KEBERSIHAN LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :
1.Arif Rahmat (2)
2.Arum Kurniyawati (4)
3.Arzriel Yovanda P (5)
4.Diaz Isma Veni (
5.Muchammad Luthfi (17)
6.Nova Ferdian (22
6.Novita Canda K (23)
7.Putri Devi E.S (26)
8.Sri Panji C (30)
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI
3. BAB I
A. Pendahuluan
a. Latar belakang
4. BAB II : Pembahasan
B. Teori Belajar
5. BAB III
C. Penutup
a. SARAN
b. KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Seringkali kita mendengar slogan-slogan di berbagai tempat terutama di
sekolah, yang isinya mengajak kita untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Akan tetapi slogan tadi tidak kita pedulikan, slogan tadi fungsinya hanya
seperti hiasan belaka tanpa ada isinya, padahal isi dari sebuah slogan sangat
penting bagi kita. Banyak slogan yang mengajak kita untuk menjaga kebersihan,
tapi apa kenyataannya? Siswa masih membuang sampah sembarangan, selain ini
siswa juga merobek-robek kertas dalam kelas dan bila memakan jajan di tempat
A bungkusnya dibuangnya juga di tempat A, padahal di tempat-tempat tersebut
telah disediakan tempat sampah.
Tentu kita tidak mau sekolah kita menjadi kotor, kumuh dan penuh dengan
sampah. Disamping itu sampah yang kita buang sembarangan tadi juga dapat
mencemari lingkungan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan juga dapat
menyebabkan suasana belajar kita tidak nyaman.
B. Tujuan Pembahasan
Pada topik kali ini, kami ingin membangun peran penting dalam
menciptakan lingkungan sehat. Karena, bila lingkungan sehat maka semua
mahkluk hidup yang ada disekeliling kita akan dapat bernafas dengan baik.
Terutama kita sebagai siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan
baik. Karena bila ruangan kelas bersih, pastilah udara akan sejuk. Dan oleh
karena itu otak dapat menjalankan fungsi dan kegunaannya dengan sempurna.
Otak dapat bekerja dengan cepat. Jika lingkungan sehat dan bersih, otak dapat
bekerja melebihi dari benda cepat apapun yang pernah ada. Karena otak
memiliki berjuta – juta rangsangan yang meliputi dan melindungi otak agar otak
dapat bekerja dengan maksimal.
Ada beberapa permasalahan penting yang harus kita bahas dalam makalah ini,
diantaranya adalah :
3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga
kebenarannya lebih akurat,
4. Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawa Teori-Teori
Pembahasan
,
Menurut Sukmadinata (2004 : 167) Teori- teori belajar bersumber dari teori atau
aliran – aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar
psikologi yaitu : teori disiplin mental, behaviorisme, dan kognitif- gestalt - field.
1. Teori disiplin mental
Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan kemampuan, atau
potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan-kekuatan
kemampuan dan potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengembangan
kekuatan-kekuatan tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan
yang berbeda.
2. Teori behaviorisme
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau
tingkah laku yang dapat diamati. Teori- teori dalam rumpun ini bersifat
molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur- unsur
seperti halnya molekul- molekul.
3. Teori cognitif- gestalt- field
Rumpun ketiga adalah kognitif-gestalt–field. Kalau rumpun behaviorisme bersifat
molekular (menekankan unsur- unsur), maka rumpun ini bersifat molar atau
bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Teori kognitif, dikembangkan oleh para
ahli psikologi kognitif, teori ini berbeda dengan behaviorisme, bahwa yang utama
pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons.
Namun untuk memulai semua itu perlulah kita ketahui terlebih dahulu bagaimana
prinsip pengelolaan sistem, dimana terdapat perbedaan pendekatan paradigma
top-down dan paradigma bottom-up dalam berbagai lapisan. Diantaranya pada
sistem pendidikan pendekatan paradigma top-down berupa menentukan
ketentuan untuk membudayakan peserta didik sedangkan paradigma bottom-up
menjamin aturan pokok dan tersedianya sumber daya.
Pada sistem pengelolaan menurut paradigma top-down harus mampu
menunjukkan petunjuk operasional sedangkan paradigma bottom-up hanya
menyediakan informasi yang ada dan mengatur sumber daya yang diperlukan
tanpa perlu menunjukan petunjuk operasionalnya. Pada paradigma top-down
sistem belajar pembelajaran harus mampu melaksanakan petunjuk dan
mengawasi agar segala sesuatunya sesuai dengan petunjuk yang ada. Namun
menurut paradigma bottom-up sistem belajar pembelajaran harus bisa
merancang terlebih dahulu pedoman yang akan dilaksanakan dan mengelola
sumber belajar agar dapat menarik minat siswa sehingga pengalaman belajar
siswa yaitu mampu memecahkan masalah belajar. Berbeda dengan paradigma
top-down dimana pengalaman belajar siswa hanya merespon pelajaran.
Setelah memahami mengenai paradigma top-down dan bottom-up maka seorang
guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan/
pengajaran. Pengetahuan tersebut menurut Oemar Hamalik (1985: 16),dalam
Asnawir & Usman (2002: 18):
1.Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar,
2.Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
3.Penggunaan media dalam proses belajar mengajar,
4.Hubungan antara metode mengajar dengan metode pendidikan,
5.Nilai dan manfaat media pendidikan,
6.Memilih dan menggunakan media pendidikan,
7.Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan,
8.Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang
diajarkan,
9 Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan. Karena itu media
pendidikan sangat penting sekali untuk menungjang pencapaian tujuan dari
pendidikian itu sendiri.
Lingkungan adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat
interaksi antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan
menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu
memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat
terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku.Oemar
Hamalik (2004 : 194) dalam teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa
pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik. Menurut
Oemar Hamalik (2004: 195) Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran
adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan
merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita
dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi: Masyarakat
disekeliling sekolah; Lingkungan fisik disekitar sekolah, Bahan-bahan yang
tersisa atau tidak dipakai dan bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat
dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu dalam belajar; dan Peristiwa alam
dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Jadi media pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau
tingkah laku tertentu dari objek atau pengamatan ilimiah terhadap sesuatu yang
ada di sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima
materi dari sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa
yang mereka temui di lingkungan mereka. Dengan adanya pemanfaatan
lingkungan sebagai media pembelajaran ini guru berharap siswa akan lebih
akrab dengan lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan
sekitarnya. Langkah awal yang dapat dilakukan (Asnawir & Usman, 2002: 109):
1.Menanami halaman sekolah dengan tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga;
2.Membawa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kedalam kelas;
3.Mengusahakan mengoleksi rumput-rumputan dan daun-daunan (herbarium),
serangga (insektarium), ikan dan binatang air (aquarium);
4. Menggunakan batu-batuan dan kerang-kerangan, semua ini dapat dijadikan
sebagai sumber pelajaran.
Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini lebih bermakna
disebabkan para siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya
dapat dipertanggung jawabkan. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
mempelajari lingkungan dalam proses belajar mengajar ( Sudjana & Rivai, 2002:
208):
1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas
berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi,
2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan langsung
dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami,
Lingkungan kotor serta polusi sampah bisa membawa dampak buruk baik itu
terhadap manusia maupun terhadap lingkungan. Dampak buruk lingkungan kotor
serta polusi sampah terhadap lingkungan sendiri meliputi banyak hal dan salah
satunya adalah pencemaran air. Pencemaran air dapat terjadi ketika sampah
dibuang ke sungai dan bukannya ke tempat sampah dan ini sering terjadi di
wilayah-wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh tim pembersihan sampah
seperti di daerah terpencil, misalnya. Selain mencemari air sungai, pembuangan
limbah atau sampah juga dapat menghambat proses air tanah dan tentu saja ini
merupakan sebuah kabar buruk mengingat air tanah sangatlah penting bagi
manusia.
Selain mencemari sungai dan menghambat proses air tanah, sampah juga dapat
mencemari tanah dan menjadikannya tidak sehat. Sama halnya dengan sampah
yang dibakar di pekarangan rumah mengingat pembakaran sampah, apalagi
sampah anorganik, dapat merusak lingkungan jika dilakukan secara terus
menerus.
Jika semua hal tersebut terjadi di lingkungan kita, sebagai anggota masyarakat
yang baik, tentu kita tidak boleh menyalahkan pemerintah setempat mengingat
kebiasaan warga masyarakat di lingkungan lah yang kemungkinan menjadi
penyebabnya sehingga masyarakat lah pihak pertama yang harus berusaha
mengatasi permasalahan tersebut.
Tak hanya membawa dampak buruk bagi lingkungan, polusi sampah dan
lingkungan yang kotor juga dapat membawa dampak buruk pada manusia yang
tinggal di lingkungan tertentu. Sebagai contoh, polusi sampah diketahui dapat
mengakibatkan peningkatan berbagai macam penyakit infeksi saluran
pencernaan, sebagainya.
Hal ini disebabkan karena dengan adanya sampah yang menumpuk tanpa di
buang ketempat yang selayaknya, binatang pembawa penyakit seperti lalat akan
menjadi semakin banyak dan tentu saja, itu bukan satu-satunya dampak buruk
lingkungan kotor serta polusi terhadap manusia.
Dampak lain dari lingkungan yang kotor dan polusi sampah terhadap manusia
yang sudah semestinya kita cegah yaitu terjadinya gangguan pernafasan. Hal ini
bisa terjadi jika solusi yang digunakan untuk mengelola sampah yang
menggunung adalah dengan membakarnya.
Sampah yang dibakar, terutama jika sampah yang dimaksud adalah sampah
anorganik, dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia yang hidup
di dalamnya.
Pengelolaan sampah yang baik tak diragukan lagi menjadi salah satu kunci
penting dalam menjaga kesehatan lingkungan mengingat pengelolaan sampah
yang buruk akan berakibat pada kotornya lingkungan serta polusi sampah yang
tentu saja membawa banyak dampak buruk bagi manusia maupun lingkungan.
Pencemaran tanah ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri dan
limbah pertanian. Sampah merupakan bahan pencemar utama dalam limbah
rumah tangga. Dapat kita lihat sampah berserakan dimana-mana. Ini akan
berdampak pada hujam asam yang terjadi akibat aktivitas industri yang
menyebabkan mineral berbahaya terlepas dari ikatannya dan kondisi Ph tanah
menjadi rendah. Penggunaan pupuk kimia yang tidak terkendali menyebabkan
tanah akan kehilangan zat haranya sehingga produktivitas lahan pertanian
daerah tersebut nantinya akan menurun. Ditambah dengan masuknya pestisida
ke dalam tanah akan berdampak ke berbagai mahkluk hidup lewat rantai
makanan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lingkungan merupakan salah satu tempat atau wahana untuk digunakan sebagai
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, karena dapat menumbuhkan
minat dan merangsang mereka untuk berbuat dan membuktikannya. Hal ini
sangat baik dan cocok dilakukan dalam mata pelajaran biologi, karena
pemahaman para siswa tentang biologi adalah ilmu hafalan dan tidak
bermanfaat bagi kehidupan dan juga akibat dari pengalaman belajar yang
bersifat verbalistis dan tidak pernah diajak belajar keluar kelas sedangkan
dalam ilmu biologi harus sesuai dengan apa yang ada dalam alam ini karena,
biologi didalam Sekolah Menengah Atas merupakan Mata pelajaran sains dimana
siswanya dituntut untuk dapat memahami konsep biologi dan mengembangkan
daya nalar untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
B. SARAN
Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berhasil dengan baik, perlu
dilakukan langkah-langkah: perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam
langkah- langkah tersebut, guru dan siswa terlibat aktif sehingga kegiatan
pemanfaatan lingkungan tersebut menjadi tanggung jawab bersama.