diri yang terbatas dan kesulitan merencanakan
tindakan masa depan.
14) Daya tilik diri.
Klien memiliki daya tilik diri yang terbatas dan kesulitan merencanakan
tindakan masa depan.
18
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan
Klien perlu diingatkan untuk menjaga pola makan yang sehat, hal ini
mencakup pentingnya makan makanan seimbang dan memenuhi kebutuhan
gizi tubuh.
2) BAB / BAK
Tidak ada masalah fisik terkait dengan BAB (Bowel Movement) dan BAK
(Berkemih). Ini mengindikasikan bahwa klien tidak mengalami kesulitan
dalam buang air besar dan buang air kecil.
3) Mandi
Klien harus diingatkan untuk mandi secara teratur. Hal ini menggarisbawahi
pentingnya menjaga kebersihan pribadi dan perawatan diri.
4) Berpakaian
Klien berpakaian tidak rapi.
5) Istirahat dan Tidur
Klien sering kesulitan tidur, perlu dikaji lebih lanjut. Ini mengisyaratkan
adanya masalah tidur yang perlu dievaluasi lebih lanjut oleh tenaga medis
atau perawat untuk mencari solusi atau tindakan yang sesuai.
6) Penggunaan obat
Klien tidak memiliki riwayat penggunaan obat-obatan. Informasi ini penting
untuk mengetahui riwayat penggunaan obat-obatan klien.
7) Pemeliharaan kesehatan
Perlu diberikan informasi tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan
fisik. Ini mencakup edukasi tentang pentingnya merawat kesehatan mental
dan fisik dengan baik.
8) Aktivitas di dalam dan di luar rumah
Klien perlu diberikan panduan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
produktif. Ini menekankan pentingnya keterlibatan dalam aktivitas yang
mendukung pemulihan dan kesejahteraan klien.
19
k. Mekanisme Koping
Klien cenderung menggunakan mekanisme koping yang maladaptif, seperti
penyangkalan, untuk mengatasi perasaan bersalahnya.
l. Aspek Medis
1) Diagnosa medis: Skizofernia
2) Terapi medis dan modalitas yang diberikan: Budi akan mendapatkan terapi
farmakologis antipsikotik dan terapi psikoterapi selama masa tahanan
untuk mengatasi gejala psikosisnya.
Catatan: Dosis obat dan jadwal pemberian harus ditentukan oleh dokter yang merawat
berdasarkan kebutuhan dan evaluasi medis yang berkala. Efek samping yang tercantum
bukanlah daftar lengkap, dan pasien harus berkonsultasi dengan dokter tentang risiko dan
manfaat obat tersebut.
21
2. Analisa Data
DO :
- TTV
TD: 120/90 mmHg
N: 80 kali/menit
S: 36 Co2
P: 20 kali/menit
SpO2: 95 %
22
lingkungan sekitar
penjara.
23
3. Diagnosa keperawatan:
a. Harga Diri Rendah kronis (D.0086) b.d terpapar situasi traumatis, gangguan psikiatrik
d.d merasa sulit konsentrasi, sulit tidur, perilaku tidak asertif, kontak mata kurang,
berbicara pelan dan lirih.
b. Resiko Perilaku Kekerasan (D.0146) b. d riwayat atau ancaman kekerasan terhadap
diri sendiri atau orang lain atau destruksi properti orang lain d.d gangguan perilaku.
No Rencana Keperawatan
Diagnosis
Tujuan dan Kriteria Tindakan Rasional
Evaluasi
24
5. perilaku - Informasikan keluarga terhadap sumber
asertif 1 bahwa keluarga agitasi
(menurun) sebagai dasar - untuk mencegah
6. perasaan pembentukan kognitif. perilaku pasif dan
bersalah 5 agresif
Kolaborasi : -
(menurun)
Edukasi :
- untuk
menginformasik
an keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif
Kolaborasi : -
25
2. Perilaku - Libatkan keluarga - Untuk
melukai diri dalam perawatan melibatkan
sendiri 5 keluarga dalam
Edukasi:
(menurun) perawatan
3. Perilaku - Ajurkan pengunjung
Edukasi:
agresif/amuk 5 dan keluarga untuk
(menurun) mendukung - Untuk
4. keselamatan pasien menganjurkan
- Latih mengurangi pengunjung dan
kemarahan secara keluarga untuk
verbal dan non verbal mendukung
(mis. relaksasi, keselamatan
bercerita) pasien.
- Untuk melatih
Kolaborasi : -
mengurangi
kemarahan
secara verbal dan
non verbal (mis,
relaksasi,
bercerita)
Kolaborasi : -
26
5. Catatan keperawatan
27
merendahkan diri
sendiri, tampak
gelisah, sulit
diam, dan
cenderung
bergerak tanpa
tujuan.
A : Masalah keperawatan
yang dialami klien belum
teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
28
P: intervensi di lanutkan
A: Masalah keperawatan
klien sudah teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
29
2023/ berpotensi paranoid bahwa orang
09.00 membahayakan lain ingin melukainya
WIB (mis. benda tajam, sudah sedikit berkurang.
tali)
- Mempertahankan O: Klien masih tampak
lingkungan bebas masih memiliki masalah
dari bahaya secara perilaku agresif, sulit
rutin. beradaptasi dengan
- Melatih lingkungan sekitar
mengurangi penjara tetapi sudah
kemarahan secara sedikit berkurang.
verbal dan non
verbal (mis. A: Masalah keperawatan
relaksasi, yang dialami klien sudah
bercerita) teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
30
- Mencegah tidak memiliki sikap
perilaku pasif dan defensive, sudah
agresif mengontrol bicaranya
- Menginformasika dan tidak merendahkan
n keluarga bahwa diri sendiri, gelisah, sulit
keluarga sebagai diam, dan cenderung
dasar bergerak tanpa tujuan.
pembentukan
kognitif A: Masalah keperawatan
yang dialami klien sudah
teratasi
P: Intervensi dihentikan
31
32