Anda di halaman 1dari 26

IMPLEMENTASI PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA PADA

LEMBAGA PERMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIB SIGLI

Oleh :
TAUFIQ ARYO SETIOKO
19104111039
HUKUM NON REG 02

UNIVERSITAS JABAL GHAFUR SIGLI

FAKULTAS HUKUM

TAHUN AJARAN2021/2022

KATA PENGANTAR
‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيم‬

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kesehatan
dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul”
Implementasi Pembinaan Terhadap Narapidana Pada Lembaga Permasyarakatan Perempuan
Kelas Iib Sigli”, dengan sebaik-baiknya.Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Rasullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, serta seluruh
pengikutnya.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari dalam penulisan ini tidak luput

dari kekhilafan dan kelupaan yang dapat menimbulkan kesalahan. Dengan ini penulis

mohon kepada semua pihak untuk senantiasa harap maklum dan penulis sanggat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini

serta harapan terakhir semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirul kalam

semoga bantuan dan jasa yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah

Subhanahu wata’ala, Amin.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah dan

mendapat imbalan pahala dari Allah Subhanahu wa ta’ala, amin. Penulis menyadari bahwa

tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu semua kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu wa ta’ala semata.

PIDIE , 7 JULI 2022

Taufiq Aryo Setioko

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Tentang Lembaga Pemasyarakatan……………………. 5
2.2 Pengaturan Lembaga Pemasyarakatan………………....................... 5
2.3 Tujuan Lembaga Pemasyarakatan…………………………………. 7
2.4 Asa-Asas Lembaga Pemasyarakatan………………………………. 8
2.5 Sturktur Lembaga Pemasyarkatan…………………………………. 9
2.6 Metode Lembaga Pemasyarakatan………………………………… 10
2.7 Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan…………………………... 11
2.8 Ruang Lingkup Pembinaan………………………………………… 17

BAB III HASIL KEGIATAN


3.1 Data Umum……………………………………………………….... 19
3.2 Data Khusus………………………………………………………... 22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….... 27
4.2 LAMPIRAN………………………………………………………... 27

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang luas dan merupakan negara hukum. Pembangunan
nasional yang mencakup semua aspek kehidupan masyarakat,berbangsa dan
bernegara dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang berkeadilan.
Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan apa sajayang tidak boleh
dilakukan. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang yang nyata-nyata
berbuat melawan hukum, melainkan perbuatan yangmungkin akan terjadi, dan
kepada alat perlengkapan negara untuk bertindakmenurut hukum. Sistem bekerjanya
hukum yang demikian ini merupakan salah satu bentuk penegakan hukum.
Hukum yang diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadaan yang teratur, aman dan tertib. Demikian juga hukum
pidana yang merupakan salah satu hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum
ada karena keadaan dimana seseorang ingin merasakan perlindungan hukum
dan berhak atas lingkungan hidup yang nyaman dan damai,karena itu
merupakan salah satu bentuk hak asasi manusia yang ada di Negara ini yang
dijamin langsung oleh Negara karena Indonesia adalah Negara hukum sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”2 dan ciri dari Negara hukum adalah adanya perlindungan terhadap
HAM, adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan Negara untuk menjamin
perlindungan terhadap hak asasi manusia dan adanya peradilan yang terbuka.
Hukum Pidana dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan
pelanggaran terhadap norma-norma yang hidup dalam masyarakat yang diaturdalam
hukum pidana positif Indonesia, karena pidana juga berfungsi sebagai pranata sosial
yang di mana dalam hal ini pidana adalah bagian dari reaksi sosial dalam
masyarakat, dan proses penjatuhan pidana ini dilakukan sesuai dengan sistem
peradilan pidana yang sah dan berlaku di Indonesia.
Ketika pidana telah dijatuhkan sesuai dengan sistem peradilan pidana
yang ada di Indonesia maka seseorang yang telah dianggap bersalah melalui
proses peradilan pidana dan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
tindak pidana harus menjalankan pidana atau hukumannya di Lembaga
Pemasyarakatan atau sering disebut dengan Lapas, dimana dalam hal ini
Lembaga Pemasyarakatan berfungsi sebagai tempat bagi seseorang yang telah
dikatakan bersalah dalam hukum pidana yang biasa disebut narapidana
untukmenjalani hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan atau sering disebutLapas,
selain tempat untuk menjalani hukuman fungsi dari lembaga pemasyarakatan adalah
tempat untuk melakukan pembinaan bagi warga binaan agar menjadi manusia yang
lebih baik dan tidak lagi mengulangi kesalahannya karena bagaimanapun juga warga
binaan adalah insan yangpatut dihormati dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabat manusia walaupun mereka pernah melakukan kesalahan justru di tempat
inilah merekadibina agar menjadi insan yang lebih baik demi kemajuan bangsa ini.
Dalamhal ini yang memiliki peran yang sangat penting adalah Lapas dimana
Lapasmemiliki peran untuk melakukan pembinaan bagi warga binaannya.
Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan disebutkan, bahwa pada hakekatnya warga binaan
pemasyarakatan sebagai insan dan sumber daya manusia harus diperlakukan
dengan baik dan manusiawi dalam sistem pembinaan yang terpadu.
Perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem
kepenjaraan tidak sesuai dengan sistem pemasyarakatan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Bicara mengenai pembangunan hukum yang kuat dan merata
diseluruh kalangan masyarakat sangat mudah diucapkan, namun tidak bisa
dipungkiri bahwa di dalam proses pembangunan hukum yang kuat tersebut
masih banyak terjadi kendala. Masyarakat di buat frustasi dengan keadaan
seperti ini, Hak Asasi Manusia (HAM) yang ada seakan tidak dapat
menolongnya. Keadaan seperti ini membuat masyarakat tidak memiliki jalan
keluar lain, sehingga mereka melakukan tindak kejahatan yang berdampak
pada di masukannya orang tersebut ke dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Pada prinsipnya, semua terpidana yang menjalani pidana, hilang
kemerdekaannya setelah diputuskan melalui putusan pengadilan, yang berkekuatan
hukum tetap dan selanjutnya terpidana ditempatkan di Lembaga
Pemasyarakatan sebagai narapidana dan disana kembali diproses sesuai
dengan hukum yang berlaku agar nantinya dapat kembali hidup
bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan dari hukum pidana itu sendiri,
yaitu untuk memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat dengan cara
melaksanakan dan menegakan aturan hukum pidana demi terciptanya
keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.
Penjatuhan pidana kepada seseorang dengan menempatkannya
kedalam Lembaga Pemasyarakatan pada dasarnya melihat bahwa pidana
adalah alat untuk menegakan tata tertib dalam masyarakat. Pidana adalah alat
untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan dengan tujuan agar tata tertib
masyarakat tetap terpelihara, sehingga dengan dimasukannya ke dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
Pada kenyataanya dalam lembaga ini banyak terjadi kendala, seperti
kondisi Lembaga Pemasyarakatan yang memperihatinkan, dan juga kendala
dari warga binaan pemasyarakatan sendiri yang kurang taat pada aturan yang
berlaku padahal pembinaan yang dilakukan untuk kepentingan warga binaan
sendiri sehingga amanat dari Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan dapat terlaksana, yaitu4
membentuk warga binaan permasyarakatan agar menjadi manusia
seutuhnya yang menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat serta menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab‟.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun mengangkat isu
hukum tersebut ke dalam skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PEMBINAAN
TERHADAP NARAPIDANA PADA LEMBAGA PERMASYARAKATAN
PEREMPUAN KELAS IIB SIGLI”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun mengkaji
dengan rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana efektifitas proses pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIB Sigli?
2. Apa faktor penghambat dalam proses pembinaan terhadap narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Sigli ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas dari proses pembinaan narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Sigli.
2. Untuk mengetahui penghambat dalam proses pembinaan terhadap narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Sigli

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Tentang Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat


untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan diatur
dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan, yang dimaksud dengan pemasyarakatan adalah
kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan
sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem
pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Dari pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa inti dari pemasyarakatan adalah pembinaan terhadap narapidana supaya nantinya
dapat kembali ke masyarakat dengan baik. Pembinaan itu diperlukan suatu sistem, yang
dinamakan sistempemasyarakatan. Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan mengatur sistempemasyarakatan, yaitu suatu tatanan mengenai arah dan
batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila yang
dilaksanakan secara baik. Masyarakat dibina secara baik guna meningkatkan kualitas warga
binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi
tindak pidana, sehingga dapat di terima kembali di lingkungan masyarakat, dan juga 30
dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai
warganegara yang baik dan bertanggung jawab sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat
(2).Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa
narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang
statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses
peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim.1
Pegawai negeri sipil yang menangangi pembinaan narapidana dan tahanan di
lembaga pemasyarakatan di sebut dengan Petugas Pemasyarakatan, atau dahulu lebih
di kenal dengan istilah penjara. Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh
Menteri Kehakiman pada tahun 1962, dimana disebutkan bahwa tugas jawatan
kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat
adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Pasal 4
menyebutkan bahwa lapas dan bapas didirikan di setiap ibukota
kabupaten atau kotamadya, namun apabila dianggap perlu, di tingkat kecamatan atau
kota administratif dapat didirikan cabang lapas dan cabang bapas. Selanjutnya, pembinaan
warga binaan pemasyarakatan dilakukan di lapas dan pembimbingan warga binaan
pemasyarakatan dilakukan oleh bapas yang diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Lapas adalah tempat pelaksanaan pembinaan
narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Dari pengertian tersebut secara hakikat
mempunyai kesamaan yaitu orang yang menghuni Lapas berdasarkan putusan pengadilan,
dan perbedaannya hal ini dapat di jelaskan oleh Undang-Undang Pemasyarakatan,
berdasarkan Pasal 1 ayat (7) dan ayat (8), Narapidana adalah Terpidana atau seseorang yang
dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
yang menjalani pidana atau hilangnya kemerdekaan di lapas.

2. Pengaturan Lembaga Pemasyarakatan

Sistem pemasyarakatan merupakan satu rangkaian kesatuan penegakan hukum pidana,


oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum
mengenai pemidanaan. Sistem pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengambalikan
warga binaan pemasyarakatan sebagai warga yang baik, juga bertujuan untuk melindungi
masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan
pemasyarakatan. Lembaga pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas
pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan dari Lembaga pemasyarakatan
dengan melakukan bimbingan dan pembinaan melalui pendidikan, rehabilitasi, dan
integrasi.Pelakasanaan pidana penjara dengan sistem pemasyarakatan di Indonesia saat ini
mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan. Undang-
undang Pemasyarakatan terdiri dari 8 bab dan 54 pasal. Adapun dalam bab pertama mengatur
mengenai ketentuan umum, bab kedua mengatur mngenai pembinaan, bab ketiga mengatur
mengenai warga binaan masyarakat, bab keempat mengatur mengenai balai petimbangan
masyarakat dan tim pengamat masyarakat, bab kelima mengatur mengenai keamanan dan
ketertiban, bab keenam mengatur mengenai ketentuan lain, bab ketujug mengatur mengenai
peraturan peralihan, bab kedelapan mengatur mengenai ketentuan penutup.

Penjelasan umum Undang-Undang Pemasyarakatan yang merupakan dasar yuridis filosofis


tentang pelaksanaan sistem pemasyarakatan di Indonesia dinyatakan bahwa:

a. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran baru


mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga merupakan
suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan telah
melahirkan suatu sistem pembinaan yang sejak lebih dari tiga puluh tahun yang alu
dikenal dan dinamakan sistem pemasyarakatan.

b. Walaupun telah diadakan berbagai perbaikan mengenai tatanan (sel sel) pemidanaan
seperti pranata pidana bersyarat (Pasal 14 a KUHP), pelepasan bersyarat (Pasal 15
KUHP),dan pranata khusus penuntutan serta penghukuman terhadap anak (Pasal 45,
46,dan 47 KUHP), namun pada dasarnya sifat pemidanaan masih bertolak dari asas
dan sistem pemenjaraan, sistem pemenjaraan sangat menekankan pada unsur balas
dendam dan penjeraan, sehingga institusi yang dipergunakan sebagai tempat
pembinaan adalah rumah penjara bagi Narapidana dan rumah pendidikan negara bagi
anak yang bersalah.

c. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan
yang disertai dengan lembaga "rumah penjara" secara berangsur-angsur dipandang
sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan
reintegrasi sosial, agar Narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi berkehendak
untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang
bertanggung jawab bagi diri, keluarga, dan lingkungannya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka sejak tahun 1964, sistem pemidanaan bagi narapidana
dan anak pidana telah berubah secara mendasar, yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi
sistem pemasyarakatan. Begitu pula institusinya yang semula disebut rumah penjara dan
rumah pendidikan negara berubah menjadi lembaga pemasyarakatan berdasarkan Surat
Instruksi Kepala Direktorat Pemasyarakatan Nomor J.H.G.8/506 tanggal 17 Juni 1964.

3. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan

Perkembangan pembinaan terhadap narapidana berkaitan erat dengan tujuan


pemidanaan. Pembinaan narapidana yang sekarang dilakukan pada awalnya berangkat dari
kenyataan bahwa tujuan pemidanaan tidak sesuai lagi dengan perkembangan nilai dan
hakekat yang tumbuh di masyarakat.Tujuan perlakuan terhadap narapidana di Indonesia
dimulai sejak tahun 1964 setelah Sahardjo mengemukakan dalam konferensi kepenjaraan,
jadi mereka yang berstatus narapidana bukan lagi dibuat jera melainkan dibina untuk
kemudian dimasyarakatkan kembali.

Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menyebutkan


bahwa sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan
Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri,
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai
warga yang baik dan bertanggung jawab. Selanjutnya, tujuan dari Lembaga Pemasyarakatan
adalah :

a. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya,


menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga
dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab.
b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan diRumah Tahanan
Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam rangka memperlancar proses
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan
c. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para pihak berperkara serta
keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita untuk keperluan barang bukti
pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta
benda-benda yang dinyatakan dirampas untuk negara berdasarkan putusan
pengadilan.

Fungsi dari Lembaga Pemasyarakatan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 Undang-


Undang Pemasyarakatan adalah untuk menyiapkan warga binaan

pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat
berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Yang
dimaksud dengan berintegrasi secara sehat adalah pemulihan kesatuan hubungan warga
binaan pemasyarakatan dengan masyarakat.Dalam sistem pemasyarakatan, narapidana, anak
didik pemasyarakatan berhak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin hak-
hak mereka untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar baik keluarga
maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetah maupun elektronik,
memperoleh pendidikan yang layak dan sebagainya.Untuk melaksanakan sistem
pemasyarakatan tersebut, diperlukan juga keikutsertaan masyarakat, baik dengan sikap
bersedia menerima kembali warga binaan pemasyarakatan yang telah selesai menjalani
pidananya.

Pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan merupakan bagian dari sistem


pemasyarakatan untuk menegakan hukum pidana. Berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 UU
Pemasyarakatan, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari sistem pemasyarakatan adalah
untuk mengembalikan warga binaan menjadi warga yang baik sehingga dapat diterima
kembali di dalam masyarakat.

4. Asa-Asas Lembaga Pemasyarakatan

Asas pembinaan pemasyarakatan merupakan pegangan atau pedoman bagi para pembina
warga binaan agar tujuan pembinaan yang dilaksanakan dapat tercapai dengan baik.
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Pemasyarakatan, yaitu: Asas pengayoman, asas
persamaan perlakuan dan pelayanan, asas pendidikan, asas pembimbingan, asas
penghormatan harkat dan martabat manusia, asas kehilangan kemerdekaan merupakan satu-
satunya penderitaan, asas terjamnnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu.

Menurut Pasal 5 UU Pemasyarakatan tersebut, penjabaran asas-asas sistem pembinaan


terhadap narapidana adalah :

1. Pengayoman

Yang dimaksud dengan pengayoman adalah perlakuan kepada warga binaan pemasyarakatan
dalam rangka melindungi masyarakat dari pengulangan perbuatan pidana oleh Warga Binaan
dengan cara memberikan pembekalan melalui proses pembinaan.

2. Persamaan Perlakuan dan Pelayanan

Seluruh Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan diperlakukan dan dilayani sama tanpa
membeda-bedakan latar belakang orang ( non diskriminasi )
3. Pendidikan dan Pembimbingan

Pelayanan di bidang ini dilandasi dengan jiwa kekeluargaan, budi pekerti, pendidikan rohani,
kesempatan menunaikan ibadah, dan keterampilan dengan berlandaskan pancasila.

4. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia

Asas ini dijelaskan sebagai bentuk perlakuan kepada warga binaan yang dianggap orang yang
“tersesat”, tetapi harus diperlakukan sebagai manusia.

5. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan

Yang dimaksud diatas adalah bahwa Warga Binaan hanya ditempatkan sementara waktu di
Lembaga Pemasyarakatan untuk mendapatlan rehabilitasi dari negara

6. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu

Adanya upaya didekatkan dan dikenalkan kepada masyarakat sehingga tidak menimbulkan
keterasingan dengan cara kunjungan, hiburan ke dalam Lapas, serta berkumpul dengan
sahabat maupun keluarga.

Asas-asas pembinaan tersebut pada prinsipnya mencakup 3 pikiran

pemasyarakatan yaitu sebagai tujuan, proses dan motode, yaitu:

a. Sebagai tujuan berarti dengan pembimbingan pemasyarakatan diharapkan narapidana dapat


menyadari perbuatannya dan kembali menjadi warga yang patuh dan taat pada hukum yang
berlaku

b. Sebagai proses berarti berbagai kegiatan yang harus dilakukan selama pembinaan dan
pembimbingan berlangsung

c. Sebagai metode merupakan cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan pembinaan
dan pembimbingan dengan sistem pemasyarakatan.

Seluruh proses pembinaan narapidana dengan sistem pemasyarakatan merupakan suatu kesaturan
yang integral untuk mengembalikan narapidana kepada masyarakatan dengan bekal kemampuan
(mental, phisik, keahlian, keterpaduan, sedapat mungkin pula financial dan material) yang
dibutuhkan untuk menjadi warga yang baik dan berguna.

5. Sturktur Lembaga Pemasyarkatan

Lembaga pemasyarakatan untuk selanjutnya disebut Lapas sebagaimana disebutkan


dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PR.07.03 Tahun
1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan adalah unit pelaksana
tehnis dibidang Pemasyarakatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman
Lapas mempunyai tugas melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik Selanjutnya,
untuk melaksanakan tugas tersebut, lapas mempunyai fungsi:

a. Melakukan pembinaan narapidana/anak didik;


b. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja;
c. Melakukan bimbingan sosial/kerohanian narapidana/anak didik;
d. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib LAPAS;
e. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Lapas diklasifikasikan dalam 4 kelas yang dilakukan berdasarkan kapasitas, tempat
kedudukan, dan tempat kegiatan kerja. Keempat kelas tersebut yaitu:

a. Lapas Kelas I;
b. Lapas Kelas IIA;
c. Lapas Kelas IIB; dan
d. Lapas Kelas III.

Lapas Kelas I (satu) terdiri dari:


a. Bagian Tata Usaha;
b. Bidang Pembinaan Narapidana;
c. Bidang Kegiatan Kerja;
d. Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib;
e. Kesatuan Pengamanan LAPAS.
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga lapas.
Selanjutnya Pasal 7 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada Pasal,
Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi;

a. melakukan urusan kepegawaian;


b. melakukan urusan keuangan;
c. melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

Bagian Tata Usaha terdiri dari:


a. Sub Bagian Kepegawaian yang mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian
b. Sub Bagian Keuangan yang mempunyai tugas melakukan urusan keuangan
c. Sub Bagian Umum empunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan
rumah tangga

Bidang Pembinaan Narapidana mempunyai tugas melaksanakan pembinaan pemasyarakatan


narapidana.Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidang Pembinaan Narapidana
mempunyai fungsi:

a. Melakukan registrasi dan membuat statistik serta dokumentasi sidik jarinarapidana;


b. Memberikan bimbingan pemasyarakatan;
c. Mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana.

Bidang Pembinaan Narapidana terdiri dari:


a. Seksi Registrasi, mempunyai tugas melakukan pencatatan dan membuat statistik serta
dokumentasi sidik jari narapidana
b. Seksi Bimbingan Kemasyarakatan, mempunyai tugas memberikan bimbingan dan
penyuluhan rokhani serta memberikan latihan olah raga, peningkatan pengetahuan asimilasi,
cuti dan penglepasan narapidana;
c. Seksi Perawatan Narapidana, mempunyai tugas mengurus kesehatan dan memberikan
perawatan bagi narapidana.

Bidang Kegiatan Kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan


sarana kerja dan mengelola hasil kerja. tugas tersebut, Bidang Kegiatan Kerja mempunyai
fungsi:
a. Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana;
b. Mempersiapkan fasilitas sarana kerja;
c. Mengelola hasil kerja.
Bidang Kegiatan Kerja terdiri dari

a. Seksi Bimbingan Kerja, mempunyai tugas memberikan petunjuk dan bimbingan latihan
kerja bagi narapidana;
b. Seksi Sarana Kerja, empunyai tugas mepersiapkan fasilitas sarana kerja
c. Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, mempunyai tugas mengelola hasil kerja

Pasal 18 menyebutkan bahwa Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai
tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan,
menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta
menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib. Selanjutnya, pada
Pasal 19, untuk menyelenggarakan tugas tersebut Bidang Administrasi Keamanan dan Tata
Tertib mempunyai fungsi:
a. Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan;
b. Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta
mempersiapkan laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib terdiri dari:


a. Seksi Keamanan, mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan
pembagian tugas pengamanan.
b. Seksi Pelaporan dan Tata Tertib, mempunyai tugas menerima laporan harian dan berita
acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala di bidang
keamanan dan menegakkan tata tertib.

Kesatuan Pengamanan lapas sebagaimana disebutkan dalam pasal 22 mempunyai tugas


menjaga keamanan dan ketertiban lapas. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Kesatuan
Pengamanan LAPAS mempunyai fungsi:
a. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana;
b. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
c. Melakukan pengawalan penerimaan, penempatan dan pengeluaran narapidana;
d. Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan;
e. Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan.

Susunan Organisasi Lapas Kelas IIA diatur muali dari Pasal 25 sampai dengan Pasal 44
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PR.07.03
Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan. Adapun susunan
tersebut terdiri dari:
a. Sub Bagian Tata Usaha;
b. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik;
c. Seksi Kegiatan Kerja;
d. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib;
e. Kesatuan Pengamanan LAPAS

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
lapas. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :
a. Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan;
b. Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari :

a. Urusan Kepegawaian dan Keuangan, mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian


dan keuangan
b. Urusan Umum, mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan
rumah tangga

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik mempunyai tugas memberikan bimbingan


pemasyarakatan narapidana/anak didik. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Seksi
Bimbingan Narapidana/Anak Didik mempunyai fungsi:
a. Melakukan registrasi dan membuat statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana/anak
didik;
b. Memberikan bimbingan pemasyarakatan, mengurus kesehatan dan memberikan perawatan
bagi narapidana/anak didik.

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik terdiri dari :

a. Sub Seksi Registrasi, mempunyai tugas melakukan pencatatan dan membuat statistik serta
dokumentasi sidik jari narapidana/anak didik
b. Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan, mempunyai tugas memberikan
bimbingan dan penyuluhan rokhani serta memberikan latihan olah raga, peningkatan
pengetahuan asimilasi, cuti penglepasan dan kesejahteraan narapidana/anak didik serta
mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana/anak didik.
Seksi Kegiatan Kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana
kerja dan mengelola hasil kerja. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Seksi Kegiatan
Kerja mempunyai fungsi :
a. Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana/anak didik danmengelola hasil kerja;
b. Mempersiapkan fasilitasi sarana kerja.

Seksi Kegiatan Kerja terdiri dari :


a. Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja, mempunyai tugas memberikan
petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi narapidana/anak didik serta mengelola hasil kerja.
b. Sub Seksi Sarana Kerja, mempunyai tugas mempersiapkan fasilitasi sarana kerj.

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai tugas mengatur jadwal tugas,
penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan
berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang
keamanan dan menegakkan tata tertib. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, seksi
Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai fungsi :
a. Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan;
b. Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta
menyiapkan laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib terdiri dari :

a. Sub Seksi Keamanan, mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan
dan pembagian tugas pengamanan.
b. Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib, mempunyai tugas menerima laporan harian dan
berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala di
bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.
Kesatuan Pengamanan Lapas mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban lapas.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Kesatuan Pengamanan LAPAS mempunyai fungsi :
a. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana/anak didik;
b. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
c. Melakukan pengawalan penerimaan, penempatan dan pengeluaran mnarapidana/anak
didik;
d. Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan;
e. Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan. Kesatuan
Pengamanan lapasdipimpin oleh seorang Kepala dan membawahkan Petugas Pengamanan
Lapas yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsunng kepada Kepala Lapas.

Susunan Organisasi Lapas Kelas II B diatur dalam Pasal 45 sampai Pasal 60 Keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan yang terdiri dari:
a. Sub Bagian Tata Usaha;
b. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik dan Kegiatan Kerja;
c. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib;
d. Kesatuan Pengamanan LAPAS.

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
LAPAS. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai
fungsi:
a. Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan;
b. Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari:

a. Urusan Kepegawaian dan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian dan
keuangan.
b. Urusan Umum mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan
rumah tangga.
Seksi Bimbingan Narapidana / Anak Didik dan Kegiatan Kerja mempunayi tugas
memberikan bimbingan pemasyarakatan bagi narapidana / anak didik dan bimbingan kerja.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Seksi Bimbingan

Narapidana / Anak Didik dan Kegiatan Kerja mempunyai fungsi :


a. Melakukan registrasi dan membuat statistic dokumentasi sidik jari serta memberi
bimbingan pemasyarakatan bagi narapidana/anak didik;
b. Mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana/anak didik;
c. Memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil
kerja

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik dan Kegiatan Kerja terdiri dari :


a. Sub Seksi Registrasi dan Bimbingan Kemasyarakatan mempunyai tugas melakukan
pencatatan, membuat statistik, dokumentasi sidik jari serta memberikan bimbingan dan
penyuluhan rokhani, memberikan latihan olah raga, peningkatan pengetahuan asimilasi, cuti
dan penglepasan narapidana/anak didik.
b. Sub Seksi Perawatan Narapidana/Anak Didik, mempunyai tugas mengurus kesehatan dan
memberikan perawatan bagi narapidana/anak didik.
c. Sub Seksi Kegiatan Kerja, mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja,
mempersiapkan fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil kerja.

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai tugas mengatur jadwal tugas,
penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan
berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang
keamanan dan menegakkan tata tertib. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi
Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai fungsi :
a. Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan;
b. Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta
mempersiapkan laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.
Kesatuan Pengamanan Lapas mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban lapas.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Kesatuan Pengamanan Lapas mempunyai tugas :

a. melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana/anak didik;


b. melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
c. melakukan pengawalan penerimaan, penempatan dan pengeluaran narapidana/anak didik;
d. melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan;
e. membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan.

Kesatuan Pengamanan Lapas dipimpin oleh seorang Kepala dan membawahkan Petugas
Pengamanan Lapas yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Lapas

Lapas Kelas III terdiri atas:


a. Urusan Tata Usaha;
b. Subseksi Admisi dan Orientasi;
c. Subseksi Pembinaan; dan
d. Subseksi Keamanan dan Ketertiban.
Selanjutnya Pasal 60 huruf b sampai huruf e menjelaskan bahwa Urusan Tata Usaha
mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, kepegawaian dan keuangan, tata usaha,
perlengkapan dan rumah tangga serta penyiapan bahan evaluasi dan penyusunan laporan.
Subseksi Admisi dan Orientasi mempunyai tugas melakukan registrasi dan data base,
penilaian dan pengklasifikasian, layanan informasi dan penerimaan pengaduan. Subseksi
Pembinaan mempunyai tugas melakukan pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian,
bimbingan kemasyarakatan, pelayanan makanan dan perlengkapan narapidana dan pelayanan
kesehatan. Subseksi Keamanan dan Ketertiban mempunyai tugas melakukan administrasi
keamanan dan ketertiban, pencegahan dan penindakan gangguan keamanan dan ketertiban.

6. Metode Lembaga Pemasyarakatan

Sistem kepenjaraan adalah sistem perlakuan terhadap terhukum (narapidana), dimana


sistem ini adalah merupakan tujuan dari pidana penjara. Bagi seseorang yang telah terbukti
melakukan tindak pidana dan dijatuhi hukuman penjara oleh pengaadilan, maka akan dikirim
ke penjara untuk menjalani hukuman sampai habis masa pidananya. Pidana penjara atau
pidana lain yang yang menghilangkan kemerdekaan bergerak seseorang, pada akhir
tujuannya adalah melindungi masyarakat dari segala bentuk kejahatan. Yang dimaksud
dengan adalah melindungi masyarakat dari segala bentuk kejahatan adalah politik kriminal
pemerintah terhadap usaha pengurangan kejahatan. Oleh karena itu di dalam sistem
kepenjaraan perlakuan terhadap narapidana dilaksanakan dengan tidak manusiawi dan tidak
mengenal perikemanusian.
Berbagai masalah yang timbul dari sistem kepenjaraan membuat sistem kepenjaraan yang
diterapkan dirasa kurang ampuh sebagai alat atau sarana untuk pengurangan kejahatan,
sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap politik kriminal itu sendiri. Oleh karena itu
terhadap kekurangan-kekurangan yang ada sistem kepenjaraan diganti dengan sistem
pemasyarakatan yang juga merupakan tujuan dari pidana penjara.Sistem pemasyarakatan saat
ini adalah merupakan suatu proses pembinaan narapidana yang didsarkan atas pancasila
sebagai falsafah bangsa Indonesia dan memandang narapidana sebagai makhluk Tuhan,
sebagai individu dan sekaligus sebagai anggota masyarakat. Dalam pembinaannya,
dikembangkan hidup kejiwaan,jasmaniah, pribadi, serta kemasyarakatan. Selain itu dalam
penyelenggaraannya mengikutsertakan secara langsung hubungan dengan
masyarakat.Konsepsi pemasyarakatan bukan semata-mata tujuan dari pidana penjara,
melainkan merupakan suatu sistem pembinaan, suatu metodologi dalam bidang “Treatment
of Offenders”, yang multilateral oriented, dengan pendekatan yang berpusat pada potensi-
potensi yang ada, baik itu pada individu yang bersangkutan, maupun yang ada di tengah-
tengah masyarakat sebagai suatu keseluruhan.Sistem pemasyarakatan tidak lepas dari
paradigma negatif dari masyarakat luas yang masih diidentikkan dengan kepenjaraan, bukan
saja mengenai ruang lingkup kegiatannya, tetapi juga tentang dasar pengertiannya.
Selanjutnya, dua aspek yang sangat menonjol dari sistem pemasyarakatan dalam fungsinya
adalah:
a. Sebagai pembinaan dari pelaksanaan pidana.
b. Sebagai pembinaan dari yang dikenakan pidana.
Konsep pemasyarakatan disempurnakan dengan memutuskan bahwa pelaksanaan pidana
penjara di Indonesia dilakukan dengan sistem pemasyarakatan sebagai arah tujuan pidana
penjara dapat menjadi cara untuk membimbing dan membina. Adapun prinsip-prinsip untuk
bimbingan dan pembinaan adalah:
a. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup sebagai warga yang
baik dan berguna dalam masyarakat;
b. Penjatuhan pidana adalah bukan tindakan balas dendam dari negara;
c. Rasa tobat tidaklah dicapai dengan menyiksa melainkan denganbimbingan;
d. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau lebih jahat daripada
sebelum ia masuk lembaga;
e. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan kepada
masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
f. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu atau hanya
diperuntukkan bagi kepentingan lembaga atau negara saja, pekerjaan yang diberikan harus
ditunjukkan untuk pembangunan negara;
g. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan asas Pancasila;
h. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia meskipun ia telah
tersesat tidak boleh ditujukan kepada narapidana bahwa itu penjahat;
i. Narapidana hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan;
j. Sarana fisik bangunan lembaga dewasa ini merupakan salah satu hambatan pelaksanaan
sistem pemasyarakatan.
Surat Edaran Nomor KP.10.13/3/1 tanggal 8 Febuari 1965 tentang Pemasyarakatan Sebagai
Proses, maka dapat dikemukakan bahwa pembinaan narapidana dewasa dilakukan melalui 4
tahap yang merupakan suatu kesatuan proses yang bersifat terpadu, yaitu:

a. Tahap pertama
Terhadap narapidana yang masuk di lembaga pemasyarakatan dilakukan penelitian untuk
mengetahui segala hal ikhwal perihal dirinya termasuk sebag-sebab ia melakukan
pelanggaran dan segala keterangan dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, bekas majikan
atau atasannya, teman kerja, korban, serta petugas instansi lain yang telah menangani
perkaranya.

b. Tahap Kedua

Jika proses pembinaan narapidana yang bersangkutan telah berlangsung selama-lamanya 1/3
dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut pendapat dewan pembina pemasyarakatan
sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan
patuh terhadap tata tertib yang berlaku di lembaga, maka kepada narapidana yang
bersangkutan diberikan kebebasan kebih banyak dan ditempatkan pada lembaga
pemasyarakatan medium security.

c. Tahap Ketiga

Jiak proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½ dari masa pidana yang
sebenarnya sebenarnya dan menurut pendapat dewan pembina pemasyarakatan sudah dicapai
sukup kemajuan-kemajuan, baik secara fisik ataupun mental dan juga segi keterampilannya,
maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan diperbolehkannya mengadakan asimilasi
sengan masyarakat luar.

d. Tahap Keempat

Jika proses pembinaanya telah dijalani 2/3 dari masa pidana sebenarnya atau dikurangi 9
bulan, maka kepada narapidana yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat dan
pengusulan lepas bersyarat ini ditetapkan oleh dewan pembina pemasyarakatan.

7. Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan


Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, pengertian Pembinaan terhadap WBP adalah
kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual,
sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan.
a. Jenis Pembinaan
Pembinaan diperuntukan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan meliputi
kegiatan Pembinaan Kepribadian dan Kemandirian. Kegiatan Pembinaan Kepribadian dan
Kemandirian meliputi hal-hal yang berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa; kesadaran berbangsa dan bernegara; intelektual; sikap dan perilaku; kesehatan jasmani
dan rohani; kesadaran hukum; reintegrasi sehat dengan masyarakat; keterampilan kerja; dan
latihan kerja serta produksi.
Kegiatan Pembinaan dilaksanakan oleh Petugas Pemasyarakatan yang ditunjuk oleh
Kepala Lapas. Petugas Pemasyarakatan yang ditunjuk tersebut bertugas sebagai Wali
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Petugas Pemasyarakatan harus mengikuti
ketentuan[2] tugas, kewajiban, dan syarat-syarat wali yang telah diatur lebih lanjut sesuai
Permenkumham No.M.01 PK.04.10 Tahun 2007 tentang Wali Pemasyarakatan.
Kegiatan Pembinaan terhadap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan dapat
dilaksanakan dengan mengadakan kerja sama antar instansi Pemerintah yang terkait.
Termasuk diantaranya dapat mengadakan kerja sama dengan UPT Pemasyarakatan lain atau
badan kemasyarakatan lainnya. Kerja sama juga terbuka dengan perseorangan yang
kegiatannya sesuai dengan penyelenggaraan sistem pemasyarakatan.
b. Pembinaan Narapidana
Kepala Lapas wajib melaksanakan pembinaan terhadap Narapidana yang ditempatkan
dalam wilayah Lapas selama menjalani putusan masa pidananya. Dalam melaksanakan
pembinaan Kepala LAPAS wajib mengadakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
atas kegiatan program pembinaan. Kegiatan pembinaan diarahkan pada kemampuan
Narapidana untuk berintegrasi secara sehat dengan masyarakat. Pembinaan Narapidana
dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap pembinaan yang terdiri dari:
1. Tahap awal (Dilaksanakan di Lapas)
Pembinaan tahap awal bagi Narapidana dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai
Narapidana sampai dengan 1/3 (satu per tiga) dari masa pidana.
Pembinaan tahap awal meliputi:
1. Masa pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan paling lama 1 (satu) bulan;
2. Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian;
3. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian;
4. Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal.
 Tahap lanjutan (Dilaksanakan di Lapas)
Pembinaan tahap lanjutan meliputi tahap lanjutan pertama yaitu dimulai sejak berakhirnya
pembinaan tahap awal sampai dengan 1/2 (satu per dua) dari masa pidana.
Tahap lanjutan kedua dimulai sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjutan pertama sampai
dengan 2/3 (dua per tiga) masa pidana.
Pembinaan tahap lanjutan meliputi:
1. Perencanaan program pembinaan lanjutan;
2. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan;
3. Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan; dan
4. Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi.
5. Tahap akhir (Dilaksanakan di luar Lapas oleh Bapas)
Pembinaan tahap akhir dilaksanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan
berakhirnya masa pidana dari Narapidana yang bersangkutan.
Pembinaan tahap akhir meliputi:
1. Perencanaan program integrasi;
2. Pelaksanaan program integrasi; dan
3. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir.
Pengalihan pembinaan dari satu tahap ke tahap lain ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan berdasarkan data hasil pengamatan, penilaian, dan laporan terhadap
pelaksanaan pembinaan dari Pembina Pemasyarakatan, Pengaman Pemasyarakatan,
Pembimbing Kemasyarakatan, dan Wali Narapidana. Dalam Sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan Kepala Lapas wajib memperhatikan hasil litmas. Dalam melaksanakan
pembinaan terhadap Narapidana di Lapas telah disediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan sesuai dengan klasifikasi dan spesifikasi tertentu. Bagi Narapidana yang tidak
memenuhi syarat-syarat tertentu pembinaan tahap akhir, maka Narapidana yang bersangkutan
tetap melaksanakan pembinaan di Lapas. Apabila terdapat Narapidana yang tidak
dimungkinkan memperoleh kesempatan asimilasi dan atau integrasi, maka Narapidana yang
bersangkutan diberikan pembinaan khusus.
c. Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan
Anak Didik Pemasyarakatan terdiri dari:
1. Anak Pidana
2. Anak Negara
3. Anak Sipil
Kepala Lapas Anak wajib melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik
Pemasyarakatan yang ditempatkan dalam wilayah Lapas selama menjalani putusan masa
pidananya. Dalam melaksanakan pembinaan Kepala Lapas Anak wajib mengadakan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian atas kegiatan program pembinaan. Kegiatan
pembinaan diarahkan pada kemampuan Anak Didik Pemasyarakatan untuk berintegrasi
secara sehat dengan masyarakat. Pelaksanaan pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan
dilakukan oleh Pembina Pemasyarakatan dan memerlukan keadaan yang aman serta tertib.
Pengendalian keamanan dan penegakan ketertiban dilaksanakan oleh Pengaman
Pemasyarakatan. Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan di
Lapas Anak disediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap pembinaan yang
terdiri dari:
1. Tahap awal (Dilaksanakan di Lapas)
Pembinaan tahap awal meliputi:
1. Masa pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan paling lama 1 (satu) tahun;
2. Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian;
3. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian;
4. Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal.
 Tahap lanjutan (Dilaksanakan di Lapas)
Pembinaan tahap lanjutan meliputi:
1. Perencanaan program pembinaan lanjutan;
2. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan;
3. Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan; dan
4. Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi.
5. Tahap akhir (Dilaksanakan di luar Lapas oleh Bapas)
Pembinaan tahap akhir meliputi:
1. Perencanaan program integrasi;
2. Pelaksanaan program integrasi; dan
3. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir.
Pengalihan pembinaan dari satu tahap ke tahap lain ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan berdasarkan data hasil pengamatan, penilaian, dan laporan terhadap
pelaksanaan pembinaan dari Pembina Pemasyarakatan, Pengamanan Pemasyarakatan,
Pembimbing Kemasyarakatan; dan Wali Anak Pidana. Dalam Sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan Kepala Lapas Anak wajib memperhatikan hasil litmas. Bagi Anak Pidana
yang tidak memenuhi syarat-syarat tertentu pembinaan tahap akhir, maka Anak Pidana yang
bersangkutan tetap melaksanakan pembinaan di Lapas Anak. Apabila terdapat Anak Pidana
yang tidak dimungkinkan memperoleh kesempatan asimilasi dan atau integrasi, maka Anak
Pidana yang bersangkutan diberikan pembinaan khusus.
8. Ruang Lingkup Pembinaan
Pada dasarnya ruang lingkup pembinaan dapat dibagi ke dalam dua bidang yaitu :
 A. Pembinaan Kepribadian, meliputi :
 1. Pembinaan Kesadaran Beragama/Kerohanian
Pembinaan Kerohanian bertujuan agar Narapidana dan tahanan memiliki ketahan
keimanan dan ketaqwaan yang mantap.Tumbuhnya kesadaran keimanan dan ketakwaan
terhadap Allah SWT, akan melahirkan pribadi-pribadi yanag tangguh dalam menghadapi
segala rintangan dan cobaan hidup. Pembinaan kerohanian dilaksanakan   setiap hari dalam
bentuk :
- Baca Al Quran (IQRA) setiap hari dibimbing oleh Petugas Lapas Perempuan Sigli
- Tauziah Al Quran bekerjasama dengan Depag Kab.Pidie pada Hari Rabu dan Kamis
- Membaca Surat Yasin pada hari jumat yang dipimpin Petugas Lapas Perempuan Sigli
.   
Selain kegiatan yang terjadwal setiap hari, juga diprogramkan kegiatan menjelang dan
selama hari-hari besar  keagaaman yaitu  Selama bulan Ramadhan diselenggarakan   kegiatan
: Puasa Ramadhan, Shalat Tarawih berjamaah, Tadarus Al Quran, Pesantren Kilat,  Buka
Puasa Bersama,  Shalat Idul Fitri bersama, serta kegiatan keagamaan lainnya yang meliputi
Shalat Idul Adha dan pemotongan hewan korban, Perayaan  Isra  Mikraj, Perayaan Maulid
Nabi Muhammad SAW.
2. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Dalam rangka meningkatkan Kesadaran berbangsa dan bernegara  warga  binaan
pemasyarakatan selain dalam bentuk kegiatan rutin seperti upacara bendera setiap hari hari-
hari besar nasional. Puncak pembinaan Kesadaran berbangsa dan bernegara  diselenggara kan
pada setiap perayaan hari proklamasi Kemerdekaan RI, dengan rangkaian acara meliputi:
Upacara bendera, Upacara Pemberian Remisi, perlombaan-perlombaan serta  hiburan dan
anjangsana keluarga Narapidana.
 3. Pembinaan kemampuan Intelektual
Penyelenggaraan pembinaan intelektual /kecerdasan dilaksanakan dengan baik dan akan
dilakukan berkesinambungan. Bekerjasama dengan Kantor Dinas Pendidikan, Program
penyetaraan ijazah dari PKBM Pidie setiap hari Senin,Selasa. Kegiatan Keaksaraan
Fungsional (KF)/ Pemberantasan Buta Huruf dailaksanakan pada hari Rabu sampai dengan
yang dilaksanakan oleh Lapas Perempuan Sigli.  
 4. Pembinaan Kesadaran Hukum
Pembinaan Kesadaran Hukum warga binaan  pemasyarakatan dilaksanakan dengan
memberikan penyuluhan hukum yang bertujuan untuk mencapai kadar kesadaran hukum
yang tinggi sehingga  sebagai anggota masyarakat, mereka menyadari hak dan kewajibannya
dalam rangka turut menegakkan hukum dan keadilan, perlindungan terhadap harkat dan
martabat manusia, ketertiban, ketentraman, kepastian hukum dan terbentuknya perilaku yang
taat terhadap hukum. Penyuluhan hukum diberi kan oleh  Kalapas dan bekerja sama dengan
Kanwil Kemenkumham Aceh..
 5. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat.
Integrasi merupakan tahapan akhir dari    serangkaian proses pembinaan, yang dimulai sejak
berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang
bersangkutan. Pembinaan pada bidang ini merupakan pembinaan kehidupan sosial
kemasyarakatan, yang bertujuan agar bekas narapidana mudah diterima kembali oleh
masyarakat lingkungannya. Kepada mereka selama dalam Lembaga Pemasyarakatan dibina
terus untuk senantiasa patuh beribadah dan dapat melakukan usaha-usaha sosial secara
gotong royong, sehingga kelak mereka memiliki sifat-sifat positif untuk dapat berpartisipasi
dalam pembangunan  masyarakat lingkungannya. Proses pengintegrasian ini melalui
asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Cuti Menjelang Bebas dan Pembebasan Bersyarat.
 B. Pembinaan Kemandirian      
    Pembinaan kemandirian Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Sigli
diberikan melalui program-program :
1. Keterampilan, meliputi menjahit dan membuat souvenir yang bekerjasama dengan HI
BATIK dan BLK ACEH
2. Keterampilan untuk mendukung Usaha Industri  kecil, meliputi Pembuatan Sabun cuci
Piring dan Sabun cuci tangan bekerjasama dengan HI BATIK
3. Keterampilan untuk mendukung Usaha kecil, meliputi Pembuatan Kue Kering Kue basah,
Mie,Bolu Hias dan Keripik bekerjasama dengan HI BATIK
4. Pertanian / peternakan, meliputi pertanian jagung, kacang tanah, ubijalar, sawi, dan bayam.

BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Data Umum
1. Jumlah Warga binaan Pada Lapas Perempuan

Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Sleman berjumlah 159 orang dengan 7 bayi, dari 159
orang tersebut digolongkan berdasarkan jenis kelamin dan status mereka, yakni tahanan dan
narapidana. Mayoritas penghuni di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Sigli adalah
narapidana Perempuan dan tahanan Perempuan, karena Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Sigli berstatus sebagai Lembaga Pemasyarakatan Perempuan, dengan perincian sebagai
berikut:

Tabel Data Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Perempuan Kelas IIB Sigli

TAHANAN NARAPIDANA
PEREMPUAN 5 ORANG PEREMPUAN 154 ORANG
JUMLAH 5 ORANG JUMLAH 154 ORANG

Narapidana dan Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Sleman harus mematuhi tata tertib.
Berikut ini merupakan tata tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan Sleman sesuai
dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No 6 Tahun
2013 Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, yaitu:

a. Setiap narapidana dan tahanan wajib:

1) Taat menjalankan ibadah sesuai agama dan/atau kepercayaan yang dianutnya serta
memelihara kerukunan beragama.
2) Mengikuti seluruh kegiatan yang diprogramkan
3) Patuh, taat, dan hormat kepada petugas
4) Mengenakan pakaian seragam yang telah ditentukan
5) Memelihara kerapihan dan berpakaian sesuai dengan norma kesopanan.
6) Menjaga kebersihan diri dan lingkungan hunian serta mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka kebersihan lingkungan hunian
7) Mengikuti apel kamar yang dilaksanakan oleh petugas pemasyarakatan
b. Setiap narapidana atau tahanan dilarang:

1) Mempunyai hubungan keuangan dengan narapidana, tahanan lain maupun petugas


pemasyarakatan
2) Melakukan perbuatan asusila dan/atau penyimpangan seksual
3) Melakukan upaya melarikan diri atau membantu pelarian
4) Memasuki steril area atau tempat tertentu yang ditetapkan Kalapas atau Karutan tanpa izin
dari petugas pemasyarakatan yang berwenang
5) Melawan atau menghalangi petugas pemasyarakatan dalam menjalankan tugas
6) Membawa dan/atau menyimpan uang secara tidak sah dan barang berbahaya lainnya
7) Menyimpan, membuat, membawa, mengedarkan, dan/atau mengkonsumsi narkotika serta
obat-obatan lain yang berbahaya
8) Menyimpan, membuat, membawa, mengedarkan, dan/atau mengkonsumsi minuman yang
mengadung alcohol
9) Melengkapi kamar hunian dengan alat pendingin, kipas angin, televisi dan/atau alat
elektronik Tanpa Sepengetahuan Petugas Lapas
10) Memiliki, membawa dan/atau menggunakan alat elektronik,
seperti laptop atau komputer, kamera, alat perekam, telepon genggam, pager, dan sejenisnya.
11) Melakukan pemasangan instalasi listrik di dalam kamar hunian
12) Membuat atau menyimpan senjata api, senjata tajam, atau sejenisnya
13) Membawa dan/atau menyimpan barang-barang yang dapat menimbulkan ledakan
dan/atau kebakaran
14) Melakukan tindakan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun psikis terhadap sesama
narapidana, tahanan, petugas pemasyarakatan, atau tamu/pengunjung
15) Mengeluarkan perkataan yang bersifat provokatif yang dapat menimbulkan terjadinya
gangguan keamanan dan ketertiban
16) Membuat tato, memanjangkan rambut bagi narapidana atau tahanan laki-laki atau
perempuan, membuat tindik, menggenakan anting, atau lainnya yang sejenis
17) Memasuki blok dan/atau kamar hunian lain tanpa izin petugas pemasyarakatan
18) Melakukan aktifitas yang dapat mengganggu atau membahayakan keselamatan pribadi
atau narapidana, tahanan, petugas pemasyarakatan, pengunjung, atau tamu
19) Melakukan pengrusakan terhadap fasilitas Lapas atau Rutan
20) Melakukan pencurian, pemerasan, perjudian, atau penipuan
21) Menyebarkan ajaran sesat
22) Melakukan aktifitas lain yang dapat menimbulkan gangguan keamanan dan keteriban
Lapas atau Rutan

B. Data Khusus

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan


Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, pembinaan diartikan sebagai berikut
Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan  kepada tuhan yang
maha esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani
narapidana dan anak pemasyakatan. Pembinaan narapidana dalam sistem pemasyarakatan
pada hakikatnya berorientasi kepada pembangunan manusia seutuhnya, yang berarti terdapat
hubungan yang erat dengan Program Pendidikan Masyarakat (Kelompok Belajar Paket A dan
Kelompok Belajar Usaha) dan bertujuan agar mereka kelak setelah selesai menjalani masa
pidananya tidak lagi melanggar hukum serta dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

BOGA PERTANIAN MENJAHIT


5 orang 6 orang 5 orang

Pembinaan kemandirian Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Sigli diberikan


melalui program-program :
1. Keterampilan, meliputi menjahit dan membuat souvenir yang bekerjasama dengan HI
BATIK dan BLK ACEH
2. Keterampilan untuk mendukung Usaha Industri  kecil, meliputi Pembuatan Sabun cuci
Piring dan Sabun cuci tangan bekerjasama dengan HI BATIK
3. Keterampilan untuk mendukung Usaha kecil, meliputi Pembuatan Kue Kering Kue basah,
Mie,Bolu Hias dan Keripik bekerjasama dengan HI BATIK
4. Pertanian / peternakan, meliputi pertanian jagung, kacang tanah, ubijalar, sawi, dan bayam.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

a) Program lapas dalam pembinaan hukum narapidana terdiri dari Pembinaan


(pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian), Pelayanan Kesehatan dan
Pembebasan Narapidana.telah membawa dampak positif yaitu yang tadinya tidak tau
mengaji menjadi tau.
b) Perspektif Hukum Islam terhadap Pembinaan hukum Narapidana dengan melalui pola
pembinaan lewat pengajian setiap hari Rabu dan Kamis yang Ustadznya di datangkan
dari luar Lapas agar para Narapidana mendapat pencerahan dan wawasan tentang
agama dalam pembinanaan bidang kerohanian, merenungkan dan menyesali
perbuatannya dan tidak mengulanginya lagi. Dalam hal ini, Seseorang dapat dihukum
apabila orang tersebut melakukan suatu tindak pidana. Dengan demikian orang
tersebut akan mempertanggung jawabkan atas apa yang telah di perbuat tanpa
membebani atau dibebani oleh orang lain.

B. SARAN

a) Bagi Lembaga Pemasyarakatan Peranan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas


IIB Sigli dalam pembinaan bagi narapidana perlu ditingkatkan dalam hal
pemberian pembinaan yang tepat yaitu menyesuaikan jenis pembinaan
ketrampilan yang sedang dibutuhkan dalam masyarakat agar narapidana mampu
menjawab tantangan yang dihadapi setelah selesai menjalani pembinaan mengingat
eksistensi bekas narapidana yang sulit mendapat posisi dalam masyarakat.

b) Lembaga Pemasyarakatan harus tetap proporsional dalam menampung narapidana


agar setiap narapidana dapat benar-benar dibina sehingga pembinaan yang
dilaksanakan bukan hanya sebagai kegiatan pengisi waktu saja dan narapidana tetap
harus mendapat perlakuan yang manusiawi diLembaga Pemasyarakatan mengingat
narapidana juga manusia yang perlu dihargai harkat dan martabatnya.
c) Lembaga Pemasyarakatan harus lebih inovatif untuk meningkatkan pembinaan yang
ada dan dapat mengatasi setiap hambatan yang muncul dalam LAPAS dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Narapidana dan Hak-hak Narapidana,


http://handarsubhandi.blogspot.com/2014/11/pengertian-narapidana-dan-hak-ha k.html,

Esensi Lembaga Pemasyarakatan sebagai Wadah Pembinaan Narapidana,


http://hmibecak.blogspot.com/2007/05/esensi-lembaga-pemasyarakatan-sebagai. html,P

engertian Narapidana dan Hak-hak Narapidana,


http://handarsubhandi.blogspot.com/2014/11/pengertian-narapidana-dan-hak-ha k.html,

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai