Anda di halaman 1dari 15

LEMBAGA PERMASYARAKATAN

MAKALAH

Diajukan Untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah HukumAcara


Pidana Semester VI

Disusun Oleh :

Kelompok

Zulfa Erizon 1120004

Priska Perdani 1120008

Dosen Pengampu :

Ali Rahman, S. H, M.H

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA - A

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M.DJAMIL


DJAMBEK BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN

2022 /2023
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum wr.wb

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. segala rahmatnya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai.Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantua dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh
agar makalah ini bisa pembaca praktikan dalam kehidupan sehari – hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini .

Bukittinggi,13 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Pengertian Lembaga Permasyarakatan… ............................................... 3


B. Tujuan Lembaga Permasyarakatan .........................................................5
C. Fungsi Lembaga Permasyarakata ............................................................ 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 10

A. KESIMPULAN ................................................................................... 10
B. SARAN ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi penegak


hukum, merupakan muara dari peradilan pidana yang menjatuhkan pidana
penjara kepada para terpidana. Pelaksanaan hukuman penjara bagi narapidana
tidak dilakukan semata-mata sebagai sebuah upaya balas dendam dan
menjauhkan narapidana dari masyarakat.

Pemenjaraan dalam bentuk pengisolasian diri dari tembok penjara


ternyata mengalami perubahan seiring dengan kemajuan peradaban suatu
bangsa. Pemberian sanksi pidana dengan membina narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan di Indonesia mengalami perubahan yang cukup berarti,
khususnya tentang metode perlakuan terhadap narapidana itu sendiri
Penghukuman melalui mekanisme pemenjaraan dinilai tidak memberikan
nilai tambah bagi seorang narapidana guna memperbaiki hidupnya.
Pemenjaraan menurut sistem pemasyarakatan tidak ditujukan untuk membuat
seorang narapidana merasakan pembalasan akibat perbuatan jahat yang telah
dilakukannya. Sistem pemasyarakatan dikembangkan dengan maksud agar
terpidana menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat,
dapat berperan aktif dalam pembangunan, dan dapat hidup wajar sebagai
masyarakat yang baik dan bertanggung jawab. Pemenjaraan terhadap
narapidana dilakukan berdasarkan sebuah sistem pemasyarakatan.

Sistem pemasyarakatan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1964 harus


ditopang oleh payung hukum agar lebih berarti keberadaannya. Payung
hukum yang menopang sistem pemasyarakatan tersebut adalah Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. UndangUndang
Pemasyarakatan tersebut menguatkan usaha-usaha untuk mewujudkan suatu

1
sistem pemasyarakatan yang merupakan tatanan pembinaan bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Lembaga Permasyarakatan ?
2. Bagaimana Tujuan Dari Lembaga Permasyarakatan ?
3. Bagaimana Fungsi Lembaga Permasyarakatan ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Lembaga Permasyarakatan ?
2. Untuk Mengetahui Tujuan Dari Lembaga Permasyarakatan ?
3. Untuk Mengetahui Fungsi Lembaga Permasyarakatan ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Permasyarakatan


Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi penegak
hukum, merupakan muara dari peradilan pidana yang menjatuhkan pidana
penjara kepada para terpidana. Pelaksanaan hukuman penjara bagi narapidana
tidak dilakukan semata-mata sebagai sebuah upaya balas dendam dan
menjauhkan narapidana dari masyarakat. Pemenjaraan dalam bentuk
pengisolasian diri dari tembok penjara ternyata mengalami perubahan seiring
dengan kemajuan peradaban suatu bangsa. Pemberian sanksi pidana dengan
membina narapidana di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia mengalami
perubahan yang cukup berarti, khususnya tentang metode perlakuan terhadap
narapidana itu sendiri.
Penghukuman melalui mekanisme pemenjaraan dinilai tidak
memberikan nilai tambah bagi seorang narapidana guna memperbaiki
hidupnya. Pemenjaraan menurut sistem pemasyarakatan tidak ditujukan untuk
membuat seorang narapidana merasakan pembalasan akibat perbuatan jahat
yang telah dilakukannya. Sistem pemasyarakatan dikembangkan dengan
maksud agar terpidana menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan, dan dapat hidup wajar
sebagai masyarakat yang baik dan bertanggung jawab. Pemenjaraan terhadap
narapidana dilakukan berdasarkan sebuah sistem pemasyarakatan. Sistem
pemasyarakatan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1964 harus ditopang
oleh payung hukum agar lebih berarti keberadaannya. Payung hukum yang
menopang sistem pemasyarakatan tersebut adalah Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. UndangUndang Pemasyarakatan
tersebut menguatkan usaha-usaha untuk mewujudkan suatu sistem
pemasyarakatan yang merupakan tatanan pembinaan bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP).

3
Lembaga Pemasyarakatan adalah Unit Pelaksana Teknis di bawah
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga
Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau bisa juga yang statusnya masih
tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan
belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim.
Pegawai negeri sipil yang menangani pembinaan narapidana dan
tahanan di Lembaga Pemasyarakatan disebut Petugas Pemasyarakatan, atau
dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara. Dalam arti lain Lembaga
Pemasyarakatan diartikan sebuah institusi dari sub sistem peradilan pidana
yaitu yang mempunyai fungsi strategis guna pelaksanaan pidana juga sebagai
tempat pembinaan bagi narapidana, sebagaimana yang dimaksud di dalam
UU No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan yaitu “suatu tempat untuk
melaksanakan pembinaan narapidana, anak didik, pemasyarakatan, klien
pemasyarakatan (warga binaan pemasyarakatan”.1Pemasyarakatan juga
dikatakan yaitu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan
sebagai suatu sosok keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi
sosial atau pulihnya kesatuan hubungan antara
Petugas Pemasyarakatan menurut Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan merupakan Pejabat
Fungsional Penegak Hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan,
pengamanan, dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
Pembinaan menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional,
kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyaraktan.
Narapidana menurut Pasal 1 angka (7) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan adalah Terpidana yang menjalani pidana
hilang kemerdekaan di LAPAS.

1
Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, pasal 1 ayat 1 dan 2

4
Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS menurut
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana
dan Anak Didik Pemasyarakatan.
Warga Binaan Pemasyarakatan dengan masyarakat. Dalam
perkembangan selanjutnya Sistem Pemasyarakatan mulai dilaksanakan sejak
tahun 1964 dengan ditopang oleh UU No 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.UU Pemasyarakatan itu menguatkan usaha-usaha untuk
mewujudkan suatu sistem Pemasyarakatan yang merupakan tatanan
pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan. 2

B. Tujuan Lembaga Permasyarakatan


Sistem pemasyarakatan mempunyai tujuan akhir yaitu memulihkan
kesatuan hubungan sosial warga binaan dalam masyarakat, khususnya
masyarakat di tempat tinggal asal mereka. Pemenuhan hak dasar para
narapidana menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal tersebut
sangat penting untuk menjadi perhatian dalam melaksanakan sistem
pemasyarakatan yang mendasarkan pada asasasas pemasyarakatan. Menurut
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
asas-asas pemasyarakatan yang dimaksud adalah:
a. Pengayoman
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
c. Pendidikan
d. Pembimbingan
e. Penghormatan harkat dan martabat manusia
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan dan ;
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu.

2
Andi Hamzah,Tinjauan Ringkas Sistem Pemindanaan di Indonesia, Cetakan Pertama,
Nopember, Jakarta, 1983, hlm 17

5
Pembinaan yang dimaksud meliputi kegiatan pembinaan dan
pembimbingan kepribadian dan kemandirian. Pembinaan dan pembimbingan
kepribadian dan kemandirian sebagaimana dimaksud meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan:

a. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa


b. Kesadaran berbangsa dan bernegara
c. Intelektual
d. Sikap dan perilaku
e. Kesehatan jasmani dan rohani
f. Kesadaran hukum
g. Reintegrasi sehat dengan masyarakat
h. Keterampilan kerja dan
i. Latihan kerja dan produksi

Sistem pembinaan yang tertera pada pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995


terhadap warga binaan Lembaga Pemasyarakatan digolongkan berdasarkan
asas: pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan,
pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan
kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan, dan juga terjaminnya hak
untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu.
Penggolongan pembinaan lain juga menjelaskan bahwa :

Dalam rangka pembinaan terhadap Narapidana di LAPAS dilakukan


penggolongan atas dasar umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan,
jenis kejahatan, kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan
pembinaan. Pembinaan Narapidana Wanita di LAPAS dilaksanakan di
LAPAS Wanita.

Sistem pembinaan pada Lembaga Pemasyarakatan terkhusus pada warga


binaan wanita yang dalam hal tersebut dikategorikan sebagai narapidana
bertujuan agar warga binaan menjadi lebih baik lagi dan tidak mengulangi
tindak pidana yang dilakukan dan dapat menerapkan nilai-nilai pada sila

6
pancasila.Hal tersebut dapat menjadi landasan warga binaan wanita dalam
memahami kesalahan yang sudah diperbuat untuk dikemudian hari.

Konsep rehabilitasi dalam pemasyarakatan yaitu dapat dengan


mengembalikan kembali warga binaan wanita itu ke masyarakat dengan
perilaku yang baik dan lebih berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Proses rehabilitasi dalam pemasyarakatan dilakukan salah satunya yaitu
dengan memberikan keterampilan bagi warga binaan sehingga setelah keluar
dari LAPAS atau Rutan warga binaan wanita ini tetap memiliki keterampilan
dan kesiapan untuk diperkerjakan.

Hak-hak yang dimiliki oleh narapidana yaitu hendaknya dapat diberikan


dengan jalan adanya sebuah pembinaan kepribadian yang diarahkan pada
pembinaan mental dan watak agar narapidana menjadi manusia seutuhnya,
bertaqwa dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat,
sedangkan pembinaan kemandirian diarahkan pada pembinaan bakat dan
keterampilan agar nantinya narapidana dapat kembali berperan sebagai
anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Perkembangan
tujuan pembinaan narapidana berkaitan erat dengan tujuan pembinaan

C. Fungsi Lembaga Permasyarakatan


Sistem pemasyarakatan yang dijalankan berdasarkan UndangUndang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menempatkan para
narapidana sebagai seorang manusia yang melakukan kesalahan dan harus
dibina untuk kembali kejalan yang lurus. Hal itu ditunjukkan dengan
penyebutan narapidana menjadi warga binaan pemasyarakatan. Warga binaan
Pemasyarakatan diberikan pembinaan di dalam Lembaga pemasyarakatan.
Upaya pembinaan yang dilakukan harus didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi:
1. Sarana Gedung Pemasyarakatan
Gedung Pemasyarakatan merupakan gambaran keadaan
penghuni di dalamnya. Keadaan gedung yang layak dapat mendukung

7
proses pembinaan yang sesuai harapan. Di Indonesia sendiri, sebagian
besar bangunan Lembaga Pemasyarakatan merupakan warisan kolonial,
dengan kondisi yang terkesan ”angker” dan keras. Tembok tinggi yang
mengelilingi dengan teralis besi menambah kesan seram penghuninya .
2. Pembinaan Narapidana
Sarana untuk pendidikan keterampilan di Lembaga
Pemasyarakatan sangat terbatas, baik dalam jumlahnya maupun dalam
jenisnya, dan bahkan terdapat sarana yang sudah demikian lama
sehingga tidak berfungsi lagi.
3. Petugas Pembinaan
di Lembaga Pemasyarakatan Berkenaan dengan masalah
petugas pembina di Lembaga Pemasyarakatan, ternyata dapat dikatakan
belum sepenuhnya menunjang tercapainya profesionalitas pembinaan,
mengingat sebagian besar dari petugas pembina narapidana ini relatif
belum ditunjang oleh bekal kecakapan melakukan pembinaan dengan
pendekatan humanis yang dapat menyentuh perasaan para narapidana.

Disamping sarana dan prasarana yang harus memadai, hal pokok yang
tidak boleh diabaikan dalam upaya pembinaan narapidana oleh petugas
Lembaga Pemasyarakatan adalah pelaksanaan asas-asas sistem
pemasyarakatan. Upaya pembinaan yang dilakukan oleh petugas Lembaga
Pemasyarakatan harus berjalan dengan baik. Kepala Lembaga
Pemasyarakatan mempunyai peran yang sangat berpengaruh bagi para
petugas pembina narapidana dalam melaksanakan tugasnya, karena akan
pembinaan dan berjalan atau tidak sepenuhnya berada ditangan Kepala
Lembaga Pemasyarakatan, artinya hanya Kepala Lembaga Pemasyarakatan
yang memiliki visi dan misi serta komitmen tinggi, yang dapat menjalankan
konsep pemasyarakatan. 3

3
Yunitri Sumarauw, Narapidana Perempuan Dalam Penjara ( Suatu Kajian Antropologi
Gender ), hlm 4

8
Berhasil tidaknya mendidik narapidana sebagai seorang pekerja yang
taat hukum kelak setelah berada di masyarakat, sangat tergantung pada proses
sosialisasi narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan, dengan
mengadaptasi nilai-nilai agama, kesusilaan dan sosial lainnya yang berlaku
dalam masyarakat. Bentuk-bentuk penekanan, pemerasan dan perlakuan tidak
senonoh, harus tidak terjadi dalam kehidupan Lembaga Pemasyarakatan, oleh
karenanya pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan hendaknya
bukan dengan cara penekanan (pembalasan), tetapi dengan perlindungan.4

Profesionalisme para petugas pembina narapidana juga sangat


berperan dalam menyampaikan sebuah materi pembinaan. Selain dibutuhkan
metode-metode pembinaan, juga dibutuhkan rasa kesungguhan dan etos kerja
yang tinggi dalam diri petugas. Apabila tidak ada rasa ikhlas, tanggung jawab
dalam menanamkan kesetiaan, ketaatan dan keteladanan dalam diri petugas
Lembaga Pemasyarakatan, penyampaian materi pembinaan tidak dapat
diterima secara maksimal bagi narapidana.5

4
Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Ctk. Pertama, PT
Refika Aditama, Bandung, 2006.h. 56
5
Bismar Siregar, Hukum Acara Pidana, Ctk.Pertama,Binacipta, Jakarta, 1983.h. 79

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi penegak
hukum, merupakan muara dari peradilan pidana yang menjatuhkan pidana
penjara kepada para terpidana. Pelaksanaan hukuman penjara bagi narapidana
tidak dilakukan semata-mata sebagai sebuah upaya balas dendam dan
menjauhkan narapidana dari masyarakat. Pemenjaraan dalam bentuk
pengisolasian diri dari tembok penjara ternyata mengalami perubahan seiring
dengan kemajuan peradaban suatu bangsa. Pemberian sanksi pidana dengan
membina narapidana di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia mengalami
perubahan yang cukup berarti, khususnya tentang metode perlakuan terhadap
narapidana itu sendiri.
Penghukuman melalui mekanisme pemenjaraan dinilai tidak memberikan
nilai tambah bagi seorang narapidana guna memperbaiki hidupnya.
Pemenjaraan menurut sistem pemasyarakatan tidak ditujukan untuk membuat
seorang narapidana merasakan pembalasan akibat perbuatan jahat yang telah
dilakukannya. Sistem pemasyarakatan dikembangkan dengan maksud agar
terpidana menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat,
dapat berperan aktif dalam pembangunan, dan dapat hidup wajar sebagai
masyarakat yang baik dan bertanggung jawab.

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini pemakalah menyadari masih banyak


kekurangan kekurangan oleh karena itu, diharapkan dari pembaca kritik dan
saran untuk keberlangsungan makalah berikutnya,semoga makalah ini bisa
menjadi mamfaat bagi para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achmad S Soemadi Pradja dan Atmasasta, Sistem Pemasyarakatan di Indonesia,

Ctk. Pertama, Binacipta, Bandung, 1979.

Antonius Sujata, Reformasi Dalam Penegakan Hukum, Ctk. Pertama, Djambatan,

Jakarta, 2000.

A.Widiada Gunakaya S.A, Sejarah Dan Konsepsi Pemasyarakatan, Ctk. Pertama,

Armico, Bandung, 1988.

Badan Pembinaan Hukum Nasional, Evaluasi Sistem Pemayarakatan, Ctk.

Pertama, Binacipta, Jakarta, 1975.

Bambang Purnomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan,

Ctk. Pertama, Liberty,Yogyakarta, 1985.

Barda Nawawi, Bunga rampai Kebijakan Hukum Pidana, Ctk. Pertama, PT Citra

Adtya Bakti, Bandung, 1996.

Bismar Siregar, Hukum Acara Pidana, Ctk.Pertama, Binacipta, Jakarta, 1983.

Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Ctk.

Pertama, PT Refika Aditama, Bandung, 2006.

Eko Riyadi, Supriyanto Abdi (ed), Mengurai Kompleksitas Hak Asasi Manusia(

kajian Multi Perspektif ), Ctk. Pertama, PUSHAM UII, 2007.

11
H. Hartono Mardjono, Negara Hukum Yang Demokratis sebagai Landasan

Membangun Indonesia Baru, Ctk. Pertama, Koridor Pengabdian,

Jakarta, 2001.

12

Anda mungkin juga menyukai