Anda di halaman 1dari 13

YUSTISI Vol. 4 No.

2 September 2017 ISSN: 1907-5251

POLA PEMBINAAN NARAPIDANA DI LAPAS PALEDANG BOGOR


SEBAGAI PELAKSANAAN SISTEM PEMASYARAKATAN

Oleh :
Muhyar Nugraha
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Ibn Khaldun Bogor

Abstrak
Pola Pembinaan Narapidana Di Lapas Paledang Bogor Sebagai Pelaksanaan Sistem
Pemasyarakatan.Menyelenggarakan sistem pemasyarakatan di Indonesia dilandasi oleh kejelasan
tentang fungsi dari lembaga pemasyarakatan di masyarakat, atau secara lebih khusus dalam
sistem peradilan pidana. Selain itu pelaksanaan sistem pemasyarakatan yang baik harus pula
didasari oleh adanya pemahaman terhadap realitas pelaku pelanggar hukum. Kemudian dalam
rangka melakukan revisi penyelenggaraan sistem pemasyarakatan harus dilandasai oleh adanya
evaluasi terhadap efektivitas penyelenggaraan sistem pemasyarakatan, agar dapat diketahui hal-
hal kondusif bagi fungsi pemasyarakatan dan hal-hal yang menghambatnya. Pembinaan
narapidana yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan merupakan akibat perubahan sistem
hukuman di Indonesia, yaitu dari sistem penjara ke sistem pemasyarakatan. Perubahan sistem
hukuman ini didasarkan pada upaya meningkatkan perlindungan hak asasi manusia (the
protection of fundamental rights), kepribadian bangsa Indonesia yang berjiwa pancasila, dan
perkembangan ilmu sosial dan psikologi. Perubahan sistem hukuman dari penjara ke
pemasyarakatan ini dipertegas dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan yang menjadi dasar dan acuan pelaksanaan pembinaan narapidana di
Indonesia. Pembinaan Narapidana yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Bogor
telah didasarkan pada Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang
Pola Pembinaan Narapidana yang dibagi ke dalam 2 (dua) bidang yakni: a) Pembinaan
Kepribadian dan b) Pembinaan Kemandirian. Namun dalam kenyataannya masih belum
membawa hasil yang optimal, karena masih minimnya latar belakang pendidikan serta kemauan
dari dalam diri para narapidana untuk merubah sikap menjadi lebih baik. Begitu pun upaya
dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam hal pembinaan, antara lain: a) Bekerja sama dengan
lembaga sosial b) Memberikan bekal keterampilan. c) Memberikan ceramah kerohanian. d)
Meningkatkan tingkat pendidikan narapidana e) Mengikutsertakan narapidana dalam berbagai
kegiatan. f) Memberikan bekal keterampilan IT. g) Mengajarkan latihan baris-berbaris dan
kegiatan pramuka.
Kata Kunci: Pembinaan, Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan

I. PENDAHULUAN menakuti warga lainya supaya tidak turut


Lembaga Permasyarakatan yang berbuat kejahatan”.
berfungsi untuk merehabilitasi para pelaku Apabila diperhatikan penyataan diatas,
kejahatan (narapidana), mempunyai nampak suatu tindakan yang mengarah
peranan penting dalam penanggulangan kepada balas dendam terhadap pelaku
kejahatan. Melalui Lembaga kejahatan dan bukan tindakan rehabilitatif
Permasyarakatan diharapkan para yang berusaha memberikan didikan,
narapidana jera dalam melakukan kembali pembianaan serta bimbingan yang bisa
kejahatannya. Sebagimana dinyatakan oleh memberikan kemampuan kepada
R.A. Koesnoen, bahwa “Salah satu narapidana untuk dapat menyesuaikan
pemberantasan kejahatan adalah dirinya kembali ke masyarakat. Pada
mengenakan pada setiap pembuat kejahatan perkembangannya, Lembaga
suatu pidana, yang pada mulanya untuk permasyarakatan saat ini bukan lagi
membuat penjahat menjadi jera dan berasaskan pembalasan, tetapi lebih
memperhatikan kepentingan-kepentingan
15
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

narapidana itu sendiri, sehingga para pengertian subjectief strafrecht atau hak
narapidana tidak menganggap bahwa memidana ini lebih menonjol persoalan
lembaga permasyarakatan adalah suatu tersebut yang menjadi dasar pikiran dari
tempat pengisolasian pelaku kejahatan. teori-teori hukum pidana, yaitu agar
Oleh karena itu sistem bergeser pada persoalan : mengapa alat-alat
permasyarakatan saat ini menganggap dan negara mempunyai hak untuk memidana
memperlakukan narapidana tidak lagi yang melakukan kejahatan.
terbatas sebagai objek akan tetapi juga
sebagai subjek dalam upaya pembinaan III. TINJAUAN PUSTAKA
pelanggar hukum. Dengan adanya 1. Pengertian Pembinaan Narapidana
kejahatan-kejahatan yang terjadi di Pengertian pembinaan menurut
masyarakat itu merupakan suatu tantangan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
bagi pelaksanaan tugas usaha pembinaan 1999 tentang Pembinaan dan
dan bimbingan dilembaga-lembaga Pembimbingan Warga Binaan
khususnya di lembaga permasyarakatan, Pemasyarakatan diatur dalam pasal 1
mengingat bahwa narapida sebagai individu ayat (1), yaitu Pembinaan adalah
tetap masih memiliki kemampuan- kegiatan untuk meningkatan kualitas
kemampuan yang dapat di perbaiki dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
dapat dikembangkan baik kemampuan fisik, Esa, inteklektual, sikap dan perilaku,
jasmani, rohani maupun sosialnya. Sistem profesional, kesehatan jasmani dan
permasyarakatan yang kita pakai sekarang rohani warga binaan dan anak didik
lebih banyak di tunjukan kepada persiapan pemasyarakatan.
dan pengawasan pengembalian bekas 2. Pengertian dan Fungsi Lembaga
narapidana kedalam masyarakat. Hal ini Pemasyarakatan
sesuai dengan UU No. 12 Tahun 1995 Menurut Undang-Undang Nomor
tentang permasyarakatan sebagai landasan 12 Tahun 1995 tentang
hukum dan pelaksanaan sistem Pemasyarakatan pengertian Lembaga
permasyarakatan di Lembaga Pemaasyarakatan diatur pada pasal (3)
Permasyarakatan. Tujuan mulia yaitu: “LembagaPemasyarakatan yang
sebagaimana dikemukakan di atas, selanjutnya disebut LAPAS adalah
nampaknya akan sulit untuk dilaksanakan, tempat untuk melaksanakan
sebab di dalam masyarakat masih ada kesan pembinaan Narapidana dan Anak
bahwa lembaga permasyarakatan justru Didik Pemasyarakatan.”
mencetak penjahat-penjahat baru yang lebih Sementara menurut pasal 3
berbahaya, selain itu juga menciptakan Undang-Undang Pemasyarakatan
dehumanisasi yang dialami mantan fungsi sistem pemasyarakatan adalah
narapidana. menyiapkan warga binaan
pemasyrakatan agar dapat berintegrasi
II. KERANGKA TEORI secara sehat dengan masyarakat
Teori-teori Hukum Pidana ada sehingga dapat berperan kembali
hubungan erat dengan subjectief strafrecht sebagai anggota masyarakat yang
(jus purniendi), sebagai hak atau wewenang bebas dan bertanggung jawab. Dalam
untuk menentukan dan menjatuhkan pidana pasal 3 Keputusan Mentri Kehakiman
terhadap pengertian objectief strafrecht (jus Republik Indonesia Nomor M-01-Pr-
punale), sebagai peraturan hukum positif 07-03 Tahun 1985 tentang Organisasi
yang merupakan Hukum Pidana. Adanya Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan.
pengertian subjectief strafrecht dan Lembaga Pemasyarakatan dalam
objectief strafrecht ini dapat menjalankan tugasnya tersebut
dimungkinkan,oleh karena recht memiliki fungsi, yaitu :
mempunyai dua arti.pertama sebagai “hak” a. Melakukan pembinaan warga
atau “wewenang” dan kedua sebagai binaan / anak didik;
“peraturan hukum”. Dengan adanya
16
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

b. Memberikan bimbingan, Dalam pembinaan terdapat macam-


mempersiapkan sarana dan macam pembinaan yang bisa
mengelola hasil kerja; disesuaikan dengan kebutuhan dan
c. Melakukan bimbingan sosial / jenis pembinaan. Berikut macam-
kerokhanian warga binaan / anak macam pembinaan, yaitu:
didik; a. Pembinaan oriantasi
d. Melakukan pemiliharaan keamanan b. Pembinaan Kecakapan
dan tata tertib Lembaga c. Pembinaan Pengembangan
Pemasyarakat; Kepribadian
e. Melakukan urusan tata usaha dan d. Pembinaan Kerja
rumah tangga. e. Pembinaan Penyegaran
3. Pengertian Sistem Pemasyarakatan f. Pembinaan Lapangan
Pengertian sistem pemasyarakatan
dalam Pasal 1 angka 2 dan Pasal 2 UU IV. SISTEM PEMIDANAAN
No. 12 Tahun 1995 Tentang NARAPIDANA DI INDONESIA
pemasyarakatan, bahwa yang 1. Pemidanaan dari Penjara ke Sistem
dimaksud dengan sistem Pemasyarakatan
pemasyrakatan adalah suatu tatanan Sistem Kepenjaraan yang
mengenai arah dan batas serta cara menekankan pada unsur penjaraan dan
pembianaan warga binaan menggunakan titik tolak pandangannya
pemasyarakatan berdasarkan Pancasila terhadap narapidananya sebagai
yang dilaksanakan secara terpadu individu semata-mata dipandang sudah
antara pembina, yang dibina, dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
masyarakat untuk meningkatkan Indonesia yang berdasarkan pancasila
kualitas warga binaan pemasyarakatan dan UUD 1945. Bagi bangsa Indonesia
agar menyadari kesalahan, pemikiran-pemikiran mengenai fungsi
memperbaiki diri, dan tidak pemidanaan tidak sekedar pada aspek
mengulangi tindak pidana sehingga penjaraan belaka, tetapi juga merupakan
dapat diterima kembali oleh suatu rehabilitasi dan reintegrasi sosial
lingkungan masyarakat dapat aktif telah melahirkan suatu sistem
berperan dalam pembangunan, dan pembinaan terhadap pelanggar hukum
dapat hidup secara wajar sebagai yang dikenal sebagai sistem
warga yang baik dan bertanggung pemasyarakatan.
jawab. Koreksional merupakan salah satu
4. Tujuan dan Macam Pembinaan setting yang perlu mendapatkan
Pada dasarnya terdapat 3(tiga) perhatian serius dari profesi pekerjaan
pokok pikiran tentang tujuan yang social karena di dalamnya begitu
akan dicapai dengan adanya suatu banyak permasalahan yang perlu
pemidanaan yaitu : ditangani, baik secara individu,
a. Untuk memperbaiki pribadi dari kelompok maupun masyarakat. Adanya
penjahatnya itu sendiri; perubahan paradigma dalam pelayanan
b. Untuk mebuat orang menjadi jera koreksional dari pendekatan hukuman
untuk melakukan kejahatan- menjadi pendekatan penyembuhan pun
kejahatan merupakan salah satu hal yang menjadi
c. Untuk membuat penjahat-penjahat perhatian dari profesi pekerjaan sosial.
tertentu menjadi tidak mampu Dengan demikian, para petugas
untuk melakukan kejahatan- koreksional perlu memiliki pengetahuan
kejahatan lain, yakni penjahat- dan keterampilan profesi pekerjaan
penjahat yang dengan cara-cara sosial yang mendukung dalam
yang lain sudah tidak dapat di pelaksanaan tugas-tugas pembinaan dan
perbaiki lagi pembimbingan pada setting
koreksional. Lembaga
17
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

Pemasyarakatan merupakan tempat dapat pulihnya kesatuan hubungan yang


untuk melakukan pembinaan hakiki antara individu narapidana
terhadap narapidana dan anak didik dengan lingkungan dan tertib
pemasyarakatan di Indonesia. Konsep hukumnya. Perlu diungkapkan pula
pemasyarakatan pertama kali digagas bahwa pidana penjara di samping
oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada menimbulakan rasa derita juga
tahun 1962, dimana disebutkan bahwa membimbing terpidana agar bertobat
tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya dan mendidik supaya mereka menjadi
melaksanakan hukuman, namun tugas anggota masyarakat yang berguna.
yang jauh lebih berat adalah 3. Tujuan Pidana Penjara Dan Tujuan
mengembalikan orang-orang yang Lembaga Pemasyarakatan
dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. a. Tujuan Pidana Penjara
2. Sistem Pemasyarakatan di Indonesia Menurut tim perancang konsep
Pembahasan mengenai sistem rancangan KUHP 2004 telah
permasyarakatan tidak terlepas dari sepakat bahwa tujuan pemidanaan
sistem kepenjaraan yang merupakan adalah:
asal muasal dari sistem 1) Mencegah dilakukannya tindak
permasyarakatan walaupun ada pidana dengan menegakkan
perbedaan yang sangat mendasar dari norma hukum demi pengayoman
kedua sistem tersebut. Pemenjaraan masyarakat.
sebagai perwujudan dari pidana pencara 2) Memasyarakatkan terpidana
tidak hanyak sekedar hilangnya dengan mengadakan pembinaan
kemerdekaan si terpidana itu sendiri sehingga menjadikannya orang
melainkan membawa pula derita-derita yang baik dan berguna
lain yang lebih berhak. Dengan 3) Menyelesaikan konflik yang
dijatuhkannya pidana penjara, hilanglah ditimbulkan oleh tindak pidana,
hak seseorang untuk menentukan memulihkan keseimbangan dan
hidupnya sendiri. Pemenjaraan dari mendatangkan rasa damai dalam
dahulu sampai sekarang dipandang masyarakat.
sebagai ganjaran mutlak terhadap 4) Membebaskan rasa bersalah
terpidana walaupun dalam pada terpidana.
pelaksanaannya telah mengalami b. Tujuan Lembaga
perubahan yang disarankan pada Pemasyarakatan
pertimbangan-pertimbangan tentang Dalam pelaksanaan sistem
perlindungan hak azasi manusia, permasyarkatan untuk tercapainya
walaupun pandangan segi rehabilitasi tujuan yang diharapkan hendaknya
terhadap penjahat terus meningkat, petugas lembaga permasyarakatan
tidaklah berarti bahwa reaksi berpedoman kepada dasar falsafah
masyarakat terhadap terjadinya suatu sistem permasyarakatan yang
kejahatan telah hilang sifat berdasarkan kepribadian Indonesia
memidananya. dan berlandasan Pancasila dan UUD
Hal tersebut sesuai dengan isi dari 1945. Adapun unsur-unsur yang
pasal 2 dan pasal 3 dari UU No. 12 merupakan prinsip-prinsip pokok
tahun 1995 Tentang Permasyarakatan, dalam konsepsi permasyarakatan
akan tetapi untuk melaksanakan hal sebagaimana telah dikemukakan
tersebut haruslah pula memperhatikan dalam konferensi Dinas Direktorat
prikemanusiaan setiap narapidana Permasyarakatan yang pertama di
karena hal itu sudah menjadi hak azasi Lebaga Bandung tanggal 27 April
yang fundamental dan secara tugas 1964 ialah :
sistem permasyarakatan menganut sendi 1) Orang tersesat diayomi juga
prikemanusiaan yang menolak dengan memberikan kepadanya
penindasan, hal ini kan diharapkan bekal hidup sebagai warga yang
18
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

baik dan berguna dalam narapidana dengan pembangunan


masyarakat. Bekal hidup tidak nasional.
hanya berupa finansial dan 7) Bimbingan dan penyuluhan harus
material tetapi yang lebih penting berdasarkan pancasila. Kepada
adalah mental, fisik (kesehatan), narapidana harus berikan
keahlian, keterampilan hingga pendidikan agama serta diberi
orang mempunyai kemampuan bimbingan dan kesempatan untuk
yang potensial dan efektif untuk beribadah. Kepada narapidana
menjadi warga yang tidak harus ditanamkan rasa gotong
melanggar hukum kembali. royong, toleransi dan
2) Menjatuhkan pidana bukan kekeluargan serta persatuan, rasa
tindakan balas dendam dari kebangsaan.
negara, maka tidak boleh ada 8) Tiap orang adalah manusia dan
penyiksaan terhadap narapidana harus diperlakukan sebagai
yang berupa tindakan, ucapan, manusia meskipun ia telah
cara perawatan atau penempatan, tersesat. Tidak boleh selalu
satu-satunya derita yang dialami ditunjukan bahwa narapidana
narapidana hendaknya hanya adalah penjahat, maka petugas
dihilangkan kemerdekaannya. permasyrakatan tidak boleh
3) Tobat, tidak dapat dicapaidengan bersikap maupun memakai kata-
penyisaan melainkan dengan kata yang menyinggung
bimbingan, maka tehadap khususnya yang bersangkutan
narapidana harus ditanamkan dengan perbuatan yang lampau.
penertiban mengenai norma- 9) Narapidan hanya dijatuhi
norma hidup dan kehidpuan serta kehilangan kemerdekaan. Maka
diberi kesemptan untuk perlu diusahakan supaya
merenungkan perbuatan yang narapidana mendapat mata
lampau. pencaharian untuk kelansungan
4) Negara tidak berhak membuat hidup keluarganya dengan
seseorang menjadi lebih buruk disediakan pekerjaan atau
(jahat) daripada sebelum masuk kemngkinan bekerja dan diberi
lembaga. Untuk itu harus upah.
diadakan pemisahan antara lain : 10) Yang menjadi hambatan untuk
Yang residivis dan yang bukan, melaksanakan sistem
Tindak pidana berat dan yang permasyarakatan ialah warisan
ringan, Dewasa dan anak-anak, rumah-rumah penjara yang
Laki-laki dan wanita, Terpidana keadaannya menyedihkan, suakr
dan tahanan. disesuaikan dengan tugas
5) Selama kehilangan kemerdekaan permasyarakatan. Maka perlu
bergerak, narapidan harus membangun lembaga-lembaga
dikenalkan dengan masyarakat baru yang sesuai dengan
dan tidak boleh diasingkan kebutuhan pelaksanaan program
6) Pekerjaaan diberikan kepada pembinaan.
narapidana tidak boleh bersufat c. Pemasyarakatan Sebagai Bagian
mengisi waktu hanya dari Sistem Peradilan Pidana
diperuntukan bagi kepentingan Proses penegakan hukum
jawatan atau negara saja. pidana merupakan suatu kesatuan
Pekerjaan harus satu dengan dari beberapa proses yang dilakukan
pekerjaan di masyarakat dan oleh para penegak hukum yang
ditunjukan kepada pembangunan berlainan fungsinya akan tetapi
nasional, maka harus ada tidak dapat dipisah-pisahkan
integrasi anatra pekerjaan keberadaannya karena merupakan
19
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

salah satu alternatif penjatuhan sumbang yang menyatakan


pidana yang ada di dalam KUHP ketidakpuasan atas putusan yang
yang merupakan rangkaian proses dijatuhkan karena ada kecendrungan
penegakan hukum pidana yang penjatuhan hukuman yang
dimulai dari tahap pengusutan maksimal, para hakim beralasan
sampai pada proses penjatuhan mengenai maksud penjatuhan
vonis oleh hakim. hukuman sekarang ini bukanlah
Dalam tujuan dijatuhkan pidana balas dendam seperti jaman dahulu,
telah mengalami perubahan yang tetapi dimaksudkan sebagai
sangat mendasar. Tujuan penjatuhan pendidikan bagi terhukum dan
pidana yang diinginkan sekarang menimbulkan daya tangkal dalam
tidak hanya sekedar pembalasan, masyarakat. Proses yang terakhir
tetapi lebih dari yaitu tercapainya adalah proses pelaksanaan dalam
kesejaterahan masyarakat disertai penjatuhan pidana yang
perbaikan pelaku tindak pidana, hal dilaksanakan di lembaga
tersebut jelas memperlihatan adanya permasyarakatan oleh para petugas.
perbaikan perlakuan terhadap para Petugas lembaga
narapidana yang menjalani permasyarakatan harus memiliki
hukuman ke arah yang lebih pengetahuan yang mendalam
manusiawi. tentang seluk beluk sistem
Untuk tercapainya tujuan dari permasyakatan dan terus menerus
proses permasyarakatan maka meningkatkan kemampuannya.
diperlukan koodinasi antar petugas Petugas-petugas yang dimaksudkan
hukum dalam melaksanakan tugas dalam kelakuan peranan harus
serta guna menanggulangi kejahatan berusaha menciptakan bentuk
dan mengurangi penjahat beserta kerjasama yang baik untuk
dengan masalah-masalahnya. Hal membantu menyelenggarakan
ini dimulai dari tingkat kepolisian proses permasyakatan. Proses
sebagai instansi pertama dalam pembinaan narapidana yang
proses penyelenggaraan pidana dilakukan di lembaga
diharapkan dapat menjalankan permasyakatan merupakan ujung
tugasnya dengan menjunjung hak tombak pelaksanaan atas rangkaian
asasi manusia, penyajian data penyelenggaraan hukum narapidana
pribadi pelanggar hukum yang yang menepati posisi sentral sebagai
diperlukan dalam rangka pembinaan tempat untuk penginsyafan bagi
narapidana. Intansi kejaksaan para pelanggar hukum agar
sebagai eksekutor merupakan kunci terciptanya kesejahterahan bagi
penghubung antar tingkat terhukum pada khususnya, dan
pelaksanan pidana dapat umumnya masyarakat secara luas,
menjalankan tugas dengan dan adanya peran petugas
mencerminkan pemidanaan pemasyarakatan dalam pembinaan
berdasarkan perikemanusiaan. serta peran masyarakat dalam
Pengadilan harus memahami menunjang pembinaan.
putusan pidana dan menghayati d. Peran Petugas Pemasyarakatan
tujuan pemidanaan yang cendrung dan Masyarakat Dalam
berdasaerkan teori terpadu, masalah Pembinaan
penjatuhan hukuman sangat Petugas Pemasyarakatan
pentinga dalam hukuman pidan dan merupakan motor penggerak
peradilan pidana, memang harus terlaksananya pembinaan terhadap
kita akui bahwa dalam penerapan narapidana. Walaupun masih
hukum pidana atau penerapan banyak kekurangannya, program
hukum sering kita temui suara-suara dan realisasi pelayanan tahanan dan
20
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

pembinaan narapidana tetap V. PEMBAHASAN


dilaksanakan. Petugas 1. Pola atau Model Pembinaan
pemasyarakatan dalam Narapidana Sebagai Pelaksanaan
melaksanakan tugasnya mempunyai Pemasyarakatan di Lembaga
peranan sebagai orang tua, guru, Pemasyarakatan Bogor
teman, kakak dan sebagainya. Di Indonesia, Lembaga
Petugas pemasyarakatan dituntut Pemasyarakatan digolongkan kedalam
memiliki ketrampilan yang dapat beberapa jenis sesuai dengan kriteria
membantu pelaksanaan tugasnya, penghuninya. Hal ini sangat penting
paling tidak harus mengetahui dan mengingat pola penanganan pada
mengerti benar tugas pokok yang masing-masing kriteria berbeda. Begitu
diembannya dan dituntut untuk pula dengan fasilitas dan kondisi
dapat menyelesaikan setiap Lembaga Pemasyarakatan yang perlu di
permasalahan yang mungkin terjadi sesuaikan dengan penghuninya.
didalam Lapas sehingga dibutuhkan Pemisahan harus dilakukan berdasarkan
keterampilan berkomunikasi yang jenis kelamin dan usia warna binaan.
baik dengan penghuni Lapas atau Penggolongan ini berhubungan erat
narapidana. dengan usaha Lembaga Pemasyarakatan
Agar pembinaan terhadap untuk memenuhi Hak Asasi Manusia
narapidana dapat berlangsung secara warga binaan.
efektif dan efisien serta Dalam melakukan pembinaan
berkelanjutan, perlu melibatkan terhadap warga binaan wanita, harus
masyarakat karena setelah dibedakan dengan pembinaan terhadap
selesainya masa pembinaan, warga binaan laki-laki karena wanita
narapidana akan dikembalikan ke mempunyai perbedaan baik secara fisik
masyarakat. Masyarakat perlu maupun fisikologis dengan warga
dipersiapkan untuk dapat menerima binaan laki-laki. Hal ini diatur dalam
kembali kehadiran narapidana, oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
karena itu masyarakat harus tentang Pemasyarakatan pasal 12 ayat
berpartisipasi didalam pembinaan (1) : Dalam rangka pembinaan terhadap
bersama-sama dengan petugas Narapidana di Lembaga
pemasyarakatan. Pembinaan Pemasyarakatan dilakukan penggolonga
terhadap narapidana tidak semata- atas dasar:
mata dibebankan kepada petugas a. Umur
pemasyarakatan, tetapi juga menjadi b. Jenis kelamin
tugas dan tanggung jawab c. Lama pidana yang dijatuhkan
masyarakat. Oleh karena itu d. Jenis kejahatan
petugas pemasyarakatan harus e. Kriteria lainnya sesuai dengan
mampu mendorong keterlibatan kebutuhan atau perkembangan
masyarakat dalam tugas pembinaan. pembinaan
Keluarga juga sebagai bagian Ayat (2) : Pembinaan warga binaan
terkecil dari masyarakat yang harus wanita dilaksanakan di Lembaga
mendorong narapidana untuk Pemasyarakatan wanita.
menyadari kesalahannya dan Berdasarkan Undang-Undang
bertobat, tanpa adanya dorongan Nomor 12 Tahun 1995 pasal 1 dan 2,
dari keluarga narapidana tidak maka dibuatlah Lembaga
termotivasi untuk merubah sikap Pemasyarakatan khusus untuk wanita.
dan perilakunya. Sedangkan untuk wilayah Bogor belum
memiliki Lembaga Pemasyarakatan
khusus wanita, karena itu pembinaan
warga binaan wanita dan laki-laki di
lakukan dalam satu Lembaga
21
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

Pemasyarakatan. Oleh karena itu tidak atau pemisahan antara warga binaan
ada perlakuan khusus dalam pembinaan wanita dan laki-laki dan pengawasan
warga binaan wanita di Lembaga yang ketat ketika dilakukan kegiatan
Pemasyarakatan Klas IIA Paledang pembinaan yang menyebabkan interaksi
Bogor, akan tetapi dengan alasan faktor antara warga binaan wanita dan laki-
keamanan dan psikologis penempatan laki. Upaya pengawasan yang
antara warga binaan wanita dan laki- dilakukan petugas Lembaga
laki dipisahkan yaitu ditempatkan hanya Pemasyarakatan Klas IIA Paledang
kamar yaitu di blok khusus wanita. Bogor. Untuk melindungi hak-hak
Kapasitas perkamar hanya 46 orang, khusus warga binaan wanita dan
sehingga apabila warga binaan telah mencegah hal-hal yang tidak
mencapai lebih dari kapasitas, maka diinginkan, maka berikut ini penulis
beberapa diantaranya akan paparkan beberapa upaya Lembaga
dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Paledang
Pemasyarakatan Wanita Bandung. Bogor antara lain:
Adapun pembinaan di Lembaga a. Warga Binaan wanita ditempatkan
Pemasyarakatan Klas IIA Paledang hanya pada satu kamar yaitu di blok
Bogor warga binaan wanita tidak ada khusus wanita
perbedaan dengan warga binaan laki- b. Dalam setiap kegiatan pembinaan
laki, hanya ada kekhususan yaitu warga binaan laki-laki dan wanita di
Lembaga Pemasyarakatan memberikan lakukan pada tempat terpisah,
cuti haid bagi warga binaan yang karena lingkup pembinaan warga
mengalami menstruasi. Proses binaan wanita hanya di blok khusus
pembinaan terhadap warga binaan wanita.
dimulai sejak mereka masuk ke dalam Berdasarkan data bagian
Lembaga Pemasyarakatan hingga pada pembinaan Lembaga Pemasyarakatan
saat ia keluar dari Lembaga Klas IIA Paledang Bogor, bahwa tahap-
Pemasyarakatan. Dalam pelaksanaan tahap pelaksanan pembinaan di
Pembinaan warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Paledang Bogor adalah sebagai berikut.
Paledang Bogor mengacu pada 1. Tahap Awal 1/3 Masa
peraturan –peraturan yang dikeluarkan Pidana.Merupakan Admisi dan
oleh pemerintah Republik indonesia Orientasi yaitu masa pengamatan,
secara umum dan peraturan instasi pengenalan, dam penelitian paling
secara khusus, meskipun demikian tidak lama 1 (satu) bulan. Pembinaan di
ada perlakuan khusus terhadap warga dalam lapas, mencakup kegiatan
binaan wanita di Lembaga penjelasan dan pemahaman tentang
Pemasyakatan Klas IIA Paledang hak, kewajiban dan peraturan tata
Bogor. tertib yang berlaku, proses-proses
Di Lembaga Pemasyarakatan Klas pelaksanaan pembinaan atau
IIA Paledang Bogor, pembinaan warga perawatan, serta perkenalan dengan
binaan wanita dan laki-laki dilakukan para petugas pembina maupun
dan satu Lembaga Pemasyarakatan. Hal sesama warga binaan yang berguna
ini secara yuridis tidak sesuai dengan bagi pelaksanaan kegiatan
Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang pembinaan atau perawatan
Nomor 12 Tahun 1995 tentang selanjutnya. Tahap ini merupakan
Pemasyarakatan yang ditegaskan bahwa salah satu kegiatan pembinaan atau
Pembinaan warga binaan wanita perawatan tahap awal dari proses
dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan pemasyarakatan warga binaan.
dilaksanakan di Lembaga Dimana pada tahap ini masih
Pemasyrakatan wanita. Namun dalam dilakukan pengawasan maksimum
pelaksanan pembinaannya, ada sekat
22
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

(maximum security) terhadap warga kepribadian lanjutan adalah program


binaan. Kegiatan-kegiatan pembinaan ini merupakan lanjutan
pembinaan yang dilakukan yaitu pembinaan kepribadian pada tahap
pembinaan kepribadian meliputi: awal dimana warga binaan yang
a. Pembinaan Kesadaran beragama. bersangkutan telah berlansung
Pembinaan ini diberikan dalam selama 1/3 dari masa pidana dan
bentuk berbagai ceramah dan menurut Tim Pengawasan
diskusi-diskusi keagamaan. Bagi Pemasyarakatan (TTP) sudah
yang beragama islam juga di menunjukan sikap dan perilakunya
adakan pengajian. Sedangkan maka kepala warga binaan yang
untuk warga binaan yang bersangkutan diberikan kebebasan
beragama kristen dan katolik yang lebih banyak (Medium
diadakan kebaktian setiap Security). Adapun kegiatan-kegiatan
seminggu sekali. pembinaan pada tahap ini adalah
b. Pembinaan kesadaran berbangsa pembinaan kemandirian antara lain:
dan bernegara. Pembinaan a. Keterampilan untuk mendukung
kesadaran berbangsa dan usaha-usaha mandiri.
bernegara bagi warga binaan di b. Keterampilan mendukung untuk
Lembaga Pemasyarakatan Klas usaha-usaha industri kecil.
IIA Paledang Bogor diberikan c. Ketarampilan dikembangkan
dalam bentuk ceramah, sesuai dengan bakatnya masing-
pengarahan juga pelaksanaan masing.
upacara bendera. Diharapkan d. Keterampilan untuk mendukung
dengan adanya kegiatan tersebut usaha-usaha industri / pertanian /
dapat memupuk rasa kebangsaan perkebunan dengan teknilogi
bagi warga binaan. madya/tinggi.
c. Pembinaan kemampuan 3. Tahap Lanjutan 1/2-2/3 Masa
inteklektual (kecerdasan). Pidana (Asimilasi). Pada tahap ini
Pembinaan ini di Lembaga merupakan suatu proses pembinaan
pemasyarakatan dengan berbagai terhadap warga binaan yang
kegiatan, salah satunya adalah dilaksanakan dengan membaurkan
program kejar paket A. warga binaan didalam kehidupan
Selain itu Lembaga masyarakat (berada di luar tembok).
Pemasyarakatan Klas IIA Salah satu syarat untuk mengikuti
Paledang Bogor juga kegiatan asimilasi ini adalah apabila
menyediakan perpustakaan agar warga binaan telah menjalani 1/2
dapat meningkatkan minat baca dari masa pidananya, setelah
para warga binaan tersebut. dikurangi masa tahanan dari remisi
d. Pembinaan kesadaran hukum. dihitung sejak putusan pengadilan
Pembinaan kesadaran hukum di memperoleh kekuatan hukum tetap.
Lembaga Pemasyarakatan Klas Dalam asimilasi ini ada dalam
IIA Paledang Bogor diberikan Lembaga Pemasyarakatan (Open
dalam bentuk Pemberian Camp) dan ( Hafl Way House / Work
Penyuluhan hukum lansung Release) berupa melanjutkan
kepada warga binaan dengan sekolah, kerja mandiri, kerja pada
acara ceramah atau serasehan pihak luar, menjalankan ibadah, bakti
dengan mengundang ahli hukum sosial, olah raga, cuti mengunjungi
dari berbagai dinas atau instasi keluarga, dan lain-lain. Pada tahap
terkait. ini pengawasan kepada warga binaan
2. Tahap Lanjutan 1/3-1/2 Masa (medium security).
Pidana. Merupakan pembinaan

23
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

4. Tahap Akhir 2/3 Masa Pidana- ini disebabkan timbulnya salah satu
bebas (Masa Integrasi). Pada tahap doktrin bahwa narapidana tidak dapat
terakhir atau tahap keempat adalah diasingkan hidupnya dari masyarakat.
integrasi. Jika proses pembinaan Pembinaan narapidana di Lembaga
telah menjalani 2/3 masa pidananya Pemasyarakatan Klas IIA Bogor
menurut tim pengawas mempunyai arti memperlakukan
pemasyarakatan (TTP) waga binaan seseorang yang berstatus narapidana
yang bersangkutan dinilai relatif siap untuk dibangun agar bangkit menjadi
diajukan lagi di masyarakat, seseorang yang baik. Atas dasar
tujuannya: pengertian pembinaan yang demikian
 Tidak melanggar hukum; itu, sasaran yang perlu dibina adalah
 Dapat berpartisipasi aktif dan pribadi dan budi pekerti narapidana,
positif dalam pembangunan yang didorong untuk membangkitkan
(manusia mandiri); rasa harga diri pada diri sendiri dan
 Hidup bahagia dunia atau akhirat; pada diri orang lain, serta
dan mengembangkan rasa tanggung jawab
 Membangun manusia mandiri. untuk menyesuaikan diri dengan
Maka warga binaan tersebut dapat kehidupan yang tenteram dan sejahtera
di usulkan pembebasan bersyarat dan dalam masyarakat, dan selanjutnya
cuti menjelang bebas. Pada tahap ini berpotensi untuk menjadi manusia yang
keseluruhan program pembinaan berpribadi luhur dan bermoral tinggi.
dilakukan sepenuhnya di luar Lembaga Arah pembinaan Lembaga
Pemasyarakatan. (mereka tinggal di Pemasyarakatan Klas IIA Bogor tertuju
rumah disertai pengawasan). Di kepada :
samping asimilasi pembebasan 1. membina pribadi narapidana agar
bersyarat dan cuti menjelang bebas jangan sampai mengulangi
yang dapat di berikan kepada warga kejahatan dan mentaati peraturan
binaan juga kepada mereka yang dapat hukum dan;
diberikan remisi setiap tahun apabila 2. membina hubungan antara
berkelakuan baik. narapidana dengan masyarakat luar,
Pemasyarakatan sebagai proses agar dapat berdiri sendiri dan
bergerak dengan menstimulir timbulnya diterima menjadi anggotanya.
dan berkembangnya self propelling Narapidana di Lembaga
adjustment di antara elemen integritas, Pemasyarakatan Klas IIA Bogor bukan
sehingga narapidana yang bersangkutan saja objek melainkan juga subjek yang
menuju ke arah perkembangan pribadi tidak berbeda dari manusia lainnya yang
melalui asosiasinya sendiri sewaktu-waktu dapat melakukan
menyesuaikan dengan integritas kesalahan atau kekhilafan yang dapat
kehidupan dan penghidupan. Upaya dikenakan pidana, sehingga tidak harus
pembinaan atau bimbingan yang diberantas. Yang harus diberantas
menjadi inti dari kegiatan sistem adalah faktor-faktor yang dapat
pemasyarakatan, merupakan suatu dikenakan pidana. Pemidanaan adalah
sarana perlakuan cara baru terhadap upaya untuk menyadarkan Narapidana
narapidana untuk mendukung pola atau Anak Pidana agar menyesali
upaya baru pelaksanaan pidana penjara perbuatannya dan mengembalikannya
agar mencapai keberhasilan peranan menjadi warga masyarakat yang baik,
negara mengeluarkan narapidana untuk taat kepada hukum, menjunjung tinggi
kembali menjadi anggota masyarakat. nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan,
Perlakuan cara baru terhadap sehingga tercapai kehidupan masyarakat
narapidana dalam permasyarakatan yang aman, tertib, dan damai. Untuk
melibatkan peran-serta masyarakat, hal mencapai sistem pencapaian pembinaan
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
24
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

Klas IIA Bogor yang baik partisipasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
bukan hanya datang dari petugas, tetapi Bogor dalam melaksanakan pembinaan
juga dari masyarakat di samping dimungkinkan memiliki hambatan baik
narapidana itu sendiri. Dalam usaha itu yang berskala besar atau kecil.
memberikan partisipasinya, seorang Hambatan yang ada selama pelaksanaan
petugas pemasyarakatan senantiasa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Klas IIA Bogor antara lain :
permasyarakatan. Seorang petugas a. Waktu dan bentuk pembinaan.
permasyarakatan barulah dapat Waktu pelaksanaan pembinaan
dianggap berpartisipasi jika ia sanggup untuk narapidana masa pidana
menunjukkan sikap, tindakan dan pendek relatif singkat, sehingga
kebijaksanaannya dalam mencerminkan program pembinaan yang diberikan
pengayoman baik terhadap masyarakat lebih banyak mengarah pada
maupun terhadap narapidana. pembinaan agama dari pada
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA pembinaan ketrampilan.
Bogor yang merupakan salah satu b. Sumber daya manusia. Pendidikan
Lembaga Permasyarakatan sebagai dan latihan teknis pemasyarakatan
ujung tombak pelaksanaan asas selama ini dirasa kurang oleh
pengayoman merupakan tempat untuk petugas, sehingga petugas
mencapai tujuan tersebut di atas melalui pemasyarakatan pada Lembaga
pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Pemasyarakatan Klas IIA Bogor
Sejalan dengan peran Lembaga dalam melakukan pembinaan sesuai
Permasyarakatan tersebut, maka kemampuan yang ada. Selain
tepatlah apabila Petugas sumber daya petugas dalam hal
Pemasyarakatan yang melaksanakan jumlah personil yang masih kurang,
tugas pembinaan dan pengamanan juga sumber daya manusia
Warga Binaan Permasyarakatan dalam narapidana yang rendah, karena
Undang-Undang ini ditetapkan sebagai hampir 70% narapidana lulusan
Pejabat Fungsional Penegak Hukum. Sekolah Dasar (SD) yang tentunya
Untuk mendidik terpidana agar menjadi akan mempengaruhi efektifitas
seorang anggota masyarakat yang pembinaan.
berguna, maka: c. Sarana Bangunan dan penempatan
1. Selama ia kehilangan kemerdekaan narapidana bersama tahanan yang
bergerak ia harus dikenalkan dengan ada masih belum sesuai untuk
masyarakat, dan tidak boleh menunjang proses pembinaan yang
diasingkan daripadanya; diinginkan, fasilitas yang ada juga
2. Pekerjaan dan pendidikan yang belum memadai seperti minimnya
diberikan kepadanya tidak boleh sarana olah raga, sarana ibadah, dan
bersifat mengisi waktu atau hanya ruangan khusus bagi narapidana
diperuntukkan kepentingan jawatan yang mengidap penyakit menular
kepenjaraan atau kepentingan seperti HIV/AIDS.
negara sewaktu saja. Pekerjaannya d. Isi kamar penghunian yang selalu
harus satu dengan pekerjaan di melebihi kapasitas. Dengan isi
masyarakat dan ditujukan kepada kamar penghunian yang selalu
pembangunan nasional; melebihi kapasitas dan
3. Bimbingan dan pendidikannya harus terbatasnya/kurangnya jumlah
berdasarkan Pancasila. petugas penjagaan di Lapas
2. Hambatan-Hambatan yang Dapat mengakibatkan konsentrasi petugas
Menghambat Keberhasilan Pola atau lebih di titik beratkan pada bidang
Pembinaan Di Lembaga keamanan sehingga proses
Pemasyarakatan Klas IIA Bogor pembinaan tidak sesuai seperti apa
yang diharapkan.
25
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

VI. PENUTUP e. Mengikut sertakan Narapidana


1. Kesimpulan dalam berbagai kegiatan seperti
Pembinaan Narapidana yang perlombaan kesenian, dan
dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan olahraga.
Klas IIA Bogor telah didasarkan pada f. Memberikan bekal keterampilan IT
Undang-Undang Nomor 12 Tahun terhadap Narapidana dengan
1995 tentang Pemasyarakatan sehingga keterampilan mengoperasikan
telah sesuai dengan tugas pokok dan sistem komputer.
fungsinya, dan dalam memberikan g. mengajarkan latihan baris-berbaris
pembinaan juga didasarkan pada dan kegiatan pramuka.
Keputusan Menteri Kehakiman 2. Rekomendasi
Republik Indonesia Nomor : M.02- a. Diharapkan kepada Lembaga
PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pemasyarakatan Klas IIA Bogor
Pembinaan Narapidana. Namun dalam untuk lebih meningkatkan
kenyataannya belum membawa hasil program dan ragam pembinaan
yang optimal, karena masih minimnya terutama dalam program
latar belakang pendidikan serta kemandirian terhadap narapidana,
kemauan dari dalam diri para hendaknya dapat dilaksanakan
Narapidana untuk merubah sikap secara efektif dan
menjadi lebih baik, sehingga ada berkesinambungan serta berdaya
beberapa orang dari sebagian guna untuk pengembangan
Narapidana yang setelah bebas kepribadian serta peningkatan
menjalani pembinaan di Lembaga keterampilan bagi narapidana,
Pemasyarakatan Klas IIA Bogor dan sehingga dapat memberikan
kembali ke dalam lingkungan dampak yang cukup besar bagi
masyarakat, masih melakukan tindakan para narapidana setelah
pengulangan terhadap tindak pidana menjalankan pembinaan did
(recidivism). Adapun upaya- upaya Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
yang dilakukan oleh Lembaga Bogor.
Pemasyarakatan Klas IIA Bogor dalam b. Diharapkan pemerintah pusat
mangatasi hambatan-hambatan dalam dalam hal ini Departemen Hukum
hal Pembinaan terhadap Narapidana, dan Ham, untuk secepatnya dapat
antara lain : memberikan perhatian khusus
a. bekerja sama dengan lembaga terhadap dampak yang akan timbul
sosial lainnya dalam melakukan dari kelebihan penghuni (over
pembinaan kepada Narapidana capacity) dari suatu Lembaga
dalam bentuk penyuluhan terhadap Pemasyarakatan, terutama
bahaya Narkoba, HIV/AIDS dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
penyakit menular lainnya. Bogor, agar yang berjumlah 909
b. Memberikan bekal keterampilan orang narapidana dari jumlah
kepada Narapidana seperti kapasitas hanya sebanyak 634
bercocok tanam,kerajinan tangan, orang untuk segera mencarikan
dan kemampuan wirausaha dengan pemecahan masalah tersebut.
bekerjasama dengan pihak terkait. Sebab kelebihan penghuni (over
c. memberikan ceramah-ceramah capacity) dari suatu Lembaga
kerohanian untuk narapidana Pemasyarakatan akan menghambat
dengan mendatangkan pemuka- berjalannya atau tidak efektifnya
pemuka agama penerapan program-program
d. Meningkatkan tingkat pendidikan pembinaan di Lembaga
Narapidana dengan mendatangkan Pemasyarakatan serta tidak
tenaga pengajar Paket A,B,C . menutup kemungkinan akan

26
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251

terjadinya keributan-keributan atau


4. -------------Undang-undang Nomor 39
perkelahian antara para narapidana.Tahun 1999 tentang HAM
c. Selain itu, bagi pihak Kepolisian,
5. ------------Undang-Undang Nomor 73
Kejaksaan dan Pengadilan
Tahun 1958
Sebagai ujung tombak dari 6. ------------Peraturan Pemerintah Nomor 32
peradilan pidana untuk dapat Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan
menjaring dan melakukan diskresi Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
dengan pertimbangan kemanusiaan7. ------------Peraturan Pemerintah Nomor 28
terhadap kejahatan-kejahatan yang Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
tidak terlalu serius, terutama Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
terhadap pelaku tindak pidana 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
remaja atau anak-anak, dengan Pelaksanaan Hak Warga Binaan
demikian dapat mengurangiPemasyarakatan
terjadinya kelebihan penghuni 8. -------------Lembaran Negara Tahun 1958
(overcapacity) di Lembaga Nomor 127
Pemasyarakatan. 9. Andi Hamzah. Sistem Pemidanaan
d. Untuk menyelamatkan generasi Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramita.
penerus bangsa (kesembuhan) 1993.
narapidana yang ketergantungan 10. Andi Hamzah & Siti Rahayu. Suatu
dalam pemakaian/mengkonsumsi Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Di
obat-obatan terlarang (narkoba ) Indonesia,. Jakarta : Pressindo.1983.
agar dapat di titipkan di panti11. Bambang Poernomo. Pelaksanaan Pidana
rehabilitasi. Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan.
e. Dalam rangka pembinaanYogyakarta: liberty. 1985.
kerohanian untuk para Narapidana
12. Dwidja Pritno. Sistem Pelaksanaan Pidana
di Lembaga Pemasyarakatan Klas Penjara Di Indonesia
IIA Bogor yang mayoritas pemeluk
13. Muhari Agus Santoso. Paradigma dan
agama Islam agar diusulkan Pemidanaan Indonesia. Jakarta : Pradnya
anggaran kepada Departemen Paramita. 1993.
Hukum dan Ham untuk
14. P.A Lamintang. Hukum Penitensier
pembangunan sarana peribadahan Indonesia. Bandung : Armico. 1984.
(mesjid), dan tidak menutup 15. R.A.Koesnoen. Pemberantasan Kejahatan
kemungkinan untuk mengusulkan di Inggris dan Indonesia. Bandung : 1996
bantuan kepada Pemerintah Daerah
16. Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian
setempat. Hukum. Jakarta : 2004.
17. Soema Dipradja. R Achmad, Romli
DAFTAR PUSTAKA Atmasasmita. Sistem Pemasyarakatan.
1. Indonesia.Undang-Undang Dasar Negara Jakarta : Bina Cipta. 1979.
Republik Indonesia Tahun 1945 18. Wirjono Prodjodikoro. Asas-Asas Hukum
2. -------------Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. PT. Eresco –Bandung;
Pidana 1979.
3. ------------Undang-Undang Nomor 12 19. www. google.com
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

27

Anda mungkin juga menyukai