Oleh :
Muhyar Nugraha
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Ibn Khaldun Bogor
Abstrak
Pola Pembinaan Narapidana Di Lapas Paledang Bogor Sebagai Pelaksanaan Sistem
Pemasyarakatan.Menyelenggarakan sistem pemasyarakatan di Indonesia dilandasi oleh kejelasan
tentang fungsi dari lembaga pemasyarakatan di masyarakat, atau secara lebih khusus dalam
sistem peradilan pidana. Selain itu pelaksanaan sistem pemasyarakatan yang baik harus pula
didasari oleh adanya pemahaman terhadap realitas pelaku pelanggar hukum. Kemudian dalam
rangka melakukan revisi penyelenggaraan sistem pemasyarakatan harus dilandasai oleh adanya
evaluasi terhadap efektivitas penyelenggaraan sistem pemasyarakatan, agar dapat diketahui hal-
hal kondusif bagi fungsi pemasyarakatan dan hal-hal yang menghambatnya. Pembinaan
narapidana yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan merupakan akibat perubahan sistem
hukuman di Indonesia, yaitu dari sistem penjara ke sistem pemasyarakatan. Perubahan sistem
hukuman ini didasarkan pada upaya meningkatkan perlindungan hak asasi manusia (the
protection of fundamental rights), kepribadian bangsa Indonesia yang berjiwa pancasila, dan
perkembangan ilmu sosial dan psikologi. Perubahan sistem hukuman dari penjara ke
pemasyarakatan ini dipertegas dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan yang menjadi dasar dan acuan pelaksanaan pembinaan narapidana di
Indonesia. Pembinaan Narapidana yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Bogor
telah didasarkan pada Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang
Pola Pembinaan Narapidana yang dibagi ke dalam 2 (dua) bidang yakni: a) Pembinaan
Kepribadian dan b) Pembinaan Kemandirian. Namun dalam kenyataannya masih belum
membawa hasil yang optimal, karena masih minimnya latar belakang pendidikan serta kemauan
dari dalam diri para narapidana untuk merubah sikap menjadi lebih baik. Begitu pun upaya
dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam hal pembinaan, antara lain: a) Bekerja sama dengan
lembaga sosial b) Memberikan bekal keterampilan. c) Memberikan ceramah kerohanian. d)
Meningkatkan tingkat pendidikan narapidana e) Mengikutsertakan narapidana dalam berbagai
kegiatan. f) Memberikan bekal keterampilan IT. g) Mengajarkan latihan baris-berbaris dan
kegiatan pramuka.
Kata Kunci: Pembinaan, Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan
narapidana itu sendiri, sehingga para pengertian subjectief strafrecht atau hak
narapidana tidak menganggap bahwa memidana ini lebih menonjol persoalan
lembaga permasyarakatan adalah suatu tersebut yang menjadi dasar pikiran dari
tempat pengisolasian pelaku kejahatan. teori-teori hukum pidana, yaitu agar
Oleh karena itu sistem bergeser pada persoalan : mengapa alat-alat
permasyarakatan saat ini menganggap dan negara mempunyai hak untuk memidana
memperlakukan narapidana tidak lagi yang melakukan kejahatan.
terbatas sebagai objek akan tetapi juga
sebagai subjek dalam upaya pembinaan III. TINJAUAN PUSTAKA
pelanggar hukum. Dengan adanya 1. Pengertian Pembinaan Narapidana
kejahatan-kejahatan yang terjadi di Pengertian pembinaan menurut
masyarakat itu merupakan suatu tantangan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
bagi pelaksanaan tugas usaha pembinaan 1999 tentang Pembinaan dan
dan bimbingan dilembaga-lembaga Pembimbingan Warga Binaan
khususnya di lembaga permasyarakatan, Pemasyarakatan diatur dalam pasal 1
mengingat bahwa narapida sebagai individu ayat (1), yaitu Pembinaan adalah
tetap masih memiliki kemampuan- kegiatan untuk meningkatan kualitas
kemampuan yang dapat di perbaiki dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
dapat dikembangkan baik kemampuan fisik, Esa, inteklektual, sikap dan perilaku,
jasmani, rohani maupun sosialnya. Sistem profesional, kesehatan jasmani dan
permasyarakatan yang kita pakai sekarang rohani warga binaan dan anak didik
lebih banyak di tunjukan kepada persiapan pemasyarakatan.
dan pengawasan pengembalian bekas 2. Pengertian dan Fungsi Lembaga
narapidana kedalam masyarakat. Hal ini Pemasyarakatan
sesuai dengan UU No. 12 Tahun 1995 Menurut Undang-Undang Nomor
tentang permasyarakatan sebagai landasan 12 Tahun 1995 tentang
hukum dan pelaksanaan sistem Pemasyarakatan pengertian Lembaga
permasyarakatan di Lembaga Pemaasyarakatan diatur pada pasal (3)
Permasyarakatan. Tujuan mulia yaitu: “LembagaPemasyarakatan yang
sebagaimana dikemukakan di atas, selanjutnya disebut LAPAS adalah
nampaknya akan sulit untuk dilaksanakan, tempat untuk melaksanakan
sebab di dalam masyarakat masih ada kesan pembinaan Narapidana dan Anak
bahwa lembaga permasyarakatan justru Didik Pemasyarakatan.”
mencetak penjahat-penjahat baru yang lebih Sementara menurut pasal 3
berbahaya, selain itu juga menciptakan Undang-Undang Pemasyarakatan
dehumanisasi yang dialami mantan fungsi sistem pemasyarakatan adalah
narapidana. menyiapkan warga binaan
pemasyrakatan agar dapat berintegrasi
II. KERANGKA TEORI secara sehat dengan masyarakat
Teori-teori Hukum Pidana ada sehingga dapat berperan kembali
hubungan erat dengan subjectief strafrecht sebagai anggota masyarakat yang
(jus purniendi), sebagai hak atau wewenang bebas dan bertanggung jawab. Dalam
untuk menentukan dan menjatuhkan pidana pasal 3 Keputusan Mentri Kehakiman
terhadap pengertian objectief strafrecht (jus Republik Indonesia Nomor M-01-Pr-
punale), sebagai peraturan hukum positif 07-03 Tahun 1985 tentang Organisasi
yang merupakan Hukum Pidana. Adanya Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan.
pengertian subjectief strafrecht dan Lembaga Pemasyarakatan dalam
objectief strafrecht ini dapat menjalankan tugasnya tersebut
dimungkinkan,oleh karena recht memiliki fungsi, yaitu :
mempunyai dua arti.pertama sebagai “hak” a. Melakukan pembinaan warga
atau “wewenang” dan kedua sebagai binaan / anak didik;
“peraturan hukum”. Dengan adanya
16
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251
Pemasyarakatan. Oleh karena itu tidak atau pemisahan antara warga binaan
ada perlakuan khusus dalam pembinaan wanita dan laki-laki dan pengawasan
warga binaan wanita di Lembaga yang ketat ketika dilakukan kegiatan
Pemasyarakatan Klas IIA Paledang pembinaan yang menyebabkan interaksi
Bogor, akan tetapi dengan alasan faktor antara warga binaan wanita dan laki-
keamanan dan psikologis penempatan laki. Upaya pengawasan yang
antara warga binaan wanita dan laki- dilakukan petugas Lembaga
laki dipisahkan yaitu ditempatkan hanya Pemasyarakatan Klas IIA Paledang
kamar yaitu di blok khusus wanita. Bogor. Untuk melindungi hak-hak
Kapasitas perkamar hanya 46 orang, khusus warga binaan wanita dan
sehingga apabila warga binaan telah mencegah hal-hal yang tidak
mencapai lebih dari kapasitas, maka diinginkan, maka berikut ini penulis
beberapa diantaranya akan paparkan beberapa upaya Lembaga
dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Paledang
Pemasyarakatan Wanita Bandung. Bogor antara lain:
Adapun pembinaan di Lembaga a. Warga Binaan wanita ditempatkan
Pemasyarakatan Klas IIA Paledang hanya pada satu kamar yaitu di blok
Bogor warga binaan wanita tidak ada khusus wanita
perbedaan dengan warga binaan laki- b. Dalam setiap kegiatan pembinaan
laki, hanya ada kekhususan yaitu warga binaan laki-laki dan wanita di
Lembaga Pemasyarakatan memberikan lakukan pada tempat terpisah,
cuti haid bagi warga binaan yang karena lingkup pembinaan warga
mengalami menstruasi. Proses binaan wanita hanya di blok khusus
pembinaan terhadap warga binaan wanita.
dimulai sejak mereka masuk ke dalam Berdasarkan data bagian
Lembaga Pemasyarakatan hingga pada pembinaan Lembaga Pemasyarakatan
saat ia keluar dari Lembaga Klas IIA Paledang Bogor, bahwa tahap-
Pemasyarakatan. Dalam pelaksanaan tahap pelaksanan pembinaan di
Pembinaan warga binaan wanita di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Paledang Bogor adalah sebagai berikut.
Paledang Bogor mengacu pada 1. Tahap Awal 1/3 Masa
peraturan –peraturan yang dikeluarkan Pidana.Merupakan Admisi dan
oleh pemerintah Republik indonesia Orientasi yaitu masa pengamatan,
secara umum dan peraturan instasi pengenalan, dam penelitian paling
secara khusus, meskipun demikian tidak lama 1 (satu) bulan. Pembinaan di
ada perlakuan khusus terhadap warga dalam lapas, mencakup kegiatan
binaan wanita di Lembaga penjelasan dan pemahaman tentang
Pemasyakatan Klas IIA Paledang hak, kewajiban dan peraturan tata
Bogor. tertib yang berlaku, proses-proses
Di Lembaga Pemasyarakatan Klas pelaksanaan pembinaan atau
IIA Paledang Bogor, pembinaan warga perawatan, serta perkenalan dengan
binaan wanita dan laki-laki dilakukan para petugas pembina maupun
dan satu Lembaga Pemasyarakatan. Hal sesama warga binaan yang berguna
ini secara yuridis tidak sesuai dengan bagi pelaksanaan kegiatan
Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang pembinaan atau perawatan
Nomor 12 Tahun 1995 tentang selanjutnya. Tahap ini merupakan
Pemasyarakatan yang ditegaskan bahwa salah satu kegiatan pembinaan atau
Pembinaan warga binaan wanita perawatan tahap awal dari proses
dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan pemasyarakatan warga binaan.
dilaksanakan di Lembaga Dimana pada tahap ini masih
Pemasyrakatan wanita. Namun dalam dilakukan pengawasan maksimum
pelaksanan pembinaannya, ada sekat
22
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251
23
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251
4. Tahap Akhir 2/3 Masa Pidana- ini disebabkan timbulnya salah satu
bebas (Masa Integrasi). Pada tahap doktrin bahwa narapidana tidak dapat
terakhir atau tahap keempat adalah diasingkan hidupnya dari masyarakat.
integrasi. Jika proses pembinaan Pembinaan narapidana di Lembaga
telah menjalani 2/3 masa pidananya Pemasyarakatan Klas IIA Bogor
menurut tim pengawas mempunyai arti memperlakukan
pemasyarakatan (TTP) waga binaan seseorang yang berstatus narapidana
yang bersangkutan dinilai relatif siap untuk dibangun agar bangkit menjadi
diajukan lagi di masyarakat, seseorang yang baik. Atas dasar
tujuannya: pengertian pembinaan yang demikian
Tidak melanggar hukum; itu, sasaran yang perlu dibina adalah
Dapat berpartisipasi aktif dan pribadi dan budi pekerti narapidana,
positif dalam pembangunan yang didorong untuk membangkitkan
(manusia mandiri); rasa harga diri pada diri sendiri dan
Hidup bahagia dunia atau akhirat; pada diri orang lain, serta
dan mengembangkan rasa tanggung jawab
Membangun manusia mandiri. untuk menyesuaikan diri dengan
Maka warga binaan tersebut dapat kehidupan yang tenteram dan sejahtera
di usulkan pembebasan bersyarat dan dalam masyarakat, dan selanjutnya
cuti menjelang bebas. Pada tahap ini berpotensi untuk menjadi manusia yang
keseluruhan program pembinaan berpribadi luhur dan bermoral tinggi.
dilakukan sepenuhnya di luar Lembaga Arah pembinaan Lembaga
Pemasyarakatan. (mereka tinggal di Pemasyarakatan Klas IIA Bogor tertuju
rumah disertai pengawasan). Di kepada :
samping asimilasi pembebasan 1. membina pribadi narapidana agar
bersyarat dan cuti menjelang bebas jangan sampai mengulangi
yang dapat di berikan kepada warga kejahatan dan mentaati peraturan
binaan juga kepada mereka yang dapat hukum dan;
diberikan remisi setiap tahun apabila 2. membina hubungan antara
berkelakuan baik. narapidana dengan masyarakat luar,
Pemasyarakatan sebagai proses agar dapat berdiri sendiri dan
bergerak dengan menstimulir timbulnya diterima menjadi anggotanya.
dan berkembangnya self propelling Narapidana di Lembaga
adjustment di antara elemen integritas, Pemasyarakatan Klas IIA Bogor bukan
sehingga narapidana yang bersangkutan saja objek melainkan juga subjek yang
menuju ke arah perkembangan pribadi tidak berbeda dari manusia lainnya yang
melalui asosiasinya sendiri sewaktu-waktu dapat melakukan
menyesuaikan dengan integritas kesalahan atau kekhilafan yang dapat
kehidupan dan penghidupan. Upaya dikenakan pidana, sehingga tidak harus
pembinaan atau bimbingan yang diberantas. Yang harus diberantas
menjadi inti dari kegiatan sistem adalah faktor-faktor yang dapat
pemasyarakatan, merupakan suatu dikenakan pidana. Pemidanaan adalah
sarana perlakuan cara baru terhadap upaya untuk menyadarkan Narapidana
narapidana untuk mendukung pola atau Anak Pidana agar menyesali
upaya baru pelaksanaan pidana penjara perbuatannya dan mengembalikannya
agar mencapai keberhasilan peranan menjadi warga masyarakat yang baik,
negara mengeluarkan narapidana untuk taat kepada hukum, menjunjung tinggi
kembali menjadi anggota masyarakat. nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan,
Perlakuan cara baru terhadap sehingga tercapai kehidupan masyarakat
narapidana dalam permasyarakatan yang aman, tertib, dan damai. Untuk
melibatkan peran-serta masyarakat, hal mencapai sistem pencapaian pembinaan
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
24
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251
Klas IIA Bogor yang baik partisipasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
bukan hanya datang dari petugas, tetapi Bogor dalam melaksanakan pembinaan
juga dari masyarakat di samping dimungkinkan memiliki hambatan baik
narapidana itu sendiri. Dalam usaha itu yang berskala besar atau kecil.
memberikan partisipasinya, seorang Hambatan yang ada selama pelaksanaan
petugas pemasyarakatan senantiasa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Klas IIA Bogor antara lain :
permasyarakatan. Seorang petugas a. Waktu dan bentuk pembinaan.
permasyarakatan barulah dapat Waktu pelaksanaan pembinaan
dianggap berpartisipasi jika ia sanggup untuk narapidana masa pidana
menunjukkan sikap, tindakan dan pendek relatif singkat, sehingga
kebijaksanaannya dalam mencerminkan program pembinaan yang diberikan
pengayoman baik terhadap masyarakat lebih banyak mengarah pada
maupun terhadap narapidana. pembinaan agama dari pada
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA pembinaan ketrampilan.
Bogor yang merupakan salah satu b. Sumber daya manusia. Pendidikan
Lembaga Permasyarakatan sebagai dan latihan teknis pemasyarakatan
ujung tombak pelaksanaan asas selama ini dirasa kurang oleh
pengayoman merupakan tempat untuk petugas, sehingga petugas
mencapai tujuan tersebut di atas melalui pemasyarakatan pada Lembaga
pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Pemasyarakatan Klas IIA Bogor
Sejalan dengan peran Lembaga dalam melakukan pembinaan sesuai
Permasyarakatan tersebut, maka kemampuan yang ada. Selain
tepatlah apabila Petugas sumber daya petugas dalam hal
Pemasyarakatan yang melaksanakan jumlah personil yang masih kurang,
tugas pembinaan dan pengamanan juga sumber daya manusia
Warga Binaan Permasyarakatan dalam narapidana yang rendah, karena
Undang-Undang ini ditetapkan sebagai hampir 70% narapidana lulusan
Pejabat Fungsional Penegak Hukum. Sekolah Dasar (SD) yang tentunya
Untuk mendidik terpidana agar menjadi akan mempengaruhi efektifitas
seorang anggota masyarakat yang pembinaan.
berguna, maka: c. Sarana Bangunan dan penempatan
1. Selama ia kehilangan kemerdekaan narapidana bersama tahanan yang
bergerak ia harus dikenalkan dengan ada masih belum sesuai untuk
masyarakat, dan tidak boleh menunjang proses pembinaan yang
diasingkan daripadanya; diinginkan, fasilitas yang ada juga
2. Pekerjaan dan pendidikan yang belum memadai seperti minimnya
diberikan kepadanya tidak boleh sarana olah raga, sarana ibadah, dan
bersifat mengisi waktu atau hanya ruangan khusus bagi narapidana
diperuntukkan kepentingan jawatan yang mengidap penyakit menular
kepenjaraan atau kepentingan seperti HIV/AIDS.
negara sewaktu saja. Pekerjaannya d. Isi kamar penghunian yang selalu
harus satu dengan pekerjaan di melebihi kapasitas. Dengan isi
masyarakat dan ditujukan kepada kamar penghunian yang selalu
pembangunan nasional; melebihi kapasitas dan
3. Bimbingan dan pendidikannya harus terbatasnya/kurangnya jumlah
berdasarkan Pancasila. petugas penjagaan di Lapas
2. Hambatan-Hambatan yang Dapat mengakibatkan konsentrasi petugas
Menghambat Keberhasilan Pola atau lebih di titik beratkan pada bidang
Pembinaan Di Lembaga keamanan sehingga proses
Pemasyarakatan Klas IIA Bogor pembinaan tidak sesuai seperti apa
yang diharapkan.
25
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251
26
YUSTISI Vol. 4 No. 2 September 2017 ISSN: 1907-5251
27